Anda di halaman 1dari 5

Nama : Marito Hasibuan

NIM : 187039007

MK : ESDAL

2. Bagaimana mengukur kelangkaan SDAL dari sudut pandang ekonomi ?

Jawab :

Untuk dapat mengukur Kelangkaan Sumber Daya Alam, Hanley et al (1997) menggunakan

pengukuran moneter dengan cara :

a. Pengukuran Berdasarkan Harga Riil

Pengukuran kelangkaan yang didasarkan pada harga riil sudah merupakan pengukuran yang

banyak diterima berbagai pihak dan merupakan standar pengukuran kelangkaan dalam ilmu

ekonomi. Berdasarkan standar teori ekonomi klasik, ketika barang menjadi berkurang

kuantitasnya, maka konsumen mau membayar dengan harga mahal untuk komoditas tersebut.

b. Pengukuran Berdasarkan Unit Cost

Pengukuran yang menggunakan unit cost atau biaya per unit output (input) didasarkan pada

prinsip bahwa jika sumberdaya mulai langka, biaya untuk mengekstraksinya juga menjadi

semakin besar.

c. Pengukuran Berdasarkan Rente Kelangkaan (Scarcity Rent)

Pengukuran kelangkaan dengan scarcity rent didasarkan pada teori capital sumber daya

dimana rate of return manfaat yang diperoleh dari asset sumber daya alam, harus setara dengan

biaya oportunitas dari asset yang lain, seperti saham.

Ada empat tipe pengukuran kelangkaan, yaitu :

1. Malthusian Stock Scarcity

Kelangkaan yang terjadi jika stok sumber daya alam dianggap tetap (terbatas) dan biaya

ekstraksi per unit pada setiap periode tidak bervariasi terhadap laju ekstraksi pada periode

tersebut.
2. Malthusian Flow Scarcity

Kelangkaan SDA yang terjadi akibat interaksi antara stok yang terbatas dan biaya

ekstraksi per unit yang meningkat seiring dengan laju ekstraksi pada setiap periode.

3. Ricardian Stock Scarcity

Kelangkaan yang terjadi jika stok SDA yang dianggap tidak terbatas nerinteraksi dengan

biaya ekstraksi yang meningkat seiring dengan ekstraksi kumulatif sampai periode akhir.

4. Ricardian Flow Scarcity

Kelangkaan yang terjadi jika stok SDA dianggap tidak terbatas, namun biaya ekstraksi

tergantung pada laju ekstraksi pada periode t, dan laju ekstraksi kumulatif sampai pada

periode akhir ekstraksi.

SOAL No.4

Pengelolaan SDAL yang tidak terbarukan berbeda dengan pengelolaan SDAL yang

terbarukan. Jelaskan dan uraikan dengan jelas bagaimana perbedaan pengelolaan kedua

SDA ini !

Jawab :

Sumber Daya Alam Pulih atau disebut juga sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah

SDA yang apabila jumlahnya berkurang atau sedikit, dapat diperbaharui dalam jangka waktu

yang relative singkat. Contohnya adalah air, hutan, terumbu karang, dll. Pengelolaan SDA pulih

pada umumnya didasarkan pada konsep “hasil maksimum yang mantap” (Maximum

Sustainable Yield =MSY). Konsep ini memperhitungkan bahwa sumber daya biologis

jangan dimanfaatkan/diambil berlebihan karena akan menyebabkan hilangnya

produktivitas SDA tersebut. Ada tiga cara dalam pengelolaan SDA pulih :

1. Reuse : menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang

sama atau fungsi lainnya.

2. Reduce : mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah, dan

3. Recyle : mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang

bermanfaat.

Adapun usaha-usaha untuk melestarikan alam diantaranya sebagai berikut:

1. Penanaman kembali hutan-hutan yang gundul,

2. Menjaga kebersihan lingkungan,


3. Membuat terasering pada pertanian di pegunungan,

4. Membatasi pengambilan sumber daya alam yang berlebihan.

Sedangkan SDA Tidak Pulih/SDA yang Tidak Dapat Diperbaharui adalah SDA yang tidak

dapat pulih keberadaannya atau tidak dapat dikembalikan persediaannya. Dalam pengambilan

SDA yang tidak pulih secara optimal manfaat maksimum dapat dicapai pada saat harga

komoditi/barang sama dengan biaya marginal ditambah biaya alternatif. Biaya alternatif adalah

kelebihan yang bersedia dibayar konsumen untuk pembayaran di atas biaya marginal untuk

menghasilkan barang SDA itu. Biaya alternatif ini disebut juga sebagai royalty. Royalti harus

meningkat sebesar tingkat bunga yang berlaku dari waktu ke waktu. Artinya, besarnya manfaat

yang dirasakan dari pengambilan sumber daya tersebut sekarang atau pada masa yang akan

datang harus sama. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa apa yang kita manfaatkan sekarang

merupakan warisan untuk generasi yang akan dating. Apabila SDA habis maka akan terjadi

kehancuran dalam kesejahteraan manusia.

SOAL 5.

Uraikan apa yang Anda ketahui tentang biaya sosial!

Jawab :

Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbilkan manfaat atau biaya bagi kegiatan atau

pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas dalam biaya inilah yang disebut biaya

sosial. Pembicaraan mengenai biaya sosial ini sesungguhnya berkaitan dengan masalah

pencemaran lingkungan yang sebagai akibatnya adalah kerusakan lingkungan hidup yang dapat

dianggap sebagai biaya pembangunan ekonomi. Pada saat terjadi permasalahan dalam

pengelolaan SDA, yang menjadi masalah atau pertanyaan adalah siapa yang harus menanggung

biaya sosial tersebut, apakah biaya itu harus ditanggung oleh pihak yang menimbulkan korban

atau pihak yang dirugikan atau pemerintah. Dalam penentuan pengukuran biaya dan manfaat dari

usaha penanggulangan manfaat bisa diperkirakan secara langsung maupun tidak langsung.

Metode perhitungan biaya sosial yang paling tepat itu metode perbandingan manfaat dan biaya

(BCR). Metode BCR adalah suatu cara evaluasi proyek dengan membandingkan nilai sekarang

seluruh proyek yang diperoleh dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek tersebut.
SOAL No. 6

Jelaskan pentingnya valuasi ekonomi. Jika Anda diminta melakukan valuasi ekonomi

mangrove di pesisir pantai, jelaskan langkah dan metode yang dilakukan!

Jawab :

Valuasi ekonomi merupakan suatu satu cara yang digunakan untuk memberikan nilai

kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan terlepas

baik dari nilai pasar (market value) atau non pasar (non market value ). Tujuan dari studi valuasi

adalah untuk menentukan besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam

dan lingkungan. Nilai TEV merupakan jumlah dari Nilai Guna (Direct Use Value), yaitu nilai

yang diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumberdaya alam dan

lingkungan yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari nilai yang berkaitan dengan kegiatan

komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas lain yang bertautan dengan sumberdaya alam yang

ditelaah.

Luasan ekosistem mangrove yang terus menurun dan rendahnya tingkat kerapatan

mangrove diduga karena abrasi dan fenomena alam serta aktivitas masyarakat yang mengancam

kelestarian mangrove. Maraknya penggalian pasir di pesisir pantai, penebangan mangrove untuk

dijadikan kayu bakar dan perumahan, dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi

penting ekosistem ini mengancam manajemen pengelolaan pesisir. Pada akhirnya rusaknya

ekosistem ini berdampak buruk terhadap sejumlah masalah seperti tingkat abrasi yang tinggi,

kerusakan rumah dan sarana jalan di pesisir pantai, menurunnya jumlah tangkapan udang dan

kepiting dan masalah sosial ekonomi lain yang dirasakan oleh masyarakat.

Valuasi ekonomi hutan mangrove berperan penting dalam menyediakan informasi untuk

membantu proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan publik dalam pengelolaan

sumberdaya alam. Jenis kebijakan publik misalnya untuk menentukan harga yang tepat dalam

penggunaan mekanisme ekonomi seperti pajak lingkungan, atau pajak produksi produk

perikanan dan bahan galian C di pesisir pantai. Informasi dari nilai valuasi ekonomi juga dapat

membantu dalam penentuan kompensasi program konversi ataupun program pemanfaatan dan

pelestarian ekosistem mangrove.

Langkah awal melakukan valuasi ekonomi ini yang pasti mencari informasi mengenai

hutan mangrove kemudian mengklasifikasikan beberapa hutan mangrove yang memerlukan


konservasi dengan baik. Metode yang dilakukan terlebih dahulu menghitung nilai manfaat

langsung dan nilai manfaat tidak langsung dari keberadaan hutan mangrove.

Anda mungkin juga menyukai