Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

sebab pendidikan merupakan kegiatan yang membimbing dan mengarahkan

manusia dalam menanamkan sifat-sifat dan tingkah laku yang baik dalam jiwa anak

didik serta melatih dan membina kecerdasan, ketrampilan,kecekatan pada anak

didik. Karena pada dasarnya manusia adalah mahluk yang mungkin dapat dan harus

dididik, sesuai hakikatnya sebagai suatu diri (individu) dalam kebersamaan

(sosialitas).1 Dengan pendidikan juga akan terbetuk pribadi yang berahlak baik

(mahmudah) dan menjauhkan diri dari ahlak yang tercela (mazmumah).

Sebagaimana diketahui bahwa nabi Muhamad Saw adalah pendidik dan

tauladan yang baik dalam pendidikan. Seperti yang terdapat dalam firman Allah

SWT dalam surat Al- Ahzab ayat 21 yang berbunyi :

    


   
  
  
  
Artinya:

1
Hadari Nawani, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, hal. 110.
2

sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmad) Allah dan kedatangan

hari kiamat dan banyak menyebut Allah. (Q.S aL-Ahzab ayat 21 ).2

Norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah dihadapan kalian. Jika

alian menghendakinya, hendaknya kalian mencontoh segala amal perbuatan

Rasulullah Saw. Serta berjalan sesuai dengan petunjuknya (pada hari kiamat).

Semua orang hanya memikirkan diri sendiri, penolong serta pelindung

ditiadakan, kecuali amal soleh yang telah dilakukan seseorang. Ingatlah Allah

untuk taat kepadanya dan mencontoh perbuatan Rasul-Nya.3

Dari firman Allah diatas salah satu wujud dari pendidikan tidak terlepas

kepada cara membina akhlak anak didik. Pendidikan akhlak merupakan

permasalahan utama yang selalau menjadi tantangan manusia sepajang sejarah.

Sejarah bangsa-bangsa baik yang diabadikan dalam Al-Qur’an seperti ,Ad,

Samud, Madyan, Saba maupun yang didapat dalam buku-buku sejarah

menunjukan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh dan

sebaliknya suatu bangsa akan runtuh apabila akhlaknya rusak.

Aqidah dan akhlak merupakan dasar yang utama dalam pembentukan

kepribadian manusia yan seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada

terbentuknya kepribadian berakhlak merupakan hal yang pertama yang harus

dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian secara keseluruhan.

2
Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Indah Press, hal. 670
3
Ahmad Mustafa, Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, PT . CV. Toha Putra: Bandung,
hal. 277
3

Tentang pendidikan akhlak ini lebih lanjut dikatakan oleh Muhammad Athiyah

Al-Abrasyi, mengatakan bahwa “Pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan

jiwa dari pendidikan islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna

merupakan tujuan yang sebenarnya dari pendidikan islam”. Dengan demikian

jelas bahwa gambaran manusia yang ideal yang harus dicapai melalui

pendidikan adalah manusia yang sempurna akhlaknya.

Menurut ajaran islam berdasarkan praktek Rasulullah, pendidikan akhlakul

karimah (akhlak mulia) adalah faktor penting dalam membina suatu umat atau

suatu bangsa. Suatu pembangunan tidak ditentukan dengan faktor kredit dan

investasi material semata, betapapun melimpah ruahnya kredit dan besarnya

investasi, kalau pelaksanaannya tidak memiliki akhlak yang baik niscaya

segalanya akan berantakan akibat penyelewengan dan korupsi. Oleh karena itu,

program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha ialah pembinaan akhlak

mulia. Ia harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat,

mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan bawah. Tepat apa yang dikatakan oleh

penyair besar Ahmad Syauqi Bey yaitu “kekalnya suatu bangsa ialah selama

akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musna pulalah bangsa itu”.

Apabila suatu bangsa (umat) itu telah rusak, maka hal ini juga akan

mempengaruhi akhlak generasi generasi mendatang. Terlebih lagi kalau

rusaknya akhlak tersebut tidak segera mendapat perhatian atau usaha untuk

mengendalikan dan memperbaikinya.


4

Bagaimanapun ahlak dan perilaku suatu generasi itu akan sangat

menentukan terhadap akhlak dan perilaku umat-umat sesudahnya. Para ahli

pendidikan menyampaikan bahwa perkembangan pribadi itu sangat ditentukan

oleh faktor-faktor lingkungan, terutama berupa pendidikan. Jika penulis

perhatikan dan amati dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan moral dan

budi pekerti yang menimbulkan kemerosotan norma-norma susila dan norma-

norma agama dikalangan masyarakat, terutama dikalangan generasi muda yang

bisa membawa kegoncangan dalam kehidupan manusia yang akan datang.

Jika tidak ada aqidah yang kokoh dan tetap, tentu akan menyebabkan

orang tersebut mudah terombang- ambing oleh hal-hal yang tidak baik. Keadaan

semacam ini apabila tidak dapat dikendalikan oleh norma-norma yang menyetir

maka (agama), maka akan terjadi kekacauan dalam kehidupan, salah satu contoh

yang sering terjadi dan kita lihat di televisi adalah tawuran antar sekolah yang

hanya karena hal-hal sepele saja. Selain itu kemajuan teknologi seperti internet

yang pada dasarnya memberikan manfaat yang besar bagi manusia,namun

karena minimnya bekal mereka tetang akidah akhlak justru malah memberi

dapak negatif. Sehingga melalui salah satu bidang studi yang diajarkan di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yaitu akidah akhlak diharapkan dapat generasi

muda memiliki bekal pengetahuan tentang bagaimana berakhlak yang baik.

Di Madrasah Aliyah pendidikan merupakan bagian integral dari

pendidikan agama. Memang pendidikan akidah ahklak bukan satu-satunya

faktor yang menentukan sekaligus membetuk watak dan kepribadian peserta


5

didik, tetapi secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikan nilai-

nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan Aqidah Akhlak memberikan pengajaran tentang tata

nilai yang mengatur hubungan antar sesama manusia, mengatur hubungan antara

manusia dan Tuhan, mengatur hubungan dengan lingkungan dan mengatur

dirinya sendiri.

Dengan demikian pelajaran akidah akhlak merupakan pelajaran yang

teoritis dan aplikatif. Pelajaran teoritis menanamkan ilmu pengetahuan,

sedangkan pelajaran aplikatif membentuk sikap dan perilaku siswa dalam

kehidupan. Jadi, tolok ukur keberhasilan siswa tidak dapat diukur dengan tinggi

rendahnya taraf intelektual anak (aspek kognitif), melainkan hendaknya harus

dilihat dari sisi bagaimana karakteristik yang terbetuk melalui pendidikan

formalnya (aspek afektif dan psikomotorik).

Dari uraian diatas yang harus dilakukan dalam pendidikan agar tujuan

tercapai seperti yang diharapkan adalah upaya pengembangan efektifitas

pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti suatu proses

perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil

dari pengalaman interaksi dengan lingkungan.4 Sedangkan pengertian

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,

4
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan , Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imtima, Jakarta:
2007, cet.11, hal. 329
6

sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Sedangkan efektif

adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. Dari

definisi belajar, pembelajaran dan efektif maka hakikat pembelajaran efektif

adalah proses belajar mengajar yang bukan hanya terfokus kepada hasil yang

dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif

mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan

dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya

dalam kehidupan mereka.5

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat

utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang sering

kita lihat di sekolah-sekolah, sering kali guru terlalu aktif di dalm proses

pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru

dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Utuk menciptakan

kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses

pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan

mampu belajar.

5
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo, 2002, hlm. 226-
227
7

Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mngetahui apa arti belajar

yang sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan

mengalami sesuatu. Belajar adalah akibat adanya antara stimulus dan respon.

Jadi proses belajar terjadi jika anak merespon stimilus (rangsangan) yang

diberikan guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

kualitas pembelajaran yang dilaksanaklan di kelas.

Sehubungan dengan tugas ini, hendaknya selalu memikirkan bagaimana

upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan aspek-

aspek yang menjadi indikator efektifitas pembelajaran seperti, pengelolaan kelas

yang baik, keahlian guru dalam mengajar, metode belajar yang bervariasi

sehingga menarik perhatian siswa, fasilitas dan sarana yang memadai, motivasi

atau dorongan semangat belajar dari guru kepada siswa, suasana yang

demokratis sehingga terjalin kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik,

serta upaya-upaya menciptakan interaksi, kondisi, suasana belajar yang

kondusif, optimal dan menyenangkan, dan yang terakhir yaitu evaluasi hasil

belajar untuk mengetahui apakah pembelajaran sudah berjalan efektif sehingga

mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

Madrasah Aliyah Negeri curup merupakan sekolah umum menengah

keatas setara dengan sekolah SMA, Namun Madrasah Aliyah Negeri merupakan

integral dari pendidikan agama yang memberikan kontribusi besar dalam hal

pendidikan agama islam. Karena di Madrasah Aliyah Negeri pendidikan agama

islam terbagi dalam berbagai bidang study mata pelajaran, seperti : Akidah
8

Akhlak, Fiqh, Sejarah Pendidikan Islam, Al-Qur’an hadist. Dengan demikian

sudah hal yang pasti jika Madrasah Aliyah Negeri Curup dipandang oleh

Masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang baik sebagai wadah dalam

membentuk akhlak yang mulia bagi seluruh siswanya dan menjadikan siswa-

siswanya menjadi muslim yang sejati.

Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa di Madrasah Aliyah Negeri

Curup memiliki guru-guru yang ahli dan berkompeten dalam bidangnya masing-

masing. Seperti mata pelajaran akidah akhlak saja di MAN curup ada 2 orang,

namun hal tersebut belum dapat membantu sepenuhnya permasalahan-

permasalahan yang di hadapi tentang perilaku siswa. Di sana penulis melihat

masih ada perilaku-perilaku siswa yang dirasa masih kurang baik, misalnya saja

masih ada siswa yang sering datang terlambat setiap hari, disaat jam pelajaran

masih terlihat siswa yang berkeliaran bahkan ada yang duduk di kantin, ada pula

siswa yang bersikap tidak sopan.

Dengan kondisi dan keadaan-kedaan demikian akan menjadikan tantangan

yang besar dan mengharapkan upaya yang lebih besar dari guru untuk mengatasi

masalah-masalah tersebut. Salah satu upaya yang penting dilakukan adalah

menciptakan proses pembelajaran akidah akhlak yang lebih optimal dan efektif,

sehingga tujuan pemmbelajaran tepat sasaran sesuai yang di harapkan yaitu

membentuk perilaku siswa menjadi lebih baik, serta berakhlak sesuai ajaran

islam.
9

Dari uraian diatas penulis ingin melihat bagaimana keefektifan proses

pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri Curup serta

pengaruhnya dalam membentuk perilaku siswanya, maka dari itu penulis

mengangkat judul :

“ Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Membentuk Perilaku

Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Curup kelas X”.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sistamatis sesuai dengan kaidah dan

metodologi penelitian, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah prilaku siswa sebelum diberikan pembelajaran akidah

akhlak di Madrasah Aliyah Negeri Curup kelas X ?

2. Bagaimanakah prilaku siswa setelah diberikan pembelajaran akidah

akhlak di Madrasah Aliyah Negeri curup kelas?

3. Adakah efektifitas pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk

perilaku siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Curup ?

C. Batasan Masalah

penelitian ini dilaksanakan di MAN Curup. Mengingat keterbatasan

kemampuan penulis, maka penulis membatasi penulisan ini pada pengungkapan

“ Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Membentuk Perilaku Siswa di

MAN Curup kelas X”.


10

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin di capai secara

umum adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran akidah

akhlak MAN Curup. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan memperoleh pemahaman tentang beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prilaku siswa sebelum diberikan pembelajaran

akidah akhlak di MAN Curup kelas X.

2. Untuk mengetahui perilaku siwa setelah diberikannya pebelajaran

aqidah akhlah di MAN Curup kelas X.

3. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran akidah akhlak dalam

membentuk perilaku siswa di MAN Curup kelas X.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Untuk mengembangkan disiplin ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah

sampai sekarang.

b. Untuk menambah pengetahuan tentang bimbingan dan konseling

terutama dalam bimbingan kelompok.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai bahan rujukan untuk penulis bila nanti menjadi guru serta untuk

menambah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang efektifitas

pembelajaran.
11

b. Bagi guru mata pelajaran akidah akhlak

Sebagai bahan masukan khususnya dalam efektifitas pembelajaran

akidah akhlak yang diharapkan dapat memberi pengaruh dalam

membentuk perilaku siswa.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkan perlu diketahui

dalam penelitian ini. Menurut Gay yang dimaksud hipotesis penelitian adalah

sebagai penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala atau keadaan

tertentu yang akan terjadi.6 Jadi hipotesis adalah harapan yang dinyatakan oleh

peneliti mengenai hubungan antara variabel dalam masalah penelitian atau

pertanyaan masalah yang paling spesifik yang belum tentu kebenarannya hingga

akan diuji kebenarannya.

Maka hipotesis dalam penelitian ini dihubungkan pada penarikan

kesimpulan terhadap hasil analisis jawaban angket setiap alternatifnya sebagai

berikut:

0 – 25 % : Terdapat pengaruh yang sangat lemah antara efektifitas

pembelajaran dan pembentukan perilaku siswa.

25 – 50 % : Terdapat pengaruh antara efektifitas pembelajaran dan

pembentukan perilaku siswa.

6
Conselo, G Savela, Pengantar Metodologi Penelitian, UI Press, Jakarta: 1993, hal. 13
12

51 – 75 % : Terdapat pengaruh yang kuat antara efektifitas pembelajaran dan

pembentukan perilaku siswa.

76 – 100 % : Terdapat hubungan yang sangat kuat antara efektifitas

pembelajaran dan pembentukan perilaku siswa.

G. Devinisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam memahami judul

penelitian ini, maka berikut ini penulis akan menjelaskan tentang judul diatas

dengan arti atau pengertian baik masing-masing kata mauoun istilah agar dapat

dipahami.

Efektifitas adalah kegiatan yang dapat membuahkan hasil (usaha,

tindakan ) dalam transfer nilai-nilai pendidikan kepada anak didik.7

Pembelajaran adalah suatu proses pemindahan ilmu dari satu individu

kepada individu lainnya. “ pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya

yang sistematika dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan

pembelajaran dapat berjalan secara efektif”.8

Akidah adalah “sesuatu yang dianut dan diyakininya”.9

Akhlak adalah “ sikap, perilaku, dan budi pekerti”.10

7
Ubuy Sodiqin dan Bandrozaman, Meodologi Studi Islam, Insan Mandiri, Bandung: 2000, hal. 5-
6
8
Zainal Arifin Jamaris, Islam Akidah dan Syariah, Raja Grafindo, Jakarta: hal. 19
9
Departemen pendidikan dan kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta: 1995, hal. 747
10
Ibid. Hal.748
13

Perilaku dalam kamus lengkap bahasa indonesia berarti tanggapan atau

reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan yang terwujud dari

gerakan-gerakan ( sikap ) badan atau ucapan.11

H. Sistematika Pembahasan

BAB I PEDAHULUAN, Pendahuluan terdiri dari latar belakang, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis

penelitian, definisi operasional judul, dan sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI, Landasan teoritis terdiri dari pengertian

efektifitas penbelajaran, akidah akhlak, hubungan akidah akhlak, serta

pengertian perilaku.

BAB III METODE PENELITIAN, Terdiri dari jenis penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, teknik dan pengumpulan data, teknik analisa

data.

BAB IV HASIL PENELITIAN, Terdiri dari laporan hasil penelitian yang

berisikan deskripsi wilayah temuan hasil penelitian, serta pembahasan.

BAB V PENUTUP, Terdiri dari kesimpulan dan saran.

11
Novia Windy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Kashiko publisher, Surabaya: 2004, hal. 469

Anda mungkin juga menyukai