Anda di halaman 1dari 50

Katalog BPS : 1101002.

36
ISSN : 2088-4974

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN


STATISTIK DAERAH
PROVINSI BANTEN
2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN


STATISTIK DAERAH
PROVINSI BANTEN
2014

ISSN : 2088-4974
No. Publikasi : 36000.1430
Katalog BPS : 1101002.36

Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm


Jumlah Halaman : 42 Halaman + iv

Naskah :
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit :
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan oleh :
BPS Provinsi Banten

”Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya”

Sumber gambar sampul buku :


1. Gambar sampul depan : Banten Ujung Kulon di Padang Rumput Cidaon,
Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang
(foto-hutan-konservasi.blogspot.com, oleh Agus Sartono)
Gambar sampul belakang : Situs Peninggalan Keraton Kaibon - Banten, Kota Serang
(bantenculturetourism.com / Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten)

2. Gambar sisipan :
(bantenculturetourism.com / Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten)
1. Kesenian Angklung Buhun, kesenian khas Kabupaten Lebak
2. Pantai Tanjung Layar - Sawarna, Kabupaten Lebak
3. Industri Kimia PT Chandra Asri Petrochemical, Kota Cilegon (www.chandra-asri.com)
4. Masjid Agung Banten Lama, Kota Serang
5. Wisata Bawah Laut Pantai Pulau Panaitan, Kabupaten Pandeglang
6. Pelabuhan Penyeberangan Merak, Kota Cilegon
Kata Pengantar

Publikasi Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 diterbitkan oleh


BPS Provinsi Banten, berisi berbagai data dan informasi terpilih
seputar Provinsi Banten yang dianalisis secara sederhana untuk
membantu pengguna data dalam memahami perkembangan
pembangunan serta potensi yang ada di Provinsi Banten.

Publikasi Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 diterbitkan


untuk melengkapi beberapa publikasi statistik yang sudah terbit
secara rutin setiap tahun. Berbeda dengan publikasi yang sudah
ada, publikasi ini lebih menekankan pada analisis.

Materi yang disajikan pada Publikasi Statistik Daerah Provinsi Banten 2013 memuat
berbagai informasi/indikator yang terkait dengan hasil pembangunan dari berbagai
sektor di wilayah Provinsi Banten dan diharapkan dapat digunakan untuk bahan kajian,
perencanaan, dan evaluasi berbagai macam program yang telah dijalankan.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan publikasi ini, sehingga penerbitan
publikasi ini dapat terlaksana. Kritik dan saran sangat kami hargai guna penyempurnaan
publikasi di masa mendatang.

Serang, September 2014

BPS Provinsi Banten


Kepala,

Dr. Syech Suhaimi, SE., MSi.


NIP. 19620108 198703 1 002

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 iii


DAFTAR ISI

1. Geografi dan Iklim ... 1 11. Industri Pengolahan ... 16


2. Pemerintahan ... 2 12. Konstruksi ... 17
3. Penduduk ... 4 13. Hotel dan Pariwisata ... 18
4. Ketenagakerjaan ... 6 14. Transportasi dan Komunikasi ... 19
5. Pendidikan ... 8 15. Perbankan dan Investasi ... 21
6. Kesehatan ... 9 16. Harga-harga ... 22
7. Perumahan ... 10 17. Pengeluaran Penduduk ... 24
8. Pembangunan Manusia ... 11 18. Perdagangan ... 26
9. Pertanian ... 13 19. Pendapatan Regional ... 28
10. Energi Listrik ... 15 20. Perbandingan Regional ... 30

Lampiran Tabel … 33

iv Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


1
GEOGRAFI DAN IKLIM
Lebih sejuk, lebih lembab dan lebih sering hujan
Suhu udara di Banten lebih sejuk, lebih lembab dan lebih sering hujan
dibanding tahun sebelumnya. Ditandai oleh suhu yang lebih rendah,
kelembaban yang lebih tinggi dan hari hujan yang lebih banyak.

Provinsi Banten terletak di ujung barat Peta Wilayah Provinsi Banten


Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan
DKI Jakarta, Jawa Barat, Laut Jawa, Samudra
Hindia dan Selat Sunda. Letak astronomisnya
antara 507’50” - 701’1” LS dan 10501’11” -
10607’12” BT. Luas wilayah Banten mencapai
9.662,92 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas
daratan Indonesia. Berarti, Banten adalah
provinsi dengan luas wilayah terkecil kelima di
Indonesia setelah Kepulauan Riau (0,43 per-
sen), Bali (0,30 persen), DI Yogyakarta (0,16
persen) dan DKI Jakarta (0,03 persen).

Kondisi topografi wilayah Banten pada


umumnya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian antara 0 – 200 m dpl yang terletak
di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang,
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang
Selatan, Kabupaten Pandeglang dan sebagian Data Geografis dan Iklim Banten
besar wilayah Kabupaten Serang. Adapun
daerah Lebak Tengah, sebagian kecil Keadaan Geografis Satuan Nilai
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang
memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl. a. Luas wilayah km2 9 662,92
Sedangkan daerah Lebak Timur memiliki
ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat di b. Ketinggian m dpl 0 - 2 000

sekitar Puncak Gunung Sanggabuana dan c. Jumlah pulau kecil buah 61


Gunung Halimun.
d. Sungai terpanjang
km 414,3
(S. Cisadane)
Iklim wilayah Banten dipengaruhi oleh Angin
Monson dan gelombang La Nina. Cuaca e. Danau terluas
ha 126
didominasi oleh Angin Barat dari Samudra (Cipondoh)

Hindia dan Angin Asia di musim penghujan f. Gunung tertinggi


m dpl 1 925
serta Angin Timur pada musim kemarau. Suhu (G. Halimun)
udara rata-rata di Banten selama tahun 2013
Kondisi Iklim Satuan 2012 2013
mencapai 27.0 0C, dengan kelembaban udara
rata-rata 83%. Hujan turun setiap bulannya, o
a. Suhu rata-rata C 27,1 27,0
dengan jumlah hari dan curah hujan dalam
setahun masing-masing sebanyak 206 hari dan b. Kelembaban rata-rata % 81 83
3.573 mm. Dengan demikian, dibandingkan
tahun sebelumnya suhu udara di Banten c. Hari hujan hari 171 206
selama tahun 2013 ini terasa lebih sejuk, lebih d. Curah hujan mm 1 197 3 573
lembab dan lebih sering hujan, bahkan dengan
intensitas yang lebih tinggi alias lebih lebat. Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 1


2
PEMERINTAHAN
Legislator perempuan bertambah, keterwakilan masih kurang
Pileg 2014 menghasilkan penambahan jumlah legislator perempuan
di DPRD Banten. Namun jumlahnya masih di bawah angka 30 persen
keterwakilan perempuan dalam legislatif sesuai UU No. 10/2008.

Statistik Pemerintahan di Banten Sama seperti tahun sebelumnya, wilayah


Provinsi Banten pada tahun 2013 ini secara
Wilayah
2011 2012 2013
administratif masih terbagi dalam 4 kabupaten
Administrasi
yaitu Pandeglang, Lebak, Tangerang dan
1. Kabupaten 4 4 4 Serang, serta 4 kota yakni Tangerang, Cilegon,
Serang dan Tangerang Selatan. Adapun jumlah
2. Kota 4 4 4
kecamatan, desa dan kelurahan sama seperti
2. Kecamatan 155 155 155 tahun sebelumnya tidak ada perubahan, baik
4. Desa 1 267 1 267 1 267 karena pemekaran wilayah maupun karena
perubahan status dari desa menjadi kelurahan.
5. Kelurahan 278 278 278

Jumlah PNS 2011 2012 2013 Dilihat dari sisi personil, jumlah PNS di
Banten selama periode 2011-2013 terus
Laki-laki
53 242 51 693 50 545 menurun dari 98 ribu orang menjadi 95 ribu
(54,21%) (53,75%) (53,34%)
orang. PNS laki-laki dan perempuan sama-
Perempuan
44 965 44 472 44 213 sama berkurang, namun jumlah PNS laki-laki
(45,79%) (46,25%) (46,66%)
yang berkurang jauh lebih besar dibandingkan
Jumlah Total
98 207 96 165 94 758 PNS perempuan. Akibatnya, proporsi pegawai
(100,00%) (100,00%) (100,00%)
perempuan meningkat hingga mencapai 47
Sumber : Banten Dalam Angka 2014 persen. Sebaliknya, proporsi pegawai laki-laki
menurun menjadi 53 persen.
Jumlah Anggota DPRD Banten
Pemilu Legislatif 2014 telah berhasil
Hasil Pemilu Legislatif
menghantarkan 16 orang perempuan sebagai
legislator di DPRD Banten. Jumlah ini
bertambah dibandingkan pemilu sebelumnya
yang hanya menghasilkan 14 orang legislator
perempuan. Hanya saja, jumlah legislator
perempuan ini masih tetap di bawah angka 30
persen keterwakilan perempuan dalam
lembaga legislatif sesuai amanat UU No. 10
Tahun 2008.

*** TAHUKAH ANDA


“Jumlah calon legislator perempuan dalam
Pemilu Legislatif 2014, yang diusung oleh 10
partai politik yang memperoleh kursi di DPRD
Banten mencapai 295 orang, atau sekitar 36
persen dari seluruh calon legislator.”
Sumber : KPU Banten (data diolah)

2 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


2
PEMERINTAHAN
Tingkat kemandirian keuangan daerah berkurang
Porsi PAD Banten terhadap pendapatan daerah bertambah, karena
lebih tingginya pertumbuhan PAD. Akibatnya, tingkat kemandirian
keuangan daerah Benten pun menjadi bertambah.

Sebagai salah satu instrumen kebijakan Realisasi APBD Provinsi Banten


fiskal yang dapat digunakan untuk memacu (miliar rupiah)
perkembangan ekonomi daerah, realisasi
Uraian 2011 2012 2013
belanja daerah Banten selama periode 2011-
2013 menunjukkan perkembangan yang kurang A. Belanja Daerah : 3 901 5 318 5 295
menggembirakan. Level belanja daerah pada 1. Belanja Langsung 1 820 2 017 1 979
periode tersebut memang meningkat pesat,
- Belanja Pegawai 130 148 182
yaitu dari 3,9 triliun rupiah menjadi 5,3 triliun
rupiah, atau rata-rata tumbuh 16,5 persen per - Belanja Barang & jasa 973 951 984
tahun. Namun, belanja modal yaitu komponen - Belanja Modal 717 918 813
belanja daerah yang paling berperan dalam
2. Belanja Tidak Langsung 2 081 3 301 3 316
memacu pertumbuhan ekonomi, pada periode
yang sama rata-rata hanya tumbuh 6,5 persen - Belanja Pegawai 320 385 423

per tahun. Artinya, peningkatan belanja daerah - Belanja Lainnya 1 761 2 916 2 893
Banten pada periode tersebut, ternyata lebih
B. Pendapatan Daerah : 3 756 5 414 6 230
banyak digunakan untuk keperluan belanja
pegawai dan belanja barang dan jasa, yang Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
kurang berperan dalam pertumbuhan ekonomi.
Porsi dan Pertumbuhan PAD
.Pendapatan daerah (PD) adalah sumber Provinsi Banten
dana utama bagi pembiayaan pembangunan
atau belanja daerah. Salah satu komponen
pendapatan daerah yaitu pendapatan asli
daerah (PAD) merupakan besaran yang dapat
digunakan untuk menggambarkan tingkat
kemandirian keuangan daerah. Semakin besar
porsi PAD suatu daerah terhadap PD, semakin
tinggi pula tingkat kemandirian keuangan
daerah tersebut. Tercatat, total pendapatan
daerah Banten pada tahun 2013 tumbuh
mencapai 15,1 persen hingga menjadi 6,2
triliun rupiah. Padahal, realisasi PAD pada
periode yang sama tumbuh mencapai 21,3
persen. Akibatnya, proporsi PAD Banten
terhadap PD naik dari 62,7 persen menjadi 66,1
persen. Karena itu, tingkat kemandirian
keuangan daerah pun semakin bertambah.
Implikasinya, Banten lebih leluasa untuk
mengatur belanja daerahnya, karena kendala
keterbatasan fiskal berkurang. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 3


3
PENDUDUK
Terbanyak kelima dan terpadat ketiga di Indonesia
Penduduk Banten tahun 2014 berjumlah 11,7 juta orang. Dibandingkan
provinsi lain, Banten merupakan provinsi dengan populasi terbanyak
kelima dan terpadat ketiga di Indonesia.

Perkembangan Penduduk Banten, Hasil proyeksi penduduk menunjukkan


Tahun 1971-2014 bahwa jumlah penduduk Banten pada Juni
2014 sudah mencapai 11,7 juta orang.
Penduduk laki-laki berjumlah 6,0 juta orang,
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
perempuan yang hanya 5,7 juta orang. Dengan
demikian, rasio jenis kelamin (sex ratio) nya
sebesar 104,1 atau terdapat 1.041 penduduk
laki-laki di antara 1.000 penduduk perempuan.

Dibandingkan empat tahun sebelumnya,


penduduk Banten tumbuh sangat pesat hingga
mencapai 2,3 persen per tahun. Padahal,
penduduk Indonesia pada periode yang sama
rata-rata hanya tumbuh 1,4 persen per tahun.
Akibatnya, proporsi penduduk Banten terhadap
Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah) total penduduk Indonesia meningkat dari 4,5
persen menjadi 4,6 persen. Karena itu, Banten
Indikator Kependudukan berhasil mempertahankan posisinya sebagai
Banten dan Nasional provinsi dengan populasi terbanyak kelima di
Indonesia setelah Jawa Barat (18,2 persen),
Uraian 2010 2014 Jawa Timur (15,3 persen), Jawa Tengah (13,3
persen) dan Sumatera Utara (5,5 persen).
BANTEN

Penduduk (juta orang) 10,6 11,7 Dibandingkan dengan luas wilayahnya


- Laki-laki 5,4 6,0 yang hanya sekitar 10 ribu kilometer persegi,
- Perempuan 5,2 5,7 Banten pada tahun 2014 terasa lebih sempit. Ini
Rasio Jenis Kelamin 104,7 104,1
dibuktikan dengan menjadi provinsi ketiga
terpadat penduduk nya se Indonesia setelah
Pertumbuhan Penduduk (persen) 2,78 2,30
DKI Jakarta (15.173 penduduk per km 2) dan
Kepadatan Penduduk (orang/km 2) 1 100 1 211
Jawa Barat (1.301 penduduk per km 2). Tingkat
INDONESIA kepadatan penduduk Banten sendiri mencapai
Penduduk (juta orang) 237,6 252,2 1.211 penduduk per km2. Dengan kata lain,
- Laki-laki 119,6 126,7 untuk setiap satu kilometer persegi, wilayah
- Perempuan 118,0 125,5
Banten dihuni oleh 1.211 penduduk.
Rasio Jenis Kelamin 101,4 101,0

Pertumbuhan Penduduk (persen) 1,49 1,40 *** TAHUKAH ANDA


Kepadatan Penduduk (orang/km 2) 124 132 “Penduduk Banten setiap jam bertambah 29
Sumber : BPS Provinsi Banten orang.”

4 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


3
PENDUDUK
Terbanyak penduduknya, tapi bukan yang terpadat
Kabupaten Tangerang adalah kabupaten terbanyak penduduknya.
Akan tetapi yang terpadat penduduknya adalah Kota Tangerang,
dengan tingkat kepadatan mencapai 12.992 penduduk per km persegi.

Dilihat menurut distribusi spasial penduduk, Komposisi Penduduk Banten Tahun 2014
tampak bahwa Kabupaten Tangerang menjadi
daerah dengan jumlah penduduk terbanyak
di Banten, yakni dengan persentase mencapai
27,9 persen (3,4 juta orang). Sebaliknya, Kota
Cilegon dengan persentase hanya 3,5 persen
(0,4 juta orang) menjadi daerah yang paling
sedikit penduduknya.

Dilihat menurut rasio jenis kelamin, proporsi


penduduk laki-laki terbesar terdapat di
Kabupaten Lebak, dimana terdapat 1.052
penduduk laki-laki untuk setiap 1.000 penduduk
perempuan. Sedangkan proporsi yang terkecil
di Kota Serang, dengan perbandingan 1.000
penduduk perempuan untuk setiap 1.016
penduduk laki-laki.

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)


Dilihat menurut tingkat perkembangan
penduduk, Kota Tangerang, Kabupaten
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan yang Indikator Kependudukan Banten
wilayahnya terletak di bagian utara Banten Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
menjadi daerah dengan tingkat pertumbuhan
Rasio
penduduk paling pesat, yaitu masing-masing Pertumbuhan Kepadatan
Jenis
Kabupaten/Kota Penduduk Penduduk
Kelamin
mencapai 2,6 persen, 3,4 persen dan 3,6 (persen) (orang/km2)
persen. Disamping itu, ketiga daerah tersebut
1. Pandeglang 104,5 0,73 433
juga menjadi daerah yang terpadat
penduduknya, dengan tingkat kepadatan 2. Lebak 105,2 1,02 368
masing-masing sebanyak 12.992, 3.227 dan 3. Tangerang 104,9 3,44 3 227
10.143 penduduk per kilometer persegi.
4. Serang 103,0 0,95 844
Sebaliknya, Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak yang wilayahnya berada di 5. Kota Tangerang 104,4 2,55 12 992

bagian selatan Banten selain sebagai daerah 6. Kota Cilegon 104,4 1,87 2 309
dengan tingkat pertumbuhan penduduk
terendah, juga menjadi daerah yang paling 7. Kota Serang 101,6 2,10 2 366

jarang penduduknya yakni dengan tingkat 8. Kota Tangsel 104,1 3,55 10 143
kepadatan masing-masing hanya sebanyak
Sumber : BPS Provinsi Banten
433 dan 368 penduduk per kilometer persegi.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 5


4
KETENAGAKERJAAN
Kesempatan kerja berkurang, pengangguran terbuka naik
Tingkat kesempatan kerja berkurang ditandai oleh turunnya
persentase penduduk usia kerja yang bekerja.Akibatnya, tingkat
pengangguran terbuka Banten naik menjadi 9,9 persen.

Statistik Ketenagakerjaan Banten Setiap tahun selama periode 2012-2014,


antara enam sampai tujuh orang dari sepuluh
Uraian
Agustus Agustus Februari orang penduduk usia kerja (penduduk usia 15
2013 2013 2014
tahun ke atas) Banten, telah memasuki pasar
Penduduk Usia Kerja (juta orang) 7,97 8,15 8,24 kerja. Hal ini terlihat dari indikator Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang
Angkatan Kerja (juta orang) 5,20 5,18 5,48
memberikan gambaran mengenai besarnya
- Penduduk Bekerja 4,69 4,69 4,94
persentase penduduk usia kerja yang termasuk
dalam angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja
- Penganggur 0,51 0,49 0,54 Banten sendiri bertambah dari 5,2 juta orang
menjadi 5,5 juta orang.
TPAK (persen) 65,21 63,55 66,47

Penduduk Bekerja (persen) 90,17 90,46 90,13 Sementara itu persentase penduduk usia
kerja yang bekerja sepanjang Agustus 2012
TPT (persen) 9,83 9,54 9,87 hingga Februari 2014 mengalami penurunan
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 dari 90,2 persen menjadi 90,1 persen. Ini
berarti bahwa tingkat kesempatan kerja juga
berkurang, yang berakibat pada naiknya
Komposisi Lapangan Pekerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Banten
Penduduk Usia Kerja Yang Bekerja, hingga menjadi 9,9 persen. Bahkan angka TPT
Februari 2014
yang dihasilkan tersebut menjadi yang tertinggi
se Indonesia.

*** TAHUKAH ANDA


“TPT Banten pada Agustus 2013 masih berada
di urutan tertinggi kedua se Indonesia setelah
Provinsi Aceh.”

Diamati menurut komposisi lapangan


pekerjaan, dari seratus penduduk usia kerja
Banten yang telah bekerja pada Februari 2014,
81 orang diantaranya pasti bekerja pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-
jasa, sektor pertanian dan sektor industri
pengolahan. Sisanya, bekerja pada sektor
pertambangan dan penggalian, sektor listrik,
gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor
pengangkutan dan komunikasi dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

6 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


4
KETENAGAKERJAAN
Angka pengangguran tinggi, terkait kinerja sektor pertanian
Tingginya angka pengangguran lebih banyak terjadi di daerah
dengan proporsi pertanian terbesar di Banten. Ada kemungkinan hal
ini terkait dengan rendahnya kinerja sektor pertanian.

TPT Banten Menurut Kabupaten/Kota, Diamati menurut kabupaten/kota, terdapat


Agustus 2013 empat daerah yang pada Agustus 2013
memiliki angka pengangguran di atas Banten
yaitu Kota Serang, Kabupaten Tangerang,
Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten
Serang. Keempat daerah tersebut, bersama
Kabupaten Lebak, merupakan daerah dengan
proporsi pertanian terbesar di Provinsi Banten.
Karena itu, ada kemungkinan tingginya angka
penganguran pada empat daerah ini lebih
dipengaruhi oleh rendahnya kinerja sektor
pertanian. Dimana, kegiatan pertanian
khususnya pertanian tanaman padi pada
Triwulan III-2013 sedang berkurang karena
panen raya biasanya terjadi pada bulan
Februari-Maret. Padahal, sektor ekonomi non
pertanian pun sedang mengalami kelesuan,
yang ditandai oleh melambatnya pertumbuhan
ekonomi y on y Triwulan III-2013 dibandingkan
Triwulan III-2012. Akibatnya, limpahan tenaga
kerja dari sektor pertanian tidak dapat
ditampung pada sektor ekonomi non pertanian.

Perbaikan tingkat kesejahteraan pekerja


setidaknya dapat diketahui dari besaran dan
kenaikan upah yang diterima setiap tahunnya.
Sumber : Indikator Ekonomi 2014 (data diolah) Upah minimum provinsi (UMP) di Banten
selama periode 2011-2013 secara nominal
terus mengalami kenaikan. Pada periode yang
Statistik Upah Minimum Provinsi (UMP)
Banten sama, UMP riil (dibanding laju inflasi) juga
meningkat, karena kenaikan upahnya bernilai
positif. Peningkatan upah riil ini menjadi
Uraian 2011 2012 2013
penanda bahwa daya beli pekerja di Banten
selama periode tersebut telah bertambah.
UMP (rupiah) 1 000 000 1 042 000 1 170 000
Akibatnya, tingkat kesejahteraan pekerja juga
semakin membaik. UMP Banten sendiri pada
Kenaikan UMP (persen) 4,68 4,20 12,28
tahun 2013 telah mencapai 1,2 juta rupiah.
Kenaikan UMP riil (persen) 1,23 -0,17 3,63 Namun besaran upah tersebut masih lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata UMP
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 Nasional yang sebesar 1,3 juta rupiah.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 7


5
PENDIDIKAN
Akses pendidikan bertambah, kualitas penduduk meningkat
Kualitas penduduk Banten meningkat cukup pesat, terlihat dari
meningkatnya AMH dan RLS. Peningkatan kualitas ini terjadi
karena akses penduduk terhadap pendidikan semakin bertambah.

Perbaikan tingkat kesejahteraan penduduk Indikator Pendidikan Banten


di suatu daerah tidak terlepas dari pendidikan
yang merupakan penentu kualitas penduduk. Uraian 2011 2012 2013
Kualitas penduduk Banten sepanjang periode
2011-2013 meningkat cukup pesat. Hal ini
Kualitas Pendidikan Penduduk
dapat dilihat dari meningkatnya kuantitas
penduduk yang memiliki kemampuan membaca - Angka Melek Huruf (persen) 96,25 96,51 96,87
dan menulis (AMH) serta rata-rata lama
- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,41 8,61 8,61
sekolah (RLS) penduduk hingga masing-
masing mencapai 96,9 persen dan 8,6 tahun Angka Partisipasi Sekolah (persen)
pada tahun 2013. Bahkan, kualitas penduduk
Banten secara rata-rata ternyata lebih tinggi - Usia 7-12 Tahun 98,23 98,29 98,60
dibandingkan Nasional karena AMH dan RLS
- Usia 13-15 Tahun 88,36 90,97 90,90
Nasional hanya 94,1 persen dan 8,1 tahun.
- Usia 16-18 Tahun 56,16 58,58 62,31
Kualitas penduduk Banten yang meningkat
Sumber : Banten dalam Angka 2014
didorong oleh semakin bertambahnya akses
penduduk terhadap pendidikan, yang dapat
diukur dengan angka partisipasi sekolah (APS). Rasio Murid-Guru di Banten Tahun 2013
Sepanjang periode 2011-2013. Kecuali untuk
kelompok usia 13-15 tahun, APS kelompok
umur lainnya terus meningkat. Meskipun
demikian, masih rendahnya APS kelompok
umur 16-18 tahun patut mendapat perhatian
semua pihak. Karena dengan nilai APS yang
hanya 62,3 persen, berarti sekitar empat dari
sepuluh penduduk usia 16-18 tahun pada tahun
2013 tidak lagi bersekolah.

Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan


ketersediaan fasilitas, dimana salah satu
indikatornya adalah rasio murid-guru, yaitu
rasio yang menggambarkan beban seorang
guru dalam mengajar sekelompok murid. Di
Banten, rasio murid-guru untuk tingkat SD/MI,
SMP/MTS, SMA/SMK/MA masih dibawah 25.
Berarti, proses belajar mengajar pada ketiga
jenjang pendidikan tersebut masih berlangsung
secara optimal karena rasio yang maksimal
sebanyak 25 murid untuk seorang guru. Sumber : Banten dalam Angka 2014 (data diolah)

8 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


6
KESEHATAN
Pemahaman bertambah, capaian bidang kesehatan membaik
Capaian bidang kesehatan membaik, antara lain terlihat dari AHH yang
terus meningkat. Perbaikan ini disebabkan oleh bertambahnya
pemahaman kesehatan penduduk dan banyaknya fasilitas kesehatan.

Statistik Kesehatan Banten Capaian Banten dalam bidang kesehatan


selama periode 2011-2013 telah menunjukkan
Uraian 2011 2012 2013 perbaikan yang signifikan. Hal ini terlihat dari
AHH (tahun) 65,05 65,23 65,47
Angka harapan hidup (AHH) yang terus
meningkat hingga mencapai 65,5 tahun. Selain
Angka Kesakitan (persen) 34,02 30,40 28,57
itu, angka kesakitan yang diukur dengan
Rata-rata Lama Sakit (hari) 5,00 4,87 5,22 persentase penduduk yang mengalami keluhan
Tempat Berobat (%) kesehatan, pada periode yang sama menurun
Rumah Sakit 9,05 9.89 9,48
hingga menjadi 28,6 persen. Hanya saja, rata-
rata lama sakit penduduk yang mengalami
Praktek Dokter 36,87 39,49 40,74
keluhan kesehatan justru naik dari 5,0 hari
Puskesmas 26,56 24,10 22,93 menjadi 5,2 hari.
Petugas Kesehatan 22,27 22,07 21,94

Lainnya 5,24 4,45 4,90


Perbaikan capaian dalam bidang kesehatan
ini disebabkan oleh bertambahnya pemahaman
Penolong Kelahiran Terakhir (%)
penduduk akan arti penting kesehatan. Hal ini
Dokter 16,25 17,60 19,48 dapat diketahui dengan melihat bahwa dokter
Bidan 55,52 59,23 59,05 praktik dan puskemas masih menjadi tempat
Lainnya 28,23 23,17 21,47 rujukan kesehatan paling sering didatangi oleh
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
Sumber : BPS Provinsi Banten
untuk berobat jalan. Persentase kunjungan ke
kedua tempat rujukan tersebut masing-masing
Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Banten mencapai 40,7 persen dan 22,9 persen.
Tahun 2013 Disamping itu, jumlah persalinan bayi yang
ditolong oleh dokter pada tahun 2013
meningkat menjadi 19,40 persen, padahal pada
tahun 2011 masih sebesar 16,3 persen.

Tingginya pemahaman penduduk Banten


akan arti penting kesehatan, terutama karena
mereka sering berinteraksi dengan petugas
kesehatan dan difasilitasi oleh berbagai sarana
kesehatan yang semakin bertambah banyak.
Tercatat, jumlah sarana kesehatan berupa
rumah sakit dan puskesmas pada tahun 2013
masing-masing sebanyak 78 buah dan 232
unit. Dimana kedua sarana kesehatan tersebut
secara total didukung oleh 2.812 dokter umum.
dokter gigi dan dokter spesialis, dan 6.380
Sumber : Banten dalam Angka 2014 (data diolah) perawat serta 3.282 bidan.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 9


7
PERUMAHAN
Kepemilikan rumah menurun, luas rumah bertambah
Persentase rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri
menurun. Namun luas rumah yang ditempati oleh rumahtangga
kebanyakan bertambah luasnya.

Rumah atau hunian tempat tinggal adalah Statistik Perumahan Banten (persen)
salah satu kebutuhan dasar manusia yang
mutlak harus dimiliki. Berdasarkan data yang Uraian 2012 2013
ada, rumahtangga di Banten pada tahun 2013
Rumahtangga menempati
umumnya sudah menempati rumah milik rumah milik sendiri
76,98 76,70
sendiri, dengan persentase kepemilikan
mencapai 76,70 persen. Sisanya, menempati Rumahtangga menempati rumah
80,62 81,81
dengan luas lantai per kapita ≥ 8 m 2
rumah antara lain dengan cara sewa/kontrak.
Dibandingkan tahun 2012, terjadi penurunan Rumahtangga menempati rumah
95,03 94,98
dengan lantai terluas bukan tanah
proporsi kepemilikan rumah oleh rumahtangga.
Namun luas rumah yang ditempati oleh Rumahtangga menempati rumah
85,83 83,63
rumahtangga kebanyakan bertambah luasnya. dengan atap dari beton/genteng

Kondisi demikian tercermin dari naiknya Rumahtangga menempati rumah


82,76 83,45
persentase rumahtangga yang menempati dengan dinding terluas dari tembok
rumah dengan luas lantai per kapita minimal Sumber : Banten Dalam Angka 2014
delapan meter persegi.
Persentase Rumahtangga di Banten
Kualitas rumah yang ditempati baik dari
Menurut Sumber Air Minum Bersih dan
bentuk fisik maupun fasilitas yang tersedia, Penerangan Listrik
dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan dan
status sosial penghuninya. Kondisi fisik rumah
yang ditempati pada tahun 2013 terlihat
mengalami perbaikan. Hal ini diketahui dari
bertambahnya persentase rumahtangga yang
menempati rumah dengan dinding tembok.
Hanya saja, persentase rumahtangga yang
menempati rumah berlantai bukan tanah dan
beratap beton/genteng justru menurun bila
dibandingkan tahun 2012.

Sementara itu fasilitas perumahan seperti


sumber air minum bersih masih menjadi
masalah yang cukup serius bagi penduduk
Banten. Sampai tahun 2013 ini, setidaknya
terdapat satu dari tiga rumahtangga yang
belum mempunyai akses terhadap sumber air
minum bersih. Sebaliknya, sumber penerangan
listrik bahkan sudah dinikmati oleh hampir
seluruh rumahtangga, dengan persentase
mencapai 99,5 persen. Sumber : Data Sosekmas Banten 2014 (data diolah)

10 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


8
PEMBANGUNAN MANUSIA
Capaian meningkat, kecepatannya melambat
Capaian pembangunan manusia di Banten meningkat, namun
peningkatannya melambat. Kondisi ini ditandai oleh IPM yang men-
ingkat, namun disertai oleh reduksi shortfall yang mengecil.

Perkembangan IPM Banten Pembangunan manusia merupakan sebuah


proses perubahan kualitas manusia menuju
kehidupan yang lebih baik. Kemajuan
pembangunan manusia secara umum dapat
ditunjukkan dengan melihat perkembangan
indeks pembangunan manusia (IPM). IPM
sendiri adalah ukuran yang mencerminkan
capaian kemajuan pada tiga dimensi pokok
pembangunan manusia, yaitu dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Capaian pembangunan manusia di Banten


selama periode 2011-2013 secara umum
menunjukkan adanya peningkatan. Hanya saja
kecepatan peningkatannya mulai melambat.
Kondisi yang demikian itu dapat diketahui dari
angka IPM yang terus meningkat, namun
disertai oleh reduksi shortfall yang semakin
mengecil. Implikasi dari mengecilnya reduksi
shortfall ini adalah sasaran menuju IPM ideal
Sumber : Banten Dalam Angka 2014 (data diolah) (IPM ideal=100), akan semakin lambat didekati.
IPM Banten tahun 2013 sendiri baru mencapai
Perkembangan IPM Banten 71,9 atau jaraknya dari IPM ideal masih kurang
Menurut Kabupaten/Kota 28,1 persen.

IPM Reduksi Shortfall Diamati secara spasial, capaian dari proses


Kabupaten/Kota pembangunan manusia di seluruh wilayah
2012 2013 2012 2013
Banten selama periode 2012-2013 sudah
Kab. Pandeglang 69,22 69,64 1,43 1,36 berlangsung dengan baik, dalam arti angka IPM
seluruh kabupaten/kota meningkat. Sayangnya,
Kab. Lebak 68,43 68,82 1,41 1,25
terdapat empat daerah yang reduksi shortfall
Kab. Tangerang 72,36 72,82 1,10 1,66 nya melambat, yaitu Kabupaten Pandeglang,
Kab. Serang 69,83 70,25 1,64 1,38 Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang,dan Kota
Serang. Disamping itu, kesenjangan IPM antar
Kota Tangerang 75,72 76,05 1,13 1,34
wilayah juga semakin membesar. Dimana jarak
Kota Cilegon 75,89 76,31 1,21 1,75 antara IPM terendah (Kabupaten Lebak) dan
Kota Serang 72,30 73,12 2,98 2,95 tertinggi (Kota Tangerang Selatan) pada tahun
2013 mencapai 8,3 poin. Padahal pada tahun
Kota Tangerang Selatan 76,61 77,13 2,52 2,21
sebelumnya, jarak tersebut hanya 8,2 poin.
Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 11


8
PEMBANGUNAN MANUSIA
Banten sukses dalam program pengentasan kemiskinan
Banten sukses dalam program pengentasan kemiskinan, ditandai oleh
menurunnya jumlah dan persentase penduduk miskin, dan semakin
kecilnya indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan.

Statistik Kemiskinan Banten Program pengentasan kemiskinan di Banten


selama periode 2012-2014 secara umum dapat
Uraian
Sep Sep Maret dikatakan berjalan sukses. Penilaian ini
2012 2013 2014
didasarkan pada jumlah dan persentase
Garis kemiskinan (rupiah) 251 161 288 733 304 636 penduduk miskin yang masing-masing turun
dari 643 ribu orang dan 5,7 persen di tahun
Jumlah penduduk miskin (ribuan orang) 642,9 677,5 622,8 2012 menjadi 623 ribu orang dan 5,4 persen
pada Maret 2014. Padahal garis kemiskinan
Persentase penduduk miskin (P 0) 5,71 5,89 5,35
pada periode tersebut meningkat dari 251 ribu
Indeks kedalaman kemiskinan (P 1) 0,95 1,02 0,83 per kapita per bulan menjadi 305 ribu per kapita
per bulan.
Indeks keparahan kemiskinan (P 2) 0,28 0,29 0,19

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014


Disamping itu pada periode 2012-2014,
indeks kedalaman kemiskinan dan indeks
keparahan kemiskinan semakin mengecil.
Persentase Penduduk Miskin Banten Berarti, pengeluaran penduduk miskin Banten
Menurut Kabupaten/Kota September 2013 secara rata-rata meningkat hingga semakin
mendekati garis kemiskinannya. Adapun tingkat
ketimpangan pengeluaran antara sesama
penduduk miskin juga semakin menyempit.
Kedua kondisi ini membawa implikasi bahwa
pengentasan kemiskinan ke depannya akan
semakin mudah untuk dilaksanakan. Ini karena
pemerintah dapat melakukan program
intervensi yang lebih terarah dan dengan biaya
yang lebih rendah.

Dilihat menurut kabupaten/kota, program


pengentasan kemiskinan di Banten belum
seratus persen berhasil, karena sepertinya
masih bersifat parsial. Penilaian ini didasarkan
pada insiden kemiskinan tertinggi yang secara
historis selalu terdapat di Kabupaten Lebak dan
Pandeglang. Kedua daerah ini adalah sentra
pertanian di Banten, sehingga kemiskinannya
pasti terkait dengan sektor pertanian. Untuk
mempercepat penurunan angka kemiskinan,
dibutuhkan program yang terintegrasi dan lintas
sektor, termasuk pelibatan secara penuh sektor
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah) pertanian dalam program tersebut.

12 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


9
PERTANIAN
Produksi menurun, produktivitas meningkat
Produksi padi Banten turun menjadi 1,96 juta ton, akibat luas panen
yang berkurang. Namun produktivitas padi meningkat mencapai
53,3 kw/ha karena benih padi unggul dan iklim mendukung.

Sebagai produsen padi terbesar kesebelas Statistik Tanaman Pangan Banten


di Indonesia, padi menjadi tanaman yang
ARAM I
ditanam di setiap wilayah se Banten. Akan Jenis Tanaman 2012 2013 2014
tetapi, sentra produksinya hanya terletak pada PADI
empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten - Luas Panen (000 hektar) 362,6 393,7 367,6
Pandeglang, Lebak, Tangerang dan Serang. - Produksi (000 ton) 1 865,9 2 083,6 1 959,6
JAGUNG
Produksi padi Banten sendiri selama periode
- Luas Panen (000 hektar) 3,0 3,6 3,3
2013-2014 menurun dari 2,08 juta ton gabah - Produksi (000 ton) 9,8 12,0 11,0
kering giling (GKG) menjadi 1,96 juta ton GKG. KEDELAI
Penurunan produksi ini, disebabkan oleh luas - Luas Panen (000 hektar) 5,2 7,9 6,7
- Produksi (000 ton)
panen yang berkurang, akibat bergesernya pola 5,8 10,3 9,0
KACANG TANAH
tanam. Namun demikian, tingkat produktivitas - Luas Panen (000 hektar) 10,7 9,3 9,1
nya meningkat hingga mencapai 53,3 kw/ha. - Produksi (000 ton) 11,7 12,8 12,7
Peningkatan produktivitas ini selain dipengaruhi KACANG HIJAU

oleh kondisi iklim, juga disebabkan oleh adanya - Luas Panen (000 hektar) 1,0 0,8 0,8
- Produksi (000 ton) 0,9 0,7 0,7
bantuan benih unggul melalui berbagai program
UBI KAYU
yang dilaksanakan oleh pemerintah. - Luas Panen (000 hektar) 5,7 6,4 6,2
- Produksi (000 ton) 82,8 97,8 94,7
*** TAHUKAH ANDA UBI JALAR
- Luas Panen (000 hektar) 2,6 2,1 2,3
“Produksi beras Banten pada tahun 2013
- Produksi (000 ton) 32,8 28,0 30,6
mencapai 1,17 juta ton. Dibandingkan tingkat
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
konsumsi yang hanya 1,12 juta ton, tersedia
surplus beras sebanyak 56 ribu ton.”
Produktivitas Tanaman Pangan Banten
Selain padi, tanaman palawija juga ditanam (kw/ha)
di seluruh wilayah se Banten, dengan sentra
produksi terutama di Kabupaten Serang dan
Pandeglang. Kecuali ubi jalar, produksi
tanaman palawija yang lain selama periode
2013-2014 menurun seiring dengan penurunan
luas panen. Produksi tanaman palawija tertinggi
masih dipegang oleh tanaman ubi kayu,
dengan tingkat produksi sebanyak 85 ribu ton.
Sebaliknya, produksi terendah tetap untuk
tanaman kacang hijau dengan jumlah produksi
tujuh ratus ton. Adapun produktivitas tanaman
palawija tertinggi dan terendah juga dipegang
oleh tanaman ubi kayu dan kacang hijau,
dengan tingkat produktivitas masing-masing
152,7 kw/ha dan 8,3 kw/ha. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 13


9
PERTANIAN
Produsen daging sapi terbesar kelima, kerbau terbesar kedua
Banten menjadi produsen daging sapi terbesar kelima dan produsen daging
kerbau terbesar kedua di Indonesia, dengan tingkat produksi
masing-masing sebanyak 37 ribu ton dan 8 ribu ton.

Statistik Komoditas Tanaman Selain padi, Provinsi Banten juga memiliki


Unggulan Banten komoditas tanaman unggulan lain, antara lain
adalah tanaman anggrek dengan tingkat
Tanaman Satuan 2012 2013 produksi tertinggi keempat di Indonesia. Sentra
produksi nya terdapat di Kota Tangerang
Anggrek tangkai 5 628 179 6 406 732
Selatan dan menjadi salah satu obyek wisata
di Banten. Emping melinjo yang sudah diekspor
Melinjo ton 37 413 48 090 hingga ke Timur Tengah, dengan sentra
produksi terdapat di Kabupaten Pandeglang
Aren ton 1 704 1 714
dan Kota Cilegon. Gula aren yang dapat
Melon ton 942 942 digunakan sebagai panganan dengan sentra
produksi di Kabupaten Lebak dan buah melon
Durian ton 47 465 40 822 dengan kualitas ekspor yang terkonsentrasi
Sumber : Banten Dalam Angka 2014 di Kota Cilegon serta buah durian asal
Kabupaten Pandeglang dan Serang yang
kelezatannya sudah terkenal dimana-mana.
Perkembangan Produksi Daging dan Telur Produksi kelima komoditas unggulan ini pada
di Banten (ribu ton) tahun 2013 masing-masing sebanyak 6,4 juta
tangkai; 48 ribu ton; 2 ribu ton; seribu ton dan
41 ribu ton.

Selain buah-buahan, Banten juga menjadi


produsen daging sapi terbesar kelima dan
produsen daging kerbau terbesar kedua
di Indonesia, dengan tingkat produksi pada
tahun 2013 masing-masing sebanyak 37 ribu
ton dan 8 ribu ton. Sentra produksi untuk kedua
jenis daging ini terletak di Kabupaten Serang,
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan. Disamping itu, Banten
juga menjadi produsen daging ayam ras
terbesar kelima dan produsen telur ayam ras
terbesar kesepuluh di Indonesia. Tingkat
produksi daging dan telur ayam ras ini masing-
masing sebanyak 109 ribu ton dan 48 ribu ton,
dengan sentra produksi terdapat di Kabupaten
Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang,
Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
Sumber : Banten Dalam Angka 2014 (data diolah)

14 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


10
ENERGI LISTRIK
Industri menyerap energi listrik terbanyak
Tiga per empat dari total 9,37 juta MWh listrik yang terjual
di Banten, dikonsumsi oleh industri. Adapaun pelanggan
rumahtangga hanya mengkonsumsi sekitar seperlimanya.

Sektor energi listrik Banten menjadi salah Perkembangan Kapasitas dan Produksi
satu sektor yang strategis bukan saja untuk Listrik di Banten
Banten, tapi juga bagi Indonesia terutama untuk
wilayah Jawa-Bali. Hal ini terjadi karena dari Kapasitas Produksi Listrik
Tahun
Terpasang (MW) (GWh)
sisi supply, Banten memiliki pembangkit listrik
yang masuk dalam jaringan listrik interkoneksi 2010 10 688 55 654
Jawa-Bali. Pembangkit listrik tersebut adalah
PTLU Suralaya dan PT Krakatau Daya Listrik di 2011 10 422 55 229

Kota Cilegon, PLTGU Bojonegara di Kabupaten 2012 10 324 46 317


Serang, PLTU Labuan di Kabupaten
Pandeglang dan PLTU Lontar di Kabupaten Sumber : BPS RI, Statistik Listirik 2013
Tangerang. Namun seiring dengan dengan
berkurangnya jumlah unit pembangkit,
Distribusi Persentase Energi Listrik Terjual
kapasitas terpasang dan jumlah energi listrik di Banten, Tahun 2013
yang dibangkitkan juga mengalami penurunan.
Dimana selama periode 2010-2012, kapasitas
terpasang menurun dari 11 ribu MW menjadi
10 ribu MW. Sedangkan jumlah energi listrik
yang dibangkitkan pada periode yang sama
juga menurun hingga menjadi 46 ribu GWh.

Dari sisi demand, distribusi atau penjualan


listrik PLN di Banten sangat unik karena
dilakukan oleh dua distributor, yaitu PT PLN
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang serta
PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten.
Tingkat efisiensi distribusi listrik PLN di Banten Sumber : Banten dalam Angka 2014 (data diolah)

semakin membaik, karena persentase energi


listrik yang susut selama proses distribusi Neraca Energi Listrik di Banten (MWh)
mengalami penurunan dari 2,98 persen pada
tahun 2012 menjadi 2,81 persen pada tahun Uraian 2012 2013

2013. Adapun jumlah energi listrik yang terjual Energi listrik yang tersedia (juta MWh) 8,08 9,37
di Banten pada tahun 2013 mencapai 9,37 juta
Energi listrik yang terjual (juta MWh) 7,83 9,36
MWh, dengan tiga per empat nya dibeli oleh
pelanggan kalangan industri. Pelanggan Energi listrik yang terpakai
0,01 0,01
oleh sistem distribusi (juta MWh)
rumahtangga meskipun jumlahnya jauh lebih
banyak tapi mengkonsumsi energi listrik hanya Energi listrik yang susut (juta MWh) 0,24 0,26
sekitar seperlima dari total energi listrik yang Persentase listrik yang susut 2,98 2,81
terjual.
Sumber : Banten dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 15


11
INDUSTRI PENGOLAHAN
Tenaga kerja menurun, NTB per tenaga kerja meningkat
Jumlah angkatan kerja cukup banyak, tapi kesempatan kerja
Tenaga
rendah. kerja industri besar sedang turun menjadi 468 ribu orang.
Sebaliknya NTB yang diciptakan naik mencapai 115 triliun rupiah.
Akibatnya, NTB per tenaga kerja meningkat hingga menjadi 245 juta.

Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Sektor industri pengolahan merupakan satu-
di Banten satunya sektor ekonomi yang setiap tahun
selalu mendominasi perekonomian Banten.
Uraian 2010 2011 2012
Hanya saja, jumlah perusahaan industri besar
Perusahaan (unit) 1 620 1 583 1 570 dan sedang (IBS) di Banten sepanjang periode
2010-2012 justru terus menurun hingga
Tenaga Kerja (orang) 477 102 473 361 467 543
menjadi sebanyak 1.570 unit. Penyerapan
Nilai Tambah Bruto (NTB, Milyar Rp) 93 813 89 661 114 713 tenaga kerja juga menurun dari 477 ribu orang
NTB per Tenaga Kerja (Juta Rp) 196,63 189,94 245,35 di tahun 2010 menjadi 468 ribu orang pada
tahun 2012. Sebaliknya, nilai tambah bruto
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
(NTB) yang diciptakan pada periode yang sama
meningkat hingga menjadi 115 triliun rupiah.
Distribusi IBS Banten Tahun 2012 (persen) Akibatnya, NTB per tenaga kerja juga
Uraian Perusahaan Tenaga Kerja NTB
meningkat dari 196 juta rupiah rupiah menjadi
245 juta rupiah.
Kabupaten Tangerang 42,99 35,52 23,60

Kota Tangerang 35,73 37,68 32,65 Secara spasial, IBS Banten terkonsentrasi
Kabupaten Serang 9,68 16,47 17,31
antara lain di Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang dan bagian timur Kabupaten Serang
Kota Cilegon 4,90 4,15 22,77
dengan teknologi produksi kebanyakan padat
Kabupaten/Kota Lainnya 6,69 6,18 3,67 tenaga kerja. Kemudian, Kota Cilegon dan
bagian barat Kabupaten Serang yang
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
cenderung menjadi daerah konsentrasi industri
padat modal. Secara keseluruhan persentase
NTB per Tenaga Kerja di Banten jumlah perusahaan, tenaga kerja dan NTB
Tahun 2012 (juta rupiah) untuk keempat kabupaten/kota tersebut
terhadap total Banten mencapai 93,31 persen,
93,82 persen dan 96,33 persen. Adapun
perbedaan teknologi produksi antar IBS di
kabupaten/kota tersebut dapat dilihat dari
tingkat produktivitas tenaga kerja yang dalam
hal ini diukur dengan NTB per tenaga kerja,
dengan tingkat produktivitas tenaga kerja IBS
padat modal lebih tinggi dibandingkan dengan
IBS padat tenaga kerja. Tingkat produktivitas
tenaga kerja untuk Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, Kabupaten Serang dan Kota
Cilegon masing-masing mencapai 159 juta
rupiah, 207 juta rupiah, 252 juta rupiah dan
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah) 1.312 juta rupiah per tenaga kerja.

16 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


12
KONSTRUKSI
Proyek yang didanai oleh pemerintah daerah masih dominan
Antara 62,6 persen sampai 70,5 persen dari nilai pekerjaan
konstruksi yang diselesaikan oleh perusahaan kontruksi di Banten,
pembiayaannya berasal dari dana APBD.

Sektor konstruksi merupakan sektor yang Statistik Konstruksi Banten


memiliki peranan sangat penting dalam proses
pembangunan ekonomi, terutama untuk Uraian 2012 2013
mendukung terciptanya sarana prasarana
1. Jumlah Perusahaan Konstruksi 2 426 2 413
ekonomi dan sosial yang lebih baik sehingga
dapat memacu pertumbuhan sektor ekonomi 2. Jumlah pekerja Kerja tetap 24 798 25 415
lainnya. Jumlah perusahaan konstruksi yang
3. Nilai Konstruksi (miliar rupiah) 9 744 11 072
ada di Banten selama periode 2012-2013 turun
dari 2.426 unit menjadi 2.413 unit. Hanya saja, Sumber : Statistik Indonesia 2014

penurunan ini tidak diikuti oleh berkurangnya


jumlah pekerja tetap, yang pada periode Distribusi Persentase Nilai Konstruksi
tersebut justru bertambah dari 24.798 orang Yang Diselesaikan Tahun 2013
menjadi 25.415 orang.

Nilai konstruksi yang diselesaikan selama


setahun oleh perusahaan konstruksi di Banten
pada periode 2012-2013 terus meningkat
hingga mencapai 11,1 triliun rupiah. Dilihat dari
jenis pekerjaan, hampir 60 persen dari nilai
konstruksi tersebut merupakan hasil dari
pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan sipil
seperti pembangunan/perbaikan jalan dan
jembatan. Adapun sisanya adalah hasil dari
pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan
gedung dan konstruksi khusus dengan
persentase masing-masing sebesar 17,9
Sumber : Statistik Indonesia 2014 (data diolah)
persen dan 19,3 persen.

Perusahan konstruksi di Banten selama Komposisi Sumber Dana Pembiayaan


periode 2012-2013, kebanyakan mengerjakan Pekerjaan Konstruksi (persen)
berbagai proyek yang didanai oleh pemerintah
Sumber Dana 2012 2013
daerah, baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota. Kondisi ini dapat APBN 6,60 6,53
ditunjukkan dengan masih dominannya sumber
APBD 70,52 62,60
dana pembiayaan pekerjaan konstruksi yang
berasal dari dana APBD. Dimana persentase Dana Luar Negeri 1,77 1,27
pembiayaan yang berasal dari dana APBD BUMN 3,76 2,31
selama periode tersebut, berkisar antara 62,6
Lainnya 17,34 27,39
persen sampai dengan 70,5 persen dari total
nilai pekerjaan yang diselesaikannya. Sumber : Statistik Indonesia 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 17


13
HOTEL DAN PARIWISATA
Wisman lebih senang menginap di hotel berbintang
0,36 juta wisatawan mancanegara datang dan menginap
di hotel-hotel yang ada di Banten, dengan 99,4 persen diantaranya
memilih bermalam di hotel berbintang.

Statistik Perhotelan di Banten


Banten merupakan salah satu provinsi yang
Uraian 2011 2012 2013
berpotensi besar untuk menjadi daerah utama
tujuan wisata di Indonesia, karena memiliki
Akomodasi (unit)
beragam obyek dan daya tarik wisata terutama
- Hotel Berbintang 46 42 43
- Hotel Non Bintang 200 217 240
wisata pantai, alam dan budaya serta ditunjang
Jumlah Kamar (unit) oleh sarana dan prasarana akomodasi yang
- Hotel Berbintang 3 428 3 514 3 943 memadai. Pada tahun 2013 di Banten terdapat
- Hotel Non Bintang 3 505 4 262 4 355 283 usaha akomodasi dengan 8.298 kamar dan
Jumlah Tempat Tidur (unit)
13.382 tempat tidur. Dari seluruh usaha
- Hotel Berbintang 5 131 5 510 5 998
- Hotel Non Bintang 5 767 7 147 7 384
akomodasi tersebut, 42 unit diantaranya
Tingkat Hunian Kamar (persen) merupakan hotel berbintang dengan tingkat
- Hotel Berbintang 37,88 39,36 37,83 penghunian kamar (TPK) mencapai 37,8
- Hotel Non Bintang 25,72 27,40 26,68 persen, lebih tinggi dibandingkan TPK hotel non
Jumlah Tamu Menginap (ribu orang)
bintang yang hanya 26,7 persen.
- Wisatawan mancanegara 78 101 360
- Wisatawan Nusantara 1 431 1 340 2 977

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014


Jumlah tamu yang menginap di hotel pada
tahun 2013 mencapai 3,34 juta orang, terdiri
dari wisman sebanyak 0,36 juta orang dan 1,34
Komposisi Tamu Hotel di Banten
Tahun 2013 juta wisnus. Dilihat dari komposisinya, hampir
semua wisman menginap di hotel berbintang
dengan persentase mencapai 99,4 persen.
Sedangkan persentase wisnus yang menginap
di hotel berbintang hanya 47,5 persen. Dilihat
dari lama menginap, di hotel berbintang tidak
ada perbedaan berarti antara wisman dan
wisnus, yaitu masing-masing menginap
maksimal selama dua malam. Namun di hotel
non bintang, secara rata-rata wisman menginap
antara dua sampai tiga malam, adapun wisnus
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah) maksimal hanya tiga malam.

Rata-rata Lama Menginap Tamu Hotel *** TAHUKAH ANDA


di Banten (malam) Tanjung Lesung merupakan salah satu
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nasional
Uraian 2011 2012 2013
yang terletak di Kabupaten Pandeglang-
Wisman Hotel Berbintang 1,37 1,25 1,52
Provinsi Banten, dengan luas mencapai 1.500
Wisman Hotel Non Bintang 1,03 1,32 2,90
Ha. KEK Tanjung Lesung ditetapkan melalui
Wisnus Hotel Berbintang 1,29 1,21 1,40
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2012 dan
Wisnus Hotel Non Bintang 1,14 1,07 1,19
diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2015..
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

18 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


14
TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI
Panjang jalan dalam kondisi baik masih sedikit
Di Banten tersedia jalan nasional sepanjang 476 km, dengan 62,3
persennya berkondisi baik. Sementara jalan provinsi dalam kondisi
baik mencapai 26,9 persen dari 853 km total panjang jalannya.

Banten merupakan jalur penghubung darat Kondisi Jalan Provinsi dan Nasional
yang menghubungkan Pulau Jawa dengan di Banten Tahun 2013
Sumatera, sehingga ketersediaan jalan menjadi
faktor yang sangat strategis. Di Provinsi Banten
pada tahun 2013 ini tersedia jalan utama
sepanjang 1.329 km yang terdiri dari 476 km
jalan nasional dan 853 km jalan provinsi.
Kondisi jalannya, sekitar 62,3 persen dari
seluruh panjang jalan nasional berkondisi baik.
Sementara panjang jalan provinsi yang dalam
kondisi baik mencapai 26,9 persennya. Dengan
demikian jalan berkondisi baik yang tersedia
hanya 39,6 perser dari panjang jalan utama.

Tidak ada penambahan panjang jalan utama


di Banten selama tahun 2013. Namun berbagai
jenis kendaraan bermotor setiap tahun
jumlahnya bertambah banyak. Tercatat, jumlah
seluruh kendaraan bermotor sebanyak 3,50 juta Sumber : Banten dalam Angka 2014 (data diolah)
unit, padahal tahun 2012 hanya 3,46 juta unit.
Akibatnya, tingkat kepadatan kendaraan
bermotor di jalan-jalan utama juga bertambah Statistik Transportasi Darat
dari 2.606 unit per km menjadi 2.633 unit per di Banten
km. Bertambahnya tingkat kepadatan ini
Uraian 2012 2013
terutama disebabkan kenaikan jumlah sepeda
motor dari 2,99 juta unit menjadi 3,02 juta unit. Panjang Jalan (km)

- Jalan Negara 476,49 476,49


Di Banten secara keseluruhan terdapat 21
- Jalan Provinsi 852,89 852,89
stasiun kereta api yang menghubungkan
Stasiun Merak dengan Stasiun Tanah Abang Jumlah Kendaraan (unit)

dan Stasiun Jakarta Kota. Jumlah penumpang - Mobil Penumpang 82 833 83 451
dan barang yang diangkut di beberapa stasiun
- Mobil Barang 293 209 297 422
KA yaitu Stasiun Merak, Cilegon, Cigading,
- Mobil Bus 100 223 101 714
Serang, Rangkasbitung dan Serpong pada
tahun 2013 sebanyak 4,2 juta orang dan 452 - Sepeda Motor 2 987 834 3 018 213
ribu ton barang, atau menurun dibandingkan Angkutan Kereta Api
tahun sebelumnya yang masing-masing
- Penumpang (orang) 4 420 608 4 162 035
mencapai 4,4 juta orang dan 498 ribu ton
barang. - Barang (tribu on) 498 452

Sumber : Banten dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 19


14
TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI
Intensitas kegiatan transportasi udara terus meningkat
Intensitas kegiatan transportasi udara di Bandara Soekarno-Hatta terus
meningkat. Ditunjukkan oleh terus bertambahnya jumlah penerbangan
dan penumpang yang diangkut baik domestik maupun internasional.

Statistik Transportasi Udara Banten Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara


terbesar di Indonesia dan menjadi pintu utama
Uraian 2011 2012 2013
keluar-masuk internasional bagi Indonesia.
Jumlah Penerbangan (pesawat) Sepanjang periode 2011-2013, intensitas
- Domestik 137 359 150 967 156 41`2 kegiatan transportasi udara pada bandara ini
- Internasional 33 595 36 960 40 282 terus meningkat. Hal ini dapat terlihat dari terus
Jumlah Penumpang (juta orang) bertambahnya jumlah penerbangan dan
- Domestik 17,59 19,79 20,57 penumpang yang diangkut baik untuk tujuan
- Internasional 5,40 5,90 6,41 domestik maupun internasional. Sedangkan
Jumlah Kargo (ribu ton)
total jumlah kargo domestik dan internasional
pada periode yang sama meningkat dari 373
- Domestik 230,95 219,31 219,98
ribu ton menjadi 390 ribu ton.
- Internasional 142,39 148,84 170,35
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
Pelabuhan Merak merupakan pelabuhan
penyeberangan yang menghubungkan dua
Statistik Angkutan Penyeberangan Banten pulau besar yaitu Jawa dan Sumatera,
sehingga menjadi pelabuhan penyeberangan
Uraian 2011 2012 2013
tersibuk di Indonesia. Pada tahun 2013, Jumlah
Jumlah Trip 31 523 31 523 31 849
trip angkutan penyeberangan di pelabuhan
Jumlah Penumpang (orang) 1 398 765 1 398 765 1 459 120 Merak mencapai 31,8 ribu trip, meningkat
Jumlah Kendaraan (unit) 2 045 952 2 045 952 2 009 351 dibandingkan tahun 2011 yang hanya sebanyak
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 31,5 ribu trip. Hanya saja, peningkatan jumlah
trip sepertinya lebih banyak digunakan untuk
Persentase Rumahtangga kebutuhan angkutan penumpang lintas pulau.
Pengguna Telepon dan Internet Hal ini setidaknya terlihat dari bertambahnya
jumlah penumpang yang diangkut, namun pada
saat yang sama jumlah barang justru menurun.

Akses terhadap sarana telekomunikasi dan


internet merupakan salah satu indikator yang
dapat mengukur kemajuan suatu daerah. Akses
penduduk Banten sendiri terhadap sarana
komunikasi dan internet pada periode 2012-
2013 meningkat pesat. Hal ini ditunjukkan oleh
bertambahnya persentase rumahtangga
pengguna handphone, laptop dan pengakses
internet, yaitu masing-masing dari 88 persen,
14 persen, dan 18 persen menjadi 90 persen,
15 persen, dan 20 persen.
Sumber : Banten dalam Angka 2014 (data diolah)

20 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


15
PERBANKAN DAN INVESTASI
Banten salah satu daerah utama tujuan investasi
Banten menjadi salah satu daerah utama tujuan investasi
di Indonesia dengan nilai investasi yang masuk menduduki
peringkat tertinggi kesembilan untuk PMDN dan kedua untuk PMA.

Peranan sektor perbankan dalam suatu Statistik Perbankan Banten


perekonomian sangat krusial, terutama sebagai
penyedia dana bagi pembiayaan kegiatan Uraian 2012 2013
proyek pembangunan. Semakin maju tingkat
Perbankan Konvensional
perekonomian suatu wilayah, akan semakin
besar pula peranan sektor perbankannya. - Kantor bank 1 197 1 288

Selama periode 2012-2013, peranan sektor - Nasabah (juta unit) 4,79 6,07
perbankan Banten baik konvensional maupun
- Dana Perbankan (triliun rupiah) 90,95 104,19
syariah meningkat pesat. Hal ini terlihat dengan
bertambahnya pangsa pasar perbankan, - Jumlah Pinjaman (triliun rupiah) 200,78 242,36

dimana jumlah kantor bank dan nasabah Perbankan Syariah


secara total masing-masing meningkat menjadi - Kantor bank 147 209
1.497 unit dan 6,5 juta nasabah. Selain itu, total
- Nasabah (juta unit) 0,38 0,46
jumlah dana masyarakat yang berhasil
dihimpun juga meningkat hingga mencapai - Dana Perbankan (triliun rupiah) 5,89 5,84
110,0 triliun rupiah. Adapun total pinjaman yang - Jumlah Pinjaman (triliun rupiah) 5,04 6,23
disalurkan oleh kalangan perbankan untuk
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
lokasi proyek di Banten sampai akhir tahun
2013 mencapai 248,6 triliun rupiah, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Realisasi Nilai Investasi di Banten
sebesar 205,8 triliun rupiah.

Selain sebagai daerah penyangga bagi


Ibukota DKI Jakarta, Banten juga memiliki
berbagai infrastruktur strategis seperti
pelabuhan Merak dan Cigading, Bandara
Soekarno-Hatta dan Jalan Tol Jakarta-Merak
serta memiliki akses yang sangat mudah
menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu,
Banten menjadi salah satu daerah utama tujuan
investasi di Indonesia, dengan nilai investasi
total yang terus bertambah. Realisasi nilai
penanaman modal dalam negeri (PMDN)
di Banten sendiri pada tahun 2013 menduduki
peringkat ketujuh di Indonesia dengan nilai
investasi sebesar 4,0 triliun rupiah. Adapun
realisasi nilai penanaman modal asing (PMA)
pada tahun yang sama mencapai 3,7 miliar
US$, sehingga menduduki peringkat kedua Sumber : BKPM RI (data diolah)
tertinggi se Indonesia.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 21


16
HARGA-HARGA
Volatilitas harga semakin tinggi
Volatilitas harga di Banten semakin tinggi. Ditandai oleh laju inflasi
yang semakin meningkat. Volatilitas harga tertinggi di Kota
Tangerang, terendah di Kota Serang dan Kota Cilegon.

Volatilitas atau fluktuasi harga di Banten Perkembangan Laju Inflasi Tahunan


selama periode 2012-Juni 2014 semakin tinggi. di Banten (persen)
Hal ini ditandai oleh naiknya laju inflasi selama
periode tersebut. Tercatat, laju inflasi sampai
Juni 2014 mencapai 8,5 persen (y on y), jauh
lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang
hanya sebesar 4,8 persen. Bahkan, tingkat
volatilitas harga di Banten selama tahun 2014
juga masih lebih tinggi dibandingkan Nasional,
karena pada periode yang sama laju inflasi
Nasional hanya 6,7 persen.

Bila diperhatikan menurut kota inflasi,


tingginya volatilitas harga pada periode 2012-
Juni 2014 ternyata terjadi pada semua kota. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

Volatiltas harga tertinggi terjadi pada Kota


Tangerang yang mengalami kenaikan laju
Laju Inflasi Perkotaan Banten (persen)
inflasi sangat signifikan, yaitu dari 4,4 persen
menjadi 9,1 persen. Adapun volatilitas harga di Kota 2012 2013 Juni 2014
Kota Cilegon dan Kota Serang relatif lebih Serang 4,41 9,16 7,69
rendah, karena pada periode yang sama laju
Tangerang 4,44 10,02 9,08
inflasinya hanya meningkat masing-masing dari
Cilegon 3,91 7,98 6,38
3,9 persen dan 4,4 persen menjadi 6,4 persen
dan 7,7 persen. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

Bila diperhatikan menurut kelompok Laju Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran


pengeluaran, terlihat bahwa semua kelompok Juni 2014 di Banten (y on y, persen)
pengeluaran turut ambil bagian dalam
meningkatkan volatilitas harga selama Juni
2013-Juni 2014. Namun tidak dapat dipungkiri
bila komoditas bahan makanan, makanan jadi,
dan transpor memberikan andil terbesar,
karena laju inflasinya paling besar. Tingginya
laju inflasi komoditas transportasi dipengaruhi
oleh Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri tahun
2013 pada Juli-Agustus 2013. Adapun laju
inflasi komoditas bahan makan dan makanan
jadi, selain dipengaruhi oleh kedua peristiwa
tersebut, juga disebabkan oleh tingginya
permintaan pada awal tahun 2014. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

22 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


16
HARGA-HARGA
Kesejahteraan petani semakin membaik
Kesejahtraan petani Banten semakin membaik. Ditandai oleh rata-rata
NTP selama Januari-Juni 2014 yang lebih tinggi dibandingkan
rata-rata tahun 2012 dan 2013.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) di Banten selama
Banten periode Januari-Juni 2014 rata-rata mencapai
105,01. Berarti, perubahan harga yang dibayar
Rata-rata
Uraian 2012 201\3 Jan-Juni petani secara rata-rata lebih kecil dibandingkan
2014 yang diterima petani dari usaha pertaniannya.
Dengan kata lain, kenaikan pendapatan petani
Indeks yang diterima petani 101,70 108,77 115,05
dari usaha pertaniannya pada periode Januari-
Indeks yang dibayar petani 99,64 104,89 109,56 Juni 2014, secara umum lebih dari cukup untuk
menutupi kenaikan biaya produksi dan
NTP 102,07 103,70 105,01 penambahan barang modal (BPPBM) serta
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 kenaikan biaya hidup. Disamping itu, tingkat
kesejahteraan petani Banten pada periode
Nilai Tukar Petani Banten tersebut juga lebih baik bila dibandingkan
Menurut Subsektor sebelumnya, karena NTP tahun 2012 dan 2013
rata-rata hanya sebesar 102,07 dan 103,70.

Bila diperhatikan menurut klasifikasi


subsektor pertanian, selama periode Januari-
Juni 2014 ini hampir semua jenis usaha
pertanian memberikan kenaikan pendapatan
yang berlebih kepada petani (NTP>100). Satu-
satunya subsektor pertanian yang kenaikan
pendapatan dari usaha pertanian tidak dapat
memenuhi kenaikan BPPBM dan kenaikan
biaya hidup adalah usaha subsektor tanaman
hortikultura (NTP<100). Adapun petani pada
subesktor tanaman perkebunan rakyat,
meskipun mengalami kenaikan pendapatan,
namun tingkat kesejahteraannya lebih rendah
dibandingkan tahun lalu (NTP Januari-Juni
2014 >100, NTP Januari-Juni 2014<NTP 2013).

*** TAHUKAH ANDA


Tingginya kenaikan harga pupuk dan obat-
obatan dan turunnya harga produk tanaman
obat-obatan, membuat tingkat kesejahteraan
petani subsektor tanaman hortikultura lebih
rendah dibandingkan petani subsektor lainnya.
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 23


17
PENGELUARAN PENDUDUK
Pengeluaran penduduk bertambah, kesejahteraan meningkat
Tingkat kesejahteraan penduduk Banten meningkat, yang
ditunjukkan oleh bertambahnya pengeluaran penduduk per kapita,
baik secara nominal maupun secara riil.

Perkembangan tingkat kesejahteraan Perkembangan


penduduk dapat diukur melalui perkembangan Rata-rata Pengeluaran per Kapita
tingkat pendapatan, yang tercermin pada Penduduk Banten
besaran dan pola pengeluaran konsumsinya.
Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pula
tingkat pengeluarannya. Selain itu bila tidak ada
perubahan selera, menurut hukum Engel,
proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan
akan cenderung menurun, seiring dengan
meningkatnya pendapatan.

Tingkat kesejahteraan penduduk selama


periode 2009-2013 secara umum mengalami
peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
bertambahnya tingkat pengeluaran penduduk
per kapita, baik secara nominal maupun secara
riil. Pengeluaran nominal per kapita penduduk
bertambah dari 519 ribu rupiah pada tahun
2007, menjadi 719 ribu rupiah di tahun 2012
dan 800 ribu rupiah pada tahun 2013. Adapun
secara riil, pengeluaran penduduk per kapita
pada periode yang sama juga bertambah dari
519 ribu rupiah menjadi 613 ribu rupiah dan
terakhir menjadi 756 ribu rupiah.

Bila diperhatikan pola pengeluarannya,


peningkatan pengeluaran penduduk selama
setahun terakhir ini lebih banyak digunakan
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)
bagi keperluan konsumsi makanan daripada
untuk konsumsi bukan makanan. Tercatat,
Pengeluaran konsumsi makanan meningkat Komposisi Rata-rata Pengeluaran
13,6 persen, sedangkan konsumsi bukan per Kapita Penduduk Banten
makanan hanya 8,6 persen. Akibatnya proporsi
pengeluaran untuk konsumsi makanan Uraian 2012 2013
bertambah 1,1 persen, sebaliknya proporsi
Makanan
pengeluaran bukan makanan justru mengalami
penurunan hingga menjadi 47,1 persen. - Nilai (rupiah) 370 084 420 415
Meningkatnya proporsi pengeluaran untuk - Proporsi (persen) 51,44 52,56
konsumsi makanan ini hanya menandakan
bahwa telah terjadi perubahan selera Bukan Makanan

mengkonsumsi dalam masyarakat. Adapun - Nilai (rupiah) 349 363 379 461
kesejahteraan masyarakat sendiri memang
- Proporsi (persen) 48,56 47,44
telah meningkat dengan ditandai oleh naiknya
pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

24 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


17
PENGELUARAN PENDUDUK
Kesejahteraan meningkat, konsumsi protein hewani bertambah
Tingkat kesejahteraan penduduk Banten meningkat, dikonfirmasi oleh
bertambahnya tata-rata tingkat konsumsi protein hewani per kapita
per hari terutama untuk protein yang berasal dari ikan dan daging.

Tingkat kecukupan gizi yang mencakup Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein
konsumsi kalori dan protein merupakan salah Sehari per Kapita Penduduk Banten
satu indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur perkembangan tingkat kesejahteraan
penduduk. Angka kecukupan kalori dan protein
untuk konsumsi sehari-hari dihitung menurut
hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke-
8 tahun 2004 yang masing-masing mencapai
2.000 kkal dan 52 gram protein.

Rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari


penduduk Banten selama periode 2009-2013
menurun, yaitu dari 1.980 kkal menjadi 1.956
kkal. Akibatnya, konsumsi kalori per kapita
sehari penduduk Banten masih berada dibawah
syarat kecukupan gizi yang telah ditetapkan.
Namun kondisi yang demikian itu tidaklah
menggambarkan terjadinya penurunan tingkat
kesejahteraan penduduk. Melainkan hanya
mencerminkan adanya tren perubahan gaya
hidup yang tidak lagi terlalu mementingkan
konsumsi kalori. Hal ini setidaknya dapat
dikonfirmasi dengan melihat rata-rata konsumsi
protein per kapita per hari penduduk Banten
selama periode tersebut yang tetap berada di
atas batas kecukupan gizi yang dianjurkan.
Disamping itu, dengan melihat bertambahnya
rata-rata tingkat konsumsi protein hewani per Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)
kapita per hari selama periode 2012-2013
terutama untuk komoditas ikan dan daging,
Rata-rata Konsumsi Protein Hewani Sehari
dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan
per Kapita Penduduk Banten (gram)
penduduk Banten pada tahun 2013 lebih baik
dari tahun sebelumnya.
Uraian 2012 2013

*** TAHUKAH ANDA - Ikan 7,80 7,87

Tingkat konsumsi daging per kapita penduduk - Daging 2,75 2,81


Banten tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan
- Telur 2,13 2,05
Nasional. Hal ini tergambar dari tingginya
konsumsi protein daging per kapita per hari - Susu 0,98 1,32
penduduk Banten yang mencapai 2,81 gram,
Jumlah 13,66 14,05
padahal konsumsi Nasional hanya 2,19 gram
per kapita per hari. Sumber : Banten dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 25


18
PERDAGANGAN
Kinerja perdagangan luar negeri semakin melemah
Melemahnya kinerja perdagangan luar negeri Banten tergambar
pada neraca perdagangan luar negeri yang terus defisit, terutama
akibat pelemahan ekspor dan lonjakan impor dari negara mitra FTA.

Perkembangan Nilai Perdagangan Sebagai wilayah dengan perekonomian


Luar Negeri Banten (miliar US$) terbuka dan didominasi oleh sektor industri
pengolahan yang berorientasi ekspor, ekonomi
Banten sangat dipengaruhi oleh kinerja
perdagangan luar negeri. Selama periode
2012-2014, kinerja perdagangan luar negeri
Banten mengalami pelemahan. Kondisi ini
tergambar pada neraca perdagangan luar
negeri yang terus mengalami defisit. Tercatat,
pada periode 2012-2013, defisit neraca
perdagangan luar negeri Banten membengkak
dari 2,03 miliar US$ menjadi 2,45 miliar US$.
Namun tahun 2014 sepertinya akan berkurang,
karena defisit neraca perdagangan luar negeri
Banten sampai Semester I-2014 baru mencapai
0,76 miliar US$ atau sekitar 31,20 persen dari
defisit tahun sebelumnya.

Dilihat dari komposisi negara-negara mitra


dagang, defisit neraca perdagangan luar negeri
Banten selama periode 2012-2013 terutama
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)
disebabkan oleh pelemahan ekspor dan
lonjakan kenaikan impor dari negara-negara
Defisit Neraca Perdagangan Luar Negeri anggota ASEAN. Lonjakan kenaikan impor ini
Banten Menurut Negara dan Kawasan sepertinya terjadi karena faktor transhipment
(miliar US$) dari negara-negara di luar mitra FTA Indonesia
yang memanfaatkan negara-negara anggota
Negara 2012 2013 ASEAN untuk mengekspor barang ke
A. Mitra FTA -1,21 -1,67 Indonesia. Akibatnya, defisit neraca
1. ASEAN -1,37 -1,67
perdagangan luar negeri dari kawasan ASEAN
meningkat hingga mencapai 1,67 miliar US$
2. India -0,67 -0,39
pada tahun 2013. Adapun defisit neraca
3. China 0,49 0,84
perdagangan luar negeri yang berasal dari
4. Lainnya 0,34 -0,45
negara-negara non mitra FTA Indonesia,
B. Non Mitra FTA -0,82 -0,78
sepertinya disebabkan oleh lonjakan kenaikan
1. Amerika Serikat 1,01 1,18 impor bahan kimia organik dan bahan bakar
2. Uni Eropa 1,35 1,20 mineral. Impor jenis barang ini biasanya berasal
3. Lainnya -3,18 -3,16 dari Saudi Arabia, Qatar, Kuwait dan Uni Emirat
C. Jumlah -2,03 -2,45 Arab yang merupakan negara-negara non mitra
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
FTA Indonesia.

26 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


18
PERDAGANGAN
Impor bahan baku/penolong, ekspor barang industri
Sekitar 10,89 miliar US$ dari total impor sebesar 11,73 miliar US$
adalah impor bahan baku/penolong. Adapun ekspor barang industri
mencapai 9,46 miliar US$ dari total ekspor sebesar 9,70 miliar US$.

Statistik Perdagangan Luar Negeri Banten Nilai ekspor Banten selama tahun 2013
Menurut Pelabuhan (miliar US$) mencapai 9,88 miliar US$, naik 1,88 persen
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar
Pelabuhan 2012 2013
9,70 miliar US$. Dilihat menurut pelabuhan
Ekspor : 9,70 9,88 muat, ekspor Banten lebih banyak dimuat
melalui pelabuhan di luar Banten, terutama
- Tanjung Priok 8,12 8,23
melalui Pelabuhan Tanjung Priok dengan nilai
- Merak 0,62 0,82
mencapai 8,23 miliar US$. Dilihat dari
- Tanjung Leneng 0,67 0,49 komposisi jenis produk, ekspor Banten
- Lainnya 0,29 0,34 kebanyakan atau tepatnya 9,41 miliar US$
Impor : 11,73 12,33 adalah produk industri pengolahan, sisanya
- Merak 6,46 6,63
merupakan barang migas 0,32 miliar US$ dan
produk lainnya 0,15 miliar US$.
- Cigading 3,96 4,06

- Lainnya 1,31 1,64

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2013


*** TAHUKAH ANDA
Produk industri alas kaki Banten selalu
Komposisi Ekspor dan Impor Banten
Tahun 2013 (miliar US$) mendominasi ekspor alas kaki Nasional dengan
pangsa pasar pada tahun mencapai 59,91
persen. Nilai ekspor alas kaki Banten sendiri
pada tahun yang sama sebesar 2,2 miliar US$
atau lebih dari seperlima total ekspor Banten.

Nilai impor Banten pada tahun 2013


mencapai 12,33 miliar US$, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
101,73 miliar US$. Dilihat menurut komposisi
golongan penggunaan barang, sekitar 11,47
miliar US$ dan 0,52 miliar US$ merupakan
impor bahan baku/penolong dan barang modal
yang masing-masing akan digunakan untuk
keperluan produksi dan peningkatan kapasitas
produksi barang dan jasa oleh berbagai
perusahaan/usaha yang ada di Banten.
Sisanya, 0,34 miliar rupiah adalah impor barang
konsumsi untuk keperluan konsumen akhir
Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)
di Banten.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 27


19
PENDAPATAN REGIONAL
Tumbuh melambat, share bertambah
Meskipun terus tumbuh melambat, namun di atas Nasional.
Akibatnya, share ekonomi Banten terhadap Nasional bertambah
hingga menjadi 2,95 persen pada Triwulan II-2014.

Meskipun terus tumbuh melambat akibat Indikator Turunan


terpengaruh oleh melemahnya neraca PDRB Banten dan PDB Nasional
perdagangan negeri, namun masih kuatnya
permintaan domestik dan Nasional membuat
ekonomi Banten mampu tumbuh 5,86 persen
pada tahun 2013 dan 5,26 persen pada
Triwulan II-2014. Padahal, ekonomi Nasional
sendiri pada periode yang sama hanya tumbuh
5,78 persen dan 5,12 persen. Akibatnya, share
ekonomi Banten terhadap Nasional terus
meningkat dari 2,59 persen pada tahun 2012
menjadi 2,95 persen pada Triwulan II-2014.
Level ekonomi Banten sendiri bertambah dari
213 triliun rupiah di tahun 2012 menjadi 245
triliun rupiah pada tahun 2013. Sementara pada
Triwulan II-2014 sudah lebih dari seperempat
level tahun 2013.

Dilihat secara spasial, ekonomi Banten


tahun 2013 ini masih ditopang oleh Kota
Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)

Cilegon, dengan share masing-masing sebesar


33,12 persen, 21,06 persen dan 18,26 persen. Statistik PDRB Kabupaten/Kota di Banten
Hal ini dapat dipahami, karena struktur ekonomi Tahun 2013 (persen)
Banten selama ini didominasi oleh sektor Pertum- Andil
Share
industri pengolahan yang terkonsentrasi pada Kabupaten/Kota
ADHB
buhan Pertum-
Ekonomi buhan
ketiga daerah tersebut. Hanya saja,
pertumbuhan ekonomi tertinggi dipegang oleh Kabupaten :
Kota Tangerang Selatan, dengan tingkat Pandeglang 4,92 4,31 0,20
pertumbuhan mencapai 8,48 persen. Adapun, Lebak 4,76 5,73 0,26
Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Tangerang 21,06 6,11 1,26
Kota Cilegon masing-masing hanya tumbuh Serang 7,49 5,56 0,44
5,91 persen; 6,11 persen dan 5,93 persen.
Kota :
Namun demikian, andil terbesar bagi
Tangerang 33,12 5,91 1,96
pertumbuhan ekonomi Banten masih tetap
Cilegon 18,26 5,93 1,14
berasal dari Kota Tangerang, Kabupaten
Serang 3,33 6,91 0,23
Tangerang, dan Kota Cilegon, dengan
Tangerang Selatan 7,08 8,48 0,54
kontribusi mencapai 1,96 persen; 1,26 persen
Provinsi Banten 100,00 5,86 5,86
dan 1,14 persen dari total pertumbuhan
ekonomi Banten yang sebesar 5,86 persen. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

28 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


19
PENDAPATAN REGIONAL
Didukung oleh sektor perdagangan, didorong oleh investasi
Pertumbuhan ekonomi Banten dari sisi supply didukung oleh sektor
perdagangan dengan andil mencapai 1,47 persen. Dari sisi demand
didorong oleh konsumsi rumahtangga dengan andil 2,30 persen.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indikator PDRB Banten Triwulan II-2014
dari sisi supply mencerminkan besaran nilai Menurut Lapangan Usaha
tambah bruto yang tercipta sebagai akibat (persen)
proses produksi barang dan jasa yang
dilakukan oleh berbagai unit produksi yang ada Lapangan Usaha
Share LPE Andil
ADHB (y on y) (y on y)
di suatu wilayah. Dalam jangka pendek, supply
ini ada untuk memenuhi demand. Karena itu
Pertanian 7,99 9,30 0,66
dari sisi demand, PDRB adalah jumlah
Pertambangan dan
permintaan akhir yang dilakukan oleh berbagai Penggalian
0,11 3,67 0,00
pelaku ekonomi yang ada di suatu wilayah, baik
Industri Pengolahan 44,49 2,00 0,96
untuk kepentingan konsumsi rumahtangga dan
investasi swasta maupun belanja pemerintah. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,02 9,77 0,35

Bila supply berlebih, kelebihannya digunakan Konstruksi 3,97 15,37 0,44


untuk memenuhi permintaan luar daerah/luar Perdagangan, Hotel dan
19,61 7,22 1,47
negeri. Sebaliknya bila kurang, dipenuni melalui Restoran
impor dari luar daerah/luar negeri. Pengangkutan dan
9,72 7,42 0,71
Komunikasi

Dilihat menurut struktur ekonomi, PDRB Keuangan, Persewaan


3,84 5,41 0,21
Banten pada Triwulan II-2014, dari sisi supply dan Jasa Perusahaan

didominasi oleh sektor industri pengolahan dan Jasa-Jasa 6,24 10,77 0,49
sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan
PDRB 100,00 5,28 5,28
persentase sebesar 44,49 persen dan 19,61
persen. Sedangkan dari sisi demand, konsumsi Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

rumahtangga dan pengeluaran investasi


berperan besar dalam pembentukan PDRB Indikator PDRB Banten Triwulan II-2014
Banten, dengan persentase masing-masing Menurut Penggunaan (persen)
mencapai 45,02 persen dan 38,44 persen.
Share LPE Andil
Jenis Penggunaan
Dilihat menurut sumber pertumbuhan, ADHB (y on y) (y on y)

pertumbuhan ekonomi Banten pada Triwulan II-


Konsumsi Rumahtangga 45,02 6,20 2,30
2014 yang mencapai 5,28 persen ini, dari sisi
supply terutama didukung oleh pertumbuhan Investasi 38,44 9,84 2,03
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran Pengeluaran Pemerintah 4,49 4,12 0,12
dan sektor industri pengolahan, dengan andil
Ekspor Neto 12,05 2,13 0,84
masing-masing mencapai 1,47 persen dan 0,96
persen. Adapun dari sisi demand, pertumbuhan - Ekspor 91,64 7,11 8,48
ekonomi Banten terutama didorong oleh - Impor 79,59 9,58 7,64
meningkatnya investasi dan konsumsi
PDRB 100,00 5,28 5,28
rumahtangga domestik, dengan andil sebesar
2,30 persen dan 2,03 persen. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 29


20
PERBANDINGAN REGIONAL
Bidang ekonomi dan ketenagakerjaan relatif lebih baik
Capaian bidang ekonomi dan ketenagakerjaan Banten relatif lebih
baik dibandingkan provinsi lain di Jawa. Kondisi ini dapat dilihat
dari LPE, pendapatan per kapita dan angka pengangguran terbuka.

Perbandingan regional antar provinsi Statistik Pendapatan Regional


se Jawa dilakukan pada beberapa indikator se Pulau Jawa
ekonomi dan sosial terpilih. Tujuan
PDRB per LPE (persen)
perbandingan adalah untuk melihat bagaimana Provinsi Kapita 2013
capaian pembangunan ekonomi dan sosial (juta rupiah) 2013 Tri II-2014 (y on y)

Banten selama setahun terakhir, dibandingkan DKI Jakarta 126,1 6,11 6,11
dengan provinsi lainnya. Jawa Barat 23,6 6,06 5,63
Banten 21,4 5,86 5,28
Dalam bidang ekonomi, selama periode Jawa Tengah 18,8 5,81 5,21
2013-2014 ini ekonomi Banten menunjukkan DI Yogyakarta 18,0 5,40 5,00

kinerja yang lebih baik dibandingkan beberapa Jawa Timur 29,6 6,55 5,94

provinsi lain di Jawa. Dimana secara riil terlihat Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014
meskipun sama-sama melambat, namun
ekonomi Banten pada Triwulan II-2014 mampu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
tumbuh 5,28 persen, lebih tinggi dibandingkan se Pulau Jawa
Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Demikian
pula dilihat dari sisi pendapatan, pendapatan
per kapita Banten tahun 2013 yang di proxy
dengan PDRB per Kapita mencapai 21 juta
rupiah per kapita per tahun, juga lebih besar
dibandingkan pendapatan per kapita kedua
provinsi tersebut

Dalam bidang ketenagakerjaan, capaian


pembangunan Banten selama setahun terakhir
ini juga relatif lebih baik dibandingkan beberapa
provinsi lain di Jawa. Kondisi demikian terlihat
dari jumlah pengangguran terbuka Banten yang Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014 (data diolah)
meskipun bertambah sekitar 7 ribu orang,
namun penambahannya terkecil ketiga se Jawa Jumlah Pengangguran Terbuka
setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Se Pulau Jawa (ribu orang)
Selain itu penambahan angka pengangguran
(TPT) Banten sebesar 0,24 persen, juga lebih Provinsi Feb 2013 Feb 2014 Penambahan

sedikit dibandingkan DKI Jakarta yang DKI Jakarta 484,0 510,4 26,4
bertambah 0,38 persen. Hanya saja, angka Jawa Barat 1 833,6 1 843,6 10,0
TPT Banten selama periode 2013-2014 adalah Banten 534,2 541,0 6,8
yang tertinggi se Jawa. Adapun jumlah Jawa Tengah 962,6 965,4 2,6
pengangguran terbuka nya, pada periode yang DI Yogyakarta 73,0 44,0 -33,0

sama berada pada urutan ketiga setelah Jawa Timur 808,4 832,4 24,0

DI Yogyakarta dan DKI Jakarta. Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

30 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


,
.
20
PERBANDINGAN REGIONAL
Program pengentasan kemiskinan Banten lebih sukses
Program pengentasan kemiskinan Banten jauh lebih sukses
dibandingkan mayoritas provinsi lainnya di Jawa. Hal ini dapat
diketahui dari nilai P0, P1 dan P2 yang hanya kalah dari DKI Jakarta.

Dalam bidang penanganan kemiskinan, Indikator Kemiskinan


program pengentasan kemiskinan Banten se Pulau Jawa
secara umum jauh lebih sukses dibandingkan
Uraian P0 P1 P2
yang dijalankan oleh mayoritas provinsi lainnya
di Jawa. Tercatat, persentase penduduk miskin Kondisi Maret 2013
(P0) Banten pada Maret 2014 hanya 5,35 DKI Jakarta 3,55 0,63 0,17
persen, atau berada pada peringkat kedua di Jawa Barat 9,52 1,32 0,30
bawah DKI Jakarta yang mencapai 3,92 Banten 5,74 0,70 0,16
persen. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Jawa Tengah 14,56 2,21 0,54
indeks keparahan kemiskinan (P2) Banten DI Yogyakarta 15,43 2,40 0,55
ternyata juga menempati urutan kedua setelah Jawa Timur 12,55 1,32 0,43
DKI Jakarta. Hanya saja dibandingkan keadaan Kondisi Maret 2014
Maret 2013, program pengentasan kemiskinan DKI Jakarta 3,92 0,39 0,07
Banten jelas menjadi yang tersukses di Jawa. Jawa Barat 9,44 1,52 0,38
Kondisi demikian dapat diketahui dari turunnya Banten 5,35 0,83 0,19
persentase penduduk miskin Banten selama Jawa Tengah 14,46 2,25 0.57
Maret 2013-2014, padahal pada periode yang DI Yogyakarta 15,00 2,19 0,48
bersamaan di DKI Jakarta justru meningkat. Jawa Timur 12,42 1,85 0,44

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014


Terakhir, dalam bidang pembangunan
manusia, capaian pembangunan manusia
Banten merupakan yang terendah se Jawa. Indikator Pembangunan Manusia (IPM)
Level pembangunan manusia Banten sendiri se Pulau Jawa, 2013
sampai tahun 2013 secara kumulatif hanya
71,90 persen dari nilai IPM ideal yang bernilai
100. Sangat kurang berkualitas dibandingkan
DKI Jakarta yang mencapai 78,59 persen (IPM
tertinggi) dan Jawa Timur yang sebesar 73,54
persen (IPM terendah). Namun bila diamati
menurut kondisi selama setahun terakhir ini
saja, capaian pembangunan manusia Banten
masih lebih baik dibandingkan DKI Jakarta. Hal
ini dapat diketahui dari nilai reduksi shortfallnya
yang mencapai 1,45 persen, berbanding 1,21
persen. Artinya, kualitas manusia Banten
selama tahun 2013 meningkat lebih cepat
dibandingkan DKI Jakarta. Implikasi lain yang
muncul bila besaran reduksi shortfall ini terus
bertahan adalah IPM Banten suatu saat akan
melewati DKI Jakarta. Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 31


LAMPIRAN
TABEL
Tabel 1 :
Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten, 2013

Persentase Terhadap
Kabupaten/Kota Luas (km²)
Luas Provinsi Banten

Kabupaten :

1. Pandeglang 2 746,89 28,43


2. Lebak 3 426,56 35,46

3. Tangerang 1 011,86 10,47


4. Serang 1 734,28 17,95
Kota :

5. Kota Tangerang 153,93 1,59


6. Kota Cilegon 175,50 1,82

7. Kota Serang 266,71 2,76


8. Kota Tangsel 147,19 1,52

Provinsi Banten 9 662,92 100,00

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 35


Tabel 2 :
Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2012-2013

Kecamatan Desa Kelurahan


Kabupaten/Kota
2012 2013 2012 2013 2012 2013
Kabupaten :

1. Pandeglang 35 35 326 326 13 13


2. Lebak 28 28 340 340 5 5
3. Tangerang 29 29 246 246 28 28
4. Serang 29 29 320 320 - -
Kota :

5. Kota Tangerang 13 13 - - 104 104


6. Kota Cilegon 8 8 - - 43 43
7. Kota Serang 6 6 30 30 36 36
8. Kota Tangsel 7 7 5 5 49 49

Provinsi Banten 155 155 1 267 1 267 278 278

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

36 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


Tabel 3 :
Rekapitulasi Realisasi Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Provinsi Banten (miliar rupiah), 2011-2013

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013

1. Pendapatan Daerah 3 755,61 5 413,71 6 230,23

A. Pendapatan Asli Daerah 2 895,57 3 395,88 4 118,55

B. Dana Perimbangan 849,49 1 015,11 1 126,00

C. Lain-lain Pendapatan Daerah


10,55 1 002,72 985,68
Yang Sah

2. Belanja Daerah 3 901,22 5 317,81 5 295,14

A. Belanja Langsung 2 081,52 3 300,65 3 316,07

B. Belanja Tidak Langsung 1 819,70 2 017,16 1 979,07

3. Surplus (Defisit) 145,60 95,90 935,09

4. Pembiayaan Daerah 520,45 354,84 134,71

A. Penerimaan Pembiayaan Daerah 535,85 374,84 450,81

B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 15,40 20,00 316,10

5. Sisa Lebih Penghitungan Anggaran


374,84 450,74 1 069,80
(SILPA) Tahun Berkenan

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 37


Tabel 4 :
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten (orang), 2010 dan 2012

Kabupaten/Kota 2010 2014

Kabupaten :

1. Pandeglang 1 149 610 1 188 405

2. Lebak 1 204 095 1 259 305


3. Tangerang 2 834 376 3 264 776
4. Serang 1 402 818 1 463 094
Kota :

5. Kota Tangerang 1 798 601 1 999 894


6. Kota Cilegon 374 559 405 303
7. Kota Serang 577 785 631 101
8. Kota Tangsel 1 290 322 1 492 999

Provinsi Banten 10 632 166 11 704 877

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

38 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


Tabel 5 :
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten (orang), 2011-2013

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013

Kabupaten :

1. Pandeglang 117 644 109 100 121 100


2. Lebak 115 160 106 900 118 600
1)
3. Tangerang 188 653 176 000 183 900
4. Serang 2) 82 047 76 100 72 800
Kota :

5. Kota Tangerang 114 333 106 500 103 100


6. Kota Cilegon 15 453 15 000 15 900

7. Kota Serang 37 436 34 700 36 700

8. Kota Tangsel 20 144 18 700 25 400

Provinsi Banten 690 870 642 900 677 500

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 39


Tabel 6 :
Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten, 2009-2011

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013

Kabupaten :

1. Pandeglang 9,80 9,28 10,25


2. Lebak 9,20 8,63 9,50
1)
3. Tangerang 6,42 5,71 5,78
4. Serang 2) 5,63 5,28 5,02
Kota :

5. Kota Tangerang 3,98 5,56 5,26


6. Kota Cilegon 6,25 3,82 3,99

7. Kota Serang 1,50 5,70 5,92


8. Kota Tangsel 1,67 1,33 1,75

Provinsi Banten 6,26 9,74 8,31

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014


Catatan : 1) Termasuk Kota Tangerang Selatan untuk tahun 2009

40 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


Tabel 7 :
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten,
2011-2013

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013

Kabupaten :

1. Pandeglang 68,77 69,22 69,64


2. Lebak 67,98 68,43 68,82
1)
3. Tangerang 72,05 72,36 72,82
4. Serang 69,33 69,83 70,25
Kota :

5. Kota Tangerang 75,44 75,72 76,05


6. Kota Cilegon 75,60 75,89 76,31

7. Kota Serang 71,45 72,30 72,12


8. Kota Tangsel 76,01 76,61 77,13

Provinsi Banten 70,95 71,49 71,90

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Statistik Daerah Provinsi Banten 2014 41


Tabel 8 :
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2012-2013

2012 2013

Kabupaten/Kota Luas Produk- Luas Produk-


Produksi Produksi
Panen tivitas Panen tivitas
(ton) (ton)
(ha) (kw/ha) (ha) (kw/ha)

Kabupaten :

1. Pandeglang 115 033 50,13 576 662 130 371 51,59 672 559

2. Lebak 89 572 50,61 453 363 99 083 52,43 519 443

3. Tangerang 64 059 53,13 340 327 67 170 54,17 363 848

4. Serang 75 152 52,81 396 897 79 879 54,30 433 733

Kota :

5. Kota Tangerang 1 214 52,77 6 407 938 53,84 5 051

6. Kota Cilegon 1 985 54,13 10 745 2 076 56,04 11 633

7. Kota Serang 15 316 52,17 79 897 13 997 54,51 76 293

8. Kota Tangsel 305 52,39 1 598 190 55,29 1 051

Provinsi Banten 362 636 51,45 1 865 894 3693 704 52,92 2 083 608

Sumber : Indikator Ekonomi Banten 2014

42 Statistik Daerah Provinsi Banten 2014


Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Kav. H1-2
Jl. Syekh Nawawi Al-Bantani, Kota Serang – Banten 42171
Telepon (0254) 267027, Faks. (0254) 267026
E-mail: bps3600@bps.go.id, Website: banten.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai