Anda di halaman 1dari 3

TATALAKSANA

1. Skizoafektif, Episode Manik atau Campuran (fase akut)

Injeksi:

Olanzapin 2 x 5-10 mg/ hari dengan Diazepam 2 x 10 mg/hari

Oral:

Terapi Kombinasi:

1. Olanzapin 1 x 10-30 mg/ hari atau risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200 mg),
hari II (400 mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10-30 mg / hari.
2. Litium Karbonat 2 x 400 mg, dinaikkan dengan kisaran terapeutik 0,8 – 1,2 mEq/L (biasanya
dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg / hari, pada fungsi ginjal normal ) atau
divalproat dengan dosis 3 x 250 mg / hari (atau konsentrasi plasma 50-125 µg/L.
3. Lorazepam 3 x 1-2 mg / hari kalau perlu

ECT : 3 x per minggu

Psikoterapi : 2 x per minggu

Edukasi keluarga : 1 x per minggu

2. Skizoafektif Episode Depresi Mayor (fase akut)

Evaluasi risiko bunuh diri yaitu:

1. Adanya ide, keinginan yang kuat, atau rencan abunuh diri


2. Aksesnya ke sarana-sarana bunuh diri tersebut atau letalitasnya
3. Adanya halusinasikomando, gejala psikotik lain atau anxietas yang berat
4. Adanya penyalahgunaan zat atau alcohol
5. Riwayat atau pernah melakaukan usaha-usaha bunuh diri sebelumnya
6. Riwayat bunuh diri dalam keluarga

Psikofarmaka

Injeksi :

Olanzapin 2 x 5-10 mg / hari dengan diazepam 2 x 10 mg / hari

Oral:

Terapi Kombinasi:
1. Litium 2 x 400 mg / hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8 – 1,2 mEq/L, ((biasanya dicapai
dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg / hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat
dengan dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan setiap beberapa hari hingga kadar plasma
mencapai 50- 100 mg /L atau Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg / hari dan dosis
dapat dinaikkan 200 mg setiap dua sampai empat hari hingga mencapai kadar plasma 4-12 µg/
mL sesuai dengan karbamazepin 800-1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200 – 400 mg
/ hari
2. Antidepresan ,SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/ hari
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10-30 mg / hari atau risperidone 2 x 1-3 mg / hari
atau quetiapin hari I (200 mg), hari II (400 mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1
x 10-30 mg/ hari

ECT : 3 x per minggu (pasien refrakter terhadap obat atau katatonik)

Psikoterapi : 3 x minggu

Edukasi keluarga : 1 x minggu

3. Skizoafektif (lanjutan)

Psikofarmaka

Monoterapi:

- Litium Karbonat 0,6- 1 mEq/L biasanya dicapai dengan dosis 900-1200 mg / hari sekali sehari
semalam
- Divalproat dengan dosis 500 mg / hari
- Olanzapin 1 x 10 mg / hari
- Quetiapin dengan dosis 450 – 600 mg / hari
- Risperidone dengan 1-4 mg / hari
- Aripirazol dengan dosis 10-20 mg / hari
- Klozapin dosis 300-750 mgg / hari

Terapi Kombinasi

Kombinasi obat-obat diatas. Penggunaan antidepresan jangka panjgan untuk skizoafektif tipe
episode depresi mayor tidak dianjurkan karena dapat menginduksi terjadinya episode manic.

Psikoterapi
Dapat diberikan psikoterapi individual, sedang dilakukan terapi kelompok, karena biasanya
mereka sering tidak nyaman atau kurang mampu bertoleransi dalam terapi kelompok terutama bila
dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya. Bila akan dilakukan, lebih pada saat pasien dirawat
inap, bukan saat rawat jalan.

Psikoterapi individual yang dapat diberikan berupa psikoterapi suportif, client-centered therapy,
atau terapi perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang relative konkrit, berfokus pada aktivitas
sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien dengan orang-orang terdekatnya. Keterampilan
social dan okupasional juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan
sehari-harinya.

Edukasi keluarga

Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriorasi yang mungkin terjadi, Diskusi
dapat tentang problem sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan hal-hal khusus lainnya, misalnya
tentang rencana pendidikan, atau pekerjaan pasien.

PROGNOSIS

Gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien


dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu
kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk
daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki
prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G, Buku Ajar Psikiatri Edisi kedua, Badan Penerbit FKUI , 2015

Anda mungkin juga menyukai