Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN DISKUSI MATA PELAJARAN GEOGRAFI

TATA RUANG DAN PEMBANGUNAN


WILAYAH

KELOMPOK 3
AYU RATNA SARI
JIMMY GUNAWAN
LINK CHAN
ROY MAHENDRI L.
WILIAM

SHS XII SOCIAL


MUTIARA BANGSA 3 SCHOOL
JALAN JELAMBAR BARAT III NO. 5B
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. KONSEP TATA RUANG

1.1.Pengertian
1.1.1 Pengertian secara Etimologis (berdasarkan KBBI)
Tata ruang terdiri atas dua kata, yaitu tata dan ruang yang masing-
masing memiliki definisi bersumber dari KBBI dan memebntuk suatu kata yang
memiliki makna.

TATA

TATA kaidah, aturan, dan susunan;


RUANG cara menyusun; sistem cara
mengatur
RUANG ruang

rongga yang berbatas atau


terlingkung oleh bidang ; petak

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

1.1.2 Pengertian menurut Undang-Undang


 Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah:

“Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.”

 Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut di atas terkait dengan
mekanisme kelembagaan dan untuk perencanannya diatur dalam Pasal 14 yang
mengatakan:

“Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai


persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa, dan
berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur persediaan,
peruntukkan dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa.”
1.1.3 Pengertian menurut Ahli
 D.A.Tisnaamidjaja:
Ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris
yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan
kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang layak”.

1.1.4 Pengertian secara Global

Tata ruang atau dalam bahasa


Inggrisnya spatial plan adalah wujud
struktur ruang dan pola ruang disusun
secara nasional, regional dan lokal.
Secara nasional disebut Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Selain Itu, Penataan ruang dapat
pula diartikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang., pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang juga bagian integral dari
pembangunan dan pengembangan wilayah.
Tata ruang merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang.
 Struktur ruang merupakan susunan pusat pusat pemukimman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional.
 Pola ruang adalah distribusi peruntukan dalam suatu wilayah yang memiliki
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budi daya.

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pealaksanaan program
beserta pembiyaannya. Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan
dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan sumber
daya yang lain. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsetif, serta pengenaan sanksi.
1.1.5 Tujuan
Dari pengertian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan tentang
mengapa diperlukan penyusunan rencana tata ruang, yaitu :

a. Untuk mencegah atau menghindari benturan-benturan kepentingan atau konflik


antar sektor dan antar kepentingan dalam pembangunan masa kini dan masa
yang akan datang.
b. Untuk menghindari terjadinya diskriminasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam.
c. Untuk tercapainya optimalisasi pemanfaatan ruang yang memperlihatkan daya
dukung dan kesesuaian wlayah terhadap jenis pemanfaatannya.
d. Untuk terciptanya kemudahan pemanfaatan fasilitas dan pelayanan sosial
ekonomi bagi segenap masyarakat maupun sektor-sektor yang terkait.
e. Untuk terjadinya kesesuaian antara tuntutan kegiatan pembangunan di satu
pihak dengan kemampuan wilayah di pihak lain baik secara langsungmaupun
tidak langsung.
f. Untuk dapat terciptanya interaksi fungsional yang optimal baik antara unit-unit
wilayah maupun wilayah lainnya.
g. Menjaga kelestarian dan kemampuan ruang serta menjamin kesinambungan
pembangunan di berbagai sektor.
h. Untuk dapat memberikan arahan bagi penyusunan program-program tahunan
agar dapat terjadi kesesuaian sosial ekonomi akibat pemanfaatan ruang terhadap
perkembangan ekonomi dan sosial yang sedang maupun mendatang.
i. Untuk dapat menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk berpatisipasi pada
kegiatan-kegiatan produksi.
j. Terciptanya suatu pola pemanfaatan ruang yang mampu mengakomodir segala
bentuk kegiatan yang terjadi di dalam ruang tersebut.
k. Pembangunan dapat terencana sesuai dengan fungsi yang di emban oleh ruang
l. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan
 terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan
 terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
 terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

1.1.6 Asas
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
1. Keterpaduan
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor,
lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku
kepentingan antara lain, adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur
ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar
daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan.
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber
daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata
ruang yang berkualitas.
5. Keterbukaan.
Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan.
Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan umum.
Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian hukum dan keadilan.
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan dan
bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa
keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak
secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
9. Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun
hasilnya.

1.1.7. Klasifikasi Penataan Ruang


Klasifikasi penataan ruang ditegaskan dalam Undang-Undang Penataan
Ruang bahwa penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama
kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Selanjutnya ditegaskan sebagai berikut:
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrasi terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataaan ruang wilayah provinsi, dan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan, dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penatan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan hal sebagai berikut:


1. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana.
2. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber day buatan,
kondisi ekeonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan.
3. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. Penataan ruang wilayah nasional,
penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota harus dilakukakn secara berjenjang dan komplementer.
Komplementer yang dimaksud disini adalah bahwa penataan ruang
wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota saling melengkapi satu sama lain, bersinergi, dan
dalam penyelenggaraannya tidak terjadi tumpah tindih kewenangan.

1.1.8. Hukum yang Mengatur


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Masyarakat dalam Penataan Ruang
2. Undang-Undang Republik Indonesia 32 Tahun 2009 tentang perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kajian lingkungan hidu
srategis yang berfungsi memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan
dalam rencana tata ruang

B. PEMBANGUNAN WILAYAH
2.1 Konsep Pembangunan Wilayah
Ada berbagai konsep pembangunan wilayah yangb berkembang dan diterapkan di
Indonesia. Menurut Bappenas, konsep-konsep itu antara lain sebagai berikut.

1) Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumber daya dengan


berbagai pendekatan, diantaranya sebagai berikut.
a. Konsep pengembangan wilayah berbasis sumber daya dengan pilihan
strategi berdasarkan pada sumber daya manusia, surplus sumber daya
alam, sumber daya modal, dan sumber daya manajemen , atau snei budaya
dan keindahan alam.
b. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan yang menekankan
pada pilihan komoditas unggulan suatu wilayah sebagai motor penggerak
pembangunan.
c. Pengembangan wilayah berbasis efisiensi yang menekankan
pengembangan wilayah melalui pembangunan bidang ekonnomi dengan
porsi yang lebih besar daripada pembangunan bidang-bidang lain.
d. Pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan yang menekankan
peranan setiap pelaku pembangunan, yakni kelompok usaha kecil/rumah
tangga, lembaga sosial, lembaga keuangan, koperasi, dan pemerintah.
2) Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang yang
diimplementasikan dalam bentuk penyusunan penataan ruang nasional yang
diperinci dalam wilayah provinsi dan kabupaten. Konsep pengembangan
wilayah berbasis penataan ruang, membagi wilayah atas dasar pusat
pertumbuhan, inntegrasi fungsional dan desentralisasi.
3) Konsep pengembangan wilayah terpadu yang menekankan kerjasama antars
sektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan di daerah-daerah tertinggal.
4) Konsep pengembangan wilayah berdasarkan klaster (gugus). Konsep ini
mengacu pada konsentrasi dari suatu kelompok kerja sama bisnis atau unit-unit
usaha dan lembaga-lembaga yang bersaing, bekerja sama, dan saling
bergantung satu sama lain, terkonsentrasi dalam satu wilayah tertentu, dalam
bidang aspek unggulan tertentu.

2 .1.1 Makna

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pembangunan nasional
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka
mencapai tujuan bernegara. Makna pembangunan memiliki arti sebuah proses,
cara atau perbuatan yang berkaitan dengan perubahan . Hal ini terlihat dari
pengertian pembangunan yang disampaikan oleh para ahli berikut :
1) PROF. GINANDJAR KARTASASMITA
Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju arah yang lebih
baik menuju upaya-upaya yang dilakukan secara terencana.

2) PROFESOR SIAGIAN

Pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha


pertumuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara, pemerintah menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa (nation building).

3) SAUL M. KATZ
Pembangunan diartikan sebagai perubahan sosial menuju keadaan
yang dipandang lebih bernilai di mana pada umumnya tujuan-tujuan
pembangunan ialah pembinaan bangsa “nation building” atau
perkembangan sosial ekonomi. Nation Building menekankan
kepentingan kesejahteraan manusia menjadi fokkus utama dari
pembangunan di mana masyarakat yang menentukan tujuan, sumber-
sumber pengawasan, dan pengarahan, pelaksanaan pembangunan.

4) BACHTIAR EFFENDY
Pembangunan merupakan upaya meningkatkan segenap sumber daya
yang dilakukan secara berencana dan berkelanjutan dengan prinsip
daya gna yang merata dan berkeadilan. Pembangunan haruslah
berorientasi pada pembangunan masyarakat, di mana pendidikan
menempati posisi yang utama dengan tujuan membuka wawasan dan
kesadaran masyarakat akan arah dan cita-cita yang lebih baik.

5) DEDDY P. TIKSON
Pembangunan nasional dapat diartikan sebagai transformasi ekoomi,
sosial, dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan.

Pembangunan wilayah adalah upaya mencapai pembangunan


berimbang (balance development). Isu pembangunan wilayah atau
daerah berimbang yaitu tidak mengharuskan adanya kesamaan tingkat
pembangunan antar daerah (equally developed), juga tidak menuntut
pencapaian tingkat industrialisasi wilayah atau daerah yang seragam,
juga bentuk-bentuk keseragaman pola dan struktur ekonomi daerah,
atau juga tingkat pemenuhan kebutuhan dasar (self sufficiency) setiap
wilayah atau daerah. Pembangunan yang berimbang adalah
terpenuhinya potensipotensi pembangunan sesuai dengan kapasitas
pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam. Salah satu
bagian integral dari proses pembangunan nasional adalah
pembangunan wilayah . Pemmbangunan wilayah pada dasarnya
memiliki makna yang sama dengan pembangunan secara umum.
Hanya saja, pembangunan terjadi di tingkat wilayah.

2.1.2 Tujuan
Suatu pembangunan haruslah merata, baik di pusat pertumbuhan dan
daerah sekitarnya. Tujuannya, agar kedua wilayah dapat tumbuh dan
berkembang bersama sehingga saling menguntungkan. Tujuan pembangunan
tersebut dapat tercapai dengan memerhatikan berbagai permasalahan, di
antaranya:
a. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia.
b. Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
c. Pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi
pembangunan.
d. Pengembangan industri.
e. Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.

2.1.3 Faktor Penentu Pembangunan Wilayah


Menurut Blakely. Ada empat faktor penentu perkembangan kemajuan
pembangunan suatu wilayah, yakni sebagai berikut.
1) Besarnya kesempatan kerja yang ada di daerah tersebut. Hal ini
berkaitan dengan kualitas tenaga kerja yang memungkinkan akses
lokasi yang baik bagi perusahaan untuk melakukan usaha di daerah
tersebut
2) Basis pembangunan daerah. Ha ini berkaitan dengan adanya
pengembangan institusi ekonommi yang baik yang mendorong
peningkatan hasrat berusaha bagi kalangan dunia usaha
3) Aset lokasi berupa keunggulan kompetitif daerah atas dasar kualitas
lingkungan
4) Sumber daya pengetahuan sebagai dasar pendorong perekonomian
(knowledge base development)

Ada beberapa faktor geografi yang digunakan untuk


mempertimbangkan pembangunan wilayah. Faktor-faktor itu adalah sebagai
berikut.
1) Faktor topografi di mana kondisi topografi memengaruhi strategi
pembangunan yang terjadi di suatu wilayah
2) Faktor klimatologi yang memengaruhi kondisi alam dan budaya di
suatu wilayah
3) Faktor hidografi sebagai sistem penunjnag kehidupan selain itu
dapat digunakan suntuk pembangkit listrik, pertanian serta sarana
transportasi.
4) Faktor sumber daya hayati yang mampu menunjang pengembangan
dan pertumbuhan suatu wilayah.
5) Faktor demografi atau sumber daya manusia

2.1.4 Aspek Utama Pembangunan Wilayah


Menurut Hoover dan Giarratani, profesor Amerika Serikat, ada tiga
aspek utama pembangunan wilayah. Ketiga aspek utama itu adalah sebagai
berikut.
1) Pada dasarnya, terdapat fakta bahwa faktor-faktor produksi,
seperti bahan dasar, biaya transportasi, pasar dan lainnya tidak
dapat berpindah secara bebas karena faktor-faktor produksi itu
bersifat lokasional. Hal inilah yang membuat suatu wilayah
memiliki keunikan yang menjadi keunggulan komparatifnya.
2) Pada dasarnya, setiap kegiatan usaha cenderung melakukan
pemusatan kegiatan ekonomi secara spasial (aglomerasi) di suatu
lokasi tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya
produksi.
3) Pada dasarnya, distribusi barang dan jasa antarwilayah juga tidak
mungkin terjadi secara sempurna (imperfect mobility of good and
services) karena besarnya biaya transportasi perlu
dipertimbangkan.

2.1.5 Tujuan Pembangunan Wilayah


Pembangunan Negara Republik Indonesia diperlukan untuk
mewujudkan cita-cita nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu berkehidupan kebangsaan
yang bebas, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Adapun tujuan
pembangunan wilayah menurut Bagdja Muljarijadi, seorang ahli Perencanaan
Pembangunan, antara lain sebagai berikut.
1) Membentuk “institusi” baru yang mendukung perekonomian daerah.
2) Mengembangkan industri alternatif.
3) Meningkatkan kapasitas pekerja untuk menghasilkan produk yang lebih
baik.
4) Mencari pasar yang lebih luas
5) Ada transfer teknologi.
6) Membuka peluang investasi bagi para pengusaha.

Sementara itu, menurut Nugroho dan Dahuri, tujuan pelaksanaan


pembangunan wilayah antara lain sebagai berikut.
1) Memberi perlindungan sosial dan ekonomi bagi keadaan sebagai akibat
dari kemiskinan dan ketimpangan serta sumber daya alam yang mengalami
tekanan.
2) Menyediakan media bagi beroperasinya mekanisme pasar secara efisien
dan adil serta memperbaiki kualitas aliran beragam sumber daya secara
berkelanjutan (sustainable).
3) Menyediakan perangkat bagi aspek perencanaan pembangunan.
4) Membangun sistem kelembagaan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pembangunan.

2.2 Macam-Macam Teori Pembangunan Wilayah


Salah satu teori yang mendasari perlunya pembangunan berbasis wilayah adalah
Teori Lokasi. Teori lokasoi terbentuk karena letak dan persebaran sumber daya
dipengaruhi oleh posisi geografi yang unik. Pada prinsipnya, teori lokasi
menekankan penataan lokasi seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu ruang agar
sekurh ruang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Ada beberapa tokoh yang
menyampaikan teori yang terkait dengan wilayah, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Teori Lokasi Pertanian
Johann Heinrich Von Thunen, seorang ekonom Jerman yang bekerja
di bidang pertanian, menganalisis karakter fisik dari tanah dan posisinya yang
relative terhadap pasar. Modal yang diciptakannya berusaha menghubungkan
konsep ekonomi dengan lokasi secara spasial . Usahanya ini diwujudkan
dalam teori lokasi pertanian. Teori ini merupakan teori lokasi yang muncul
dalam konteks struktur ruang yang bersifa monosentris, di mana setiap
wilayah menjadi daerah pertanian, sedangkan tempat tinggal petani tersebar
di seluruh wilayah.
Para petani menjual hasil pertanian mereka ke kota tempat tinggal
tuan tanah yang menjadi pusat perdagangan. Akibatnya, petani yang
lokasinya jauh dari pusat perdagangan atau kota harus menempuh jarak yang
cukup jauh untuk menjual hasil panennya. Ini berdampak pada semakin
tingginya biaya transportasi yang dibutuhkan serta risiko rusaknya hasil
pertanian. Hal tersebut relevan karena saat itu belum adanya teknologi yang
dapat mengawetkan bahan makanan, seperti kulkas. Itulah sebabnya, sewa
tanah akan semakin tinggi jika letak tanah semakin mendekati pusat kota dan
akan semakin murah jika semakin jauh dari pusat kota.
Menurut Von Thunen, tinggi rendahnya sewa tanah (land-rent)
menjadi penentu utama pemilihan lokasi atau penggunaan tanah (land-use).
Walaupun teori lokasi pertanian ini
kurang relevan lagi, teori ini
menjelaskan hubunngan ekonomi
terhadap jarak sehingga dapat
menjadi dasar untuk menetukan zona
kawasan sesuai dengan fungsinya,
seperti zona kawasan pertanan dan
zona kawasan lainnya.

