Anda di halaman 1dari 1

PPDB Sistem Zonasi Ditanggapi Beragam

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Pelajaran 2019 – 2020 hari ini
(16/6) memasuki hari pertama. PPDB tahun ini secara serentak dibuka baik untuk
tingkat SMP maupun SMA/SMK. Para orang tua sudah mulai mendaftarkan anak-
anaknya melalui registrasi via online ke laman website sekolah yang akan dituju. PPDB
Tahun ini secara umum hampir sama dengan tahun lalu, yaitu dengan menggunakan
sistem zonasi. Sistem zonasi kali ini terdapat beberapa perbaikan dari segi jalur dan
kuota. Jalur dan kuota tersebut di antaranya terbagi ke dalam tiga, yakni jalur zona
sebesar 80%, jalur prestasi sebesar 10% dan jalur perpindahan orang tua sebanyak 10%.
Salah satu yang juga tengah melaksanakan PPDB, di SMP Negeri 1 Jonggol
Kabupaten Bogor, pada hari pertama ini terpantau para orang tua langsung mengantre
di ruang pendaftaran untuk menyerahkan berkas pendaftaran online yang sebelumnya
sudah dilakukan. Sampai dengan siang ini menurut Alpian Khoerudin, juga selaku tim
teknis panitia PPDB tercatat sudah hampir 200 pendaftar yang sudah mengisi
pendaftaran online. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga 2 hari ke
depan sampai penutupan pendaftaran. SMPN 1 Jonggol sendiri akan menerima
sebanyak 9 rombel dengan masing – masing rombel sebanyak 36 peserta didik.
Menurut salah satu panitia PPDB SMPN 1 Jonggol sistem zonasi kali ini
memang sedikit berbeda. Zonasi masih berdasarkan Kartu Keluarga (KK), tetapi hanya
berbeda aplikasi yang digunakan. “Tahun ini menggunakan aplikasi PPDB yang
berbeda dari tahun sebelumnya. Karena pengembang aplikasi sebelumnya sudah
almarhum, yaitu Pak Ikhsan”, ungkap Abdul Kodir yang merupakan salah salah
operator sekaligus panitia PPDB tahun ini. Namun demikian ia tetap berharap PPDB
tahun ini bisa berjalan dengan lancar.
Beberapa orang tua juga yang sempat kami wawancara mengaku merasa was-
was dengan sistem zonasi ini. Mereka khawatir putra – putrinya tidak diterima lantaran
kendala zonasi. “Padahal secara nilai akademik anak kami termasuk lumayan di
sekolahnya. Cuma masih takut aja kalau ternyata kalah sama yang jarak rumahnya
lebih dekat dengan sekolah, meski pun nilainya lebih kecil dari anak saya”, ungkap
salah satu orang tua pendaftar.
Menanyakan hal terkait zonasi ini, menurut Esep Muhammad selaku salah satu
pengajar di SMP Negeri 1 Jonggol, kekhawatiran masyarakat seperti di atas wajar saja
terjadi. Tetapi jika kita melihat secara visi dan hakekat kebijakan zonasi ini tentu
pemerintah mengeluarkan kebijakan ini masih dalam rangka pengamalan UUD yang
berkaitan dengan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak,
yang juga dituangkan ke dalam Undang-Undang Sisdiknas. Menurutnya pemerintah
juga harus konsisten dalam mengambil dan menerapkan kebijakan sistem zonasi ini.
“Peraturan yang baik adalah yang bisa menjadi kebiasaan di masyarakat”, pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai