Anda di halaman 1dari 18

,,,,,,,,,,,,,,,, Pengetahuan Umum geo

Materi :

1. Aspek Fisik

Aspek fisik meliputi aspek kimiawi, biologis, astronomis, dan semua fenomena alam yang
langsung dapat diamati. Terdapat 3 macam aspek fisik yakni aspek topografi, aspek biotik dan
aspek non-biotik. Berikut merupakan macam macam aspek fisik dan penjelasan lengkapnya.

Aspek Topografi

Pengertian aspek topografi adalah aspek geografi fisik yang berkaitan dengan letak atau lokasi
suatu wilayah. Secara umum aspek topografi membahas mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan letak daerah dan negara, bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang
mempunyai ciri-ciri khas tertentu.

Aspek Biotik

Pengertian aspek biotik adalah aspek geografi fisik yang berkaitan makhluk hidup. Secara umum
aspek biotik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur tumbuhan (flora),
binatang (fauna) serta kajian penduduk.

Aspek Non-Biotik

Pengertian aspek non-biotik adalah aspek geografi fisik yang berkaitan dengan tanah dan air
suatu wilayah. Secara umum aspek non-biotik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan unsur kondisi tanah, hidrologi baik perairan darat maupun laut dan kondisi iklim dari
suatu wilayah.

2. Aspek Sosial

3. Tujuan aspek sosial adalah mengetahui pola hubungan manusia dan


lingkungannya. Aspek sosial meliputi kegiatan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Berikut
merupakan macam macam aspek sosial dan penjelasannya lengkap.
4. Aspek Sosial

Pengertian aspek sosial adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur-unsur sosial.
Secara umum aspek sosial membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur tradisi,
adat-istiadat, komunitas, kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga sosial.

5. Aspek Ekonomi

Pengertian aspek ekonomi adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan hal-hal
ekonomis. Secara umum aspek ekonomi membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan, transportasi
dan pasar.

6. Aspek Budaya

Pengertian aspek budaya adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur sosial-
budaya.. Secara umum aspek budaya membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan ragam budaya lain.

7. Aspek Politik

Pengertian aspek politik adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur politik.
Secara umum aspek politik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur
kepemerintahan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

Tujuan aspek sosial adalah mengetahui pola hubungan manusia dan lingkungannya. Aspek
sosial meliputi kegiatan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Berikut merupakan macam
macam aspek sosial dan penjelasannya lengkap.

8. Aspek Sosial

Pengertian aspek sosial adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur-unsur sosial.
Secara umum aspek sosial membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur tradisi,
adat-istiadat, komunitas, kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga sosial.
9. Aspek Ekonomi

Pengertian aspek ekonomi adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan hal-hal
ekonomis. Secara umum aspek ekonomi membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan, transportasi
dan pasar.

10. Aspek Budaya

Pengertian aspek budaya adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur sosial-
budaya.. Secara umum aspek budaya membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan ragam budaya lain.

11. Aspek Politik

Pengertian aspek politik adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur politik.
Secara umum aspek politik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur
kepemerintahan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

12. Tujuan aspek sosial adalah mengetahui pola hubungan manusia dan
lingkungannya. Aspek sosial meliputi kegiatan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Berikut
merupakan macam macam aspek sosial dan penjelasannya lengkap.

13. Aspek Sosial

Pengertian aspek sosial adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur-unsur sosial.
Secara umum aspek sosial membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur tradisi,
adat-istiadat, komunitas, kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga sosial.

14. Aspek Ekonomi

Pengertian aspek ekonomi adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan hal-hal
ekonomis. Secara umum aspek ekonomi membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan, transportasi
dan pasar.
15. Aspek Budaya

Pengertian aspek budaya adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur sosial-
budaya.. Secara umum aspek budaya membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan ragam budaya lain.

16. Aspek Politik

Pengertian aspek politik adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur politik.
Secara umum aspek politik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur
kepemerintahan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

Iklim Menurut Schmidt–Ferguson

Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan


jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi
curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih
dari 100 mm.

Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q
merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai
Q dirumuskan sebagai berikut.

Nilai Q ditentukan dari perhitungan rata-rata bulan kering dan bulan basah selama periode
tertentu, misalnya 30 tahun. Contoh penentuan iklim daerah X berdasarkan nilai Q.
Baca juga: Unsur-unsur cuaca dan iklim

Diketahui:
Selama 30 tahun, jumlah rata-rata bulan kering = 2 dan jumlah ratarata bulan basah = 8.

Berdasarkan tabel 7.3, daerah X dengan nilai Q = 0,25 termasuk beriklim B atau basah.

Klasifikasi iklim menurut Schmidt–Ferguson

2. Iklim Menurut Oldeman

Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim
menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan
dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona
agroklimat.

Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk
membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan
minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan
dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim.
. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm.
c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.

Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah agroklimat
utama seperti tabel berikut ini.

Klasifikasi iklim menurut Oldeman

Berikut ini adalah tipe-tipe iklim menurut Oldeman.


Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.
Iklim B : Jika terdapat 7–9 bulan basah berurutan.
Iklim C : Jika terdapat 5–6 bulan basah berurutan.
Iklim D : Jika terdapat 3–4 bulan basah berurutan.
Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.

3. Iklim Menurut Junghuhn

Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan
jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn
mengklasifikasikan iklim menjadi empat seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini.
Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut.
a. Daerah Panas/Tropis
Tinggi tempat : 0–600 m di atas permukaan laut.
Suhu : 22° C–26,3° C.
Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.

b. Daerah Sedang
Tinggi tempat : 600 m–1500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 17,1° C–22° C
Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.

c. Daerah Sejuk
Tinggi tempat : 1500–2500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 11,1° C–17,1° C
Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

d. Daerah Dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 6,2° C–11,1° C
Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
1.Pola Aliran Sungai Dendritik

Pola aliran sungai yang pertama adalah pola aliran sungai dendritik.
Apabila kita melihat penampang daun dengan urat- uratnya, maka kita akan melihat pola aliran
sungai ini. Ya, Pola aliran sungai Dendritik ini menyerupai penampang pada daun. Sehingga kita
akan melihat bahwa sungai induk ini memiliki percabangan yang menuju ke segala arah. Secara
umum, pola aliran sungai yang seperti ini dikontrol oleh litologi yang bersifat homogen. Pola
aliran sungai ini memiliki tekstur sungai yang dikontrol oleh jenis-jenis batuannya.

Tekstur sungai ini diartikan sebagai panjang sungai per satuan luas wilayah. Misalnya adalah
sungai yang mengali di atas batuan yang kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur
sungai yang rapat, sementara pada pada batuan yang resisten terhadap erosi akan membentuk
tekstur sungai yang renggang. Resistensi batuan terhadap erosi ini akan sangat mempengaruhi
proses pembentukan alur- alur sungai, yakni batuan yang tidak resisten cenderung lebih mudah
ter-erosi membentuk alur- alur sungai.

2. Pola Aliran Sungai Radial

Jenis pola aliran sungai yang selanjutnya adalah pola aliran sungai radial.
Seperti halnya namanya, pola aliran sungai radial merupakan pola aliran sungai yang sifatnya
menyebar ke segala arah. Sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini memiliki satu pusat
yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Sebagai contoh adalah mata air di gunung
yang menyebarkan airnya ke segala arah.

Contoh lainnya yang mengikuti pola aliran sungai radial adalah kawah/ magma yang ada di
puncak gunung. Pola magma ini terbentuk mengikuti bentukan muka bumi yang cembung, yang
merupakan asal mula sungai konsekuen. Pola aliran sungai radial juga dapat ditemukan pada
bentukan bentangan- bentangan kubah.

3. Pola Aliran Sungai Radial Sentripetal

Pola aliran sungai selanjutnya adalah pola aliran sungai radial sentripetal.
Pola aliran sungai ini sama- sama bernama radial, hanya saja ada tambahan sentripetral.
Meskipun namanya sama, namun pola aliran sungai ini justru merupakan kebalikan dari pola
aliran sungai radial. Jika di aliran sungai radial, mata air justru berupa cembung yang mengalir
ke segala arah, nah di radial sentripetal ini justru mata air akan menuju ke satu arah.

Jadi bisa dikatakan bahwa pola aliran sungai redial sentripetal ini aliran sungai menuju ke satu
titik, seperti menuju ke sebuah cekungan besar atau depresi. Daerah yang banyak dijumpai aliran
sungai seperti ini biasanya adalah di bagian barat serta barat laut Amerika Serikat. Secara
berproses, pola aliran sungai ini dapat berkembang membentuk pola annular. Pola annular sendiri
merupakan pola yang pada awalnya adalah aliran radial setripetal namun selanjutnya muncul
sungai obsekuen, sungai subsekuen yang sejajar serta sungai resekuen.

4. Pola Aliran Sungai Rektangular

Secara umum, sungai yang memiliki pola aliran rektangular inialirannya


dikontrol oleh struktur geologi, seperti struktur rekahan dan juga patahan. Sungai yang memiliki
pola aliran rektanguler ini biasanya terjadi pada struktur batuan beku. Sungai dengan pola aliran
rektangular ini biasanya bentuknya lurus mengikuti arah patahan. Ciri- ciri sungai dengan pola
aliran ini adalah bentuk sungainya tegak lurus dan merupakan kumpulan dari saluran- saluran air
yang mengikuti pola dari struktur geologi tersebut. Pola aliran sungai rectangular ini pada
umumnya berkembang pada batuan yang resisten terhadap erosi yang tipenya mendekati
seragam namun dikontrol oleh rekahan dua arah yang memiliki sudut yang saling tegak lurus.
Cabang- cabang dari sungai dengan aliran ini pada umumnya membentuk sudut tumpul dengan
sungai utamanya atau sungai induknya.

5. Pola Aliran Sungai Trellis

Trellis biasanya kita kenal dengan pagar. Memang benar, seperti


namanya, pola aliran sungai trellis ini adalah sungai yang alirannya menyerupai pagar yang
dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai dengan pola aliran
trellis ini memiliki ciri- ciri oleh kumpulan saluran- saluran air yang membentuk pola sejajar
yang mengalir mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak lurus terhadap saluran utamanya.
Saluran utama pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu lipatan.

Pola aliran trellis ini mengandung perpaduan antara sungai konsekuen dan subsekuen. Pola aliran
trellis ini juga dapat terbentuk di sepanjang lembah yang paralel pada sabuk pegunungan lipatan.
Di wilayah ini sungai akan banyak yang melewati lembah untuk bergabung dengan saluran
utamanya yang pada akhirnya akan menuju muara sungai.

Nah, itulah beberapa macam pola aliran sungai yang perlu kita ketahui. Sungai- sungai memang
merupakan bentukan alami, sehingga terdapat berbagai macam bentuk aliran. Semoga informasi
yang kami berikan bermanfaat.

flora Sumatra–Kalimantan.
Sebagian besar wilayah Sumatra dan Kalimantan merupakan wilayah iklim hutan hujan tropis
atau tipe Af berdasarkan klasifikasi Iklim Koppen.
Iklim di wilayah ini dicirikan dengan adanya tingkat kelembapan udara dan curah hujan yang
selalu tinggi sepanjang tahun. Oleh karena itu, tipe vegetasi yang mendo minasi wilayah ini ialah
hutan hujan tropis, yaitu tipe hutan lebat dengan jenis tumbuhan yang sangat heterogen.
Pohonpohonnya tinggi dan sangat rapat, di bawahnya ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan yang
lebih rendah dan tanahnya ditumbuhi perdu dan rumput-rumputan sebagai penutup. Beberapa
jenis flora khas daerah Sumatra-Kalimantan adalah tumbuhan meranti (dipterocarpus), berbagai
jenis epifit, seperti anggrek, berbagai jenis lumut, cendawan (jamur), dan paku-pakuan, serta
tumbuhan endemik yang sangat langka, seperti Rafflesia arnoldi yang penyebarannya hanya di
sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari mulai Nanggroe Aceh Darussalam sampai Lampung.

sb. Flora Jawa–Bali


Kondisi iklim kawasan Pulau Jawa sangat bervariasi dengan tingkat curah hujan dan kelembapan
udara semakin berkurang ke arah timur.
Wilayah Jawa Barat didominasi oleh iklim Hutan Hujan Tropis (Af) dan Iklim Musim Tropis
(Am). Semakin ke timur, tipe iklim bergeser ke arah tipe iklim yang lebih rendah curah
hujannya. Akhirnya ditemui beberapa wilayah Iklim Sabana Tropik (Aw) di Pulau Bali. Keadaan
ini membawa pengaruh terhadap pola vegetasi alam yang ada.
Kawasan hutan hujan tropis di wilayah ini sebagian besar terdapat di Jawa Barat, seperti di
Gede-Pangrango, Cibodas, dan Pananjung. Adapun wilayah utara Pulau Jawa yang memanjang
mulai dari Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur merupakan kawasan hutan
musim tropis yang meranggas atau menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Jenis flora khas hutan musim tropis antara lain pohon jati.
Jenis vegetasi yang mendominasi wilayah Jawa bagian timur dan Pulau Bali adalah vegetasi
sabana tropis. Wilayah-wilayah pegunungan yang cukup tinggi di Pulau Jawa maupun di Pulau
Bali banyak ditutupi oleh vegetasi hutan pegunungan tinggi.

c. Flora Kepulauan Wallacea.


Wilayah Kepulauan Wallacea adalah pulau-pulau di wilayah Indonesia bagian tengah yang terdiri
atas Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku. Wilayah-
wilayah ini memiliki sifat iklim yang lebih kering dan kelembapan udara yang lebih rendah di
ban - ding kan dengan wilayah-wilayah Indonesia lainnya.
Corak vegetasi yang terdapat di Kepulauan Wallacea meliputi:
1) vegetasi sabana tropis di wilayah Nusa Tenggara;
2) vegetasi hutan pegunungan di wilayah pegunungan yang terletak di Pulau Sulawesi;
3) vegetasi hutan campuran di wilayah Maluku, yang terdiri atas berbagai jenis rempah-
rempah (pala, cengkih, kayu manis), kenari, kayu eboni, dan lontar sebagai tanaman khas di
daerah ini.

d. Flora Papua (Irian Jaya)


Kondisi iklim Papua (Irian Jaya) sebagian besar merupakan tipe hutan hujan tropis atau Af
sehingga jenis vegetasi yang menutupi kawasan tersebut adalah hutan hujan tropis. Berbeda
dengan wilayah Indonesia bagian barat, vegetasi di wilayah ini memiliki corak hutan hujan tropis
tipe Australia Utara, dengan jenis flora yang khas yaitu ekaliptus.
Wilayah pegunungan Jaya Wijaya ditumbuhi jenis vegetasi pegunungan tinggi, sedangkan di
daerah pantai banyak dijumpai vegetasi hutan bakau (mangrove).
Berdasarkan persebarannya, flora di Indonesia dari daerah pantai ke pegunungan tinggi adalah
sebagai berikut.
1) Hutan Bakau (mangrove), terletak di daerah pantai landai dan berlumpur yang berada
dalam jangkauan pasang surut air laut. Vegetasi hutan mangrove terdiri atas jenis vegetasi
homogen, serta memiliki akar penyangga dan napas yang terletak di atas permukaan air. Hutan
ini sangat berfungsi untuk mengurangi laju erosi oleh air laut (abrasi) dan untuk
perkembangbiakan ikan, antara lain bandeng dan berbagai jenis udang. Hutan Bakau (mangrove)
tersebar di Pantai Papua, Sumatra bagian timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, dan pantai utara Pulau Jawa.
2) Hutan rawa, terletak jauh ke daratan daripada hutan bakau. Hutan ini banyak terdapat di
Sumatera bagian Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Jawa
bagian utara.
3) Hutan Musim, terdapat di daerah yang panas serta memiliki perbedaan musim hujan dan
kemarau yang jelas. Jenis pohonnya, seperti jat, kapuk, dan angsana. Hutan ini terdapat di Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
4) Hutan Hujan Tropis, jenis hutan ini terdiri atas pohon-pohon tinggi yang sangat rapat
membentuk kanopi lebar yang selalu hijau sepanjang tahun, dan terdiri atas berbagai jenis
vegetasi yang sangat heterogen.
Di dalamnya tumbuh jenis tanaman epifit, seperti anggrek dan cendawan, serta tumbuhan
merambat, seperti rotan dan liana. Jenis hutan hujan tropis di Indonesia terdapat di Pulau
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sebagian Jawa Barat, dan Papua.
5) Sabana (Savana), yaitu padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol.
Sabana terdapat di daerah yang curah hujannya rendah, seperti di Nusa Tenggara sehingga
daerah ini sangat sesuai untuk dijadikan daerah peternakan.
6) Steppa atau padang rumput, banyak terdapat di daerah yang mengalami musim kemarau
yang panjang dan curah hujan rendah. Penyebaran steppa di Indonesia yaitu di daerah Kepulauan
Nusa Tenggara terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT).
7) Hutan Pegunungan Tinggi, adalah jenis hutan yang pada umumnya terdiri atas vegetasi
berdaun jarum (conifer), sedangkan pada daerah yang lebih tinggi jenis vegetasinya berupa
pohon-pohon pendek yang diselingi semak belukar. Pada pegunungan yang sangat tinggi dengan
kondisi suhu sangat rendah dan berkabut, jenis vegetasi yang dapat tumbuh hanyalah lumut.
Daerah penyebaran hutan pegunungan tinggi antara lain di pegunungan tinggi Jaya Wijaya
(Papua), Bukit Barisan (Sumatra), serta pegunungan tinggi di Jawa, Bali, Kalimantan, dan
Sulawesi.

TEORI SEKTORAL

TEORI HOYT (1939)


Teori Sektoral

Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan
oleh Teori Konsentris.

1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank,
bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.

2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.

3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.

4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.

5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri
dari para eksekutif dan pejabat

menurut Hoyt berasumsi bahwa perkembangan kota tidak berbentuk melingkar seperti teori
konsentris Burgess, akan tetapi berkembang menurut sektor tertentu seperti irisan kue.
Perkembangan daerah kota dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah itu sendiri.

CBD (Cenral Bussines District)

Merupakan Pusat Daerah Kegiatan yang merupakan inti kota.

Industry

Industri mengikuti aliran sungai, jalur kereta api, jalan raya. Pekerja kelas bawah bekerja di
daerah ini memproduksi barang kebutuhan kota.
Low Class Residential

Merupakan pemukiman pekerja kelas bawah, dekat dengan lokasi pabrik untuk mengurangi
biaya transport. Tingkat polusi di daerah ini sangat tinggi dan lingkungan yang buruk karena
pengaruh pabrik.

Middle Class Residental

Merupakan zona pemukiman terluas, dihuni pekerja dengan taraf ekonomi menengah. Kondisi
lingkukngan lebih baik karena agak jauh dari daerah pabrik.

High Class Residental

Merupakan zona pemukiman kelas atas, kondisi lingkungan sangat baik dan sarana transportasi
sangat nyaman tanpa kemacetan. Akses menuju pusat kota sangat lancar.

Contoh :

Kota Newcastle

Newcastle merupakan kota terbesar kedua di New South Wales dan kota tertua kedua di
Australia. Kota ini berjarak sekitar 162 km dari Sydney dan terkenal sebagai penghasil batu bara
yang memiliki pelabuhan ekspor batu bara terbesar di dunia. Berkunjung ke kota ini, Anda akan
menemukan berbagai persembahan menarik dari kota yang terletak di mulut Sungai Hunter ini.
Pada awalnya, wilayah Newcastle merupakan tempat tinggal bagi suku Awabakal dan Worimi
yang merupakan bagian dari Suku Aborigin, hingga pada bulan September 1797 Letnan John
Shortland merupakan orang Eropa pertama yang merambah kawasan Newcastle dan
menemukan batubara yang melimpah. Kemudian pada tahun 1801 didirikan sebuah tempat
yang digunakan untuk menambang batubara yang diberi nama King’s Town. Pada tahun yang
sama, pengiriman batubara ke Sydney pertama kali dilakukan. Namun tidak sampai satu tahun
berdiri, tempat ini ditutup dan dibuka kembali pada tahun 1804 dan diberi nama Coal River,
namun juga tetap masih dikenal dengan nama Kingstown hingga akhirnya berganti nama
menjadi Newcastle yang diambil dari nama pelabuhan batu bara terkenal di Inggris.
KOTA INGGRIS

Perbedaan Teori Konsentris dan Teori Sektor

Perbedaan diantara keduanya terletak pada pembagian zona wilayah, yang mana
didalam teori konsentris dibagi menjadi 6 zona sedangkan di dalam teori sektor dibagi menjadi 5
zona, berikut pembagiannya:
1. Teori Konsentris

· Zona 1: Daerah Pusat Bisnis

Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: (1) Bagian paling inti disebut RBD (Retail Business
District). Merupakan daerahpaling dekat dengan pusat kota. Di daerah ini terdapat toko, hotel,
restoran, gedung, bioskop dan sebagainya. Bagian di luarnya disebut sebagai WBD (Wholesale
Business District) yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam
jumlah yang lebih besar antara lain seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpan barang
supaya tahan lebih lama.

· Zona 2 : Daerah Transisi

Adalah daerah yang mengitari pusat bisnis dan merupakan daerah yang mengalami
penurunan kualitas lingkungan pemukiman yang terus menerus. Daerah ini banyak dihuni oleh
lapisan bawah atau mereka yang berpenghasilan rendah.

· Zona 3 : Daerah pemukiman para pekerja

Zona ini banyak ditempati oleh perumahan pekerja-pekerja pabrik, industri. Kondisi
pemukimanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan daerh transisi. Para pekerja di sini
berpenghasilan lumayan saja sehingga memungkinkan untuk hidup sedikit lebih baik.

· Zona 4 : Daerah pemukiman yang lebih baik

Daerah ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari orang-orang yang profesional,
pemilik usaha/bisnis kecil-kecilan, manajer, para pegawai dan lain sebagainya. Fasilitas
pemukiman terencana dengan baik sehingga kenyamanan tempat tinggal dapat dirasakan pada
zona ini.
· Zona 5 : Daerah para penglaju

Merupakan daerah terluar dari suatu kota, di daerah ini bermunculan perkembangan
permukiman baru yang berkualitas tinggi. Daerah ini pada siang hari boleh dikatakan kosong,
karena orang-orangnya kebanyakan bekerja.

2. Teori Sektor

· Zona 1: Daerah Pusat Bisnis

Deskripsi anatomisnya sama dengan zona 1 dalam teori konsentris, merupakan pusat
kota dan pusat bisnis.

· Zona 2: Daerah Industri Kecil dan Perdagangan

Terdiri dari kegiatan pabrik ringan, terletak diujung kota dan jauh dari kota menjari ke
arah luar. Persebaran zona ini dipengaruhi oleh peranan jalur transportasi dan komunikasi yang
berfungsi menghubungkan zona ini dengan pusat bisnis.

· Zona 3: Daerah pemukiman kelas rendah

Dihuni oleh penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi lemah. Sebagian zona ini
membentuk persebaran yang memanjang di mana biasanya sangat dipengaruhi oleh adanya
rute transportasi dan komunikasi. Walaupun begitu faktor penentu langsung terhadap
persebaran pada zona ini bukanlah jalur transportasi dan komunikasi melainkan keberadaan
pabrik-pabrik dan industri-industri yang memberikan harapan banyaknya lapangan pekerjaan.

· Zona 4: Daerah pemukiman kelas menengah

Kemapanan Ekonomi penghuni yang berasal dari zona 3 memungkinkanya tidak perlu
lagi bertempat tinggal dekat dengan tempat kerja. Golongan ini dalam taraf kondisi kemampuan
ekonomi yang menanjak dan semakin baik.

· Zona 5: Daerah pemukiman kelas tinggi


Daerah ini dihuni penduduk dengan penghasilan yang tinggi. Kelompok ini disebut
sebagai “status seekers”, yaitu orang-orang yang sangat kuat status ekonominya dan berusaha
mencari pengakuan orang lain dalam hal ketinggian status sosialnya

Anda mungkin juga menyukai