Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN YURIDIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu


Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Tri Susilowati, S.H., S.Hum

Disusun Oleh :
Muhammad Nur Karim Al Ismariy (23110122)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN
GUPPI (UNDARIS)
2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karuania, dan pertolongan-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
tetap senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas individu yang diberikan
oleh dosen pengampu guna mempelajari dan mengenal lebih dalam
mengenai materi Pancasila Sebagai Landasan Yuridis.
Adapun dalam menyelesaikan makalah ini saya menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan dan kesalahan , hal itu disebabkan keterbatasan
kami , baik dalam pemahamannya, maupun refrensi yang dijadikan rujukan
dan sumber penyusunan makalah. Maka dari itu , diharapkan kepada
semua pihak agar memberikan saran dan kritik yang konstruksi terhadap
makalah ini, untuk perbaikan makalah dimasa mendatang.
Mudah – mudahan penyususnan makalah ini mendapat ridha Allah
SWT, serta kita semua dapat mengambil manfaat keilmuan yang terdapat
didalamnya.

Ungaran,5 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pentingnya Landasan Bagi Negara
B. Pengertian Landasan Yuridis
C. Penerapan Landasan Yuridis dalam Pendidikan Pancasila di
Indonesia
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia


untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan
kebudayaan. Dan bila kita kembali kepada hakikat pendidikan maka pendidikan pada
esensinya juga bertujuan untuk membantu manusia menemukan hakikat
kemanusiaannya. Proses humanisasi ini adalah proses pembebasan, yaitu pembebasan
manusia dari belenggu stuktur sosial, hegemoni kekuasaan, cara pikir yang salah,
doktrin tertentu dan sebagainya. Namun dalam kehidupannya manusia membuat rule ,
aturan atau landasan hukum agar pendidikan itu berjalan sistematis dan memenuhi
harapan daripada tujuan pendidikan itu sendiri.
Dalam negara hukum seperti negara kita Indonesia ini, setiap tindakan
pemerintahan baik dalam pengaturan maupun dalam pelayanan harus berdasarkan atas
hukum (peraturan perundang-undangan), karena dalam negara – negara terdapat prinsip
wetmatigheid van bestuur atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya
dasar wewenang yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka segala macam aparat pemerintah tidak memiliki wewenang yang dapat
mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya.
Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-
undangan yang bertingkat, mulai dari UUD 1945, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Ketetapan, keputusan, sampai peraturan daerah. Kesemuanya
mengandung hukum yang patut ditaati, dimana UUD 1945 merupakan hukum yang
tertinggi, sementara peraturan perundang-undangan yang lain harus tunduk pada UUD
1945. Pendidikan sebagai salah satu bidang yang ditangani oleh pemerintah, dalam
pelaksanaannya tentunya harus berdasarkan pada peraturan perundang- undangan.
Begitu luas cakupan bidang pendidikan membuat begitu banyaknya peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.

Di dalam pendidikan itu juga terdapat pendidikan pancasila , pancasila


merupakan dasar dan ideologi negara kita Indonesia. Dalam Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila dapat menelusuri sejarah kita di masa lalu dan coba
untuk melihat tugas-tugas yang kita emban ke masa depan, yang keduanya

4
menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan mengamalkan Pancasila. Sejarah di
belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap Pancasila. Maka dari itu di
perlukan nya pendidikan pancasila di antara masyarakat untuk mengetahui dasar-
dasar negara dan untuk menumbuhkan rasa nasionalis di diri masyarakat . Maka dari
itu di dalam pendidikan pancasila itu memiliki landasan yuridis atau hukum yang
mengaturnya di perundang- undangan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendidikan
di negara Indonesia, dapat kita temukan permasalahan yang perlu dikupas dalam
makalah ini, yaitu :
a. Apa pentingnya sebuah landasan bagi negara kita ?
b. Apa pengertian landasan yuridis?
c. Bagaimana penerapan landasan yuridis dalam pendidikan pancasila di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
b. Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai pengertian pancasila.
c. Untuk mengetahui arti penting sebuah landasan terutama landasan yuridis bagi
negara.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Penting Sebuah Landasan Bagi Negara


Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam
bahasa inggris, landasan disebut dengan istilah foundation yang dalam bahasa indonesia menjadi
fondasi. Landasan sendiri, bagaikan sebuah pijakan atau pondasi saat kita mendirikan sebuah
bangunan, bayangkan apabila landasan itu dibentuk tanpa sesuatu yang menguatkan. Dapat
diperkirakan, bangunan itu akan mudah untuk roboh dan hancur saat ada gangguan dari luar
seperti angin atau badai. Sama seperti sebuah negara, dibutuhkan landasan. Sebab tanpa landasan
yang kuat negara akan mudah dihancurkan oleh pihak luar. Oleh karena itu pancasila dijadikan
dasar negara Indonesia, yang telah disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan
adanya pancasila, negara Indonesia akan menjadi sebuah negara yang kuat dan tidak mudah
dihancurkan oleh negara lain. Bila rakyat dan pemerintah bekerjasama mengamalkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan, maka akan tercapai tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan
pembukaan UUD 1945.

B. Pengertian Landasan Yuridis

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau


mendasari. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.
Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah bila dilanggar akan mendapat sanski. Hukum
atau aturan baku diatas tidak selalu dalam bentuk tertulis. Kadang kala dapat berupa adat istiadat,
bila hukum itu tertulis sudah jelas diyakini dan teruji kebenarannya untuk ditaati. Landasan
yuridis adalah landasan hukum yang mendasari semua kegiatan pendidikan mengenai hak- hak
yang penting seperti komponen struktur, kurikulum, pengelolaan,pengawasan,dan ketenangan.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
kehidupan.Hubungan landasan yuridis dengan pendidikan itu sendiri sebagai berikut : Landasan
yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang
menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945
meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden,
peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.

6
C. Penerapan Landasan Yuridis Dalam Pendidikan
Sebuah pendidikan dapat berjalan lancar apabila segala aspek menyangkut pendidikan
itu terpenuhi. Dari segi pendanaan, fasilitas tempat belajar, guru atau dosen pemberi materi, dan
juga buku penunjang pendidikan tersebut. Bila salah satu aspek ada yang tertinggal maka dapat
dipastikan proses belajar tidak dapat berjalan seimbang. Berikut akan dibahas tentang
penunjang jalannya pendidikan :
1. Pendanaan Pendidikan
Walaupun dalam amandemen UUD RI 1945 pasal 31 ayat (4) telah menegaskan bahwa
negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan akantetapi dengan berbagai alasan dan
pertimbangan sampai saat ini APBN kita belum mencapai 20%. Di daerah alokasi dana
pendidikan yang masuk dalam APBD sangat bervariatif, tetapi kebanyakan belum sampai 20%
dari APBD. Yang memprihatinkan ada beberapa daerah yang menggratiskan biaya pendidikan
namun tidak diberangi dengan penambahan anggaran di APBD dengan cukup. Menurut Sutjipto
(2008:2) keadaan seperti ini akan memperlebar disparitas mutu pendidikan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain sehingga menjadi tempat persemaian yang subur dari masalah-
masalah sosial di masa depan. Pasal inilah yang sampai sekarangterus diperjuangkan oleh
banyak pihak agar pemerintah dan pemerintah daerah segera merealisasikannya.Justru yang
terjadi di hampir mayoritas pemerintah daerah berlomba-lomba untuk memperjuangkan wacana
pendidikan gratis. Namun dengan masuknya ranah politik dalam dunia pendidikan nampaknya
wacana itu menjadi nilai tawar dalam realisasinya antara warga masyarakat dengan penguasa
pemerintah daerah. Mestinya kebijakan pendidikan gratis tidak hanya sekedar retorika politik
guna melanggengkan kekuasaan, akan tetapi perlu didukung dengan reliasasi anggaran
pendidikan sesuai dengan amanat undang- undang dasar yaitu minimal 20% dari
APBN/APBD.

2. Kompetensi Guru / Konselor


Dalam proses belajar dan pembelajaran guru merupakan salah satu faktor utama
yang mengkondisikan terciptanya suasana yang kondusif. Proses transformasi ilmu dan
pengetahuan akan berjalan sesuai fungsinya apabila guru menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya secara profesional. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan dedikasi dalam
menjalankan profesinya. Guru sebagai sebuah profesi pada masa sekarang ini terjadi
7
penguatan dalam kedudukan sosial dan eksternal, bahkan terjadi penguatan kedudukan
dalam hal proteksi jabatan dan diperkuat oleh Undang-Undang danstatus hukum. Oleh
karena itu secara logis muncul pula harapan dan keinginan agar terjadi penguatan serupa
dalam posisi internal profesi guru, dimana peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru
bisa menjamin mutu pendidikan.
Hal lain yang tak kalah penting untuk dikaji adalah pengakuan eksistensi konselor.
Meskipun secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong, tutor
pamong belajar, widyaiswara, instruktur sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 6 UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Juga tercantum PP Nomor 28
Tahun 1990 pasal 27 ayat (2) dengan sebutan guru pembimbing. Akan tetapi dari pasal-pasal
tersebut, pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu
dengan yang lainnya itu, ternyata tidak dilanjutkan dengan spesifikasi konteks tugas dan
ekspektasi kinerja yang cermat, karena yang diatur dalam pasal-pasal berikutnya hanyalah
konteks tugas dan ekspektasi kinerja dari mayoritas pendidik yang menggunakan
pembelajaran sebagai kontek layanan. Hal tersebut dapat dicermati pada pasal 39 UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi : pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dengan spesifikasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yang hanya merujuk
kelompok pendidik yang menggunakan materi pembelajaran, maka konteks tugas dan
ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks
layanan yang merupakan sosok layanan ahli yang unik yang berbeda dari sosok layanan ahli
keguruan meskipun sama-sama bertugas dalam setting pendidikan, tidak ditemukan
pengaturannya dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Banyak terjadi kejanggalan dan ketidakjelasan kebijakan dari pemerintah pusat tentang
profesi bimbingan dan konseling. Ketidakjelasan semakin dirasakan justru pada saat kita
sedang berupaya mereformasi pendidikan kita. Contoh kasus terbaru, ketika digulirkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga saat ini sama sekali belum
memberikan kejelasan tentang bagaimana bimbingan dan konseling seharusnya
dilaksanakan. Dalam dokumen KTSP, kita hanya menemukan secuil informasi yang
membingungkan tentang bimbingan dan konseling yaitu berkaitan dengan kegiatan
Pengembangan Diri. Begitu juga, dalam kebijakan sertifikasi guru, banyak konselor dan
8
pengawas satuan pendidikan yang kebingungan untuk memahami tentang penilaian
perencanaan dan pelaksanaan konseling, karena format penilaian yang disediakan tidak
sepenuhnya cocok untuk digunakan dalam penilaian perencanaan dan pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Tentunya masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang
dirasakan di lapangan, baik yang bersifat konseptual-fundamental maupun teknis
operasionalnya.

Ketidakjelasan kebijakan tentang profesi bimbingan dan konseling pada tataran


pusat ini akhirnya mengimbas pula pada kebijakan pada tataran di bawahnya (messo dan
mikro), termasuk pada tataran operasional yang dilaksanakan oleh para konselor di sekolah.
Jadi, kalau ada pertanyaan mengapa Bimbingan dan Konseling di sekolah kurang optimal,
maka kita bisa melihat sumber permasalahannya, yang salah-satunya adalah
ketidakjelasan dalam kebijakan pemerintah terhadap profesi bimbingan dan konseling. Jika
ke depannya, bimbingan dan konseling masih tetap akan dipertahankan sebagai

bagian dari sistem pendidikan nasional, kiranya perlu ada komitmen dan good will dari
pemerintah untuk secepatnya menata profesi konseling, salah satunya dengan berupaya
melibatkan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) selaku wadah yang

menaungi para konselor dan para pakar konseling untuk duduk bersama merumuskan

bagaimana sebaiknya kebijakan konseling untuk hari ini dan ke depannya.

3. Desentralisasi Pendidikan
Pemberian aksentuasi kepada pemerintah daerah dalam Undang-Undang Sisdiknas,
diharapkan nantinya pengembangan pendidikan di tingkat lokal akan lebih efektif jika
dikembangkan oleh pemerintah daerah bersama kelompok masyarakat. Sebab jenis
kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing daerah, berbeda satu sama lain. Itulah
sebabnya pasal 50 ayat (4) disebutkan bahwa pemerintah kabupaten / kota berkewajiban
mengelola satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Jika setiap pasal dalam
Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan konsekuen, maka
lambat laun kemelut-kemelut yang mengitari dunia pendidikan kita selama ini dapat di atasi
dan diantisipasi. Oleh karena itu, untuk merealisasikan semua itu memerukan dukungan dan
kerja sama dari semua pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak. Selain itu, otonomi
juga berimplikasi pada pengembangan pendidikan keagamaan di Indonesia. Otonomi

9
pendidikan ini lebih ditekankan pada pembentukan strategi dalam menghadapi tantangan
modernitas. Munculnya otonomi daerah sekaligus otonomi pendidikan memberikan kerja
keras bagi pemerintah daerah dalam menentukan
arah pendidikan ke depan.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal otonomi pendidikan adalah
mewujudkan organisasi pendidikan di seluruh kabupaten / kota yang lebih demokratis,
transparan, efisien, accountable, serta mendorong partisipasi masyarakat. Dalam konteks
otonomisasi pendidikan, pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
hendaknya sudah menjadikan pemerintah pada posisi sebagai fasilitator dan bukan
pengendali. Sehingga, pemetaan utama pembelajaran adalah guru sebagai pengajar dan
murid sebagai yang belajar. Murid atau peserta didik hendaknya diberi hak untuk
mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan pilihannya dan diperlakukan sesuai dengan
potensi dan prestasinya. Semangat desentralisasi pendidikan yang sementara ini dianggap
merupakan konsep yang baik dalam pengelolaan pendidikan perlu didukung dan dimaknai
secara benar. Pemerintah daerah sebagai pihak yang menerima pelimpahan wewenang tidak
hanya mengedepankan haknya tetapi juga yang lebih penting adalah melaksanakan
kewajiban yang melekat pada wewenang yang diberikan dengan kesungguhan hati.
Managemen berbasis sekolah sebagai bentuk pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat
sekolah juga harus selalu didorong untuk dapat terwujud.

Peranan Pancasila Dalam Pembangunan Pendidikan wajib belajar 9 tahun di Negara


Indonesia :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Berdasarkan filsafat pancasila bahwa pancasila sila ke-1 peranannya yaitu sebagai
basis kemanusiaan/penjelmaan dari sila ke-2, 3, 4, dan 5. Yang memiliki makna
ketuhanan yang berkemanusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan
persatuan Indonesia yang berkerakyatan dan berkeadailan. Peranan sila pertama dengan
dunia pendidikan sangat erat kaitannya. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan
diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan
Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama. Dalam
pendidikan agama akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai
dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa. Sehingga ditegaskan bagi setiap
warga Indonesia terutama bagi warga yang sudah berkeluarga itu mengharuskan untuk
menyekolahkan anaknya. Karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk

10
pengembangan diri. Tetapi masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan
perintah ini dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu
keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam
kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat
penting bagi suatu bangsa maka
pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.

Negara Indonesia adalah Negara berkembang sehingga harus belajar banyak


pengalaman dari Negara yang sudah maju seperti Amerika, Jepang, Rusia, Inggris dan
Negara lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa Negara-negara tersebut memiliki
kemajuan teknologi yang sudah sangat canggih. Hal tersebut tak luput dari sumber daya
manusianya yang berkualitas. Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai
sarana dalam mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia mengadakan program wajib belajar 9 tahun bagi warganya, yang
tentunya tujuan dari kegiatan ini yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga dapat mengankat derajat bangsa Indonesia menjadi lebih tinggi.
Peran dari bidang pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
serta menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik. Karena seperti yang kita ketahui
bahwa soft skill saat ini sangat diutamakan dalam dunia pekerjaan. Tentunya soft skill
adalah tolak ukur utama yang mendukung akademis kita. Ilmu yang kita dapat dalam
pendidikan (wajar 9 tahun) sangat bermanfaat dalam kehidupan kita di masa yang akan
datang. Tentunya jika kita lulus dengan akademis yang bagus maka kita akan terpakai
oleh perusahaan. Namun sekarang ini indikasi yang dinilai oleh setiap perusahaan adalah
soft skill kita selanjutnya baru akademis. Dapat dianalogikan bahwa jika kita rajin maka
kesuksesaan mudah untuk diraih dan sebaliknya jika kita malas maka kesuksesaan akan
lebih susah untuk diraih. Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali
karena memberikan peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, orang lain
ataupun Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk
orang lain kita bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih
awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara
kita di dunia internasional.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.


Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan
dan pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia

11
Indonesia yang mampu hidup dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan
nasional harus dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik
Indonesia, agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan
kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta
menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk
dapat berperanserta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban
pokoknya sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan
memperkuat persatuan dan kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan
kemampuan ini harus dapat diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB
XIII, Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran". Warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada
tahap manapun dalam perjalanan hidupnya, meskipun sebagai anggota masyarakat ia
tidak diharapkan untuk terus-menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang
diperolehnya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik
melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena
mengingat pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai
yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah
yaitu program wajub
belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar
Pancasila. Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana
melaksanakan

kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia
itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu
harus dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah
diperkenankan memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.

3. Sila Persatuan Indonesia

12
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang
bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan
Yang Maha Esa dan Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai
sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Persatuan dalam sila
ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti idiologis, ekonomi,
politik, sosial budaya dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangakan dari
pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang senasib. Nilai persatuan itu didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat. Perwujudan Persatuan Indonesia adalah manifestasi paham kebangsaan yang
memberi tempat bagi keberagaman budaya atau etnis yang bukannya ditunjukkan
untuk perpecahan namun semakin eratnya persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa
bangga. Kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sedang
berkembang. Dibutuhkan sumber daya masyarakat yang bagus untuk membuat
Indonesia menjadi semakin berkembang. Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar
sesama warganegara. Dengan adanya pendidikan maka dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu diterapkan
dilingkungan pendidikan. Sila “Persatuan Indonesia” harus dijadikan sebagai dasar
persatuan dikalangan intelektual dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan
pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9 Tahun.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan atau Perwakilan

Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar di
galangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Diwajibkan setiap
warga Negara untuk bersekolah selama 9 tahun, pada jenjang pendidikan dasar yaitu
dari tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) / Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah
menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS). Seperti kita ketahui
bersama Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir
semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam
Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan

13
Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara. Mendiknas
menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak Indonesia, tanpa kecuali.
Berdasarkan sila keempat Pancasila “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” : Semua kebijakasanaan
pemerintah harus berdasarkan kebutuhan rakyat. Semua kebijaksanaan yang
pemerintah buat harus berdasarkan kesepakatan rakyat (yang diwakili oleh wakil rakyat
di parlemen).
Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang
telah diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar di
tengah- tengah masyarakat luas. Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan
program bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta
masyarakat. Upaya- upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui
gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal
perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami pentingnya
pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program
nasional tersebut. Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut
serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan
generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Seiring perkembangan jaman, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
semakin tidak dapat dikendalikan juga. Pendidikan menjadi hal terpenting yang harus
diperhatikan oleh setiap orang tua, agar anak-anak mereka menjadi anak-anak yang
mampu bersaing dengan lingkungan yang ada saat ini. Tapi terkadang masalah
ekonomi menjadi hambatan bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak
mereka. Dalam hal ini, peran serta pemerintah sangat diperlukan. Salah satu program
pemerintah dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan
program wajib belajar 9 tahun ( WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan pendidikan di Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan
bantuan-bantuan bagi dalam bidang pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya
Operasional Siswa ). Hal ini diharapkan agar setiap warga negara Indonesia bisa
mendapatkan pendidikan seperti yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal

14
31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
1. “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan “.
2. “ Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya “.
3. “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
“.

4. “ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah “.
5. “ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan manusia “.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program WAJAR 9 tahun
ini, semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5 Pancasila dalam mewujudkan
salah satu tujuan negara, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan pendidikan secara layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan atau penerapan dari peraturan perundangan mengenai pendidikan di


negara kita belum berjalan seturut dengan 5 sila dasar pancasila. Maksudnya adalah banyak
dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang masih belum 100% terpenuhi atau
terjalankan. Pendidikan di Indonesia masih terbilang minim. Banyak calon generasi penerus
bangsa yang bahkan sampai sekarang belum bisa merasakan bangku pendidikan. Peraturan
perundangan di Indonesia mengenai pendidikan juga masih belum berjalan lurus. Banyak
penyimpangan di dunia pendidikan akibat peraturan perundangan yang disalah-gunakan oleh
lembaga-lembaga tinggi di Indonesia. Akibatnya tentu berdampak pada calon generasi
penerus bangsa yang mengunyah bangku pendidikan di Indonesia.

B. Saran

Supaya yuridis pendidikan di Indonesia seturut dengan 5 sila pancasila, maka harus
ada keseimbangan antara masyarakat dan pemerintah yang membuat peraturan perundangan
mengenai pendidikan. Dalam hal ini berarti masyarakat harus pandai menuntut haknya
secara benar di hadapan pemerintah tanpa harus melakukan orasi liar yang merugikan
banyak pihak. Begitu pula dengan pemerintah, pemerintah harus bisa meminimalisasi
konsekuen dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang telah dibuat. Bukan

16
hanya semata-mata karena kepentingan pribadi, namun peraturan perundangan yang dibuat
pemerintah tentu harus berdampak baik bagi masyarakat Indonesia. Supaya yuridis
pendidikan di Indonesia berjalan sesuai UUD 1945 dan Pancasila. kedamaian dalam
kehidupan manusia tanpa kekerasan. seperti yang dimaksudkan oleh Paulo freire, proses
pendidikan secara hirarki diharapkan untuk mencapai koentisasi humanisasi, yakni
pembebasan dalam memanusiakan manusia, atau pendidikan seutuhnya.sebagai pelaksana
dan penegak hukum yang diciptakan oleh legislatif akan melaksanakan dan
menerapkannya secara konsekwen tanpa ada penyimpangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas. 2008, Penataan Pendidikan Profesional Konselor


dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : BK UPI.
Made Pidarta. 2004, Managemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta
Made Pidarta. 2007, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Bercorak Indonesia,
Jakarta : Rineka Cipta
Muhammad Ali. 2007, Guru Dalam Proses BelajarMengajar, Jakarta : Rineka Cipta
Nana Syaodih S. 2009, LandasanPsikologi Proses Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
Prayitno, 2009, DasarTeoridanPraksisPendidikan, Jakarta :KompasGramedia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru. Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/peranan-pancasila/ , diakes pada 30 Oktober 2023
pukul 20:40.
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=5&vnomor=14 diakes pada 30 Oktober
2023 pukul 20:40.

Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1)


Ineu’s, 2012, Pengertian Landasan, Bandung ; Blogger
Buzz.

18

Anda mungkin juga menyukai