Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH HEMOROID DI RSI MASYHITHOH

BANGIL

Oleh:

Shinta Wahyu D

P17221174070

POLITEKKES KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

KEPERAWATAN LAWANG

1
LAPORAN PENDAHULUAN
POST OP HEMOROID

A. KONSEP DASAR TEORI


1. PENGERTIAN
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan (R.Sjamsuhidayat, 2004:672).
Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar (Grace,
2007:114).

2. JENIS (R. Sjamsuhidayat, 2004: 672)


a. Hemoroid intern
Adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - -
II + + spontan
III + + Tidak dapat
IV + tetap Tidak dapat
b. Hemoroid ekstern
Adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal garis mukokutan di dalam jarigan di bawah epitel anus. Di
klasifikasikan sebagai hemoroid eksterna akut dan hemoroid eksterna kronik.
Akut: nampak bengkak, kebiru-biruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri dan diobati dengan “kompres duduk panas,
analgesik, bahkan anastesi lokal untuk menyangkut thrombus.
Kronik: Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2
3. PENYEBAB (Grace, 2007:114)
- Keturunan
- Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat), konstipasi
- Perubahan hemodinamik (misalnya selama kehamilan)

4. TANDA DAN GEJALA (R.Sjamsuhidayat, 2004:672)


- Perdarahan saat BAB umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
intern akibat trauma oleh feses yang keras.
- Benjolan pada anus
- Nyeri hebat hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami
thrombosis.

5. PENATALAKSANAAN (R.Sjamsuhidayat, 2004:673)


Hemoroid adalah normal dan oleh karena tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan.
a. Hemoroid derajat 1 dan 2:
- Diberi nasehat tentang makan yaitu makanan berserat tinggi.
- Supositoria dan salep anus
- Dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan
- Rendam duduk dengan cairan hangat dapat mengurangi nyeri.
- Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi jaringan fibrotik
dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
b. Hemoroid derajat 3 dan 4:
- Ligasi dengan gelang karet

3
Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang
karet didoromg dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam
beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut
akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
- Bedah beku
Hemoroid dapat dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali.
- Hemoroidektomi
Adalah mekakukan eksisi sehemat mungkin pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.

6. KOMPLIKASI (Price, 2005:467)


- Anemia karena perdarahan hebat
- Strangulasi (perlekatan)
- Thrombosis

4
7. WOC

Mengedan konstipasi Hamil


Resiko
kekambuhan
Peningkatan tekanan vena
hemoroidalis Ansietas
Luka terbuka
Terputusnya kontinuitas jaringan Dilatasi kronis dari pleksus
vena submukosa hemoroidalis
Port de entry
Mengeluarkan mediator kimia
kuman
(histamine, bradikinin,
prostaglandin) Hemoroid

Resiko
Merangsang ujung-ujung Pembedahan (operasi) infeksi
syaraf tepi
Anestesi
Dihantarkan ke hipotalamus

Efek anestesi SAB pada lumbal Efek general anestesi


Dikembalikan lagi ke syaraf afferent 4-5

Blok pada fleksus saraf


Nyeri Penurunan Penurunan Melemahnya
sensorik,motorik dan autonomic
peristaltik usus kesadaran kontraksi otot
lumbal 4-5
detrusor

Resiko Resiko
Kelemahan neuromuscular dari Retensi urine
konstipasi cedera
ekstremitas bawah

5
Hambatan mobilitas fisik
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas penderita
Sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25
tahun.
b. Riwayat keperawatan
- Keluhan utama: perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defekasi.
- Riwayat penyakit sekarang
di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
- Riwayat penyakit sebelumnya
pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
Ada keluarga yang menderita hemoroid
- Riwayat alergi
Alergi makanan atau obat
c. Kebutuhan dasar
- Pola Nutrisi klien :pola makannya tidak suka sayur, buah, kurang minum
- Eliminasi : konstipasi
- Pola istirahat : waktu istirahat pada malam hari terganggu akibat nyeri
pada area operasi
- Pola Aktivitas : dapat beraktivitas secara aktif
- Hygiene perseorangan: dapat memenuhi kebutuhan higiene secara mandiri
d. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan: tidak ada gangguan pola nafas, irama pernafasan
regular
- Sistem neurologi
Ekspresi wajah klien kesakitan (meringis, menangis, merintih ), skala
nyeri(0:tidak nyeri, 1-2 nyeri ringan, 2-3 nyeri sedang, 3-4 nyeri berat, 4-5
nyeri sangat berat), kesadaran composmentis.
- Sistem pencernaan

6
a. Inspeksi:
o Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
o Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
o Bagaimana warnanya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
o Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal)
b. Palpasi
Dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan
melakukan rektal toucher, dengan memasukkan satu jari kedalam anus.
Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan
- System sirkulasi
konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembab, kondisi akral hangat ,
warna merah, kering dan CRT kurang dari 2 detik, tekanan darah dan nadi
normal menandakan adanya perfusi baik.
- Sistem perkemihan
Frekuensi BAK, warna, jumlah.
- Sistem integument
Keadaan luka operasi di anus (merah, bengkak, hangat, rembesan),
keadaan daerah anus (bersih/kotor)
- Sistem musculoskeletal
Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus
otot tubuh secara keseluruhan.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Rectal toucher (colok dubur): untuk menyingkirkan karsinoma rectum.
2. Anaskopi: untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi: untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertainya.

2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot sekunder
akibat operasi

7
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan tempat masuknya kuman sekunder akibat
operasi.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anestesi regional
d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan faktor resiko hemoroid dan luka
operasi
e. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan
pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan.
f. Resiko konstipasi berhubungan dengan efek anestesi regional
g. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat efek anestesi
h. Resiko retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor akibat efek
anestesi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi
Tujuan: Terpenuhinya rasa nyaman dengan kriteria tidak terdapat rasa nyeri, dan
pasien dapat melakukan aktivitasd ringan.
Intervensi:
1. Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.
R/: Dapat menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.
2. ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptic
R/: Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan.
Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal dan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
3. Latihan jalan sedini mungkin
R/: Dapat menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi.
4. Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
R/: Perdarahan pada jaringan, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri.

8
b. Resiko terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat
Tujuan: Tidak terjadinya dengan kriteria tidak terdapat tanda-tanda radang, luka
mengering
Intervensi:
1. Observasi tanda vital tiap 4 jam
R/: Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan denagan
keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara
lanjut.
2.Observasi balutan setiap 2 – 4 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
R/: Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka
oprasi yang ada sebelumnya.
3. Ganti balutan dengan teknik aseptic
R/: Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi
silang.
4. Bersihkan area perianal setelah setiap depfikasi
R/: Untuk mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka.
5. Berikan diet rendah serat/ sisa dan minum yang cukup
R/: Dapat mengurangi ransangan pada anus dan mencegah mengedan pada
waktu defikasi.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi regional


Intervensi:
1. Jelaskan pada klien alasan pembatasan mobilitas fisik pada Sub Arachnoid
Blok epidural anastesi
R/: Pembatasan mobilitas fisik dapat membantu meminimalkan risiko terjadi
hipotensi ortostatik
2. Jelaskan pada klien tahapan mobilitas fisik pasca SAB anastesi, yaitu:
 Pasca operasi 0-6 jam klien tidur terlentang
 6-24 jam klien boleh miring ke kiri dan ke kanan dengan bantuan
 Lebih dari 24 jam klien dapat bangun dan duduk
R/: Mempertahankan tekanan liquor cerebral dalam medulla spinalis

9
3. Bantu dan motivasi klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas, higiene
perseorangan dan nutrisi secara bertahap
R/: aktivitas mempertahankan kelancaran sirkulasi darah. HP meningkatkan
kenyamanan klien, nutrisi meningkatkan regenerasi sel.
4. Observasi kemampuan beraktivitas setiap 3 jam
R/: Mengetahui pemulihan fungsi neuro muskuler ekstremitas bawah

d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan faktor resiko hemoroid dan luka


terbuka
Tujuan: tidak terjadi kekambuhan
Intervensi:
a. Jelaskan hal-hal yang bisa menyebabkan kekambuhan
R/: dengan menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dapat
mengurangi penyakit yang berulang.
b. Motivasi klien untuk banyak minum
R/: Minum banyak dapat membantu proses mencerna makanan di usus sehingga
kandungan BAB banyak air, tidak keras.
c. Anjurkan pasien untuk diet tinggi serat
R/: diet tinggi serat membantu system pencernaan dalam proses mencerna
makanan sehingga BAB bisa lancer dan konsistensi lembek.
d. Obsevasi pemahaman pasien
R/: dapat mengetahui tingkat pemahaman pasien untuk mengurangi resiko
kekambuhan.

e. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan


pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi dan pasca
operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi ceria.
Intervensi:
a. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pasca operasi,
persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan praopeasi, tinggal diruang

10
pemulihan, dan program pasca operasi informasikan pasien bahwa obat nyeri
sebelum nyeri menjadi berat.
R/: Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi
ansietas dan meningkatkan kerjasama pasien selama pemulihan.
mempertahankan konstan memberikan kontrol nyeri terbaik
b. Ajarkan dan usahakan pasien untuk :
a. Nafas dalam
b. Berbalik
c. Turun dari tempat tidur
d. Membabat bagian yang dibedah ketika batuk
R/: Untuk mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri.
c. Observasi ekspresi wajah pasien, keluhan pasien
R/: ekspresi wajah rileks dan tidak ada keluhan menunjukkan kecemasan
berkurang.

f. Resiko konstipasi berhubungan dengan efek anestesi regional


Tujuan: tidak terjadi konstipasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Intervensi:
a. Jelaskan pada pasien penyebab konstipasi
R/: Konstipasi disebabkan efek dari anestesi yang diberikan waktu pembedahan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet tinggi serat
R/: Diet tinggi serat berguna untuk mengurangi resiko konstipasi
c. Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi
R/; Mobilisasi dapat mengurangi resiko konstipasi
d. Observasi peristatiltik usus, frekuensi BAB dan konsistensi.
R/: Peristaltik usus 15-35 x/mnt, frekuensi BAB lancer, konsistensi feses lunak
menunjukkan tidak terjadi konstipasi.

g. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat efek anestesi


Tujuan: tidak terjadi cedera
Intervensi:
1. Jelaskan efek dari anestesi

11
R/: efek dari anestesi cukup banyak, salah satunya terjadi penurunan kesadaran.
Oleh karena itu keluarga perlu mendampingi pasien.
2. Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien
R/: pendampingan pasien bertujuan untuk mengurangi adanya cedera
3. Pasang pelindung tempat tidur
R/: pelindung tempat tidur berguna untuk mencegah pasien jatuh dari tempat
tidur, sehingga tidak terjadi cedera

h. Resiko retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor akibat efek
anestesi
Tujuan: tidak terjadi retensi urine
Intervensi:
1. Jelaskan pentingnya minum yang cukup
R/: Minum cukup dapat mencegah terjadinya retensi urine
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/: untuk mencegah retensi urine sehingga pasien dapat kencing
5. Pasang nelaton kateter bila pasien tidak dapat kencing dalam waktu > 6 jam.
R/: untuk mengeluarkan urine agar tidak terjadi retensi urine
6. Observasi kandung kemih, intake dan output cairan
R/: kandung kemih kosong, intake dan output sama menunjukkan tidak terjadi
retensi urine.

12
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


(2006). alih bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC

Mansjoer, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Grace, Pierce A, dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa: dr. Vidhia
Umami. 2007. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Price, Sylvia A. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


(2005). alih bahasa Huriawati Hartanto. Jakarta:EGC

R. Sjamsuhidayat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Saputri, Waode Nurhaeny Emba. (2010). Askep Hemoroid.


http://wdnurhaeny.blogspot.com/. diakses tanggal 21 november 2010 pukul
20.30.

13

Anda mungkin juga menyukai