Abstrak
Latar Belakang: Peran faktor makanan dalam patofisiologi akne vulgaris sangat
kontroversial. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara faktor diet dan akne vulgaris diantara kalangan dewasa muda di
Malaysia.
Hasil: Kelompok kasus memiliki beban glikemik lebih tinggi secara signifikan
(175 ± 35) dibandingkan dengan kontrol (122 ± 28) (p < 0,001). Frekuensi susu
(p <0,01) dan es krim (p<0,01) konsumsi secara signifikan lebih tinggi dalam
kasus-kasus dibandingkan dengan kontrol. Wanita pada kelompok kasus memiliki
asupan energi harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka
pada kelompok kontrol, 1812 ± 331 dan 1590 ± 148 kkal (p < 0,05) . Tidak ada
perbedaan signifikan yang ditemukan di persentase asupan gizi lainnya, Body
Mass Index, dan lemak tubuh antara kelompok kasus dan kontrol (p > 0,05).
Kesimpulan: diet beban Glikemik dan frekuensi susu serta asupan es krim
berhubungan positif dengan jerawat.
1
Latar Belakang
Baru-baru ini, telah ada peningkatan jumlah studi menyelidiki peran diet
sebagai salah satu penyebab akne vulgaris. Beberapa penelitian tentang efek
konsumsi produk susu tertentu, karbohidrat, diet indeks glikemik (GI) dan beban
glikemik tinggi (GL) dalam memperburuk akne vulgaris telah dilakukan untuk
mendukung hipotesis bahwa apa yang dimakan dapat mempengaruhi kulit.
Namun, temuan dari studi ini tidak konsisten. Studi epidemiologi retrospektif dan
prospektif dilaporkan oleh Adebamowo et al. di Amerika Serikat adalah yang
pertama memberikan bukti klinis langsung pada hubungan antara konsumsi susu
dan jerawat. Pengetahuan tentang bagaimana diet dan akne vulgaris terkait
memungkinkan identifikasi dan pengelolaan kondisi dan pendidikan masyarakat
dalam mencegah dan memperbaiki kondisi jerawat, selain pengobatan sistemik
dan topikal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel diet dan akne vulgaris di kalangan orang dewasa muda.
2
Berdasarkan penelitian sebelumnya, hipotesis kita bahwa diet tinggi glikemik,
susu dan intake produk susu, Body Mass Index (BMI) serta persentase lemak
tubuh dapat menjadi faktor risiko akne vulgaris.
Metode
Desain Studi
Populasi Penelitian
Dari Oktober 2010 sampai Januari 2011, 44 orang yang di sebuah rumah
sakit tersier Dermatology Clinic di Kuala Lumpur untuk pengobatan akne vulgaris
yang terdaftar sebagai peserta dalam kelompok kasus. 44 kontrol adalah individu
sehat tanpa akne vulgaris direkrut di kalangan mahasiswa dan anggota staf dari
Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur Campus. Kedua kelompok
kasus dan kontrol direkrut melalui sampling method, dan kemudian dicocokkan
dengan usia, jenis kelamin dan etnis. Orang dengan akne vulgaris berusia antara
18 sampai 30 tahun dan disebut dermatologists dilibatkan dalam penelitian ini.
Pasien dengan penyakit kronis seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE),
mellitus dan penyakit jantung diabetes dikeluarkan. Kontrol peserta kelompok
mencetak 0 (hapus) atau 1 (hampir jelas) untuk tingkat keparahan jerawat pada
Komprehensif skala keparahan jerawat (CASS) sebagaimana dinilai oleh dokter
kulit yang berkualitas.
3
Pengukuran
Kuesioner
4
Analisis Diet
Harian diet GL dihitung dari buku harian makanan tiga hari sebagai (GI
untuk item makanan x kandungan karbohidrat dalam gram (g) / 100). Nilai-nilai
GI diambil dari International Table of Glycemic Index dan Nilai Beban Glikemik,
International Table of Glycemic Index dan Nilai Beban Glikemik: 2008 dan Tabel
Glycemic Index Nilai Terpilih Foods Malaysia. GI tersebut diperkirakan dengan
menggunakan makanan serupa dari nilai yang diketahui, jika GI dari jenis
makanan dari Malaysia itu tidak tersedia. Asupan gizi dihitung menggunakan
software Gizi ProTM 2003. The Malaysia Food Komposisi Table (FCT) [21]
digunakan sebagai database nutrisi. Namun, sejak FCT Malaysia tidak
mengandung nilai untuk vitamin E dan selenium, Amerika Serikat Departemen
Pertanian (USDA) National Nutrient Database untuk Standard [22] dan Makanan
dan Database Gizi Studi diet digunakan untuk memperkirakan asupan nutrisi ini.
Analisis Statistik
5
Hasil
Data Demografi
6
Riwayat Keluarga Akne Vulgaris
Lebih peserta kelompok kasus ditemukan memiliki riwayat keluarga akne vulgaris
dibandingkan dengan kontrol, χ2 (1, N = 88) = 20,566 (p <0,001). Di antara
kasus, 81,8% melaporkan bahwa mereka memiliki kerabat dekat, seperti orang tua
atau saudara kandung dengan akne vulgaris sedangkan mayoritas peserta
kelompok kontrol tidak memiliki riwayat keluarga dari penyakit (Tabel 1).
Pengukuran Antropometri
7
Beban Glikemik dan Asupan Makanan Secara keseluruhan, kelompok kasus
memiliki beban glikemik tinggi ( 175 ± 35 ) dibandingkan kontrol ( 122 ± 28 ) ( p
< 0,001 ) ( Tabel 3 ).
8
25 kali lebih tinggi (Tabel 6). Susu dan produk susu, cokelat dan asupan kacang
Frekuensi yang lebih tinggi dari susu dan asupan es krim berhubungan positif
dengan kejadian akne vulgaris (Tabel 7). Konsumsi susu ≥ sekali seminggu
meningkatkan risiko terjadinya akne vulgaris sebesar 4 kali ( OR = 3,99 , 95 % CI
= 1,39 -11,43 ) . Konsumsi es krim ≥ seminggu sekali juga meningkatkan risiko
memiliki jerawat dengan 4 kali dibandingkan dengan mereka yang tidak
mengambil es krim ( OR = 4,47 , 95 % CI = 2,44-19,72 ) . Sebagian besar kasus (
86,4 % ) minum susu lebih sering ( ≥ seminggu sekali ) dibandingkan dengan 61,4
% dari subyek kontrol ( p <0,01 ) . Selain itu, kasus yang lebih ( 56,8 % ) juga
dikonsumsi frekuensi yang lebih tinggi dari es krim , ( ≥ seminggu sekali )
daripada rekan-rekan mereka di kelompok kontrol ( 22,7 % ) ( p <0,01 ) . Namun,
tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dalam hal frekuensi yoghurt , keju
, cokelat dan asupan kacang ( p > 0,05 ).
9
10
Diskusi
Hasil penelitian ini memberikan dukungan lebih lanjut untuk studi uji coba
terkontrol secara acak di antara pasien jerawat laki-laki berusia antara 15 - 25
tahun yang menunjukkan bahwa diet rendah glikemik adalah efektif dalam
meningkatkan gejala jerawat vulgaris.
11
Sebuah studi juga melaporkan bahwa diet rendah beban glikemik yang
dikenal sebagai Diet South Beach efektif untuk memperbaiki kondisi jerawat dari
86,7 % dari 2.995 responden akne vulgaris pada periode tiga bulan dan
mengurangi penggunaan sistemik konvensional serta perawatan topikal.
Mereka melaporkan bahwa asupan susu dan produk susu lebih tinggi di
antara mata pelajaran acne vulgaris dibandingkan dengan subyek non akne. Data
kami juga menegaskan studi epidemiologi yang dilakukan di Amerika Serikat,
Wanita, yang mengkonsumsi dua atau lebih porsi susu skim sehari-hari , adalah
22 % lebih mungkin menderita jerawat parah dan 44 % lebih mungkin untuk
mengembangkan kistik atau nodular jerawat ketimbang mereka yang hanya
mengkonsumsi satu gelas susu skim per hari.
12
indeks tinggi yang akan meningkatkan insulin serum dan tingkat IGF – 1. Susu
diproduksi terus-menerus oleh sapi yg mengandung sejumlah besar prekursor
steroid dan androgen, yang telah memainkan peran lain dalam patogenesis acne.
Selain itu, kelompok lain telah mengajukan hipotesis untuk dampak diet
yg diinduksi insulin/IGF-1 dalam timbulnya jerawat, baik sebagai beban glikemik
tinggi dan susu protein meningkatkan kadar serum insulin dan IGF-1, promotor
penting dari kelenjar sebaceous dan sebaceous lipogenesis.
13
hubungan yang signifikan antara BMI dan tingkat keparahan akne vulgaris antara
pasien akne vulgaris perempuan.
Namun, diusulkan bahwa mekanisme yang paling penting dari susu adalah
melakukan upgrade secara cepat dalam postprandial sekresi insulin dan
peningkatan jangka panjang dalam tingkat serum IGF - 1
Sebuah percobaan pada efek susu cokelat konsumsi pada subyek dengan
acne vulgaris tidak menemukan eksaserbasi dalam kondisi mereka
14
Selanjutnya, dilaporkan bahwa jumlah lesi jerawat serta komposisi dan
sintesis sebum juga tidak terpengaruh setelah konsumsi cokelat bar yang
mengandung 10 kali lebih tinggi dari padatan kakao yang normal.
Lain studi case series juga menyimpulkan bahwa coklat dan kacang
panggang tidak memperburuk kondisi akne vulgaris.
Berbeda dengan temuan kami, sebuah studi cross sectional antara Korea
melibatkan 783 pasien akne vulgaris dan 502 kontrol menunjukkan bahwa
konsumsi kacang-kacangan antara kasus secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan subyek bebas jerawat.
Dengan demikian, ada kebutuhan yang jelas untuk melakukan uji acak klinis
percobaan untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara
makanan ini dengan terjadinya jerawat.
Kesimpulan
Faktor makanan diet kadar glikemik yang sangat tinggi serta frekuensi yang
lebih tinggi dari asupan susu dan es krim berhubungan positif dengan
perkembangan acne vulgaris.
Temuan dari studi ini mendukung lebih lanjut hipotesis bahwa faktor makanan
memainkan peranan penting dalam timbulnya kejadian akne vulgaris.
15