Anda di halaman 1dari 7

Laporan Hasil FGD Majelis Pakar Asosisasi Dosen Pergerakan

Tentang
Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Senin 16 Mei 2022 jam 19.00-21.30 WIB

A. Pelaksanaan
FGD dilaksanakan dengan pemantik Suwendi dan Ahmad Bahiej, dengan diahadiri oleh
dua puluh tiga peserta yang terdiri dari Rektor, mantan rektor dan akademisi yang
berasala dari Asosiasi Dosen Pergerakan (terlampir). Diskusi dibuka oleh Ketua Majelis
Pakar Asosiasi Dosen Pergerakan yang kemudian langsung dilanjutkan dengan
presentasi dari pemantik. Dilaksanakan melalui aplikasi zoom.

B. Hasil Pembahasan
Dalam pembahasan FGD ini menemukan bebera kelemahan terhadap draff RUU
Sisdikanas yang harus segera diperbaiki karena bisa merugikan banyak kalangan,
terutama Pengrus Besar Nahdlatul Ulama yang menaungi banyak madrasah dan guru.
Mengingat RUU Sisdiknas ini akan mencabut tiga Undang-Undang, yakni :
1. Undang-Undang Sisdiknas
2. Undang-Undang Guru & Dosen
3. Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi

Hasil pembahasan menemukan beberapa objek yang menjadi sorotan yakni


No Objek Sorotan Catatan
1 Landasan Filosofis 1. Dalam naskah akademiknya landasan
filosofis kurang sesuai dengan judul
undang-undang, karena lebih pada
pengaturan mengenai pengajaran daripada
Pendidikan.
2. Tolok ukur yang diterapkan dalam undang-
undang ini adalah fokus terhadap
penyerapan tenaga kerja, belum terfokus
kepada kekhasan bangsa seperti gotong
royong, sikap mental, pembentukan
akrakter dan proses kreatif terhadap
peserta didik
3. RUU ini lebih condong pada kapitalisasi
pendidikan
2 Hilangnya Nomenklatur Dalam RUU ini nomenklatur madrasah tidak
Madrasah termuat dalam batang tubuh UU, lebih khususnya
di Bab ketentuan umum. Padahal sejarah bangsa
Indonesia merdeka adalah berbabasis pada
madrasah.
Hal ini juga memunculkan problem penyetaraan
antara Madrasah dengan Sekolah Umum. Sehingga
bisa dijadikan dalil untuk menghilangkan Madrasah
dalam system Pendidikan di Indonesia
3 Nomenklatur Instruktur Ada nomenklatur instruktur, yang disematkan pada
orang yang mempunyai keahlian khusus dalam
Pendidikan tinggi. Namun, ini membatasi kekhasan
bangsa Indonesia, seperti Panggilan Ustadz, Kyai
atau lainnya.
4 Mengurangi kewenangan Dalam Pasal 30, secara implisit bisa dimaknai
Kementrian Agama dengan pengurangan kewenangan kementrian
agama terhadap Perguruan Tinggi Keagamaan. Hal
ini dikarena basis tolok ukurnya adalah prodi,
bukan perguruan tingginya. Bisa jadi, pengaturan
organisasinya seperti penentuan rektor akan
diarahkan kepada kementrian lainnya, apabila
ditemukan dalam suatu perguruan tinggi agama
ditemukan lebih banyak prodi umumnya
ketimbang prodi yang berbasis agama
5 PTN BH RUU ini lebih condong diarahakan untuk menjadi
PTN BH, sehingga ini juga akan berimbas pada
marketisasi perguruan tinggi, termasuk perguruan
tinggi agama.

C. Rekomendasi
hasil temuan FGD tersebut memberikan rekomenadi untuk ADP untuk melakukan
Langkah-langkah tertentu guna melakukan advokasi terhadap kebijakan yang sedang
dirumuskan tersebut. Beberapa rekomendasinya adalah :
1. Asosiasi Dosen Pergerakan melakukan kajian mendalam untuk mengkaji RUU dan
beberapa temuan. Untuk dicarikan solusi atau alternatif. Sehingga hasil kajian
tersebut bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki RUU Sisdiknas.
2. Asosiasi Dosen Pergerakan segera melakukan pendampingan dan berkomunikasi
dengan pemangku kebijakan terkait.
Lampiran

RISALAH DISKUSI

Diskusi Diskusi Majelis Pakar ADP


Hari, tanggal Senin, 16 Mei 2022
Waktu 19.30 WIB
Tempat Virtual melalui Zoom Meeting
Peserta 1. Suwendi (pemantik)
2. Ahmad Bahiej (pemantik)
3. Nursyam
4. Nyayu Khodijah
5. Martin Kustati
6. Al Zastrouw
7. Muhtar Said (moderator)
8. Musahadi
9. Akhmad Mujahidin
10. Angga Fahrizal
11. Citra Orwela
12. Faizah binti Awad
13. Jaslin Ikhsan
14. Khainudin
15. Khoiruddin
16. M. Nur Kholid Setiawan
17. Masnun Tahir
18. Saan
19. Sri Handayani
20. Sri Mulyati
21. Wawan Wahyudin
22. Yulmi Syafii
23. Tsabit Azinar Ahmad
Dokumentasi

Agenda Rapat RUU Sisdiknas


Catatan Rapat Paparan Pemantik
Ahmad Bahiej

Suwendi
Tanggapan Peserta
Nur Kholis
- Kita perlu memberikan argumentasi bagaimana
mendaerahkan madrasah perlu digagalkan.
- Kita di ADP perlu mendapatkan informasi yang lebih detail,
mana pasal yang krusial untuk ditanggapi.
- Kita perlu satu suara memasukkan madrasah
- Karena ini masih di panja pemerintah, waktunya masih sangat
memadai, sehingga perlu dibagi dalam kelompok-kelompok
tugas untuk mencermati bagian-bagian dalam RUU.

Wawan Wahyudin
- Ada madrasah, pesantren, dan taman siswa sebagai lembaga
pendidikan tertua. Sehingga saya greget ketika madrasah
tidak disebutkan dalam batang tubuh. Bahkan perlu
dimasukkan di ketentuan umum.
- Reformasi memberikan angin segar, tapi kurang sedap.
- Saya harap UU sisdiknas perlu peningkatan keimanan dan
kebangsaan.
- Bagaimana PTKIN seperti mendapatkan perilakuan yang tidak
adil dari kemdikbud.

Al Zastrouw
- Mencermati RUU seperti bukan tentang pendidikan, tapi
hanya ke pengajaran yang fokus ke pengetahuan dan skill
saja. Bukan pada pembentukan karakter, sikap mental, dan
proses kreatif.
- Kesan kedua RUU ini mengalami bias modernism dan
kapitalisme, sehingga tidak menjawab problem dasar
mengenai indek kreativitas, tingkat literasi dll.
- Tidak ada habituasi, termasuk dalam pendidikan agama.
- Di pasal 69 ketika pendidikan keagamaan di pendidikan tinggi.
- Perlu ada tim kajian tentang konsep dan akademik, serta
kajian tiap pasalnya.
- Perlu mengundang berbagai pihak untuk memberikan kritik.

Martin Kustati
- RUU ini belum secara terbuka mengedepankan keterlibatan
public.
- Saya mendukung kata madrasah masuk dalam UU secara
eksplisit. Karena nyatanya saat ini masih mengalami
permasalahan dalam anggaran, apalagi jika tidak
dimunculkan.
- Rekomendasi hasil pertemuan rector di Surabaya perlu
dilanjutkan.
- Di pasal 30 ada pembatasan bahwa peruguruan tinggi
keagamaan mengelola prodi keagamaan. Ini akan
memberikan ruang yang sempit.
- Hal yang berhubungan dengan local wisdom perlu dikuatkan
lagi.

Musahadi
- RUU sisdiknas ini adalah momentum untuk mengemukakan
gagasan dan menunjukkan eksistensi kita.
- Kita perlu paham bahwa ada kepentingan dan proses politik
besar dalam pembahasan ini dalam legislative.
- Kalau kepentingan berkaitan dengan isu agama, banyak dari
kelompok agama sebelah yang juga berteriak kencang.
- Untuk level ADP kita juga perlu melihat pada aspek yang lebih
besar, yang paradigmatic, filosofis. Kita perlu memberi catatan
untuk merumuskan visi besar pendidikan.
- Kemudian visi ini perlu diturunkan ke pasal-pasal. Karenanya
saya setuju pembahasan ini dilanjutkan dengan pembentukan
tim khusus untuk mengkritisi. Kalau perlu dibaut naskah
tandingan.
- Tim kecil bekerja dan mengawal tidak hanya dalam RUU
Sisdiknas saja, tetapi juga sampai aturan turunannya.
- Kemudian perlu juga sinkronisasi dengan UU yang lain,
seperti dengan UU Pesantren.

Faizah binti Awad (melalui chat)


- RUU ini memunculkan kembali penguatan dikotomi.
Betapapun madrasah /keagamaan diserahkan ke daerah,tidak
dapat diterima karena daerah sangat variatif hanya mengacu
ke DAU.

Nursyam
- Ini adalah cara jihad kita untuk mempertahankan madrasah dll
- Isu yang menarik adalah tentang penggusuran, di mana ada
desain besar penggusuran kementerian agama, terutama NU
dalam ranah pendidikan. Kementerian agama dianggap tidak
perlu mengurus pendidikan.
- Mengenai isu kesetaraan, di mana dalam UU sebelumnya ada
SD/MI, SMP/MTs, tapi di RUU belum tampak. Jika tidak ada
kesetaraan, maka keadilan juga tidak akan tampak. Ini
berdampak pada masalah perimbangan dana pusat-daerah,
dll.
- Kita perlu ada Kerjasama yang luar biasa. Kita perlu
mengundang orang yang punya lembaga pendidikan
madrasah untuk menyikapi ketiadaan nomenklatur madrasah
dalam ketentuan umum. Kemudian partai politik, seperti partai
berbasis Islam perlu dilibatkan, sehingga mereka sudah siap
ketika dibahas di legislative.
- Pencermatan terhadap naskah menjadi penting. Misalnya
ketentuan umum yang sangat urgent.
- Terkait dengan program studi, saya ada pembidangan ada
ilmu keislaman murni, ilmu keislaman integrative, dan ilmu
umum. Keislaman integrative misalnya sosiologi agama
masuk di rumpun keagamaan karena yang dilihat adalah
kajiannya.

Jawaban
Ahmad Bahiej
- Masukan ini mencerahkan di biro hukum.

Suwendi
- Naskah ini masih belum mengcover kepentingan dari
kemenag.
- Pendanaan pendidikan masih belum sesuai dengan
perimbangan dana pusat-daerah
- Ada PP yang baru lima hari yang lalu, pemda bisa
memberikan bantuan di luar kewenangannya manakala SPM
pada pemda tersebut sudah memenuhi. Jika belum terpenuhi
maka tidak dapat. Pertanyaannya? Mana pemda yang sudah
memenuhi SPM?
- Madrasah seperti didaerahkan
- Perlu dijelaskan apa jenis-jenis pendidikan keagamaan agar
menjadi lebih jelas.
- Terkait pendidikan tinggi ini menjadi catatan serius terkait
pendidikan tinggi keagamaan karena hanya diindikatori oleh
prodi keagamaan. Ini berarti UIN akan diambil alih oleh
kemdikbud.
- PTNBH kenapa masih muncul lagi di draf terakhir, karena ini
akan menjadikan marketisasi, di mana semua menjadi pasar.
Kehadiran negara akan lebih sedikit dalam memberikan
afirmasi bantuan.
- Nomenklatur di pendidikan nonformal perlu lebih dijelaskan,
jangan hanya disebut sebagai instruktur.
- Setuju dengan usul Pak Zastrouw untuk mengundang
berbagai unsur untuk memberikan masukan.
Hasil -

Surabaya, 20 Mei 2022


Ketua Majelis Pakar ADP

Prof. Dr. Nursyam

Anda mungkin juga menyukai