TINJAUAN PUSTAKA
bab ini dijelaskan beberapa penelitian terdahulu serta dasar teori yang
Georges dan Buchlin (1996), ternyata hasil simulasi identik dengan hasil
yang dilakukan oleh Gant dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh
Georges dan Buchlin dapat dilihat pada gambar 2.2. Kedua gambar ini
identik.
menggunakan dua jenis nosel yaitu BETE PJ32 dan TF6. Dalam
penelitian ini adalah nosel PJ32 menghasilkan hasil semprotan yang lebih
baik pada area permukaan per unit volume daripada nosel TF6.
didalamnya pada ketinggian 2 meter. Studi lain yang berkaitan dengan ini
perhitungan satu dimensi pada dua jenis desain baru wind tower dengan
memberikan lapisan basah pada bagian masuk tower. Pada kedua jenis
temperatur yang lebih rendah dan kelembaban relatif yang lebih tinggi dari
yang lebih baik pada kecepatan angin yang tinggi daripada sistem yang
penyusunan letak nosel yang paling optimal pada studi multi-nozzle array.
Dalam penelitan ini parameter yang diamati adalah jumlah aliran massa
(mass flow rate) yang dihasilkan, dan keseragaman profil kecepatan dan
nosel-nosel ini memiliki tekanan yang sama, jumlah aliran massa akan
yang digunakan maka mass flow rate juga bertambah banyak dan
sebaliknya.
vertikal dengan penyusunan jumlah nosel lebih dari satu, ukuran silinder
digunakan adalah TF6 dengan tekanan masuk sebesar 3.33 bar, massa
3 sampai 12 nosel.
Gambar 2.3 Dimensi cerobong dan nosel pada simulasi multi nosel
(Sarjito, 2012)
pendinginan yang lebih baik pada bagian pusat, tetapi kurang optimal
pada bagian tepi. Susunan nosel dengan jarak konstan memberikan efek
pendinginan yang lebih baik pada bagian tepi dan juga memberikan efek
yang baik pada bagian pusat dengan jumlah nosel yang lebih sedikit.
rendah dan jumlah aliran yang paling banyak, tetapi untuk menghasilkan
efek ini harus menggunakan jumlah nosel yang lebih banyak dari pada
Gambar 2.6 Variasi temperatur keluar dan mass flow dengan konfigurasi
nosel yang berbeda (Sarjito, 2012)
mulai jarak 0.35m sampai 0.85m, dari konvigurasi ini didapat hasil yang
11 dengan posisi satu nosel dibagian tengah dan jarak antar nosel 0.65m.
Gambar 2.7 Variasi rata-rata temperatur dan mass flow rate dengan
susunan perbedaan jarak antar nosel (Sarjito 2012)
jumlah 11 buah dan jarak antar nosel 0.65 meter. Kemudian dilakukan
penyusunan nosel dengan konfigurasi tertentu agar didapatkan hasil dari
jumlah nosel dan susunan nosel yang paling optimal terhadap efek
distribusi temperatur.
dari simulasi CFD antara lain adalah distribusi tekanan udara, kecepatan
udara, temperatur udara, jumlah uap air, dan turbulensi baik di dalam
luas untuk mempelajari kualitas udara di dalam ruangan, fire safety, dan
2.2.2 Nosel
spray atau semprotan suatu fluida pada bagian evaporasi. Fungsi dari
nosel ini adalah sebagai saluran fluida, sehingga ukuran dari nosel akan
sangat berpengaruh terhadap jumlah aliran massa fluida. Dua jenis nosel
yang umum digunakan adalah tipe BETE PJ32 dan TF6, kedua jenis nosel
dihasilkan oleh nosel tipe PJ32 memberikan hasil pengabutan yang paling
Gambar 2.11 Nosel TF6 dan pola semprotan yang dihasilkan.(Tambur &
Guetta, 2006).
sebagai fungsi linier dari k2/ε dimana k adalah energi kinetik turbulen, dan
dan angka rata-rata dari regangan sama pada semua arah hanya pada
saat energi kinetik turbulen yang dihasilkan hampir sama dengan jumlah
angka yang terdisipasi. Karena asumsi ini maka model k-epsilon pada
umumnya tidak bisa memberikan perkiraan yang akurat pada aliran yang
kecepatan Uf, terdapat beberapa gaya yang terjadi pada butiran air
Gambar 2.12 Gaya yang terjadi pada semprotan air (Sarjito, 2012)
...................................................(2.1)
Dimana :
.................................................................(2.2)
Dimana :
berikut:
.............................................................................(2.3)
..........................................................(2.4)
Sedangkan untuk
..................................................................................(2.5)
.......................................................................(2.6)
Besarnya gaya apung sama dengan perbedaan antara berat butiran air
...................................................................(2.7)
Besarnya gaya gradien tekanan ditentukan dari gradien tekanan lokal
..........................................(2.8)
Jika proses semprotan air terjadi pada kecepatan aliran rendah, maka
berikut :
............................................(2.9)
Sama dengan gaya gradien tekanan, jika proses semprotan air terjadi
pada pada kecepatan aliran rendah, maka gaya ini dapat diabaikan.
pada droplet pada hasil semprotan yang berada di atas partikel yang
...........................................................(2.10)
Dimana de adalah diameter yang mana R(d) sama dengan 1/e atau 0.368,
....................................................(2.11)
memberikan data tentang distribusi diameter yang bagus. Jika data yang
bagus tidak bisa diperoleh, data distribusi diameter dapat dimasukkan
.................................................................................(2.12)
...............................................................................(2.13)
Dimana :
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan aliran udara rata-rata (m/s)
D = diameter nosel saluran masuk (m)
ρ = rapat jenis fluida (kg/m3)
μ = viskositas dinamik udara (kg.m/s)
v = viskositas kinematik udara (m2/s)
..............................................(2.14)
Dimana :
Nu = Nusselt number
Rep = droplet Reynolds number
Prf = Prandtl number
....................................................................................(2.15)
Dimana :
Q = debit fluida (m3/s)
A = luas permukaan saluran (m2)
V = kecepatan fluida (m/s)
..................................................................................(2.16)
Dimana :
ṁ = mass flow rate (kg/s)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
v = volume fluida (m3)
f. Kelembaban relatif ( )
Kelembaban relatif adalah rasio dari tekanan parsial uap air dalam
..............................................................(2.17)
Dimana :
campuran. (Pa)
...........................................................................................(2.18)
uap air dengan massa udara kering, yang dijelaskan oleh Stoeker dan
..........................................................(2.19)
Dimana :
Antoine:
................................................................(2.20)
Dimana :
T = temperatur (K)
A = 5.11564.ln(10)
B = 1687.54.ln(10)
C = -42.92
...................................................................(2.21)
Dimana :
= aliran massa uap air (kg/s)
= aliran massa udara kering (kg/s)
= aliran massa udara basah (kg/s)
Dari persamaan di atas, maka didapatkan rumus untuk aliran massa uap
..............................................................................(2.22)
Aliran massa uap antara bagian masuk dengan bagian keluar
.............................................................(2.23)
Dimana :
= aliran massa uap diantara bagian masuk dan keluar (kg/s)
(kW).......................(2.24)
Dimana :