Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MODUL 1 KB1

Oleh
SANTI

Perkembangan sistem klasifikasi yang ada hingga DNA


menjadi rujukan sistem klasifikasi dan filogeni saat ini.

Sistem klasifikasi makhluk hidup selalu berkembang menurut


jamannya, dan mengalami proses perubahan, perombakan,
pembaharuan, perbaikan, bahkan akan diganti ketika diperoleh
data-data baru, bukti dan pengetahuan baru. Perkembangan dan
kemajuan teknologi yang ada mempengaruhi corak dan sistem
klasifikasi yang dianut pada masa-masa tertentu.

Sistem klasifikasi yang awal muncul adalah sistem klasifikasi


alami yang dikembangkan oleh Aristoteles, dimana organisme di
bumi dikelompokan menjadi 2 kingdom, yaitu hewan dan
tumbuhan. Dasar yang digunakan adalah adanya persamaan sifat
morfologi. Kemudian digantikan dengan sistem klasifikasi buatan
yang dikemukakan oleh Carolus Linnaeus, diamana ia
menggelompokkan tumbuhan berdasarkan alat reproduksinya
seksualnya (bunga) dan memberikan nama kelompok Mammalia
berdasarkan keberadaan kelenjar susu (mammae). Menurut
Linnaeus yang dimaksud dengan spesies adalah sekelompok
organisme yang mempunyai bentuk tubuh, susunan alat gerak,
dan susunan organ dalam yang sama.

Setelah munculnya teori evolusi, maka klasifikasi dilakukan tidak


hanya berdasarkan persamaan strukturnya saja, tetapi juga
berdasarkan atas asumsi bagaimana suatu bentuk kehidupan itu
berasal atau berevolusi dari bentuk kehidupan sebelumnya. Di
dalam teori evolusi sebenarnya telah termaktub suatu gagasan
bahwa organisme yang mempunyai struktur yang sama
mempunyai hubungan kekerabatan yang erat. Jadi persamaan
struktur tetap dipergunakan sebagai dasar pengelompokkan.
Perbedaannya adalah sekarang ini orang menginterprestasikan
persamaan tersebut berdasarkan teori evolusi. Klasifikasi yang
memasukkan teori evolusi ini disebut klasifikasi filogeni.

Pada perkembangkan sistem klasifikasi selanjutnya hubungan


kekerabatan organisme (filogenetik) tidak hanya didasarkan pada
ciri-ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi, etologi, tetapi juga
didasarkan pada struktur molekuler dari organisme yang
diklasifikasikan. Urutan nukleotida dalam DNA diwariskan, dan
memprogram urutan asam amino dalam protein. Suatu spesies
memisah ketika terdapat perubahan/perbedaan yang terjadi pada
basa nukleotida, dan masing-masing spesies mendapat
kumpulan mutasi genetiknya sendiri. Dengan demikian, kita dapat
memperkirakan bahwa spesies yang secara filogenik masih
berkerabat dekat akan memiliki banyak urutan nukleotida yang
sama dalam asam nukleatnya dan lebih banyak asam amino
yang sama dalam proteinnya dibandingkan dengan spesies yang
hubungan kekerabatannya lebih jauh.

Penggunaan data molekuler untuk sistem klasifikasi sering


dianggap lebih baik karena beberapa alasan, antara lain:

1. Sekuen protein dan DNA umumnya berevolusi lebih teratur


sehingga memudahkan dalam membuat model matematika
untuk pengolahan datanya;

2. Data molekuler lebih sesuai dengan perlakuan kuantitatif;

3. Karena sekuen DNA dan RNA terdiri dari empat macam


nukleotida maka jumlah data molekuler lebih melimpah;

4. Data molekuler merupakan data genetik yang lebih baik


untuk analisa kekerabatan; dan

5. Data molekuler terbuka untuk berbagai macam organisme


sehingga dapat digunakan untuk membandingkan
organisme pada tingkat kekerabatan jauh atau antara
organisme dengan karakter morfologi yang sangat berbeda.

6. Teknik molekuler memungkinkan dapat diperolehnya data


rincian fosil sebagai pembanding karakter makhluk hidup
yang masih hidup dengan fosil yang diduga sebagai nenek
moyangnya.

Manfaat ilmu taksonomi atau biosistematika dalam


kehidupan manusia

1. Intensifikasi yaitu dengan memberikan saran dalam memilih


tumbuhan antar varietas atau antar jenis yang hendak
disilangkan untuk memperoleh bibit unggul.
2. Diversifikasi (pembudidayaan berbagai jenis tanaman) yaitu
taksonomi tumbuhan dapat membantu memilih jenis-jenis
tumbuhan yang cocok untuk tujuan budidaya.
3. Ekstensifikasi (perluasan areal) yaitu taksonomi dapat
memilih jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
indikator tanah.
4. Taksonomi dapat mengungkapkan nilai ekonomi tumbuhan.
Dibantu dengan ilmu botani ekonomi, kita bisa mengetahui
tanaman-tanaman bernilai yang memenuhi kebutuhan
manusia.
5. Di sektor pertanian, kita bisa melakukan penyilangan padi
yang memiliki karakter kuat terhadap penyakit dengan padi
yang memiliki masa panen cepat sehingga diperoleh bibit
unggul yang kuat terhadap penyakit dan memiliki masa
panen yang cepat.
6. Di sektor kesehatan, biasanya kita mengobati penyakit yang
diderita dengan obat x yang sulit diperoleh di sekitar kita,
dengan adanya taksonomi kita bisa mengetahui tanaman
apa yang mengandung kandungan obat yang sama yang
ada di sekitar kita.
7. Taksonomi tumbuhan juga bisa membantu manusia untuk
bisa memilih makanan apa saja yang bisa dimanfaatkan
sebagai makanan sehat yang mengenyangkan, beracun,
atau juga sebagai obat.
8. Kayu jati, kayu sengon, glugu (batang pohon kelapa) dapat
digunakan untuk bahan konstruksi bangunan. Karena jenis-
jenis kayu ini memenuhi syarat sebagai bahan konstruksi
bangunan daripada menggunakan jenis kayu randu, batang
pohon pisang, batang pohon pepaya dan lain-lain yang
memiliki jenis batang herbaceous

Anda mungkin juga menyukai