2. Teori Lokasi Industri


Alfred Weber, seorang ahli ekonomi dan geografi Jerman
berpendapat bahwa prinsip meminimalisasi biaya menjadi dasar pemilihan
lokasi industri. Teori yang dikemukakan pada tahun 1909 ini dikenal dengan
teori lokasi industry, yaitu faktor regional dan faktor aglomerasi/deglomerasi.
a. Faktor regional
Weber mengamati bahwa biaya produksi bergantung pada tempat.
Itulah sebab umumnya Industri berada di tempat dengan biaya
produksi paling rendah. Biaya yang dimaksud adalah biaya
transportasi dan tenaga kerja.

b. Faktor aglomerasi/ deglomerasi


Faktor aglomerasi memengaruhi terjadinya pemusatan industri.
Faktor-faktor tersebut antara lain adanya sekolah, perbankan,
rumah sakit, dan faktor penunjang lainnya. Selain itu, ada juga
faktor deaglomerasi yang menyebabkan industri meninggalkan
lokasi tertentu karena menyebabkan tingginya biaya produksi.

Untuk menjelaskan teorinya, Weber menggunakan model segitiga lokasi


seperti terlihat pada gambar berikut.

3. Teori Tempat Sentral ( Central Place Theory)


Walter Christaller adalah seorang ahli geografi ekonomi Jerman.
Chrstaller menaruh perhatian pada masalah pemukiman perkotaan dan
perannya dalam menjalankan barang dan jasa bagi penduduk di wilayah
sekitarnya. Christaller menggunakan istilah tempat sentral untuk menunjuk
pemukiman perkotaan tersebut.
Teori tempat sentral
(central place theory)
merupakan lokasi yang
senantiasa melayani
berbagai kebutuhan
penduduk dan terletak pada
suatu tempat yang terpusat
( sentral ). Dalam teorinya
ini, ada dua konsep dasar
yang perlu diperhatikan . Kedua konsep dasar itu adalah sebagai berikut。
a. Range ( Jangkauan ) , yakni jarak yang harus ditempuh
seseorang untuk mendapatkan barang kebutuhannya
b. Threshold ( Ambang ), yakni jumlah populasi penduduk
minimum yang dibutuhkan agar persediaan barang dan jasa dapat
berjalan lancar dan seimbang.

Menurut Christaller, ada tiga jenis hierarki tempat sentral degan


daerah yang dipengaruhinya. Ketiga hierarki itu adalah sebagai berikut.

a) Hierarki K=3 dengan prinsip pemasaran (marketing principle).


Dalam hierarki ini, tempat sentral menjadi pusat pelayanan pasar
yang selalu menyediakan brang dan jasa bagi daerah sekitarnya.
Tempat sentarl dengan hierarki K=3 mnejadi pasar optimal.
Tempat sentral selain memengaruhi wilayahnya sendiri juga
memengaruhi sepertiga bagian ddari setiap wilayah tetangganya.
1
Dengan ini, nilai K=1 + ( × 6) = 4
3
b) Hierarki K=4 dengan
prinsip transportasi
(the transportation
principle). Dalam
hierarki ini, hierarki
meminimalkan jarak
antara wilayah
sekitar dan tempat
sentral. Tempat sentral . Tempat sentral disebut pula situasi lalu
lintas yang optimum. Dengan prinsip transportasi , tempat sentral
selain memengaruhi wilayahnya sendiri juga memengaruhi
setengah bagian dari setiap wilayah tetangganya. Dengan ini,
1
nilai K=1 + (2 × 6) = 4

c) Hierarki K=7 dengan


prinsip adminnistratif
(the administrative
principle). Hierarki
K=7 disebut juga situasi
aadministrasi yang
optimum, seperti kota
pusat pemerintahan. Hierarki ini didasari oleh pandangan bahwa
secara administratif setiap tempat sentral selain memengaruhi
wilayahnnya juga memengaruhi enam wilayah di sekitarnya.
Dengan ini, nilai K=1+ (1 ×6 ) =7

4. Teori Kerucut Pemerintahan


August Losch adalah seorang ekonom Jerman yang banyak memberi
konntribusi pemikiran untuk ilmu kewilayahan. Losch melihat lokasi optimal
dari sudut pemasaran. Menurut Losch, suatu industri memiliki lokasi yang
optimal jika indutri itu dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas.
Dengan wilayah yang luas, ada permintaan yang maksimum. Hal ini membuat
industri itu akan memperoleh keuntungan yang besar. Teori ini dikenal
dengan teori kerucut pemerintahan yang dipublikasikan pada tahun 1954.
Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, total konsumsi perlu
diperhatikan. Hal itu perlu dilakukan Karena semakin tinggi tingkat konsumsi,
keuntungan juga akan semakin besar.
Volume tingkat konsumsi dapat diperbesar dengan menurunkan harga.
Teori ini berbeda dengan teori Alfred Weber yang memperhitungkan kondisi
ekonomi ideal untuk pasar. Teori August Losch mementingkan kondisi
monopoli industry dan menghiraukan faktor biaya industri. Oleh karena itu,
menurut Losch, lokasi industri tidak perlu terletak di area dengan biaya
industri yang minimum, tetapi terletak di area di mana keuntungan dari total
produksi mejadi maksimum.
Kontribusi utama Losch adalah memperkenalkan potensi permintaan
(demand) sebagai faktor penting dalam lokasi industri, lalu yang kedua adalah
kritik terhadap pendahulunya yang selalu berorientasi pada biaya terkecil
yang mana biasanya yang dilakukan oleh industri adalah memaksimalkan
keuntungan (profit – revenue maximation) dengan berbagai asumsi serta
pemikirannya, Losch mengemukakan bahwa bagaimana proses economic
landscape terjadi, yang merupakan keseimbangan (equillibrium) antara
supply (permintaan) dan demand (penawaran).
Perdagangan baru terjadi bila terdapat kelebihan produksi. Untuk
mencapai keseimbangan, ekonomi ruang Losch harus memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut:
1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi
penjual maupun pembeli.
2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup
merata sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.
3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-
normal profit sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar
untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut.
4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani
yang ada untuk mencapai besar optimum, dan
5. Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satu-
satunya pertimbangan untuk membeli adalah harga yang rendah.
Dan pada
akhirnya, teori ini
akan mendorong
pabrik setiap
tahunnya untuk
mencari lokasi yang
dapat menguasai
wilayah pasar seluas-
luasnya. Dalam hal ini, di harapkan pula tidak adanya pabrik lain di wilyah
yang sama menghasilkan barang yang sama pula, karena akan mengurangi
pendapatan. Oleh karena itu, dalam teori ini terdapat kecenderungan bahwa
pabrik di bangun secara merata dan saling bersambungan sehingga
membentuk heksagonal.

