PROPOSAL PENELITIAN
I. JUDUL PENELITIAN
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KAJUARA
KABUPATEN BONE TAHUN 2017
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dikenal di muka bumi ini. Merokok dalam kajian kesehatan adalah tindakan yang
merugikan bagi kesehatan baik perokok aktif maupun perokok pasif. Kebiasaan
Remaja adalah suatu kurun usia yang serba labil. Dan untuk kematangan
(perasaan) dan rasio (logika). Oleh karena itu, sesuatu yang sifatnya coba-coba
atau bereksperimen sering muncul dan sebagian remaja memiliki rasa ingin tahu
terhadap hal-hal baru tanpa melihat apakah itu bersifat positif atau negatif. Rokok
dianggap cukup diminati banyak kalangan remaja. Hal ini dibuktikan dalam
berbagai iklan rokok baik dari media elektronik maupun media massa lainnya
yang selalu menginisialkan tokoh remaja sehingga membuat citra (brand image)
bahwa rokok diprioritaskan untuk kalangan anak muda (Gunawan. H., 2013).
2
bahwa sekitar separuh (50%) dari para perokok mulai sejak usia remaja dan sulit
Inggris yang menunjukkan bahwa sekitar separuh (50%) dari pada perokok yang
mulai sejak remaja akan meninggal dengan berbagai penyakit karena kebiasaan
pria berumur di atas lima belas tahun punya kebiasaan merokok. Di pihak lain,
sekitar setengah dari kaum pria di Negara berkembang juga mempunyai kebiasaan
meningkat dan sebagian besar adalah pada usia pekerja 15-55 tahun yang bekerja
semua orang mengetahui bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tetapi hal ini
tidak pernah surut dan hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang sedang
merokok bahkan perilaku merokok sudah sangat wajar dipandang oleh para
yang menyenagkan dan menjadi aktifitas yang bersifat obsesif. Faktor terbesar
dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Terkait hal itu, kita
2015).
3
terbesar di dunia setelah Cina dan India. Sejak tahun 1995-2007, jumlah perokok
perokok ini berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan. Pada laki-laki yang
Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat, rerata batang rokok yang dihisap
perhari penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu
bungkus). Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun
perempuan (47,5% banding 1,1%). Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang
(34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%) (Riskesdas, 2013).
merokok. Dengan rerata jumlah batang rokok 11-12 batang per hari. Berdasarkan
perokok setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks kepemilikan
Pola asuh orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pengaruh
pada setiap anaknya. Menurut Ahmad Tafsir, Pola asuh orang tua adalah upaya
orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari
lahir hingga remaja. Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak
yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu (Aditama. T. Y., 2011).
Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan
membimbing anak. Cara dan pola asuh tersebut akan berbeda-beda antara satu
keluarga dengan keluarga lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran sikap
dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama
kepribadian anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-
asuh pada anak akan memberikan peluang bagi anak untuk mencari figur yang
lain sebagai tumpuan harapan untuk berbagai perasaan dalam duka dan lara. Di
luar rumah anak mencari teman yang di anggapnya dapat memahami perasaannya
dan keinginanya, sehingga sebagian besar anak pada usia remaja melakukan
bahwa ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada anak
5
laki-laki usia 15-17 tahun di Kelurahan Tanah Raja Kota Ternate dengan hasil uji
statistik Chi-Square diperoleh nilai r = 0,003. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari
á (0,05).
kebanyakan laki-laki, merokok 1-10 batang/hari. Pada uji chi square didapatkan
ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku merokok siswa SMA
(p= 0.000) dan didapatkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai korelasi pola asuh orang tua dengan
perilaku merokok.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya & sajidah, (2015)
menyatakan hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh
hasil X2 hitung = 17.999 dan X2 tabel = 12.592 dengan taraf signifikan 0.05%
maka di dapatkan X2 hitung > dari X2 tabel (17.999 > 12.592), dan taraf signifikan
(P value) 0.006 dengan taraf kesalahan α = 0.05 maka P value < nilai α (0.006 <
0.05), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian merokok pada siswa SMA
siswa keseluruhan 725 orang, laki-laki sebanyak 323 dan perempuan 402 dan rata-
rata berumur 14-17 tahun. Sebagian dari siswa tersebut telah mengkomsumsi dan
pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada remaja di SMP Negeri 1
Kajuara Kabupaten Bone Tahun 2017. Hal disebabkan karena selain untuk
menuntut ilmu, sekolah merupakan tempat bergaul para remaja dan banyak
menemukan hal-hal yang baru. Usia masa SMP merupakan usia yang mudah
diantaranya perilaku merokok, sehingga peneliti tertarik meneliti pola asuh orang
tua yang diterapkan pada remaja dengan meningkatnya angka perilaku merokok
pada remaja khususnya di SMP Negeri 1 Kajuara Kabupaten Bone Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku
merokok pada remaja di SMP Negeri 1 Kajuara Kab. Bone Tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
merokok pada remaja di SMP Negeri 1 Kajuara Kab. Bone Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus :
merokok pada remaja di SMP Negeri 1 Kajuara Kab. Bone Tahun 2017
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Institusi
3. Manfaat Praktis
pengetahuan bagi Peneliti mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan
remaja merokok.
8
ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan, baik anak-anak sampai orang tua,
laki-laki maupun perempuan, terlebih pada siswa-siswi SMA dan SMP. Banyak
pengaruh pola asuh orang tua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan karena
iklan. Hal ini kalau dibiarkan akan sangat berpengaruh bagi kondisi fisiknya dan
1. Kandungan Rokok
Nikotin dijumpai secara alami di dalam batang dan daun tembakau yang
digunakan sebagai racun serangga. Pada suhu rendah, bahan ini bertindak
tersebut dari tubuh. Teofilin sebagai obat pereda sesak nafas, yang menurut
2. Proses Kimiawi
tembakau kering, kertas, zat perasa yang dapat dibentuk oleh elemen
Karbon (C), elemen Hidrogen (H), elemen Oksigen (O), elemen Nitrogen
(N), elemen Sulfur (S) dan elemen-elemen lain yang berjumlah kecil.
senyawa seperti CO2, H2O, NOx, Sox dan CO. Reaksi ini disebut reaksi
Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan
sebelum memasuki mulut dan gas yang masuk dalam paru-paru masih
a. Tar
kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau itu sendiri,
maupun yang ditambahkan dalam proses pertanian dan industri sigaret. Tar
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat membentuk kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan
b. Nikotin
nikotin secara intravena. Nikotin masuk ke dalam otak dengan cepat dalam
waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier di otak dan diedarkan
11
keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan
nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah
perokok yang ingin berhenti dan jumlah perokok yang berhasil berhenti.
c. Karbon Monoksida
200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin.
Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh
akibatnya sel darah merah akan kekurangan oksigen, yang akhirnya sel
dan mengeras, bila menyerang pembuluh darah jantung maka akan terjadi
serangan jantung.
12
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang khas dihisap dalam satu hari akan
e. Amoniak
nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang.
Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk
tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling
dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang
g. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan bila
rasa sakit.
13
h. Fenol
beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang.
Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan
i. Hidrogen Sulfida
terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat
a. Mata: perokok berisiko tiga kali lebih tinggi menderita katarak yang
menyebabkan kebutaan.
mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus. Juga penyakit gusi, pilek
terbakar yang mengarah infeksi) yang akan merusak jaringan halus dan
tulang.
h. Kandung kemih dan Leher Rahim: kanker kandung kemih dan kanker
leher Rahim.
j. Tulang dan darah: tulang rapuh dan leukemia atau kanker darah
(Sukendro. S, 2007).
a. Faktor Adiksi
minggu atau bulan, tapi ada kemungkinan kambuh kembali. Hal ini
disebabkan adanya sifat adiksi pada tembakau. Sifat adiksi ini yang
Perokok yang sudah ketagihan akan merasa kurang percaya diri, sulit
berhenti merokok.
b. Faktor Lingkungan
c. Faktor Pendidikan
merokok merasa sehat-sehat saja. Itulah yang tidak disadari oleh perokok.
Bahaya rokok memang tidak langsung dirasakan oleh perokok saat itu
juga. Ada rentang waktu yang sangat panjang dari seseorang mulai
Hal ini juga yang mungkin pesan kesehatan pada kemasan rokok terasa
basi dan tidak dihiraukan. Apalagi minat baca (dan kemampuan baca)
d. Faktor Iklan
rokok yang bertebaran itu tidak diimbangi dengan iklan antirokok yang
e. Faktor Kemudahan
tersedia. Parahnya lagi, hal ini tentu saja mempermudah anak-anak dan
2015).
7. Domain Perilaku
Domain perilaku terdiri dari tiga bagian menurut Notoatmojo (2007) yaitu:
a. Pengetahuan : hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
b. Sikap : reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
Hartini, 2015).
18
merupakan tindakan yang segera. Teori ABC ini merupakan strategi untuk
sebetulnya dapat diubah menjadi dua cara yaitu berdasarkan apa yang
a. Antesenden
sedangkan menurut ahli lain (Holland & Skinner, 1961; sulzer-azarofi &
1) Antesenden ilmiah
2) Antesenden terencena
b. Behavior
atau tindakan yang akan dilakukan oleh makhluk hidup. Menurut Geller
dari luar), oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
1) Respon yang tidak disengaja atau terjadi secara alamiah karena adanya
2) Operan respon atau instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang menerima stimulus
tersebut, sehingga belum dapat diamati belum jelas oleh orang lain.
atau terbuka, ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, contohnya anak diberi
c. Konsekuensi (Consequence)
Ciri-ciri Konsekuen
1) Suatu konsekuen yang segera mengikuti suatu perilaku adalah jauh lebih
masa penundaan.
perilaku dan mempertahankan perilaku tersebut tidak perlu selalu ada saat
perilaku dilakukan.
apa yang ingin dicapai. Pengarahan perilaku dengan empat cara yaitu :
mengambilnya pada saat kita lapar dan haus. Status lapar dan haus
yang terukur atau konsekuensinya jelas terlihat, bisa dirasakan dan bisa
dan bernyanyi karena keinginannya sendiri (hobi). Maka dalam hal ini
ini adalah hal yang merugikan diri sendiri. Hal ini contoh dari penguatan
sekunder).
efektif kecuali jika mereka memiliki backup reinforce dengan yang dapat
backup reinforce adalah TV, mobil, pakaian, boneka, baju, makanan kecil,
salah satu reinforce, hal ini sering disebut edible. Bentuk edible biasanya
potongan kecil dari makanan, seperti kacang, biskuit kering atau crackers,
waktu, maka coklat tersebut dapat berubah fungsi lagi menjadi penguat.
sesuatu, biasanya digunakan untuk sesuatu yang baru atau perhatian kita
yang menginginkan keadaan yang lebih baik dari pada yang biasa
hal yang tidak menarik dan dapat digunakan sebagai penguatan positif.
secara bersyarat.
kita menyetel jam beker agar bisa bangun pagi. Ketika alarm berbunyi
dipagi hari, maka secara otomatis tangan kita akan mematikan jam tersebut
karena bising.
25
tinggi, kemudian kita melihat ada polisi, maka kita akan mengurangi
tingkah laku yang tidak baik. Salah satu hal yang paling kontroversial
mengatakan hal ini tidak jadi masalah. Pihak lain pun masih mencegah
ialah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua merupakan salah satu aspek
terpenting yang turut memebentuk perilaku dan karakter anak. Pola asuh yang
Para ahli mengemukakan bahwa pola asuh dari orang tua amat
a. Pola asuh otoriter (parent orinted) ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan
segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak
semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan
tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
insiatif merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder
dalam pergaulan; tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau
(alcohol or drug abuse). Dari segi positifnya anak yang dididik dalam pola
27
asuh ini, cenderung akan mejadi disiplin yakni mentaati peraturan, tetapi
b. Pola asuh permisif. Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala
aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh
anak diperbolehkan anak. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak
apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin
mewujudkan aktualisasinya.
c. Pola asuh demokratis, kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu
pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang
dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat
orang tua.
Dari model asuh diatas, mana yang dianggap efektif dan efesien
masalah yang berbeda atau tidak sama. Oleh karena itu, tergantung orang
langsung, tidak ada jenis pola asuh yang murni diterapkan dalam keluarga
yang bersangkutan. Inilah yang akan mengarah pada pola asuh situasional
anak di bagi menjadi dua dimensi (Maccoby, 1998) yaitu dimensi kontrol
a. Dimensi kontrol
bertanggung jawab dari anak. Bentuk kontrol orang tua ini diwujudkan
1) Pembatasan (Restrictiveness)
2) Tuntutan (Demandigness)
Perlakuan ini diterapkan oleh orang tua agar anak dapat mencapai tujuan
3) Keketatan (Strictness)
Perlakuan orang tua bersifat ketat dan tegas sehingga anak harus mematuhi
semua aturan atau tuntutan yang ditetapkan oleh orang tua dan tidak
Dalam hal ini orang tua melakukan intervensi terhadap anak dalam segala
rencana, hubungan anak atau kegiatan-kegiatan lain. Hal ini membuat anak
diri.
hak khusus untuk menentukan segala sesuatu yang menyangkut anak dan
b. Dimensi kehangatan
anaknya dengan penuh kehangatan serta menerima dan ada pula yang
yang menolak anak, terlihat dari sikap tidak peduli terhadap kesejahteraan
Tidak seperti anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Anak
tua yang masih kuat. Betapa sedihnya seorang anak ketika mendengar dan
dalam jangka waktu tertentu. Dia sedih karena tidak di bawa serta oleh
orang tuanya. Tetapi, anak tidak akan pernah sedih ketika dia sendiri yang
tetangganya.
itu. Gaya fathernalistik tidak tepat lagi digunakan untuk anak SLTP yang
31
tingkat kepercayaan orang tua yang kuat. Anak sudah mandiri dalam hal
anak untuk memilih di antara dua pilihan secara bebas tetapi “tetap dalam
kontrol”.
anaknya. Canda dan tawa menyertai dialog orang tua dan anak. Perintah
digunakan oleh orang tua atau anak dalam kegiatan komonikasi keluarga .
interaksi. Dalam interaksi itu orang tua akan berusaha mempengaruhi anak
untuk terlibat secara pikiran dan emosi untuk memperhatikan apa yang
tua.
32
nyata, sehingga ibu dapat dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi,
seorang ibu mempunyai peranan yang besar sekali (bahkan lebih besar dari
anak, tetapi sudah berlangsung ketika anak sedang dalam kandungan ibu.
darah antara ibu dan anak melahirkan pendidikan yang bersifat kodrati.
kreatif.
Pada fase awal dari kehidupan anak, dia tidak hanya berkenala
anaknya. Karenanya menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua untuk
V. KERANGKA KONSEP
1. Perilaku Merokok
orang tua.
Pola asuh orang tua adalah gambaran sikap dan perilaku orang tua
pengasuhan.
34
Pola pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema
Perilaku
Pola asuh Otoriter
Merokok
Keterangan :
Variabel Independen :
Variabel Dependen :
1. Perilaku Merokok
keinginan untuk merokok dan faktor pengaruh dari orang tua, teman sebaya
maupun lingkungan.
Kriteria Objektif:
Perokok berat : jika menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari
Kriteria Objektif:
Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang cenderung bersifat
memaksa pada anak dan mutlak harus dituruti serta memerintah dan
menghukum anak.
Kriteria Objektif:
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kebebasan pada
anak untuk melakukan sesuatu tanpa adanya control dan pengawasan dari
orang tua.
Kriteria Objektif
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada remaja.
2. Tidak ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada
remaja.
A. Jenis Penelitian
variabel yang diamati, diukur pada saat bersamaan ketika penelitian berlangsung.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober Tahun 2017
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki SMP Negeri 1
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang akan diteliti
atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam
37
berikut:
N
n=
1 + N (d)2
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Besar populasi
323
n=
1 + 323 (0,05)2
323
n=
1,8075
n= 178,69
n= 179 Orang
Nh = Nh x n
Keterangan :
N : jumlah pupulasi
38
N : jumlah sampel
323
323
323
Simple random sampling atau sampel acak, yaitu dengan cara semua yang
terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan
banyaknya subjek yang telah ditentukan dan terlebih dahulu peneliti sudah
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data primer
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data arsip siswa
pola asuh orang tua. Kuisioner terdiri atas dua bagian yaitu kuisioner pola
asuh orang tua yang terdiri 30 pertanyaan dan kuisioner perilaku merokok
terdiri 10 pertanyaan.
E. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
komputer.
3. Tabulasi
4. Entri Data
tabel kontigensi.
5. Analysis
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
mengetahui adanya hubungan pola asuh orang tua dengan prilaku remaja
dikatakan tidak ada hubungan jika nilai p ≥ ɑ (0,05). Bila terdapat nilai
expected (E) <5 maka digunakan uji alternatif yaitu menggunakan uji
Fisher exact.
G. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik yang disertai
H. Etika Penelitian
permohonan kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini SMP Negeri 1
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.