Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Choledocholithiasis adalah adanya batu dalam saluran empedu dan merupakan suatu
kondisi umum dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Pada umumnya komposisi utama
batu adalah kolesterol. Letak batu di saluran empedu yaitu di : saluran empedu utama atau di
duktus choledochus (choledocholithiasis), di saluran sistikus (sistikolitiasis) jarang sekali
ditemukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran
empedu intrahepatal (intrahepatolitiasis) atau hepatolitiasis. Sebagian besar batu yang terletak
di duktus choledochus berasal dari kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi
melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut
sebagai batu saluran empedu sekunder. Choledocholithiasis biasanya disertai dengan kalkulus
cholecystitis. Batu yang ada dapat tunggal atau ganda, berbentuk bulat atau oval. Batu dapat
terletak di ampula vateri.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Namun,
sering menimbulkan gejala sumbatan sebagian (partial obstruction), dan menimbulkan gejala
kolik. Pada dasarnya dilatasi saluran empedu sangat bergantung pada berat atau tidaknya
obstruksi yang terjadi. Pada penderita-penderita yang mengalami obstruksi parsial baik
disebabkan oleh batu duktus choledochus, tumor papilla vateri atau cholangitis sklerosis,
kadang-kadang tidak memperlihatkan pelebaran saluran empedu sama sekali, tetapi mungkin
saja dijumpai pelebaran yang berkala. Bila menimbulkan gejala sumbatan, akan timbul tanda
cholestasis ekstrahepatal. Di samping itu dapat terjadi infeksi, timbul gejala cholangitis, dan
cairan empedu menjadi kental dan berwarna coklat tua (biliary mud). Dinding dari duktus
choledochus menebal dan mengalami dilatasi disertai dengan ulserasi pada mukosa terutama
di sekitar letak batu dan di ampula vateri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Kandung empedu normal berbentuk kista berdinding tipis menempel pada bagian
bawah dan medial dari lobus kanan hepar.Kadang-kadang intrahepatik.Duktus sistikus
berhubungan dengan kandung empedu dan bersama duktus hepatikus membentuk duktus
choledochus. 1, 2

Duktus choledochus berjalan ke arah kaudal akhirnya berhubungan dengan duktus


pankreatikus dan berakhir pada papilla vateri di dalam duodenum.Duktus pankreatikus
biasanya bergabung dengan duktus choledochus proksimal dari papilla. Kecuali distal, duktus
biliaris mempunyai jaringan elastik lain dari pada dinding otot. Di distal ada otot (oddi’s)
sphincter melibatkan duktus dalam area pendek tepat proksimal dari papilla. Fungsi kandung
empedu adalah tempat penyimpangan dan pemekatan empedu.Kontraksi kandung empedu
dan relaksasi sphincter oddi diatur oleh hormon cholecystokinin yang disebabkan oleh
dinding duodenum sebagai reaksi dari lemak intramural dan asam amino. 3
Kantung empedu adalah sebuah kantung kecil di bawah hati. Kantung ini berisi cairan
yang di hasilkan oleh hati yang kita sebut cairan EMPEDU ( Bile) yang berguna untuk
memecahkan lemak (kholesterol) pada usus, sehingga kholesterol terpecah menjadi lebih
ringan dan kecil dan mudah di serap oleh usus.Warna kantung empedu adalah hijau dan

2
berukuran sekitar 7-10 cm dan biasanya berisi 50 ml cairan empedu.Seperti kantung, dia bisa
besar jika terisi oleh cairan empedu dan bisa kempis jika cairan empedu di kirim ke usus 12
jari.

Saat sebelum makan dimana produksi cairan empedu di produksi, maka kantung empedu
akan penuh, saat makan, kantong empedu mendapat signal dari usus 12 jari, maka ia seakan
diremas untuk mengeluarkan cairan empedu ke usus 12 jari. 7

B. Konsep Penyakit
1. Definisi
Choledocholithiasis adalah adanya batu dalam saluran empedu dan merupakan
suatu kondisi umum dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi.Pada umumnya
komposisi utama batu adalah kolesterol.Choledocholithiasis pada anak adalah adanya
batu dalam saluran empedu yang terjadi pada anak. Letak batu di saluran empedu
yaitu disaluran empedu utama atau di duktus choledochus (choledocholithiasis), di
saluran sistikus (sistikolitiasis) jarang sekali ditemukan dan biasanya bersamaan
dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal
(intrahepatolitiasis) atau hepatolitiasis. 5
Sebagian besar batu yang terletak di duktus choledochus berasal dari kandung
empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam
saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran
empedu sekunder.Choledocholithiasis biasanya disertai dengan kalkulus
cholecystitis.Batu yang ada dapat tunggal atau ganda, berbentuk bulat atau oval.Batu
dapat terletak di ampula vateri. 8, 9
Beberapa istilah yang berkaitan dengan gangguan pada empedu dan salurannya :
a. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (duktus
koledokus)
b. Batu empedu (kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu

3
c. Radang empedu (kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu
d. Radang saluran empedu (kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu

2. Etiologi

Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang dibentuk
pada bagian saluran empedu lain. Etiologi batu empedu masih belum diketahui.Satu
teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di
kandung empedu.Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi
menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu.Akan tetapi, tampaknya faktor
predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi kandung empedu.
Beberapa faktor risiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur,
hormon wanita, infeksi (cholecystitis), kegemukan, kehamilan, terapi hormon,
kehilangan berat badan yang cepat, penyakit crohn, trigliserida darah yang meningkat
serta faktor genetik.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
o Infeksi kandung empedu
o Usia yang bertambah
o Obesitas
o Wanita
o Kurang makan sayur
o Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
3. Klasifikasi

4
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Tipe kolesterol
Batu kolesterol di mana komposisi kolesterol melebihi 70%.Terjadinya batu
kolesterol adalah akibat gangguan hati yang kenaikan sekresi kolesterol hingga
kadarnya di atas nilai kritis kelarutan kolesterol dalam empedu dan penurunan
produksi empedu.
b. Tipe pigmen empedu
1) Batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang mengandung Ca-
bilirubinate sebagai komponen utama. Tipe pigmen biasanya adalah akibat
proses hemolitik atau infestasi Escherichia coli atau Ascaris lumbricoides ke
dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin
bebas yang mungkin dapat menjadi kristal kalsium bilirubin. Bentuk lebih besar
, berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan
infeksi
2) Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi.Tterbentuk di
dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
c. Tipe campuran

4. Patogenesis
Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol :
a. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu
b. Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol
c. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis empedu,
malnutrisi, dan faktor diet.Kelebihan aktifitas enzim β-glucuronidase bakteri dan
manusia (endogen) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada
pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan membentuk
bilirubin tak terkonjugasi yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate. Enzim
β-glucuronidase bakteri berasal dari kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran
empedu.Enzim ini dapat dihambat oleh glucarolactone yang konsentrasinya
meningkat pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran
empedu lainnya.

5
Faktor predisposisi yang penting adalah :
 Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada
pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam
kandung empedu .
 Statis empedu
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.Gangguan kontraksi
kandung empedu dapat menyebabkan stasis.Faktor hormonal khususnya selama
kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan
merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
 Infeksi kandung empedu
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan
mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat
presipitasi.Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding
infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.

5. Manifestasi Klinis
Choledocholithiasis yang tanpa kelainan atau sebagai batu tersembunyi (silent
stone) tidak memberikan gejala sama sekali. Bila menimbulkan tanda sumbatan baru
memberikan gejala ikterus cholestatic.Pada umumnya ikterusnya ringan, dan sifatnya
sementara, karena yang sering menimbulkan sumbatan sebagian, jarang menimbulkan
sumbatan lengkap. Penderita dapat berkeringat banyak atau berjalan mondar-mandir
atau berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur.Pasien sering memiliki
riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung
lama. 6
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K
yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-
vitamin ini jika obstruksi biliaris berlangsung lama.Defisiensi vitamin K dapat
mengganggu pembekuan darah yang normal.Di samping adanya regurgitasi gas
berupa flatus dan sendawa. Tanda murphy positif ditemukan pada pemeriksaan
fisik.Kulit atau mata menguning merupakan suatu tanda penting untuk obstruksi
biliaris, dan pada choledocholithiasis atau pankreatitis sering ditemukan pula adanya

6
ikterus, feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan
biasanya pekat yang disebut “clay-colored”. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuat urin berwarna sangat gelap. Selain tanda-tanda tersebut, jika
didapatkan demam dan menggigil, maka diagnosa yang dipertimbangkan adalah
cholangitis ascendes. 10

GEJALA AKUT GEJALA KRONIS


TANDA : TANDA:

1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan 1. Biasanya tak tampak gambaran pada
spasme abdomen
2. Usaha inspirasi dalam saat diraba 2. Kadang terdapat nyeri di kuadran
pada kuadran kanan atas kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan 3. Pada palpasi teraba nyeri tekan di
nyeri epigastrium dan perut kanan atas
4. Ikterus ringan

GEJALA: GEJALA:

1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat :
menetap → cholecystitis akut abdomen bagian atas (mid
sering disertai sumbatan batu epigastrium), bisa juga di kiri dan
dalam duktus sistikus prekordial. Sifat : terpusat di
epigastrium menyebar ke arah
1. Mual dan muntah skapula kanan dan punggung,
2. Febris (38,5°C) berlangsung lebih dari 30 menit dan
kurang dari 12 jam
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan
berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)

6. Komplikasi
Batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak
menimbulkan masalah, atau dapat menyebabkan timbulnya komplikasi.Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah infeksi kandung empedu (cholecystitis) dan
obstruksi duktus sistikus atau duktus choledochus.Obstruksi seperti ini dapat bersifat
sementara, intermiten, atau permanen.Kadang-kadang, batu dapat menembus dinding

7
kandung empedu dan menyebabkan peradangan hebat, sering menyebabkan
terjadinya peritonitis, atau menyebabkan ruptur dinding kandung empedu. 5, 6

7. Prognosis
Prognosis choledocholithiasis tergantung dari ada/tidak dan berat/ringannya
komplikasi.Namun, adanya infeksi dan halangan disebabkan oleh batu yang berada di
dalam saluran biliaris dapat mengancam jiwa.Walaupun demikian, dengan diagnosis
dan pengobatan yang cepat serta tepat, hasil yang didapatkan biasanya sangat baik. 6

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien dilakukan pemeriksaan darah yaitu bilirubin, tes fungsi hati, dan enzim
pankreatik. Hasil yang diperoleh, diantaranya :
o Meningkatnya serum kolesterol
o Meningkatnya fosfolipid
o Menurunnya ester kolesterol
o Meningkatnya protrombin serum time
o Tes fungsi hati ; meningkatnya bilirubin total lebih dari 3mg/dL, transaminase
(serum glumatic-pyruvic transaminase dan serum glutamic-oxaloacetic
transaminase) meningkat pada pasien choledocholithiasis dengan komplikasi
cholangitis, pankreatitis atau keduanya.
o Menurunnya urobilirubin
o Jumlah darah ; meningkatnya sel darah putih sebagai tanda adanya infeksi atau
inflamasi, tapi penemuan ini non-spesifik.
o Meningkatnya serum amylase/lipase, bila pankreas terlibat yaitu pankreatitis
akut akibat komplikasi choledocholithiasis atau bila ada batu di duktus utama.
o Kultur darah ; seringkali positif pada cholangitis.
o Leukosit : 12.000 – 15.000 /iu (N : 5000 – 10.000 iu).
o Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
o Amilase serum meningkat.( N: 17 – 115 unit/100ml).
o Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena
obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara
Kapilar : 2 – 6 mnt).
o USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya
batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan
prosedur diagnostik)

8
o Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan
untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus
duodenum.
o PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras
untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
o Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di
sistim billiar.
o CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran
empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
o Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran
pada saluran atau pembesaran pada gallblader.

b. Pemeriksaan Radiologis
Manfaat pemeriksaan radiologi intervensional, diantaranya :
- Digunakan pemeriksaan endoscopic retrograde cholangiopancreatography dan
percutaneous transhepatic cholangiography
- Radiologi intervensional memiliki keakuratan yang sangat tinggi untuk
mendeteksi choledocholithiasis dan sebagai akses dalam memberikan terapi
- Merupakan suatu tatacara yang invasif dengan risiko terjadinya pankreatitis,
hemoragik dan sepsis.
c. Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen kadang-kadang ditemukan batu yang radioopak.Batu
radioopak merupakan batu pigmen hitam yang bisa dideteksi oleh x-ray, sedangkan
batu pigmen coklat tampak radiolusen dan tidak bisa dideteksi dengan sinar x-
ray.Batu berpigmen hitam biasanya ditemukan pada kandung empedu dan batu
berpigmen coklat lebih sering terlihat di saluran empedu.Oleh karena itu, dilakukan
ERCP yang tampak jelas adanya batu di duktus choledochus. Demikian pula PTC
dapat membantu menentukan diagnosis, yaitu akan tampak batu radiolusen di
duktus choledochus. Sering pula ditemukan gambaran batu di kandung
empedu.Sebagaimana diketahui sebagian besar di duktus choledochus berasal dari
kandung empedu yang mengalami migrasi.
d. Ultrasonografi
Batu yang terletak di dalam saluran empedu utama yang mengakibatkan sumbatan,
secara USG akan tampak pelebaran saluran empedu. Letak saluran empedu secara
anatomi di depan dan berjalan sejajar dengan vena porta, sehingga tampaknya
seperti ada dua saluran. Diameter saluran empedu yang normal kurang dari 3 mm,
dan diameter saluran empedu utama yang kurang dari 8 mm. Saluran empedu yang
melebar diameternya akan melebihi ukuran normal. Untuk usia dekade di atas 60
9
tahun dilatasi saluran empedu > 6 mm + 1 mm, dan > 10 mm post-
cholecystectomy. Pada choledocholithiasis, akan tampak pelebaran duktus
choledochus dan juga tampak massa gema padat dengan densitas meninggi disertai
bayangan akustik. Selain daripada itu juga terlihat dilatasi saluran empedu
intrahepatik dan pembesaran kandung empedu. Gambaran USG demikian
merupakan tanda khas dari cholestacys ekstrahepatal. 3
Pelebaran saluran empedu merupakan tabung (tubulus) yang anekoik (cairan)
dengan dinding hiperekoik yang berkelok-kelok dan sering berlobulasi.Kadang-
kadang berkonfluensi membentuk gambaran stellata yang tidak terdapat pada vena
porta.Pada dinding bawah bagian posteriornya mengalami penguatan akustik
(acoustic enhancement).Bila kita ragu-ragu apakah suatu duktus choledochus
melebar atau tidak, maka pemeriksaan dilakukan setelah penderita diberi makan
lemak terlebih dahulu. Pada keadaan obstruksi duktus choledochus, maka setelah
fatty meal tersebut akan terlihat lebih lebar; sedangkan pelebaran fisiologik,
misalnya pada usia tua, di mana elastisitas dinding saluran sudah berkurang, maka
diameternya akan menjadi lebih kecil. Prosedur ini akan memberikan hasil yang
paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung
empedunya berada dalam keadaan distensi. 8
e. CT Scan Abdominal
CT sensitif dalam mendeteksi kalsifikasi, dilatasi biliaris, menentukan komposisi
batu, dan kadang-kadang kurang sensitif daripada US untuk kalkulus yang
memiliki keuntungan visualisasi pada bagian distal biliaris ketika dikaburkan oleh
US. CT bisa juga mendeteksi dengan akurat adanya tumor obstruktif.
Gambaran CT untuk choledocholithiasis yaitu :Target sign, lebih rendah dan
berada di sekelilingi empedu atau mukosa. 6
Rim sign : densitas batu berada diluar garis kulit yang tipis.
f. Endoscopic retrograde cholangiography (ERCP)
ERCP menjadi kriteria standar untuk diagnosis dan terapi
choledocholithiasis.Karena ERCP merupakan pedoman tehnik diagnostik untuk
visualisasi lithiasis traktus biliaris.Bagaimanapun ini merupakan teknik yang
invasif dan dihubungkan dengan kelahiran maupun kematian.
ERCP merupakan kombinasi antara sebuah endoskopi (panjang,fleksibel, pipa
bercahaya) dengan prosedur fluoroskopi yang menggunakan sinar X pada biliaris
memberikan efek yang sama seperti MRCP, tetapi keuntungan yang didapatkan
10
pada sesuai dengan prosedur terapi seperti sfingterotomi dengan pengangkatan batu
dan penempatan biliaris. ERCP dikerjakan dengan menyuntikkan bahan kontras di
bawah fluoroskopi melalui jarum sempit, gauge berada di dalam parenkim hati.Ini
penting, keuntungannya memungkinkan operator mengadakan drainage empedu,
bila perlu biopsi jarum (needle biopsy).Drainage dari kumpulan cairan dan
menempatkan eksternal dan internal drainage stents dapat dikerjakan secara
perkutan.
Pemeriksaan ERCP memerlukan waktu sekitar 30 menit hingga 2 jam. Sebaiknya
untuk prosedur yang aman dan akurat, perut dan duodenum harus dikosongkan.
Tidak boleh makan atau minum apapun setelah tengah malam sebelum malam
melakukan prosedur, atau untuk 6 hingga 8 jam sebelumnya, tergantung dari waktu
sesuai dengan prosedur dan juga operator harus mengetahui adanya alergi atau
tidak, khususnya terhadap iodine.
g. Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP)
MRCP adalah sebuah teknik pencitraan terbaru yang memberikan gambaran sama
seperti ERCP tetapi tanpa menggunakan zat kontras medium, instrument, dan
radiasi ion. Pada MRCP saluran empedu akan terlihat sebagai struktur yang terang
karena mempunyai intensitas sinyal tinggi sedangkan batu saluran empedu akan
terlihat sebagai intensitas sinyal rendah yang dikelilingi empedu dengan intensitas
sinyal tinggi, sehingga metode ini cocok untuk mendiagnosis batu saluran empedu.
MRCP merupakan non-invasif dan tidak menyebabkan kematian, memberikan
indikasi yang terbatas terhadap yang diamati.MRCP memainkan peranan penting
atau fundamental untuk diagnosis pasien yang memiliki kemungkinan kecil adanya
choledocholithiasis, situasi ini sama seperti ERCP yang mengalami kegagalan
untuk mendeteksi choledocholithiasis. Sebagai tambahan, MRCP juga memiliki
peranan penting untuk mengkonfirmasi adanya eliminasi choledocholithiasis yang
spontan sesudah ERCP dan sfingterotomi dan pasien suspek choledocholithiasis
dengan pembedahan gastritis atau kandung empedu.
h. Percutaneous transhepatic cholangiogram (PTCA)
PTC mungkin merupakan pilihan untuk pasien yang tidak bisa menggunakan
pemeriksaan ERCP (misalnya, dengan pembedahan gastritis atau obstruksi batu
CBD bagian distal atau kurang berpengalamannya operator) dan juga pada pasien
dengan penyakit batu intrahepatik yang ekstensif dan cholangiohepatitis.Maka
diperlukan needle yang panjang dan besar untuk dimasukkan ke dalam duktus
11
intrahepatik dan cholangiografi.Kontraindikasi untuk PTC yaitu tidak terjadi
koagulopati dan ukuran duktus intrahepatik yang normal menyulitkan pemeriksaan
ini.Antibiotik propipaktik direkomendasikan untuk faktor risiko cholangitis.Angka
kecacatan rata-rata 10 %, dan kematian 1%.Komplikasi PTC adalah perdarahan,
luka pada duktus, kebocoran kandung empedu, dan cholangitis.Keberhasilan
pemeriksaan ini antara 75-85%.
i. Cholecystography
Cholecystography sukar menemukan batu di duktus choledochus. Oral
cholecystography ditemukan pertama kali 70 tahun yang lalu dan banyak diadakan
perubahan kontras nontoxic iodinated organic compound diberikan oral yang
diserap di dalam usus kecil, diekskresi oleh hati dan dipekatkan di dalam empedu
memberikan kesempatan untuk menemukan batu kandung empedu yang tidak
mengapur sebelum operasi.
Intravenous cholecystography dikerjakan sebagai pengganti oral
cholecystography.Bahan kontras dipergunakan adalah iodipamide (biligrafin yang
mengandung iodine 50%).

9. Penatalaksanaan

Penderita choledocholithiasis yang mengalami kolik perlu diberi


spasmoanalgetik untuk mengurangi nyeri atau serangan kolik.Bila memperlihatkan
peradangan, dapat diberi antibiotik. Selanjutnya batu perlu dikeluarkan, dapat secara
pembedahan atau endoskopi sfingterotomi.Pembedahan pengangkatan batu dari
duktus choledochus (choledocholitotomi), yang diharapkan dapat menyembuhkan
sekitar 95% kasus. Karena bila tidak dikeluarkan akan timbul serangan kolik dan
peradangan berulangkali, yang nantinya dapat memperburuk kondisi penderita. Batu
di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon-ekstraksi
melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar
bersama tinja atau dikeluarkan melalui mulut bersama skopnya. 3
Pengobatan paliatif untuk pasien ini adalah dengan menghindari makanan yang
kandungan lemak tinggi. Manajemen terapi : 9
 Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
 Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut
 Observasi keadaan umum dan pemeriksaan tanda vital

12
 Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok
 Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)

13
BAB III

LAPORAN KASUS

14
BAB IV

KESIMPULAN

Kolangitis merupakan peradangan pada saluran empedu dan penyebab tersering


terjadinya kolangitis adalah adanya batu pada saluran empedu atau koledokolitiasis. Gejala
pada koledokolitiasis sama dengan kolelitiasis, namun pada koledokolitiasis terdapat gejala
ikterus obstruktif yang diakibatkan karena adanya sumbatan saluran empedu. Kolangitis
merupakan komplikasi lanjutan dari koledokolitiasis yang berupa infeksi, sehingga dapat
terlihat adanya trias Charcot (ikterus, kolik, dan menggigil). Hal ini sesuai dengan keluhan
pasien pada skenario yang menunjukkan adanya gejala ikterus obstruktif (jaundice, feses
seperti dempul dan BAK kuning pekat), nyeri pada kuadran kanan atas yang menjalar ke
punggung, serta adanya tanda tanda demam seperti pada trias Charcot, sehingga pasien
didiagnosis kolangitis et causa koledokolitiasis.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Gore-Levine.Choledocholithiasis.In : High-Yield Imaging Gastrointestinal [serial


on the internet]. Elsevier Inc ; 2011:
http://www.expertconsulbook.com/expertconsult/ob/book.do?
2. Verma D, Kapadia A, Eisen Glenn M, Adler D G. EUS vs MRCP for detection of
Choledocholithiasis. the American Society for Gastrointestinal Endoscopy
2006; Vol.64, No.2: 248-254.
3. Hadi Sujono. GASTROENTERONOLOGI.Bandung : Penerbit P.T. Alumni.
1999.p.778-781
4. Lesmana Laurentius A. Penyakit Batu Empedu. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi Keempat-Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. p. 479-481.
5. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P:
586-588
6. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
7. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia,
1993.P: 523-536.
8. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 – 251.
9. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill
Livingstone, Melborne : 74 – 76.
10. Vorvick Linda, Zieve David. Choledocholithiasis.Washington ; U.S. National
Library ofMedicine NIH (National Institutes ofHealth) [serial on the internet].
2008 [Cited 2/15/2011]. Available from
:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/00274.htm

16

Anda mungkin juga menyukai