5. Teori Kutub Pertumbuhan


Francois Perroux, seorang ekonmi Prancis, memberikan kontribusi
pemikiran dalam ilmu ekonomi regional. Beliau menggagas teori tentang
kutub pertumbuhan. Hal ini didasari pengamatannya bahwa pertumbuhan
yang muncul tidak bersamaan dan memiliki hasil atau pengaruh yang berbeda.
Tempat pertumbuhan terjadi di tempat yang disebut pusat atau kutub
pertumbuhan dan memiliki pengaruh bagi daerah atau lingkungan di
sekitarnya. Bagi Perroux, suatu lokasi industri dapat dikategorikan sebagai
kutub pertumbuhan jika industri tersebut berperan sebaga unit pendorong.
Unit pendorong memiliki dimensi ekonomi sebuah kutub
pertumbuhan. Unit pendorong dapat dipahami sebagai pusat kegiatan
ekonomi dominan yang bertindak sebagai sumber dan pembeda inovasi .
Fakta bahwa unit pendorong dikatakan beroperasi di lingkungan tertentu
menunjukkan bahwa sebuah kutub pertumbuhan juga memiliki dimensi
keruangan, seperti negara, wilayah, dan kota.
Menurut Perroux, pertumbuhan hanya terjadi di lokasi-lokasi tertentu
karena adanya pengembangan industri di lokasi itu. Lokasi-lokasi itu menjadi
kutub atau pusat pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk menularkan
ekonomi ke daerah sekitarnya.
Ada empat karakteristik utama suatu pusat pertumbuhan, yakni
sebagai berikut.
a) Ada sekelompok kegatan ekonnomi terkonsentrasi di suatu lokasi
tertentu, seperti daerah perkotaan, pusat pertambangan,
perkebunan, pertanian dan perdagangan.
b) Konsentrasi kegiatan ekonomi itu mampu mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi yang dinamis, seperti peningkatan
kegiatan produksi, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat
c) Ada keterakaitan input dan output yang kuat antat-kegiatan
ekonomi pada pusat tersebtu. Keterakaitan ini dapat
menghasilkan keuntungan aglomerasi (pemusatan industri di
suatu kawasan tertentu).
d) Di dalam kelompok kegiatan ekonomi tersebut, ada sebuah
industri induk yang mendorong pengembangan kegiatan
ekonomi pada kutub pertumbuhan tersebut. Industri induk dapat
berfungsi sebagai industri hulu atau industri hilir.

6. Teori Kutub Pembangunan

Jacques Boudeville, ahli ekonomi Prancis, memasukkan konsep


ruang geografis ke dalam teori ruang kutub pertumbuhan Perroux.
Sebenarnya, Perroux mengakui bahwa kutub pertumbuhan itu ada di wilayah
geografis, namun ia tampaknya lebih fokus pada dinamika ekonomi . Hal
inilah yang disempurnakan oleh Boudeville. Bagi Boudeville, tata ruang
ekonomi tidak dapat dipisahkan dari tata ruang geografis. Boudeville
mendefinisikan kutub pembangunan sebagai pusat industri yang
menciptakan kemakmuran dan pasar untuk wilayah satelit mereka.
Menurutnya, serangkaian industri berkembang di daerah perkotaan dan
endorong perkembangan kegiatan ekonomi di seluruh zona pengaruh
menjadi kutub pembangunan regional.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Materi 12.1 Konsep Wilayah Dan Tata Ruang .


https://gurugeografi12.com/materi-12-1/. Disadur pada 4 Agustus 2019 pukul 08.34

Anonim. 2019. Tata Ruang. https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Ruang . Disadur pada 3


Agustus 2019 pukul 18.04

Ghina, Intan. 2008. Tinjauan Teori Penataan Ruang dan Kebijakan Penataan Ruang Terhadap
Lingkungan Hidup . https://intanghina.wordpress.com/2008/12/17/tinjauan-teori-
penataan-ruang-dan-kebijakan-penataan-ruang-terhadap-lingkungan-hidup/ . Disadur
pada 3 Agustus 2019 pukul 16.48

Sindhu P. , Yasinto. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai