Anda di halaman 1dari 9

Asalamualaikum w. w.

Yth. Bapak/Ibu Peserta PPG


Proses pemerolehan bahasa pada anak idealnya didukung faktor keluarga. Bahasa
anak yang pertama adalah bahasa ibunya, selembut, sekalem, sekeras, sesopan
anak tergantung orang tua, orang tua pendukung pemerolehan bahasa anak.
Namun muncul masalah ketika kualitas dan kuantitas komunikasi orang tua
dengan anak kurang dengan berbagai macam alasan dan keadaan (orang tua
sibuk kerja).
Silakan analisis masalah di atas berdasarkan pemerolehan bahasa anak serta
peran bapak/ibu sebagai pendidik untuk memaksimalkan kemampuan bahasa di
kelas rendah?

Wa’alaikumsalam, selamat malam bapak berikut jawaban saya mengenai pertanyaan di


atas.
Masa kanak-kanak merupakan fase dalam hidup manusia yang sangat menentukan
bagaimana kondisi dan kemampuan yang dimilikinya ketika dewasa. Setiap orang tua
tentu memiliki harapan yang positif agar anaknya dapat memiliki perkembangan
kemampuan yang baik. Kemampuan berbahasa juga menjadi hal yang penting untuk
dimiliki seorang anak. Kemampuan berbahasa anak juga bergantung pada proses
pemerolehan bahasa anak tersebut. Faktor keluarga mempunyai peran yang sangat
penting dalam mendukung pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa sendiri
memiliki arti proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika
memperoleh bahasa ibunya. Motivasi dan pengaruh orang tua dalam pengembangan
bahasa anak akan mempermudah dan mempercepat perkembangan bahasa anak
melalui pembinaan bahasa yang dilakukan oleh orang tua secara terarah, terencana
dan berkesinambungan. Sebaliknya seorang anak tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya pembinaan. Keluarga khususnya orang tua sangat berperan dalam
membina dan mengembangkan kemampuan bahasa pada anak,agar anak
berkomunikasi secara aktif dan efektif dalam kehidupannya kelak ketika dia dewasa.
Karena bahasa anak yang pertama secara alamiah, cepat dan mudah dipahami anak
adalah bahasa orang tuanya. Menurut Miller dan Chomsky (1957) menyebutkan LAD
(language acquisition device) yang intinya bahwa setiap anak telah memiliki LAD yang
dibawa sejak lahir. LAD ini merupakan suatu perangkat intelek yang khusus untuk
menguasai bahasa ibu dengan mudah dan cepat.
Namun, di dalam realita muncul sebuah masalah ketika kualitas dan kuantitas
komunikasi orang tua dengan anak kurang. Sehingga pemerolehan bahasa pertama
kurang maksimal. Ketika pemerolehan bahasa pertama kurang maksimal akan
berdampak terhadap pembelajaran bahasa atau disebut dengan bahasa kedua. Karena
pembelajaran bahasa merupakan proses-proses dimana seseorang sedang
mempelajari bahasa baru setelah ia selesai memperoleh bahasa ibunya. Khusus
kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa
utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua berwujud
dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Maka sebaiknya, menurut saya
berdasarkan konsep pemerolehan bahasa jika bahasa pertama anak kurang maksimal
peran seorang guru dapat membantu mengatasi problema tersebut melalui strategi-
strategi pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua.
Strategi Pemerolehan Bahasa Anak
Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Pemerolehan Bahasa Kedua Anak
Anak-anak dalam proses pemerolehan Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh
bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi dalam proses belajar bahasa
strategi : kedua, yaitu:
1. Strategi meniru/imitasi 1. Strategi perencanaan dan belajar
2. Strategi produktivitas. positif
Produktivitas berarti keefektifan dan 2. Strategi aktif, pendekatan aktif dalam
keefisienan dalam pemerolehan bahasa tugas belajar, libatkan siswa Anda
melalui sarana komunikasi linguistik dan secara aktif dalam belajar bahasa
nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat, bahkan melalui pelajaran yang lain.
suara dsb). 3. Strategi empatik, ciptakan empatik
3. Strategi umpan balik pada waktu belajar bahasa.
Yaitu umpan balik antara strategi 4. Strategi formal; perlu ditanamkan
produksi ujaran (ucapan) dengan kepada siswa bahwa proses belajar
responsi. bahasa ini formal/terstruktur sebab
4. Strategi keempat adalah apa yang pendidikan yang sedang ditanamkan
disebut prinsip operasi. adalah pendidikan formal bukan
Dalam strategi ini anak dikenalkan alamiah.
dengan pedoman, ”Gunakan beberapa 5. Strategi eksperimental; tidak ada
prinsip operasi umum untuk memikirkan salahnya jika Anda mencoba-coba
serta menggunakan bahasa”( hindarkan sesuatu untuk peningkatan belajar
kekecualian, prinsip khusus: seperti siswa Anda
kata: berajar menjadi belajar). 6. Strategi semantik, yakni menambah
kosakata siswa dengan berbagai cara,
misalnya permainan (contoh: teka-
teki); permainan dapat meningkatkan
keberhasilan belajar bahasa.
7. Strategi praktis; pancinglah keinginan
siswa untuk mempraktikan apa yang
telah didapatkan dalam belajar
bahasa, Anda sendiri harus dapat
menciptakan situasi yang kondusif di
kelas.
8. Strategi komunikasi; tidak hanya di
kelas, motivasi siswa untuk
menggunakan bahasa dalam
kehidupan nyata meskipun tanpa
dipantau, berikan
pertanyaanpertanyaan atau PR yang
memancing mereka bertanya kepada
orang lain sehingga strategi ini
terpakai.
9. Strategi monitor; siswa dapat saja
memonitor sendiri dan mengkritik
penggunaan bahasa yang dipakainya,
ini demi kemajuan mereka.
10. Strategi internalisasi; perlu
pengembangan/pembelajaran bahasa
kedua yang telah dipelajari secara
terus-menerus/berkesinambungan.

Selain menerapkan strategi pemerolehan bahasa yang disebutkan dalam tabel di


atas, untuk memaksimalkan kemampuan berbahasa di tingkat sekolah dasar kelas
bawah seorang guru harus memiliki peran diantaranya guru sebagai pembimbing, guru
sebagai model, guru sebagai administrator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai
evaluator. Adapun penjelasan lebih detail sebagai berikut :
1. Guru sebagai pembimbing
Hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing kelas I dan II antara lain sebagai
berikut:
a. Tingkat Kesiapan Anak
Kesiapan anak yang berasal dari TK tentunya akan lebih matang bila
dibandingkan dengan yang bukan dari TK. Biasanya anak dari TK memiliki dasar
kedisiplinan dan dasar pembiasaan diri yang lebih, meskipun tidak mutlak.
Seharusnya bagi siswa yang memiliki kesiapan plus mendapat tambahan
pengayaan, sedang bagi yang kurang diadakan bimbingan tambahan.
b. Tingkat Pengembangan Anak
Anak usia dini kecenderungan ingin tahu sangat besar dengan apa yng dilihat,
serta pada diri anak kelas I dan II memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Oleh karena itu dorongan dan
bimbingan guru sangat diperlukan untuk memupuk dan membangkitkan bakat,
minat dan kemampuan anak tersebut. Guru harus berperan aktif dan dapat
memanfaatkan saat-saat yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan anak
didiknya.
c. Bahasa Ibu
Bahasa Ibu anak kelas I dan II, seharusnya menjadi sumber belajar yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bahan pelajaran,
metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua.
2. Guru sebagai Model
Guru sebagai cermin bagi anak didik, terutama baik bagi anak usia dini, yang
biasanya dorongan untuk meniru sangat menonjol. Semua tingkah laku guru akan
berpengaruh bagi anak didiknya, begitu juga tutur kata guru, secara sadar atau tidak
akan merupakan model bagi anak didik. Oleh karena itu, guru kelas I dan II
hendaknya santun dalam berbicara, baik tutur katanya, serta menggunakan bahasa
yang baik dan benar.
3. Guru sebagai Administrator
Guru sebagai pengelola segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pengajaran,
termasuk pengadministrasiannya, misal : mencatat jumlah siswa, pekerjaan orang
tua, bagaimana prestasi anak tersebut, kelemahan dan kekurangan masing-masing
siswa, termasuk pengembangan bahasanya.
4. Guru sebagai Inovator
Guru harus bersifat terbuka menerima bahkan mengharap saran-saran, aktif dalam
kegiatan yang bersifat ajang bertukar pikiran kebahasaan dan tertanam rasa bangga
dan hormat terhadap perkembangan dan kedudukan Bahasa Indonesia serta
mengimplementasikan secara sungguh-sungguh dalam pembelajaran. Guru harus
lebih kreatif mendorong aktivitas anak didik untuk terampil menyaring dan
memanfaatkan perkembangan tersebut secara tepat.
5. Guru sebagai Evaluator
Evaluator berarti orang yang mengadakan kegiatan penilaian, sedangkan evaluasi
merupakan proses pelaksanaan penilaian tersebut. Aktivitas evaluasi oleh guru pada
umumnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Aktivitas Evaluasi
Evaluasi awal Evaluasi tengah Evaluasi akhir
Evaluasi awal yang Evaluasi tengah atau Evaluasi akhir atau disebut
sering kita sebut analisis evaluasi proses. Kegiatan evaluasi hasil, merupakan
kondisi awal, atau mengadakan penilaian ini kegiatan penilaian yang
evaluasi perencanaan. sarana dan prasarana dilakukan oleh guru
kegiatan siswa telah dengan meggunakan alat
searah dengan tujuan evalusi berupa tes,
pembelajaran. dengan tujuan untuk
melihat tingkat
keberhasilan belajar siswa
terhadap materi yang telah
disajikan.

Ketiga kegiatan evaluasi diatas berlangsung melingkar, secara terus menerus,


artinya hasil evaluasi yang lalu akan menjadi pedoman pembelajaran yang akan
datang, begitu seterusnya.

Demikian jawaban saya mengenai pertanyaan di atas, terima kasih atas


kesempatannya dan mohon bimbingannya pak.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb.


Faktor yang mendukung keberhasilan suatu pendidikan adalah orang tua,
guru ,sekolah dan lingkungan. Keempatnya harus dapat bersinergi agar proses
pendidikan dapat berjalan maksimal. Proses pendidikan dimulai dari lingkungan
keluarga, dimana orang tua yang menjadi pengajar utamanya. Seorang
anak/bayi ketika lahir ibarat kertas putih yang bersih, orang tua lah yang
menorehkan tinta pertama proses pendidikannya. Hal tersebut sejalan dengan
proses pemerolehan bahasa pada anak tersebut. Orang tua mempunyai peran
yang sangat penting dalam proses pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan
bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak
seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Miller dan Chomsky (1957)
menyebutkan bahwa setiap anak telah memiliki LAD (language acquisition
device) yang dibawa sejak lahir. LAD ini merupakan suatu perangkat intelek
yang khusus untuk menguasai bahasa ibu dengan mudah dan cepat. Potensi
tersebut akan berkembang setelah mendapatkan stimulus dari lingkungan.
Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis tetapi didapatkan
dari lingkungan yang menggunakan bahasa, sehingga anak memerlukan orang
lain untuk mendapatkan bahasa atau menerima dan mengirim simbol-simbol
bahasa dalam bentuk suara secara fisik. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan
proses pemerolehan bahasa pertama pada anak diperlukan interaksi antara
anak dengan orang tuanya dilingkungan keluarga. Didalam keluarga seoarang
anak dapat mengekspresikan dirinya lewat bahasa dengan menyalurkan
perasaan, sikap, gagasan, dan emosi. Jika intensitas komunikasi antar anak dan
orang tua kurang optimal, maka sang anak biasanya kurang dapat
mengekspresikan dirinya atau terkesan pendiam. Hal ini mengakibatkan proses
pembelajaran bahasa (pemerolehan bahasa kedua) akan mengalami kendala.
Pembelajaran bahasa merupakan proses-proses dimana seseorang
sedang mempelajari bahasa baru setelah ia selesai memperoleh bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa melibatkan bahasa pertama sedangkan pembelajaran
bahasa melibatkan bahasa kedua atau bahasa asing. Jika dukungan orang tua
dan lingkungan tempat pembelajaran kurang menguntungkan, peran guru
sangat berarti bagi siswa. Kedudukan guru sebagai komponen pengajaran di
samping siswa, kurikulum, metode, alat pelajaran, dan alat evaluasi merupakan
penentu keberhasilan pendidikan. Siswa kelas SD usia antara 7-12 tahun
menurut Piaget berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap usia ini
seorang anak baru dapat memahami hal-hal yang bersifat konkret (nyata). Usia
SD dibagi menjadi dua kelas utama yaitu kelas rendah (kelas 1-3) dan kelas atas
(kelas 4-6). Untuk memaksimalkan kemampuan bahasa siswa kelas rendah guru
dapat berperan sebagai pembimbing, model, inovator, administrator dan
evaluator.
 Guru Bahasa Indonesia sebagai Pembimbing
Hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing kelas I dan II antara lain
sebagai berikut:
a. Tingkat Kesiapan Anak
Kesiapan anak yang berasal dari TK tentunya akan lebih matang bila
dibandingkan dengan yang bukan dari TK. Biasanya anak dari TK memiliki
dasar kedisiplinan dan dasar pembiasaan diri yang lebih, meskipun tidak
mutlak. Hal ini dapat diperkuat dengan GBPP dan Kurukulum Pendidikan
TK yang bertujuan untuk membentuk kesiapan dalam menghadapi
pendidikan selanjutnya. Seharusnya bagi siswa yang memiliki kesiapan
plus mendapat tambahan pengayaan, sedang bagi yang kurang diadakan
bimbingan tambahan.
b.Tingkat Pengembangan Anak
Anak usia dini kecenderungan ingin tahu sangat besar dengan apa yang
dilihat, serta pada diri anak kelas I dan II memiliki potensi yang besar
untuk mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Oleh karena
itu dorongan dan bimbingan guru sangat diperlukan untuk memupuk
dan membangkitkan bakat, minat dan kemampuan anak tersebut. Guru
harus berperan aktif dan dapat memanfaatkan saat-saat yang tepat
untuk mengoptimalkan perkembangan anak didiknya.
c. Bahasa Ibu
Bahasa Ibu anak kelas I dan II, seharusnya menjadi sumber belajar yang
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bahan
pelajaran, metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia sebagai
bahasa kedua.
 Guru sebagai Model
Guru sebagai cermin bagi anak didik, terutama baik bagi anak usia dini,
yang biasanya dorongan untuk meniru sangat menonjol. Semua tingkah laku
guru akan berpengaruh bagi anak didiknya, begitu juga tutur kata guru,
secara sadar atau tidak akan merupakan model bagi anak didik. Oleh karena
itu, guru kelas I dan II hendaknya santun dalam berbicara, baik tutur katanya,
serta menggunakan bahasa yang baik dan benar.
 Guru sebagai Administrator
Guru sebagai pengelola segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pengajaran, termasuk pengadministrasiannya, misal : mencatat jumlah siswa,
pekerjaan orang tua, bagaimana prestasi anak tersebut, kelemahan dan
kekurangan masing-masing siswa, termasuk pengembangan bahasanya.
 Guru Bahasa sebagai Inovator
Guru bahasa tentunya menyadari, bahwa bahasa yang digunakan dan
diajarkan bersifat hidup. Dengan dengan demikian bahasa senantiasa
mengalami perkembangan, misalnya adanya nsur serapan asing dan daerah
yang merupakan wujud berkembangnya bahasa tersebut. Di satu sisi
perkembangan tersebut berakibat positif terhadap perbendaharaan kata, di
sisi lain menuntut kita lebih kreatif mendorong aktivitas anak didik untuk
terampil menyaring dan memanfaatkan perkembangan tersebut secara
tepat.
Untuk mewujudkan pemikiran di atas, guru harus bersifat terbuka
menerima bahkan mengharap saran-saran, aktif dalam kegiatan yang bersifat
ajang bertukar pikiran kebahasaan dan tertanam rasa bangga dan hormat
terhadap perkembangan dan kedudukan Bahasa Indonesia serta
mengimplementasikan secara sungguh-sungguh dalam pembelajaran. Guru
harus menyadari peran bahasa indonesia sebagai sarana mempelajari mata
pelajaran lain dan sebagai salah satu keterampilan hidup bagi para siswa.
 Guru sebagai Evaluator
Evaluator berarti orang yang mengadakan kegiatan penilaian, sedangkan
evaluasi merupakan proses pelaksanaan penilaian tersebut. Aktivitas evaluasi
oleh guru pada umumnya terbagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:
1. Evaluasi awal
Evaluasi awal yang sering kita sebut analisis kondisi awal, atau evaluasi
perencanaan.
2. Evaluasi tengah
Evaluasi tengah atau evaluasi proses. Kegiatan mengadakan penilaian ini
sarana dan prasarana kegiatan siswa telah searah dengan tujuan
pembelajaran.
3. Evaluasi akhir
Evaluasi akhir atau disebut evaluasi hasil, merupakan kegiatan penilaian
yang dilakukan oleh guru dengan meggunakan alat evalusi berupa tes,
dengan tujuan untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa
terhadap materi yang telah disajikan.

Ketiga kegiatan evaluasi tersebut berlangsung melingkar, secara terus


menerus, artinya hasil evaluasi yang lalu akan menjadi pedoman
pembelajaran yang akan datang, begitu seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai