Anda di halaman 1dari 29

MINI PROJECT

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAMBATAN II TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Primer
Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh :

dr. Alhadi Arista

dr. Mohd,. Ilham Fat-Thur Rahman

dr. Resi Erman

dr. Welia Safitri

Pendamping

dr. Sukma Dewi

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS RAMBATAN II

TANAH DATAR

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Di

Wilayah Puskesmas Rambatan II Tahun 2020

Penyusun : dr.Resi Erman

dr. Welia Safitri

dr. Mohd,. Ilham Fat-Thur Rahman

dr. Alhadi Arista

Tanggal Dipresentasikan : 07 November 2020

MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN

Pendamping Kepala Puskesmas

dr. Sukma Dewi Hj.Idelisa , SKM

NIP.19700404 200212 2 003 NIP.19650409 198803 2 003


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan mini project dengan judul

Gambaran karakteristik penderita diabetes mellitus di wilayah rambatan II tahun 2020

dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih

kepada dokter Sukma Dewi selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan

kepada saya.

Saya sangat berharap mini project ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam mini

project ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan miniprojeck ini. Oleh

sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan mini project yang

saya buat di masa yang akan datang. Sekiranya mini project yang telah disusun ini dapat

berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Batusangkar, 28 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1. Tujuan umum ............................................................................................. 3
2. Tujuan khusus ........................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5


2.1. Diabetes Mellitus tipe II ................................................................................ 5
a. Definisi ............................................................................................................ 5
2.2. Patogenesis ................................................................................................... 5
2.3. Diagnosa ....................................................................................................... 8
2.4. Penatalaksanaan .......................................................................................... 11
2.5. Komplikasi ................................................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Kerangka Konsep ......................................................................................
3.2. Hipotesis Penelitian ....................................................................................
3.3. Populasi Dan Sampel ..................................................................................
3.3.1. Populasi ............................................................................................
3.3.2. Sampel ..............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 33
BAB V PENUTUP ...............................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus terbagi

menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, gestational diabetes, dan DM jenis

lainnya.1

Saat ini diabetes mellitus menjadi perhatian utama dari kesehatan masyarakat,

karena jumlahnya semakin meningkat dan melibatkan jutaan penduduk di dunia. Kadar

glukosa dalam darah kita biasanya berfluktuasi, artinya naik turun sepanjang hari dan

setiap saat, tergantung pada makanan yang masuk dan aktivitas. 2

Keberhasilan dalam pengobatan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap

pengobatan yang merupakan faktor utama dari outcome terapi. Upaya pencegahan

komplikasi pada penderita diabetes melitus dapat dilakukan dengan meningkatkan

kepatuhan untuk memaksimalkan outcome terapi. Kepatuhan pengobatan adalah

kesesuaian pasien terhadap anjuran atas medikasi yang telah diresepkan yang terkait

dengan waktu, dosis, dan frekuensi.3

Di Indonesia, ternyata sebagian besar penatalaksanaan penyakit diabetes

menggunakan obat, padahal obat tidak merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan

untuk penatalaksanaan penyakit DM. Untuk penatalaksanaan penyakit DM yang telah

dikenal ada 3 cara, yaitu mengatur makanan, olahraga dan obat-obatan. Dengan demikian

penatalaksanaan DM sebaiknya menggunakan olahraga dan disertai dengan mengatur pola

makan. Walaupun manfaat dari olahraga masih ditentukan oleh tipe penyakit DM. 4
Data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2006 angka prevalensi

DM tipe 2 di Amerika Serikat, Cina, Malaysia berturut turut adalah 8,3%; 3,9%; 14,90%;

angka kejadian DM tipe 2 meliputi lebih 90% dari semua populasi DM. Menurut laporan

World Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia

menduduki peringkat keempat terbesar di dunia. Berdasarkan laporan dari badan

penelitian dan pengembangan kesehatan pada tahun 2013, di Indonesia terjadi peningkatan

prevalensi DM yakni 1,5% pada tahun 2007 menjadi 2,1 % pada tahun 2013. Sumatera

barat memiliki prevalensi total pasien diabetes mellitus sebanyak 1,6% pada th 2018,

dimana sumatera barat berada pada urutan 21 dari 34 provinsi di Indonesia. Menurut data

dinas kesehatan Provinsi Sumatera barat, jumlah kasus DM di sumatera barat berjumlah

44.280 kasus, dengan jumlah kasus tertinggi di kota Padang berjumlah 12.231 kasus.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran

karakteristik pasien penderita diabetes mellitus di wilayah puskesmas Rambatan II.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Karakteristik Penderita DM di wilayah Puskesmas

Rambatan II.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh perbedaan usia terhadap tingkat kejadian Diabetes

Melitus

b. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap kejadian diabetes melitus

c. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian diabetes melitus


D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :

1. Peneliti

 Peneliti dapat mengetahui gambaran karakteristik penderita DM di wilayah

puskesmas Rambatan II

 Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian.

2. Puskesmas

 Menambah pemahaman para tenaga kesehatan puskesmas mengenai factor

resiko diabetes mellitus

 Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Rambatan II tentang gambaran

karakteristik penderita diabetes mellitus.

 Untuk dapat meningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di

Puskesmas Rambatan II.

3. Masyarakat

 Memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa tingkat

pendidikan, usia, dan jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian diabetes

mellitus tipe 2.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus tipe 2

a. Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut

WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus sebagai suatu kumpulan problema anatomik

dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi

insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.1

2.2. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 24,5,6

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal

sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2. Selain otot, liver dan sel beta, ada

organ lain yang ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa

pada DM tipe-2. Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal

(omnious octet) berikut :

a. Kegagalan sel beta pancreas : Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel

beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah

sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.

b. Liver : Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu

gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver

(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini

adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.


c. Otot : Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple

di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan

transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan

oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan

tiazolidindion.

d. Sel lemak : Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,

menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free

Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses

glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga

akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut

sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.

e. Usus : Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau

diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan

oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent

insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada

penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP.

Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4,

sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat

kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga

mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-

glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian

diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat

yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.

f. Sel Alpha Pancreas : Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam

hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis
glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat.

Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara

signifikan dibanding individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi

glukagon atau menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4

inhibitor dan amylin.

g. Ginjal : Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM

tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen

dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium

Glucose coTransporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10%

sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden,

sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi

peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan

menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan

dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalurini adalah SGLT-2 inhibitor.

Dapaglifozin adalah salah satu contoh obatnya.

h. Otak : Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obes

baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan

mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan

justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat

yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin.

2.3. Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 24,5

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan

glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan

bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak


dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan

pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat

keluhan seperti :

 Keluhan klasik DM : poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

 Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi

pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria diagnosis DM

 Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada

asupan kalori minimal 8 jam, atau

 Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral

(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. Atau

 Pemeriksaan KGD sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik. Atau

 Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi

oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM

digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi : toleransi glukosa

terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

a) Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) : Hasil pemeriksaan glukosa plasma

puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <140

mg/dl;

b) Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) : Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 -jam

setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl;
c) Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT Diagnosis prediabetes dapat juga

ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-

6,4%.

Pemeriksaan penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes

Melitus Tipe-2 dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan

gejala klasik DM yaitu :

1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23 kg/m2) yang

disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut :

a) Aktivitas fisik yang kurang.

b) First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga).

c) Kelompok ras/etnis tertentu.

d) Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4 kg atau

mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional (DMG).

e) Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi).

f) HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.

g) Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.

h) Riwayat prediabetes.

i) Obesitas berat, akantosis nigrikans.

j) Riwayat penyakit kardiovaskular.

2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.

Catatan : Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma

normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun, kecuali pada kelompok prediabetes

pemeriksaan diulang tiap 1 tahun.


2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus tipe 24,5,6,7

Tujuan penatalaksanaan meliputi :

a. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup,

dan mengurangi risiko komplikasi akut.

b. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit

mikroangiopati dan makroangiopati.

c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk

mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan

darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara

komprehensif.

1.) Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum

Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang

meliputi :

a.) Riwayat Penyakit

 Usia dan karakteristik saat onset diabetes.

 Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat perubahan

berat badan.

 Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.

 Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk

terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan

DM secara mandiri.

 Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,

perencanaan makan dan program latihan jasmani.

b.) Pemeriksaan Fisik

 Pengukuran tinggi dan berat badan.


 Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam

posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik.

 Pemeriksaan funduskopi.

 Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.

 Pemeriksaan jantung.

 Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop.

 Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan vaskular,

neuropati, dan adanya deformitas).

 Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka, hiperpigmentasi,

necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan bekas lokasi penyuntikan

insulin)

 Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain.

c.) Evaluasi Laboratorium

Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, 2 jam setelah TTGO, kadar HbA1c,

profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density Lipoprotein

(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida, tes fungsi hati, tes

fungsi ginjal, Elektrokardiogram., Foto Rontgen thoraks (bila ada indikasi:

TBC, penyakit jantung kongestif).

d.) Penapisan Komplikasi

2.) Langkah-langkah penatalaksanaan khusus

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi

medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat

antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat

diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan

dekompensasi metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan


yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke

Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tersier.

a.) Edukasi

Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi

tingkat lanjutan. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Primer yang meliputi :

 Perjalanan penyakit DM.

 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara

berkelanjutan.

 Penyulit DM dan risikonya.

 Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.

 Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia

oral atau insulin serta obat-obatan lain.

 Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau

urin mandiri.

 Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.

 Pentingnya latihan jasmani yang teratur.

 Pentingnya perawatan kaki.

Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi :

 Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

 Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.

 Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi)Kondisi khusus

yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit).


 Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang

DM.

 Pemeliharaan/perawatan kaki.

b.) Terapi Nutrisi Medis

Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari : Karbohidrat sebesar 45-

65% total asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.

Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan

selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori

sehari.Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Kebutuhan protein sebesar

10 – 20% total asupan energi.Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM

sama dengan orang sehat yaitu < 2300 mg perhari.

c.) Jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM Tipe2

apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan

latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu

selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu.

d.) Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan.
Tabel 1.1 Obat DM oral

Obat Antihiperglikemia Suntik

Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1

Insulin diperlukan pada keadaan :

a) HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik

b) Penurunan berat badan yang cepat

c) Krisis Hiperglikemia

d) Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal, KI terhadap OHO

e) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)

f) Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali

g) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

h) Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi


Tabel 1.2 Obat Antihiperglikemia Suntik

Dasar pemikiran terapi insulin :

a) Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.

b) Sasaran pertama terapi hiperglikemia adalah mengendalikan glukosa darah basal

(puasa, sebelum makan). Hal ini dapat dicapai dengan terapi oral maupun insulin.

Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah insulin basal

(insulin kerja sedang atau panjang)

c) Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai, sedangkan HbA1c belum

mencapai target, maka dilakukan pengendalian glukosa darah prandial (mealrelated).

Insulin yang dipergunakan adalah insulin kerja cepat (rapid acting) yang disuntikan 5-

10 menit sebelum makan atau insulin kerja pendek (short acting) yang disuntikkan 30

menit sebelum makan.


2.5. Komplikasi Diabetes Melitus4,5,6

a. Komplikasi akut

1.) Krisis hiperglikemia

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai

tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma

meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap. Status

Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan

gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),

plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.

2.) Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.

Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa

adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad :

 Terdapat gejala-gejala hipoglikemia

 Kadar glukosa darah yang rendah

 Gejala berkurang dengan pengobatan

b. Komplikasi menahun

1.) Makroangiopati

 Pembuluh darah jantung: penyakit jantung koroner.

 Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada

penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali adalah

nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat (claudicatio


intermittent), namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik pada

kaki merupakan kelainan yang dapat ditemukan pada penderita.

 Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke hemoragik

2.) Mikroangiopati

 Retinopati diabetik; kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan

mengurangi risiko atau memperlambat progresi retinopati.

 Nefropati diabetik; untuk penderita penyakit ginjal diabetik, menurunkan

asupan protein sampai di bawah 0.8 gram/kgBB/hari tidak

direkomendasikan karena tidak memperbaiki risiko kardiovaskuler dan

menurunkan GFR.

 Neuropati; pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal merupakan

faktor penting yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki yang

meningkatkan risiko amputasi.Gejala yang sering dirasakan berupa kaki

terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Bagan 3.1 1 Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Karakteristik Pasien Penderita


Diabetes Militus Di Wilayah Puskesmas Rambatan II

1. Usia

2. Jenis kelamin Klasifikasi Diabetes


Melitus

Diabetes Militus 1. Diabetes


1. Pekerjaan
melitus tipe I
2. Pendidikan
2. Diabetes
3. Agama melitus tipe II
4.

Keterangan: = Variabel yang diteliti (biru)

= variabel yang tidak diteliti (abu-abu)


3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian Menurut La Biondo –Wood dan Haber (2002) hipotesis adalah suatu

pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan

bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit

atau bagian dari permasalahan (Nursalam 2013).

Dalam mini project ini tidak ada hipotesa karena peneliti hanya melihat gambaran

karakteristik pasien penderita diabetes melitus di wilayah Puskesmas Rambatan II

3.3 Populasi Dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana seorang peneliti tertarik, populasi

tidak terbatas pada subjek manusia. Peneliti menentukan karakteristik yang membatasi

populasi melalui kriteria kelayakan (Cresswell, 2009). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien yang berada di wilayah puskesmas rambatan 2 sebanyak 25

orang penderita diabetes melitus di wilayah Padang Magek.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi teknik

pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Non Probability Sampling

yakni insidental sampling. Insidental sampling adalah teknik penetuan sampel berdasrkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan / insidental bertemu dengan penelitian

dapat digunakan sebagai sampel 25 orang bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sales

Laki- Laki Perempuan

Diagram 1.1. Distribusi Karakteristik Responden Penderita Diabetes Melitus


Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Puskesmas Rambatan II

Berdasarkan diagram 1.1 diperoleh paling banyak pasien penderita diabetes melitus

berjenis kelamin laki- laki sebanyak 11 orang (56%). Dari data diatas peneliti berasumsi

alasan mayoritas laki- laki terkena diabetes melitus karena adanya faktor pemicu kebiasaan

merokok atau minum minuman beralkohol. Kebiasaan merokok menyebabkan terjadinya

penumpukkan plak dalam pembuluh darah yang akan meningkatkan diabetes melitus.

Sedangkan minum minuman beralkohol yang berlebih menyebabkan kerusakan hati dan

pankreas dimana tempat produksi insulin. Hal ini juga dikarenakan faktor responden lebih

banyak berjenis kelamin laki- laki.


Data ini berbeda dengan penelitian Nurayati (2017) yang mendapatkan diabetes melitus

yang tinggi pada jenis kelamin perempuan. Dikarenakan perempuan memiliki hormone

estrogen dimana pada saat menopause hormone tersebut akan menurun dan meningkatkan

kadar kolestrol yang tinggi. Kolestrol sendiri merupakan salah satu pemicu peningkatan

diabetes melitus.

41-50 th 51-60 th 61-70 th 71-80 th

Diagram 1.2. Distribusi Karakteristik Responden Penderita Diabetes Melitus


Berdasarkan Usia Di Wilayah Puskesmas Rambatan II

Dari diagram 1.2 diperoleh usia penderita diabetes melitus mayoritas berumur 51- 60

tahun yaitu sebanyak 10 orang (40%) dan usia minoritas 71-80 tahun sebanyak 2 orang (8%).
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

1. Dalam penelitian ini disimpulkan distribusi responden berdasarkan karakteristik

responden penderita diabetes melitus di Puskesmas Rambatan II, berdasarkan

usia pasien penderita DM mayoritas berumur 51- 60 tahun yaitu sebanyak 10

orang (40%) dan usia minoritas 71-80 tahun sebanyak 2 orang (8%)

berdasarkan jenis kelamin pasien penderita DM paling banyak berjenis kelamin

laki- laki sebanyak 11 orang (56%)

5.2 Saran

1. Puskesmas Rambatan II

Bagi Puskesmas Rambatan II diharapkan memperhatikan pasien yang cek

kesehatan ataupun rutin kontrol DM dengan memberikan edukasi. Puskesmas

juga diharapkan memastikan pasien merasa puas dengan pelayanan yang telah

diberikan dan memastikan ke semua tenaga kesehatan bahwa mereka telah

memberikan apa yang menjadi hak pasien.

2. Bagi pendidikan

Pada institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan motivasi mahasiswa tentang pentingnya peran dokter dalam

penatalaksanaan diabetes melitus baik dari aspek memahami konsep perilaku

perawatan diri dan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (2010). Diagnosis and Clasification of Diabetes,

diabetes care 1 januari 2014 vol 27.

Arisman, MB, M.Kes. (2014). Obesitas Diabetes Melitus & Dislipidemia.

Jakarta: EGC, 20110.

Azhar, N. N. (2015). Uji Efektivitas Terapi Oksigen Hiperbarik pada Pasien


Diabetes Melitus di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Jakarta Pusat (Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: FKIK,
2015).

Creswell, Jhon. (2009). Research design Qualitative, Quantitative and mixed


methods Approaches third edition. American: Sage. dengan Kualitas Hidup
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Pademawu. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5(2), 240-252.

Guyton Hall JE. (2006). Buku ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC

Harsari, R. H., Fatmaningrum, W., & Prayitno, J. H. (2018). Hubungan Status Gizi
dan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. eJournal
Kedokteran Indonesia, 6(2). Index Pasien Diabetes Melitus Tipe

2. Jurnal Ipteks Terapan, 9(2), 19-27.

Indonesia, K. K. R. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. InfoDATIN. Jakarta:


Pusat Informasi dan Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Iroth, G. S., Kandou, G. D., & Malonda, N. S. (2017). Hubungan Antara Umur dan
Pola Makan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat
Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga. Media
Kesehatan, 9(3).

Nguyen, T. H., Nguyen, T. N., Taylor Fischer, W. H., & Tran, T. V. (2015). Type 2
diabetes among Asian Americans: prevalence and prevention. World journal
of diabetes, 6(4), 543.

Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutrition, 1(2), 80-
87.

Puspitasari, F., & Yogyakarta, U. M. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan


Sikap Tentang Monitoring Kadar Gula Darah Mandiri pada Penderita DM di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu.

Rachmawani, N. R., & Oktarlina, R. Z. (2017). Khasiat Pemberian Buncis


(Phaseolus vulgaris L.) sebagai Terapi Alternatif Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Majority, 6(1), 71-76.

Riskesdas, (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Rudijanto, A., yuwono, A., Shahab, A., Manaf, A., Pramono, B., Lindarto, D., dan
suastika, K. (2015). Consensus pengeloaan dan pencegahan Diabetes melitus
tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: pegurus besar perkumpulan endokrinologi
Indonesia (PB perkeni)

Anda mungkin juga menyukai