Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haekel, ahli ilmu hewan pada tahun
1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis mahluk hidup di lingkungannya. Berdasarkan
etimologinya ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang artinya rumah tangga atau cara
bertempat tinggal, dan Logos yang artinya ilmu atau ilmiah. Jadi ekologi berarti ilmu tentang
rumah tangga atau tempat tinggal makhluk hidup. Dapat disimpulkan bahwa ekologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya.

Arsitektur ekologis menekankan pada konsep ekosistem, yaitu komponen lingkungan


hidup harus dilihat secara terpadu sebagai komponen yang berkaitan dan saling bergantung antara
satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem. Cara ini dikenal dengan pendekatan ekosistem atau
pendekatan holistik. Dalam ekosistem terjadi peredaran, yaitu suatu kondisi peralihan dari keadaan
satu ke keadaan lainnya secara berulang-ulang yang seakan-akan berbentuk suatu lingkaran.
Namun demikian, peredaran tersebut bersifat linier atau dengan kata lain tidak dapat diputar secara
terbalik. Ekosistem terdiri dari makhluk hidup (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik. Kedua
unsur tersebut masing-masing memiliki pengaruh antara satu dengan lainnya untuk memelihara
kehidupan sehingga terjadi suatu keseimbangan, keselarasan, dan keserasian alam di bumi.

Ekologi arsitektur sudah dikenal sejak lama , bahkan sejak pertama kali manusia
membangun sebuah naungan. Secara tidak langsung bahwa mereka sudah membangun Eco-
Architecture. Dalam ekologi arsitektur terdapat elemen elemen ekologis salah satu yang menjadi
aspek penting dalam ekologi arsitektur adalah Arsitektur Tropis. Indonesia merupakan Negara
beriklim Tropis yang tentu dalam bidang arsitekturnya iklim tropis sangat berpengaruh terhadap
desain suatu bangunan.

1|Arsitektur Tropis
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Arsitektur Tropis?
2. Apa yang dimaksud dengan Sistem Penghawaan Alami ?
3. Bagaimana sistem penghawaan alami pada bangunan Tradisional Bali dengan pendekatan
Arsitektur Tropis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Arsitektur Tropis
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud degan Sistem Penghawaan Alami
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem penghawaan alami pada bangunan Tradisional Bali
dengan pendekatan Arsitektur Tropis

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat baik untuk penulis maupun pembaca yaitu untuk menambah ilmu
pengetahuan khususnya sistem penghawaan alami pada bangunan Tradisional Bali dengan
pendekatan Arsitektur Tropis.

2|Arsitektur Tropis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Arsitektur Tropis

Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban atau adaptasi bentuk
bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang
disebabkan oleh panas matahari, kelembaban yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin,
dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembaban, kesehatan udara yang harus di
antisipasi oleh arsitek yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup
pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih
sesuai daripada material impor.
Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun
pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan
bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur yang estetis, hal ini
karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana
kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan tersebut. Bentuk secara makro sangat
memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani hal tersebut maka arsitektur
tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak panas dan ketika hujan tidak
tampias hujan, selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan dengan suasana panas dan dingin
yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan perlindungan serta
menikmati iklim tropis yang bersahabat.
Bentuk secara mikro pada masing-masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk
lebar, berjalusi, berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya
merupakan bangunan panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar dari banjir
akibat hujan, memang merupakan kualitas rancangan yang sudah berhasil sejak dulu. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan kenyamanan thermal pada arsitektur tropis adalah
dengan menciptakan sistem penghawaan alami pada desain bangunan arsitektur topis.

3|Arsitektur Tropis
2.2 Jenis-jenis Arsitektur Tropis

Berdasarkan iklim dan letak geografisnya Arsitektur Tropis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
arsitektur tropis lembab dan arsitektur tropis kering. Di Indonesia sendiri memiliki 2 musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau sehingga menghasilkan iklim tropis yang lembab. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap desain arsitektur dan respon bangunan terhadap iklim yang ada di Indonesia.

