Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL DEMOGRAFI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun oleh:

Sarjana Terapan Keperawatan II B

1. Ni Made Dyah Ayu S (P17221174061)


2. Nazhilatul Rizkia (P17221174063)
3. Yuniat Rizky Aul Dwi P (P17221174063)
4. Endang Lestariningsih (P17221174064)
5. Novianti Eka Saputri (P17221174065)
6. David Nur Cahya (P17221174066)
7. Nayla Rifa’atul Aulia (P17221174068)
8. Siti Nur’Diyanah H (P17221174069)
9. Shinta Wahyu D. (P17221174070)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG

2019
Hari Kependudukan Sedunia 11 Juli 2017 diperingati dengan tema ”Keluarga Berencana,
Memberdayakan Penduduk, dan Membangun Bangsa”. Tema ini seiring dengan Hari Keluarga
Nasional XXIV pada 29 Juni 2017, ”Dengan Hari Keluarga Nasional, Kita Bangun Karakter
Bangsa Melalui Keluarga yang Berketahanan”.

Kedua peringatan ini menandakan pentingnya isu kependudukan dan keluarga di Indonesia.
Menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus 2017, isu kependudukan dan keluarga perlu
direnungkan transformasinya saat 100 tahun Indonesia merdeka, 2045. Adakah perubahan sosial
yang bermakna? Manakah capaian yang baik? Mana pula yang masih perlu dibenahi?

Indonesia merupakan negara peringkat keempat penduduk terbanyak sedunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat. Tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan menembus
265 juta jiwa, lebih besar ketimbang negara berkembang lain. Menurut data BPS, Indonesia
mengalami stagnasi angka kelahiran total sejak 2002 hingga 2012 pada angka 2,6 anak per
wanita. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) per tahun juga lebih tinggi dari harapan, 1,49 persen
per tahun, dari perkiraan 1,45 persen per tahun. Oleh karena itu, pemerintah terus berjuang
menurunkan angka kelahiran penduduk total (total fertility rate) melalui program KB.

Kepadatan penduduk memengaruhi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Fenomena alih
fungsi lahan makin gencar terjadi, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Lahan sawah atau
kebun terdesak oleh makin banyaknya jumlah penduduk, perlahan menjadi permukiman warga.
Dampaknya, kawasan hutan pun dirambah untuk lahan garapan baru.

Data menunjukkan laju degradasi hutan tropis di Kalimantan sejak 1950 hingga sekarang telah
memusnahkan 65 persen lahan hutan di sana. Dengan tingginya laju perusakan lingkungan ini,
tidak heran apabila banyak musibah bencana alam, seperti tanah longsor di Ponorogo, Jawa
Timur, atau banjir bandang di Sumatera Barat pada awal tahun ini. Semua akibat alih fungsi
lahan yang tidak terkendali yang merusak ekosistem alami.

Anda mungkin juga menyukai