Anda di halaman 1dari 39

Sindroma Kompartemen

Oleh:
M. Ilham F.R, S.Ked

Pembimbing:
dr. Eko Perdana Putra,Sp. OT, M.Kes
Definisi
Tekanan jaringan yang tinggi di dalam ruangan osteo
facial yang tertutup.

Perfusi jaringan

Kematian jaringan = necrosis


Klasifikasi:
Akut : fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan
arteri, luka bakar.
Kronis: melakunan aktivitas berulang seperti pelari
marathon, sepak bola dan militer.
Anatomi
 Kompartemen adalah daerah tertutup yang dibatasi
oleh tulang, interosseus membran, dan fascia, yang
melibatkan jaringan otot, syaraf dan pembuluh
darah.
 Berdasarkan letaknya:
 Anggota gerak atas:
 Lengan atas:
 kompartemen anterior : M. biceps brachii, M.
coracobrachialis, M. brachialis, A. brachialis,
N.musculocutaneus
 Kompartemen posterior : M.triceps brachii, A. profunda
brachii, A. collateralis ulnaris, N.radialis
 Lengan bawah:
 Kompartemen anterior : M. pronator teres, M. Flexor
carpi radialis, M. Palmaris longus, M. pronator quadratus,
A. Ulnaris, A.Radialis, N . Medianus
 Kompartemen Lateral : M. brachioradialis, M . Flexor
carpi radialis longus, A. radialis, A brachialis, N. radialis
 Kompartemen Posterior : M. extensor carpi radialis
brevis, M extensor digitorum, M.extensor digiti minimi,
Arteriae interoseus anterior dan posterior, Ramus
proofundus nervi radialis.
Anatomi
 Anggota gerak bawah:
 Tungkai atas:
 kompartemen anterior, M.sartorius, M.iliacus, M.psoas,
M.pectineus M.quadriceps femoris, A. femoralis, N.femoralis.
 kompartemen medial, M.gracilis, M adductor longus, M. adductor
brevis, M.adductor magnus, M.obturatorius extrena, A.
profunda femoris, A. Obturatorius, N. obturatorius.
 kompartemen posterior, M.biceps femoris, M. semitendinosus,
M.adductor magnus, cabang- cabang a. profunda femoris.
 Tungkai bawah:
 Kompartemen anterior, berisi otot tibialis
anterior dan ekstensor ibu jari kaki, nervus
peroneal profunda.
 Kompartemen lateral, berisi otot peroneus
longus dan brevis, nervus peroneal superfisial.
 Kompartemen posterior superfisial, berisi
otot gastrocnemius dan soleus, nervus sural.
 Kompartemen posterior profunda, berisi otot
tibialis posterior dan flexor ibu jari kaki,
nervus tibia.
Etiologi
Sindroma kompartemen

Volume kompartemen : Tekanan eksternal :


• Penutupan defek fasia • Balutan yang terlalu ketat Tekanan internal pada
• Traksi internal yang • Berbaring di atas lengan struktur kompartemen :
belebihan pada fraktur • Pendarahan atauTrauma
ekstremitas • Gips
vaskuler
• Peningkatan
permeabilitas kapiler
• Penggunaan otot yang
berlebihan
• Luka bakar
• Operasi
• Gigitan ular
• Obstruksi vena
Patofisiologi
Peningkatan tekanan yang berkelanjutan intra kompartemen
sampai melebihi tekanan arteri intramuskular >30 mmHg
sehingga darah tidak dapat mencapai pembuluh darah kapiler.

Ischemic Injury

Necrosis
Patofisiologi
 Kompensasi tubuh terhadap keadaan ini:
 Mekanisme autoregulasi ( cascade of injury)
 Penurunan resistensi pembuluh darah kapiler.
 Peningkatan ekstraksi oksigen.

 Keadaan ini masih berkelanjutan  tubuh kewalahan:


Keadaan kritis berupa tekanan yang tinggi
Perfusi jaringan ≠,  kematian jaringan
Patofisiologi
Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada
kompartemen sindrom:
 Spasme arteri akibat peningkatan tekanan
kompartemen
 Theori of critical closing pressure
Bila tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol
menurun maka tidak ada lagi perbedaan tekanan 
arteriol menutup
 Tipisnya dinding vena
Gejala Klinis

6 P:
 Pain
 Pallor
 Pulselesness
 Paresthesia
 Paralysis
 Pink color
Diagnosis
 Anamnesa:
 Kecurigaan terhadap sindrom kompartemen
 Riwayat nyeri yang berlebihan, kesemutan dan kelemahan otot

 Pemeriksaan fisik  6P
 Peningkatan tekanan intrakompartemen dengan
menggunakan alat pengukur tekanan kompartemen.
 Pulse exymetry
Diagnosis
 Patut di ingat!!!

 Nadi ” masih teraba” pada sindroma


kompartemen akut.
 Perubahan sensory dan paralysis masih
belum tampak hingga terjadi iskemia pada jaringan
saraf yang terkena, ± 1 jam.
Diagnosis
 Gejala yang paling penting pada
impending compartment
syndrome adalah Nyeri yang tak
sebanding dengan cedera yang
tampak.
Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
Hasilnya ≠ mendiagnosis sindrom kompartemen, tapi
berguna untuk menyingkirkan DD:
 Kreatinin fosfokinase dan urin myoglobin
 Serum myoglobin
 Toksikologi urin: dapat membantu menentukan penyebab, tetapi tidak
membantu dalam menentukan terapi pasiennya.
 Urin awal: bila ditemukan myoglobin pada urin, hal ini dapat mengarah ke
diagnosis rhabdomyolisis.
 Protrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin ( aPTTT).
Pemeriksaan penunjang
 Imaging
 Rontgen: pada ektremitas yang terkena.
 USG, membantu untuk mengevaluasi aliran arteri dalam
memvisualisasi Deep Vein Thromosis (DVT).(9)
Pemeriksaan penunjang
 Normalnya tekanan kompartemen adalah nol. Perfusi yang tidak
adekuat dan iskemia relatif terjadi ketika tekanan meningkat antara
10 – 30 mmHg dari tekanan diastolik. Tidak ada perfusi yang
efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastolik. Selama
tekanan pada salah satu kompartemen kurang dari 30 mmHg (
tekanan pengisian kapiler diastolik ), maka tidak perlu khawatir
tentang terjadinya sindroma kompartemen. Tes dianggap positif
jika memiliki tekanan ≥ 15 mmHg sebelum latihan atau ≥ 30
mmHg setelah latihan selama satu menit atau ≥ 20 mmHg setelah
latihan selama 5 menit.
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan lainnya
 Pengukuran tekanan intrakompartemen.

 Pulse oxymetry
 Teknik injeksi adalah kriteria diagnostik standard yang seharusnya
menjadi prioritas utama jika dalam penyusunan diagnosis terdapat
penuh tanda tanya. Tonometer tekanan stryker banyak digunakan
untuk mengukur tekanan jaringan yang tidak membutuhkan alat
khusus. Alat yang dibutuhkan spuit 20 cc, three way tap, tabung
intravena, normal saline steril, manometer air raksa untul
mengukur tekanan darah.
Komplikasi
 Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
 Kontraktur volkman
 Trauma vascular
 Gagal ginjal akut
 Sepsis
 Acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Penatalaksanaan
 Non operatif:
 Menempatkan kompartemen yang terkena setinggi
jantung.
 Pembukaan gips
 Pemberian anti racun pada kasus gigitan ular
 Mengoreksi hipoperfusi  cairan kristaloid dan produk
darah
 Pemberian obat diuretik dan manitol
 HBO (hyperbaric oxygen)
 Pembedahan :
Indikasi : pada kompertemen sindrom apabila tekanan
intrakompertemn > 30mmhg dan memerlukan tindakan
yang cepat dan segera.
1.Fasciotomi untuk sindrom kompertemen akut
 Fasciotomi kompartemen tungkai bawah
• Fibulektomi
• Fasciotomi insisi tunggal (darvey, rorabeck, dan fowler)
Dibuat insisi lateral, longitudinal pada garis fibula, sepanjang
mulai dari distal caput fibula sampai 3-4 cm proksimal
malleoulus lateralis. Kulit dibuka pada bagian anterior dan
jangan sampai melukai nervus peroneal supericial. Dibuat
fasciotomi longitudinal pada kompertemen anterior dan
lateral.
 Fasciotomi pada lengan bawah :
• PendekatanVolar (Henry)
Dekompresi kompertemen fleksor volar profunda dan
superficial dapat dilakukan dengan insisi tunggal. Insisi kulit
dimulai dari proksimal sampai ke fossa antecubiti sampai
kepalmar pada daerah tunnel carpal.
• Pendekatan volar ulnar
Pendekatan volar ulnar dilakukan dengan cara yang sama
dengan pendekatan henry. Lengan disupinasikan dan diinsisi
mulai dari medial bagian atas tendon biceps melewati lipatan
siku terus kebwah melewati garis ulnar lengan bawah dan
sampai ke carpal tunnel sepanjang lipatan thenar.
• Pendektan dorsal
Jika perlu dilakukan, setelah kompartemen superficial dan
fleksor profunda lengan bawah didekompresi. Fasciotomi
harus dilakukan dengan posisi lengan bawah pronasi.
Penatalaksanaan
 Operatif:
 Fasciotomy
Prognosa
”Baik” jika diagnosa tepat dan penganan cepat.
”Namun”, tergantung dari parah tidaknya cedera.
Kesimpulan
 Syndrome kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruangan terbatas
yakni kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga
mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen
jaringan.
 Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan
lokal yang kemudian memicu timbulnya sindrom kompartemen,
yaitu antara lain: Penurunan volume kompartemen, peningkatan
tekanan kompartemen, dan peningkatan tekanan pada struktur
kompartemen.
Kesimpulan
Secara umum terdapat beberapa tanda (sign) untuk sindroma kompartemen, yang
disingkat menjadi 5P:
 Pain (nyeri), yang sering ditemukan dan terjadi di awal sindrom
 Parestesia, yaitu gangguan pada saraf sensorik
 Paralisis, yaitu gangguan motorik yang ditemukan setelah beberapa waktu
 Pallor, yaitu pucat pada kulit akibat berkurangnya suplai darah
 Pulselessness, yaitu kehilangan denyut arteri
Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan teknik fasciotomi, suatu tindakan
operatif untuk membebaskan cairan yang terperangkap di dalam
kompartemen.Selain melalui gejala dan tanda yang ditimbulkannya, penegakan
diagnosa kompartemen syndrome dilakukan dengan pengukuran tekanan
kompartemen.
 Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen
mencapai > 30 mmHg. Jika tekanannya < 30 mm Hg maka
tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi
pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik,
evaluasi terus dilakukan hingga fase berbahaya terlewati.

Anda mungkin juga menyukai