Disusun Oleh :
Muhammad Nur Karim Al Ismariy (23110122)
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pentingnya Landasan Bagi Negara
B. Pengertian Landasan Yuridis
C. Penerapan Landasan Yuridis dalam Pendidikan Pancasila di
Indonesia
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan mengamalkan Pancasila. Sejarah di
belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap Pancasila. Maka dari itu di
perlukan nya pendidikan pancasila di antara masyarakat untuk mengetahui dasar-
dasar negara dan untuk menumbuhkan rasa nasionalis di diri masyarakat . Maka dari
itu di dalam pendidikan pancasila itu memiliki landasan yuridis atau hukum yang
mengaturnya di perundang- undangan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendidikan
di negara Indonesia, dapat kita temukan permasalahan yang perlu dikupas dalam
makalah ini, yaitu :
a. Apa pentingnya sebuah landasan bagi negara kita ?
b. Apa pengertian landasan yuridis?
c. Bagaimana penerapan landasan yuridis dalam pendidikan pancasila di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
b. Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai pengertian pancasila.
c. Untuk mengetahui arti penting sebuah landasan terutama landasan yuridis bagi
negara.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
C. Penerapan Landasan Yuridis Dalam Pendidikan
Sebuah pendidikan dapat berjalan lancar apabila segala aspek menyangkut pendidikan
itu terpenuhi. Dari segi pendanaan, fasilitas tempat belajar, guru atau dosen pemberi materi, dan
juga buku penunjang pendidikan tersebut. Bila salah satu aspek ada yang tertinggal maka dapat
dipastikan proses belajar tidak dapat berjalan seimbang. Berikut akan dibahas tentang
penunjang jalannya pendidikan :
1. Pendanaan Pendidikan
Walaupun dalam amandemen UUD RI 1945 pasal 31 ayat (4) telah menegaskan bahwa
negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan akantetapi dengan berbagai alasan dan
pertimbangan sampai saat ini APBN kita belum mencapai 20%. Di daerah alokasi dana
pendidikan yang masuk dalam APBD sangat bervariatif, tetapi kebanyakan belum sampai 20%
dari APBD. Yang memprihatinkan ada beberapa daerah yang menggratiskan biaya pendidikan
namun tidak diberangi dengan penambahan anggaran di APBD dengan cukup. Menurut Sutjipto
(2008:2) keadaan seperti ini akan memperlebar disparitas mutu pendidikan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain sehingga menjadi tempat persemaian yang subur dari masalah-
masalah sosial di masa depan. Pasal inilah yang sampai sekarangterus diperjuangkan oleh
banyak pihak agar pemerintah dan pemerintah daerah segera merealisasikannya.Justru yang
terjadi di hampir mayoritas pemerintah daerah berlomba-lomba untuk memperjuangkan wacana
pendidikan gratis. Namun dengan masuknya ranah politik dalam dunia pendidikan nampaknya
wacana itu menjadi nilai tawar dalam realisasinya antara warga masyarakat dengan penguasa
pemerintah daerah. Mestinya kebijakan pendidikan gratis tidak hanya sekedar retorika politik
guna melanggengkan kekuasaan, akan tetapi perlu didukung dengan reliasasi anggaran
pendidikan sesuai dengan amanat undang- undang dasar yaitu minimal 20% dari
APBN/APBD.
bagian dari sistem pendidikan nasional, kiranya perlu ada komitmen dan good will dari
pemerintah untuk secepatnya menata profesi konseling, salah satunya dengan berupaya
melibatkan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) selaku wadah yang
menaungi para konselor dan para pakar konseling untuk duduk bersama merumuskan
3. Desentralisasi Pendidikan
Pemberian aksentuasi kepada pemerintah daerah dalam Undang-Undang Sisdiknas,
diharapkan nantinya pengembangan pendidikan di tingkat lokal akan lebih efektif jika
dikembangkan oleh pemerintah daerah bersama kelompok masyarakat. Sebab jenis
kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing daerah, berbeda satu sama lain. Itulah
sebabnya pasal 50 ayat (4) disebutkan bahwa pemerintah kabupaten / kota berkewajiban
mengelola satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Jika setiap pasal dalam
Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan konsekuen, maka
lambat laun kemelut-kemelut yang mengitari dunia pendidikan kita selama ini dapat di atasi
dan diantisipasi. Oleh karena itu, untuk merealisasikan semua itu memerukan dukungan dan
kerja sama dari semua pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak. Selain itu, otonomi
juga berimplikasi pada pengembangan pendidikan keagamaan di Indonesia. Otonomi
9
pendidikan ini lebih ditekankan pada pembentukan strategi dalam menghadapi tantangan
modernitas. Munculnya otonomi daerah sekaligus otonomi pendidikan memberikan kerja
keras bagi pemerintah daerah dalam menentukan
arah pendidikan ke depan.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal otonomi pendidikan adalah
mewujudkan organisasi pendidikan di seluruh kabupaten / kota yang lebih demokratis,
transparan, efisien, accountable, serta mendorong partisipasi masyarakat. Dalam konteks
otonomisasi pendidikan, pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
hendaknya sudah menjadikan pemerintah pada posisi sebagai fasilitator dan bukan
pengendali. Sehingga, pemetaan utama pembelajaran adalah guru sebagai pengajar dan
murid sebagai yang belajar. Murid atau peserta didik hendaknya diberi hak untuk
mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan pilihannya dan diperlakukan sesuai dengan
potensi dan prestasinya. Semangat desentralisasi pendidikan yang sementara ini dianggap
merupakan konsep yang baik dalam pengelolaan pendidikan perlu didukung dan dimaknai
secara benar. Pemerintah daerah sebagai pihak yang menerima pelimpahan wewenang tidak
hanya mengedepankan haknya tetapi juga yang lebih penting adalah melaksanakan
kewajiban yang melekat pada wewenang yang diberikan dengan kesungguhan hati.
Managemen berbasis sekolah sebagai bentuk pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat
sekolah juga harus selalu didorong untuk dapat terwujud.
Berdasarkan filsafat pancasila bahwa pancasila sila ke-1 peranannya yaitu sebagai
basis kemanusiaan/penjelmaan dari sila ke-2, 3, 4, dan 5. Yang memiliki makna
ketuhanan yang berkemanusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan
persatuan Indonesia yang berkerakyatan dan berkeadailan. Peranan sila pertama dengan
dunia pendidikan sangat erat kaitannya. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan
diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan
Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama. Dalam
pendidikan agama akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai
dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa. Sehingga ditegaskan bagi setiap
warga Indonesia terutama bagi warga yang sudah berkeluarga itu mengharuskan untuk
menyekolahkan anaknya. Karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk
10
pengembangan diri. Tetapi masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan
perintah ini dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu
keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam
kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat
penting bagi suatu bangsa maka
pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
11
Indonesia yang mampu hidup dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan
nasional harus dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik
Indonesia, agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan
kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta
menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk
dapat berperanserta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban
pokoknya sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan
memperkuat persatuan dan kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan
kemampuan ini harus dapat diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB
XIII, Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran". Warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada
tahap manapun dalam perjalanan hidupnya, meskipun sebagai anggota masyarakat ia
tidak diharapkan untuk terus-menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang
diperolehnya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik
melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena
mengingat pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai
yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah
yaitu program wajub
belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar
Pancasila. Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana
melaksanakan
kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia
itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu
harus dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah
diperkenankan memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.
12
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang
bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan
Yang Maha Esa dan Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai
sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Persatuan dalam sila
ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti idiologis, ekonomi,
politik, sosial budaya dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangakan dari
pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang senasib. Nilai persatuan itu didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat. Perwujudan Persatuan Indonesia adalah manifestasi paham kebangsaan yang
memberi tempat bagi keberagaman budaya atau etnis yang bukannya ditunjukkan
untuk perpecahan namun semakin eratnya persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa
bangga. Kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sedang
berkembang. Dibutuhkan sumber daya masyarakat yang bagus untuk membuat
Indonesia menjadi semakin berkembang. Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar
sesama warganegara. Dengan adanya pendidikan maka dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu diterapkan
dilingkungan pendidikan. Sila “Persatuan Indonesia” harus dijadikan sebagai dasar
persatuan dikalangan intelektual dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan
pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9 Tahun.
Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar di
galangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Diwajibkan setiap
warga Negara untuk bersekolah selama 9 tahun, pada jenjang pendidikan dasar yaitu
dari tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) / Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah
menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS). Seperti kita ketahui
bersama Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir
semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam
Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan
13
Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara. Mendiknas
menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak Indonesia, tanpa kecuali.
Berdasarkan sila keempat Pancasila “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” : Semua kebijakasanaan
pemerintah harus berdasarkan kebutuhan rakyat. Semua kebijaksanaan yang
pemerintah buat harus berdasarkan kesepakatan rakyat (yang diwakili oleh wakil rakyat
di parlemen).
Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang
telah diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar di
tengah- tengah masyarakat luas. Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan
program bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta
masyarakat. Upaya- upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui
gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal
perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami pentingnya
pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program
nasional tersebut. Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut
serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan
generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa.
14
31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
1. “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan “.
2. “ Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya “.
3. “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
“.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Supaya yuridis pendidikan di Indonesia seturut dengan 5 sila pancasila, maka harus
ada keseimbangan antara masyarakat dan pemerintah yang membuat peraturan perundangan
mengenai pendidikan. Dalam hal ini berarti masyarakat harus pandai menuntut haknya
secara benar di hadapan pemerintah tanpa harus melakukan orasi liar yang merugikan
banyak pihak. Begitu pula dengan pemerintah, pemerintah harus bisa meminimalisasi
konsekuen dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang telah dibuat. Bukan
16
hanya semata-mata karena kepentingan pribadi, namun peraturan perundangan yang dibuat
pemerintah tentu harus berdampak baik bagi masyarakat Indonesia. Supaya yuridis
pendidikan di Indonesia berjalan sesuai UUD 1945 dan Pancasila. kedamaian dalam
kehidupan manusia tanpa kekerasan. seperti yang dimaksudkan oleh Paulo freire, proses
pendidikan secara hirarki diharapkan untuk mencapai koentisasi humanisasi, yakni
pembebasan dalam memanusiakan manusia, atau pendidikan seutuhnya.sebagai pelaksana
dan penegak hukum yang diciptakan oleh legislatif akan melaksanakan dan
menerapkannya secara konsekwen tanpa ada penyimpangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18