Tahap kedua adalah pengolahan tahap pertama (Primary Treatment), tahapan ini
tidak jauh berbeda dengan tahap awal hanya saja pada tahap ini mulai dilakukan
netralisasi, penambahan bahan kimia untuk koagulasi, pemisahan serta
sedimentasi. Tahapan berikutnya ialah pengolahan tahap kedua (Secondary
Treatment), pengolahan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat
terlarut yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Pengolahan ini
menggunakan alat rotating biological contactor. Setelah air sampah diolah dalam
rotating biological contractor air kemudian dipisahkan dengan lumpur melalui
alat yang disebut clarifier biologi yang kemudian diproses secara kimia untuk
proses koagulasi dan flokulasi. Dari proses ini lumpur (sludge) yang terpisah akan
disalurkan pada kolam penampung sludge, sedangkan airnya akan dialirkan ke
kolam clean water treatment yang kemudian dialirkan kembali ke sungai setelah
memenuhi baku mutu COD sebesar 300mg/l dan BOD sebesar 150 mg/l, serta
setelah pH mencapai 6-7 (Anonim, 2011).
Keterangan: (1) Bak equalisasi 1 dan 2; (2) bak fakultatif;(3) Rotary biological
denitrification; (4) bak aerasi; (5) clarifier kimia;(6) polishing pond;(7) bak
pengendapan;(8) clarifier biologi; (9) clean water outlet; (10) bak penampung
sludge
2.3. Sludge
Pengelolaan limbah cair di Indonesia sudah diberlakukan bagi setiap
industri, sedangkan untuk limbah cair domestik belum berlaku secara menyeluruh
(Hidayat, 2008). Hasil residu IPAL (sludge) mungkin mengandung unsur-unsur
dalam jumlah yang cukup tinggi, selain itu sludge juga sangat mungkin
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya. Hasil penelitian Marinova (2005)
menunjukan keberadaan unsur hara makro dalam sludge, seperti N, P, dan K. Hal
tersebut menjadi dasar untuk memanfaatkan sludge dalam bidang pertanian
sebagai pupuk dengan mengelolanya (mengurangi kadar air) terlebih dahulu.
a. Elektroosmosis
Elektroosmosis adalah pergerakan air dibawah pengaruh potensial listrik
yang berubah dari anoda ke katoda, dan terutama dipengaruhi oleh porositas tanah
dan zeta potensial dari media tanah (Pamukcu, 1997). Teknologi ini menggunakan
arus listrik yang dialirkan pada dua kutub elektroda, yaitu anoda dan katoda.
Prinsip dasar teknik elektroosmosis adalah menyalurkan arus searah (DC) melalui
elektroda (anoda dan katoda) pada media porous dan lembab sehingga terjadi
pergerakan molekul air di bawah medan listrik ( Acar dan Alshawabkeh, 1993).
b. Elektrolisis
Selama proses elektrokinetik berlangsung terjadi juga proses elektrolisis
dengan persamaan sebagai berikut :
8
c. Elektromigrasi
Elektromigrasi merupakan pergerakan kation dan anion karena pengaruh
sifat listrik yang dihasilkan sistem tersebut pada tanah. Kation (ion bermuatan +)
cenderung untuk berpindah ke arah katoda bermuatan negatif, dan anion (ion
bermuatan -) berpindah ke arah anoda bermuatan positif ( Acar dan Alshawabkeh,
1993).
d. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan perpindahan dari partikel-partikel koloid di
bawah pengaruh arus listrik (Shenbagavalli, 2010). Ketika arus listrik searah (DC)
dialirkan pada suatu media, akan terjadi pergerakan partikel-pertikel koloid secara
elektrik ke arah elektroda yang berlawanan dengan muatan partikel. Dimana
partikel yang bemuatan positif (kation) akan bergerak ke arah katoda, sedangkan
partikel bermuatan negatif (anion) akan bergerak ke arah anoda (Ahmad, 2004).
Dengan teknologi ini akan terjadi reaksi fisik dan kimia serta terjadi
transportasi kontaminan yang mobil dibawah pengaruh arus listrik.