2.2.1 Arsitektur Tropis Kering

Arsitektur Tropis Kering umumnya terdapat padang pasir, stepa, dan savanna. Di
daerah benua atau daratan yang cukup luas, banyak terdapat gurun pasir karena di tempat
itu jarang terjadi hujan, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena angin
yang melaluinya sangat kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang terkandung di
udara sudah habis dalam perjalanan menuju ke pedalaman benua itu, atau juga karena
terhalang oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga daerah itu menjadi sangat panas dan
tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar matahari, yang mengakibatkan bebatuan
hancur menjadi pasir. Suhu di padang pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang
hari, dan di malam hari dapat mencapai -1o C.

Gambar 2.1 Bangunan dengan pendekatan arsitektur tropis kering


Sumber : www.google.com

Ciri-ciri iklim tropis kering :

 Kelembaban rendah
 Curah hujan rendah
 Radiasi panas langsung tinggi

4|Arsitektur Tropis
 Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan -10o Celcius)
 Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan.
 Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat
dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab).
 Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis.
Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering
terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas.
 Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan
suhu yang tiba-tiba drastis.

2.2.2 Arsitektur Tropis Lembab

Daerah tropis lembab umumnya terdapat hutan tropis, daerah-daerah dengan angin
musim dan savanna lembab. ciri-ciri dari iklim tropis lembab sebagaimana yang ada di
Indonesia adalah “kelembaban udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas
sepanjang tahun”. Kelembaban udara rata-rata adalah sekitar 80% akan mencapai
maksimum sekitar pukul 06.00 dengan minimum sekitar pukul 14.00. Kelembaban ini
hampir sama untuk dataran rendah maupun dataran tinggi. Daerah pantai dan dataran
rendah temperatur maksimum rata-rata 320C. Makin tinggi letak suatu tempat dari muka
laut, maka semakin berkurang temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C untuk
setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi dengan rata-rata sekitar
1500- 2500 mm setahun. Radiasi matahari global horisontal rata-rata harian adalah sekitar
400 watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun, keadaan langit pada umumnya
selalu berawan. Pada keadaan awan tipis menutupi langit, luminasi langit dapat mencapai
15.00 kandela/m2.Tinggi penerangan rata-rata yang dihasilkan menurut pengukuran yang
pernah dilakukan di Bandung untuk tingkat penerangan global horizontal dapat mencapai
60.000 lux.

5|Arsitektur Tropis
Gambar 2.2 Bangunan dengan pendekatan Arsitektur tropis lembab
Sumber : www.google.com

Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa cahaya matahari
langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan minimum antara 08.00 –
16.00 adalah 10.000 lux. Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu udara yang
kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara yang tinggi pada waktu tengah
malam serta cukup rendah pada waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata pada waktu
siang hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk kenyamanan, yaitu sekitar 1.0 m/det.
Pada waktu musim hujan yaitu sekitar 2.0 m/det. Pada waktu musim panas akan
memberikan gambaran tersendiri mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif
bangunan. Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas kenyamanan thermal manusia,
sebenarnya terdapat potensi iklim natural yang dapat mewujudkan terciptanya kenyamanan
dengan strategi lain. Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar fungsi iklim
dengan lingkungan maupun dengan pemanfaatan teknologi.

2.3 Sistem Penghawaan Alami

Penghawaan alami adalah penghawaan yang sumbernya dari tiupan angin yang sudah
tersedia di alam (bukan hasil rekayasa). Udara di alam terdiri dari Oksigen (O2) 21 %;
Karbondioksida (CO2) 0,03-0,04 % ; Nitrogen (N) 78 % dan gas lain terutama Argon 1 % serta
uap air sejumlah 5 – 25 gram/m3 udara. Angin yang ada di alam dapat kita manfaatkan untuk
sirkulasi di dalam ruang. Udara bersih yang kita hirup dan uap air dari nafas yang kita keluarkan
sama sama membutuhkan angin untuk proses sirkulasi, sehingga ruang yang sirkulasi udaranya
lancar akan terasa nyaman. Kelancaran sirkulasi udara dapat kita ciptakan dengan adanya

6|Arsitektur Tropis
lubang/bukaan (jendela, lubang ventilasi) pada fasad bangunan. Luasnya bukaan, letak/posisi
bukaan sangat mempengaruhi sirkulasi udara dalam ruang, yang berarti juga sangat mempengaruhi
kenyamanan penghuninya. (Syamsiyah,1995)

Penghawaan berkaitan erat dengan soal kelembaban udara. Kelembaban normal yang
terasa nyaman di tubuh adalah 40-70 %. Terdapat dua factor yang mendukung kelembaban, yaitu:
1. Kecepatan angin, dengan besarnya laju angin 0,9-9 km/jam akan cukup terasa nikmat
2. Jumlah pergantian udara, adalah hasil pembagian udara yang masuk ruang secara alamiah
dengan volume ruang. Pergantian udara di daerah tropis sebanyak 12 kali, terutama
gudang, kamar mandi, loronglorong (tempat-tempat lembab) harus lebih banyak
mengalami pergantian udara. Oleh sebab itu sirkulasi udara harus lancar.
(Syamsiyah 1995)

2.3.1 Peranan penghawaan alami

Peranan Penghawaan dan aliran udara memahami peranan atau fungsi penghawaan dan
alir udara terlebih dahulu sangat penting sebelum dapat menghargai betapa pentingnya
peruntukan bukaan kepada bangunan yang sewajarnya dipatuhi. Kegagalan untuk menilai
perkara ini akan menyebabkan persyaratan-persyaratan dasar rancangan bangunan yang
sensitif kepada iklim dan dapat memberi kenyamanan kepada penghuninya dianggap
kurang penting. (Heinz Frick, 2007).

Berikut ialah peran-peran dasar penghawaan dan alir udara di dalam bangunan :

1. Untuk memenuhi persyaratan kesehatan.


2. Untuk menghasilkan kenyamanan termal.
3. Untuk mendinginkan struktur bangunan

2.3.2 Prinsip-prinsip dalam pemanfaatan penghawaan alami

Prinsip-prinsip dalam pemanfataan penghawaan alami. Prinsip dalam pemanfaatan


penghawaan alami meliputi:

1. Kecondongan angin bergerak ke Barat (bumi berputar ke Timur) menyebabkan fasad


bangunan pada sisi Timur lebih banyak mendapatkan angin. Hal ini baik sekali dan kita
memanfaatan angin tersebut dengan membuat bukaan pada sisi Timur bangunan

7|Arsitektur Tropis
(sangat sesuai dengan pencahayaan, sisi Timur baik sekali untuk menerima sinar
matahari pagi yang sehat).
2. Bergeraknya angin bertekanan tinggi ke rendah:
a. Menyebabkan adanya pergerakan udara, sehingga kita dapat memanfaatkannya
dengan membuat ruangruang yang terbuka antara ruangruang yang berbeda
tekanan tersebut.
b. Arus udara yang masuk ke rumah terasa sejuk karena sudah bercampur uap air dari
kolam, bercampur oksigen dari dedaunan sebagai hasil fotosintesis dan sekaligus
udara yang kotor telah tersaring oleh dedaunan (daun sebagai filter).
3. Sedapat mungkin ventilasi yang timbul secara alamiah. Bentuk konstruksi harus
mendukung timbulnya aliran udara. Ventilasi tidak harus berbentuk lubang seperti
jendela atau angin-angin. Atap rumahpun bisa sebagai ventilasi, yaitu melalui celah-
celah antara atap dan dinding bagian atas.
4. Lokasi bangunan:
a. Harus diperhatikan bangunan yang berlokasi didaerah dengan kelembaban tinggi
(pegunungan, pantai, bangunan, di atas sungai atau rawa dsb).
b. Bangunan di daerah lembab harus memperhatikan betul ruangan yang butuh
pergantian udara banyak jangan sampai terkena lembab yang tinggi, perbanyak
pergantian udaranya.
5. Ventilasi untuk keperluan penghawaan terdiri dari :
a. Ventilasi Horizontal, yaitu ventilasi yang disebabkan arus angin yang datang secara
horizontal dari sumbernya. Gejala ini akan lebih terasa bila kita buat bagian
halaman kita ada bagian yang sejuk dan bagian yang panas. Harus diperhatikan
arah datangnya angin kencang.
b. Ventilasi Vertikal, yaitu ventilasi yang terjadi karena ada perbedaan tekanan dan
lapisan udara, baik diluar maupun didalam ruang. Pada siang hari udara dari dalam
ruangan yang dingin akan cenderung bergerak ke luar melalui celahcelah bagian
bawah dekat lantai, sementara udara panas dari luar akan menyusup melalui celah
bagian atas dinding (Syamsiyah, 1995).
6. Kekuatan Angin
a. Keadaan tidak berangin 0 g. Angin kencang 10-12
b. Aliran angina perlahan 1-2 h. Angin rebut 12-14
c. Angin ringan 2-4 i. Badai 14-17
d. Angin sedang 4-6 j. Badai kuat 17-20
8|Arsitektur Tropis
e. Angin Sejuk (segar) 6-8 k. Badai angina topan 20-24
f. Angin Kuat 8-10 l. Angin topan 30<

Satuan dalam m/sekon (Heinz Frick, 1991)


2.3.3 Sistem ventilasi silang (Cross Ventilation)
Ventilasi silang atau cross ventilation adalah dua bukaan berupa jendela atau pintu
yang letaknya saling berhadapan di dalam satu ruangan. Ventilasi ini bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara.
Prinsip ventilasi adalah pemanfaatan perbedaan suhu dan tekanan udara pada bagian-
bagian ruang dalam bangunan yang sama. Lubang untuk pergantian udara lebih baik ada
pada 2 sisi dinding yang berhadapan, agar arus udara mengalir melintasi seluruh bagian
ruang. (Syamsiyah, 1995)

Gambar 2.1 Sketsa sistem ventilasi silang


Sumber : www.google.com

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan hisapan pada
bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin
berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan
untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan
ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu perlu
juga diperhatikan apakah bangunan itu terletak di perkotaan atau di pedesaan. Seandainya
kecepatan angin telah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan dapat
ditentukan dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen.

9|Arsitektur Tropis
Gambar 2.2 Sketsa ventilasi silang yang kurang optimal
Sumber : www.google.com

Perletakkan bukaan yang salah dapat menyebabkan sirkulasi udara tidak dapat
memasuki ruangan secara maksimal sehingga sistem ventilasi silang tidak dapat diterapkan
secara maksimal yang mengakibatkan ruangan menjadi pengap. Selain perletakkan bukaan
yang mengakibatkan tidak optimalnya sistem ventilasi silang adanya ambalan pada bukaan
jendela sehingga udara tidak dapat sepenuhnya masuk ke dalam ruangan.

10 | A r s i t e k t u r T r o p i s
DAFTAR PUSTAKA

Frick, H., & Mulyani, Tri H. (2006). Arsitektur Ekologis (Seri 2). Kanisius.

Frick, H., & Suskiyatno, B. (2007). Dasar-dasar arsitektur ekologis (Seri 1). Kanisius.

Karyono, Tri H. (2000). Mendefinisikan Kembali Arsitektur Tropis Di Indonesia. Jurnal Desain
Arsitektur. (Vol. 1) 5-6

Frick, H., (2007). Ilmu Fisika Bangunan. Jogya. Kanisius.

Neuvert, Ernst., (1996). Data Arsitek (Jilid1). Erlangga 103-104

11 | A r s i t e k t u r T r o p i s

Anda mungkin juga menyukai