Anda di halaman 1dari 7

Asni.

M : Faktor yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkotika dan Bahan Adiktif pada Remaja

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN


NARKOTIKA DAN BAHAN ADIKTIF (NARKOBA) PADA REMAJA DI
SMA KARTIKA WIRABUANA XX-1 MAKASSAR

Factors Related to Drug Abuse among Adolescents at Kartika Wirabuana XX-1


High School in Makassar

Asni M , Rahma, Mukhsen Sarake


Bagian Biostatistik/KKB, FakultasKesehatanMasyarakat, UNHAS, Makassar
(asnimuchtar@gmail.com)
ABSTRAK
Penyalahgunaan narkotika dan bahan adiktif (narkoba) di Indonesia merupakan masalah yang sangat meng-
khawatirkan. BNN menyebutkan tahun 2008 angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia sebesar 1,99%
dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang). Permasalahan menjadi lebih berat karena 90% menimpa remaja yang
merupakan generasi penerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi keharmoni-
san keluarga, konformitas teman sebaya dan tingkat religiusitas dengan penyalahgunaan narkoba pada remaja di
SMA Kartika Wirabuana XX-1 Makassar. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan cross
sectional study. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMA Kartika Wirabuana XX-1 Makassar
berjumlah 227 orang didapatkan dengan metode stratified random sampling. Data diolah dengan menggunakan uji
statistik Yate’s Correction. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23,3% siswa yang pernah menyalahgunakan
narkoba. Terdapat hubungan antara persepsi keharmonisan keluarga (p=0,044, φ=0,144), konformitas teman se-
baya (p=0,033, φ=0,152) dan tingkat religiusitas (p=0,016, φ=0,171) dengan penyalahgunaan narkoba. Ketidak-
harmonisan keluarga, tingginya konformitas teman sebaya dan rendahnya religiusitas menyebabkan kecenderung-
an remaja menjadi penyalahguna narkoba. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara persepsi keharmonisan
keluarga, konformitas teman sebaya dan tingkat religiusitas dengan penyalahgunaan narkoba.
Kata kunci : Narkoba, keluarga, teman sebaya, religiusitas

ABSTRACT
Drug abuse in Indonesia is a terrifying problem. The National Narcotics Agency found in 2008 the preva-
lence of drug users in Indonesia amounted to 1,99% (3,6 million people) of Indonesia’s population. The problems
became more severe as 90% of the drug users are adolescents, the nation’s future generation. This study aims to
determine the relationships between the perception of family harmony, peer conformity, level of religiosity and
drug abuse among adolescents at Kartika Wirabuana XX-1 High School in Makassar. This study was conducted
using the analytical observation method with a cross sectional study approach. Samples in this study were 227
students from the first and second grade of Kartika Wirabuana XX-1 High School. Samples were sellected using
stratified random sampling. The data were analyzed using the Yate’s Correction statistical analysis. Results of this
study show that 23,3% of the students had history of drug abuse. In addition, it was found that there were relation-
shipsbetween the perception of family harmony (p=0,044, φ=0,144), peer conformity (p=0,033, φ=0,152), level of
religiosity (p=0,016, φ=0,171) and drug abuse. This means that family disharmony, the high peer conformity and
low religiosity are factors that cause the tendency for adolescents to become drug abusers. In conclusion, there
are relationships between the perception of family harmony, peer conformity, level of religiosity and drug abuse.
Keywords : Drugs, family, peers, religiosity

190
JURNAL MKMI, September 2013, hal 190-196

PENDAHULUAN duduk Indonesia (3,6 juta orang) dan diproyek-


World Drug Report tahun 2012 menyatakan sikan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan
bahwa pada tahun 2010 terdapat sekitar 230 juta menjadi 2,8% (5,1 juta orang). Sedangkan angka
orang atau sekitar 5% penduduk dunia usia 15- prevalensi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi
64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya Selatan pada tahun 2008 sebesar 1,80% dan me-
satu kali dalam 12 bulan. Ganja merupakan zat ningkat menjadi 2,04% pada tahun 2010. Sehing-
yang paling banyak digunakan dari semua jenis ga BNN menempatkan Sulawesi Selatan pada
penyalahgunaan obat, yaitu antara 119 juta sam- posisi ke-20 provinsi tertinggi penyalahgunaan
pai 224 juta orang. Selain itu, 13% dari pengguna narkoba dibandingkan Jakarta, Yogyakarta dan
narkotika suntikan telah terjangkit HIV (Human Maluku yang masih menjadi tiga daerah tertinggi
Immunodeficiency Virus) sekitar 20%, hepatitis penyalahgunaan narkoba di Indonesia.2
C (46,7%) dan hepatitis B (14,6%). Hal ini terus Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Se-
menambah beban global penyakit dan setidaknya latan dan Barat menjadikan Kota Makassar se-
sekitar satu dari setiap 100 kematian di antara bagai zona merah daerah paling rawan penye-
orang dewasa disebabkan oleh penyalahgunaan baran dan penyalahgunaan narkoba, yaitu berada
obat.1 pada posisi pertama diantara kabupaten/kota di
Penyalahgunaan narkotika dan bahan adik- Sulawesi Selatan dengan 1.046 kasus penyalah-
tif (narkoba) di Indonesia merupakan masalah gunaan narkoba tahun 2011. Hal ini karena Kota
yang sangat mengkhawatirkan, terutama pada Makassar sebagai ibukota Sulawesi Selatan de-
remaja saat ini yang makin dekat dengan narko- ngan kesibukan dan permasalahan yang memung-
ba. Posisi Indonesia sekarang ini tidak hanya se- kinkan mudahnya untuk menjangkau informasi
bagai daerah transit maupun pemasaran narkoti- dan fasilitas yang dibutuhkan yang berhubungan
ka, psikotropika dan zat adiktif, melainkan sudah dengan narkoba.2
menjadi daerah produsen narkotika, psikotropika Trend penyalahgunaan narkoba ter-
dan zat adiktif.2 Dalam bidang kedokteran, seba- jadi karena beberapa faktor. Penelitian Rutter
gian besar golongan narkoba masih bermanfaat menunjukkan bahwa hubungan kedua orang tua
bagi pengobatan, tetapi bila disalahgunakan atau yang tidak harmonis turut mendorong anak ter-
digunakan tidak menurut indikasi medis atau jerumus dalam penyalahgunaan narkoba.5 Selain
standar pengobatan, akan berakibat sangat meru- itu, ditemukan bahwa 80% remaja mengenal dan
gikan bagi individu maupun masyarakat luas mendapatkan narkoba melalui teman-temannya.
khususnya generasi muda.3 Larson, dkk juga menemukan bahwa remaja yang
Kasus penyalahgunaan narkoba di Indone- komitmen agamanya kurang (lemah), mempun-
sia pun semakin bertambah dari tahun ke tahun, yai risiko empat kali lebih besar untuk menyalah-
bukan hanya menyerang kaum muda saja, tetapi gunakan narkoba.6
juga golongan setengah baya maupun golongan
usia tua. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi BAHAN DAN METODE
Remaja Indonesia (2007) dengan responden seki- Penelitian ini dilakukan di SMA Kartika
tar 10.830 tercatat sebanyak 27% remaja wanita Wirabuana XX-1 Makassar pada bulan April
dan 48% remaja pria minum minuman beralkohol 2013. Populasi penelitian adalah siswa(i) ke-
dalam 3 bulan terakhir. Kurang dari 1% wanita las X dan XI yang masih aktif mengikuti proses
dan 6% pria dalam survei melaporkan telah me- belajar-mengajar sebanyak 227 siswa yang hadir
nyalahgunakan obat-obatan dan mereka umum- pada saat penelitian dijadikan unit analisis. Pene-
nya menghisap atau meminumnya.4 litian ini menggunakan rancangan cross sectional
Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional study. Pemilihan sampel yang digunakan adalah
(BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Ke- stratified random sampling. Pengumpulan data
sehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008, dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan
menunjukkan bahwa angka prevalensi penyalah- rekomendasi lokasi penelitian diperoleh dari
guna narkoba nasional sebesar 1,99% dari pen- Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP)

191
Asni. M : Faktor yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkotika dan Bahan Adiktif pada Remaja

Sulawesi Selatan. Analisis data yang dilakukan yaitu sebesar 56,8% (Tabel 2).
adalah univariat dan bivariat menggunakan uji Hubungan antara penyalahgunaan narkoba
Yate’s Correction dengan tingkat signifikan alfa dengan persepsi keharmonisan keluarga, dari 53
(α) 0,05 dan uji phi. Penyajian data dalam bentuk siswa pernah menyalahgunakan narkoba, ter-
tabel dan disertai narasi. dapat 34 responden (29,3%) yang memiliki ke-
luarga tidak harmonis. Sedangkan, dari 174 res-
HASIL ponden bukan penyalahguna memiliki keluarga
Distribusi responden yang tertinggi ber- harmonis sebesar 92 (82,9%) responden. Hasil uji
dasarkan umur, berada pada umur 16 tahun, yaitu statistik menunjukkan hubungan antara persepsi
sebanyak 111 responden (48,9%), proporsi jenis keharmonisan keluarga dengan penyalahgunaan
kelamin terbesar adalah laki-laki sebesar 53,7 %, narkoba (p<0,05). Besarnya keeratan hubungan
untuk tingkatan kelas terbanyak berada pada ke- dilihat dari koefisien (phi) 0,144. Hal ini ber-
las XII sebesar 122 orang (53,7%) dan mayoritas arti hubungan lemah atau dapat dikatakan bahwa
responden menganut agam Islam, yaitu sebanyak variabel persepsi keharmonisan keluarga hanya
86,8% (Tabel 1). berkontribusi sebesar 14,4% terhadap penyalah-
Distribusi responden berdasarkan penya- gunaan narkoba (Tabel 2).
lahgunaan narkoba, persepsi keharmonisan kelu- Hubungan antara penyalahgunaan nar-
arga, konformitas teman sebaya, dan tingkat reli- koba dengan konformitas teman sebaya, dari
giusitas menunjukkan bahwa proporsi responden 53 responden penyalahguna, sebesar 36 respon-
yang pernah menyalahgunakan narkoba seba- den (29,3%) yang memiliki tingkat konformitas
nyak 23,3%. Proporsi responden yang mengang- tinggi terhadap teman sebayanya. Sedangkan,
gap keluarganya tidak harmonis lebih tinggi dari dari 174 responden bukan penyalahguna memi-
pada harmonis, yaitu sebanyak 51,1%. Proporsi liki tingkat konformitas rendah terhadap teman
tertinggi pada responden yang memiliki tingkat sebayanya yaitu 87 (83,7%) responden. Hasil uji
konformitas tinggi terhadap teman sebaya, yaitu statistik menunjukkan ada hubungan konformitas
sebanyak 54,2%. Proporsi tertinggi pada respon- teman sebaya dengan penyalahgunaan narkoba
den yang mempunyai tingkat religiusitas cukup, (p<0,05). Besarnya keeratan hubungan dilihat
dari koefisien (phi) 0,152. Hal ini berarti hubu-
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden ngan lemah atau dapat dikatakan bahwa variabel
di SMA Kartika Wirabuana XX-1 konformitas teman sebaya berkontribusi sebesar
Makassar 15,2% terhadap penyalahgunaan narkoba (Tabel
Karakteristik n % 2).
Umur (Tahun) Hubungan antara penyalahgunaan narkoba
14 1 0,4 dengan tingkat religiusitas, sebanyak 53 siswa
15 65 28,6 pernah menyalahgunakan narkoba, diketahui 31
16 111 48,9 (31,6%) responden yang memiliki tingkat re-
17 47 20,7 ligiusitas yang kurang. Sedangkan, dari 174 res-
18 3 1,3
ponden bukan penyalahguna memiliki tingkat
Jenis Kelamin
Laki-laki 122 53,7
religiusitas yang cukup sebesar 107 (82,9%) res-
Perempuan 105 46,3 ponden. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
Tingkatan Kelas hubungan antara tingkat religiusitas siswa de-
X 105 46,3 ngan penyalahgunaan narkoba (p<0,05). Be-
XI 122 53,7 sarnya keeratan hubungan dilihat dari koefisien
Agama (phi) 0,171. Hal ini berarti hubungan lemah atau
Islam 197 86,8 dapat dikatakan bahwa variabel tingkat religiusi-
Kristen 29 12,8 tas berkontribusi hanya 17,1% terhadap penya-
Budha 1 0,4 lahgunaan narkoba (Tabel 2).
Total 227 100,0
Sumber : Data Primer, 2013

192
JURNAL MKMI, September 2013, hal 190-196

Tabel 2. Hubungan antara Variabel Independen dengan Penyalahgunaan Narkoba di SMA Kar-
tika Wirabuana XX-1 Makassar
Penyalahgunaan Narkoba
Total
Variabel Independen Ya Tidak Uji Statistik
n % n % n %
Persepsi Keharmonisan Keluarga
Tidak Harmonis 34 29,3 82 70,7 116 100,0 p = 0,044
Harmonis 19 17,1 92 82,9 111 100,0 φ =0,144
Konformitas Teman Sebaya
Tinggi 36 29,3 87 70,7 123 100,0 p = 0,033
Rendah 17 16,3 87 83,7 104 100,0 φ =0,152
Tingkat Religiusitas
Kurang 31 31,6 67 68,4 98 100,0 p = 0,016
Cukup 22 17,1 107 82,9 129 100,0 φ =0,171
Total 53 23,3 174 76,7 227 100,0
Sumber : Data Primer, 2013

PEMBAHASAN tian yang dilakukan Hawari menjelaskan bahwa


Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan kondisi keluarga yang tidak har-
siswa pernah menyalahgunakan narkoba lebih monis mempunyai risiko relatif 7,9 kali menya-
banyak yang memiliki keluarga tidak harmonis lahgunakan narkoba. Selain itu, penelitian Rutter
dibandingkan dengan siswa yang menganggap menunjukkan bahwa hubungan kedua orang tua
keluarganya harmonis. Berdasarkan hasil anali- yang tidak harmonis, hubungan orang tua dan
sis yang dilakukan dengan menggunakan uji anak yang tidak sehat, suasana rumah tangga
statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan yang tegang dan tanpa kehangatan, orang tua si-
antara persepsi keharmonisan keluarga dengan buk dan jarang di rumah, atau orang tua mempu-
penyalahgunaan narkoba. Adapun nilai kekuatan nyai kelainan kepribadian, turut mendorong anak
hubungan antara persepsi keharmonisan keluarga terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.6
dengan penyalahgunaan narkoba bersifat lemah, Kondisi keluarga yang harmonis pada
dimana persepsi keharmonisan keluarga mem- remaja tidak secara langsung mencegah keter-
berikan kontribusi hanya 14,4% terhadap penya- libatan remaja dalam penyalahgunaan narkoba.
lahgunaan narkoba. Nyatanya banyak kasus di lapangan walaupun
Berdasarkan analisis tambahan terdapat remaja berada dalam keluarga harmonis, tetapi
responden mengaku bahwa keluarganya tidak tetap terjerumus dalam penyalahgunaan nar-
pernah berdiskusi tentang agama, orangtua sering koba. Terdapat pula remaja yang terlibat penya-
di luar rumah, bersifat kaku dan sering memarahi lahgunaan narkoba, ternyata bukan berasal dari
anak-anaknya. Hal ini menjadi faktor sehingga keluarga yang broken home, tetapi kehidupan
responden lebih banyak yang beranggapan ke- keluarganya yang harmonis. Peneliti dalam hal
luarganya tidak harmonis. Oleh karena lingku- ini mengasumsikan bahwa sangat dipengaruhi
ngan keluarga yang kurang harmonis memberi- oleh faktor lain, yaitu gangguan kepribadian
kan kontribusi terhadap munculnya kenakalan karena berdasarkan analisis tambahan terlihat
pada remaja dalam hal ini penyalahgunaan nar- bahwa umumnya responden mengaku menyalah-
koba, karena remaja yang dibesarkan oleh kelu- gunakan narkoba dikarenakan alasan coba-coba.
arga yang tidak harmonis akan mempersepsikan Istilah coba-coba mengindikasikan bahwa remaja
rumahnya sebagai tempat yang tidak menyenang- tersebut memiliki gangguan kepribadian karena
kan dan melakukan hal-hal yang melanggar nor- seseorang sudah pasti mengetahui dampak bu-
ma di masyarakat sebagai salah satu cara untuk ruk menggunakan narkoba. Hal ini menjadikan
menyatakan protes pada orang tua. remaja yang penyalahguna mengalami gangguan
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneli- kepribadian dalam dirinya.

193
Asni. M : Faktor yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkotika dan Bahan Adiktif pada Remaja

Masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa manfaat dari teman sebayanya. Hal ini terungkap
transisi dalam membentuk kepribadian. Perilaku pada penelitian, remaja lebih memilih teman
delikuen dipengaruhi oleh kepribadian individu sebayanya ketika memenuhi kepentingannya
seperti adanya gangguan emosional, kurangnya sendiri seperti reponden lebih banyak bersedia
rasa percaya diri dan harga diri yang rendah. Se- diajak jalan, bergabung dalam organisasi dan
seorang yang mempunyai harga diri rendah bi- mencurahkan isi hati, sedangkan remaja yang
asanya menganggap dirinya tidak berharga akan masih mementingkan pribadinya dibandingkan
melakukan hal-hal negatif yang menurutnya di- teman kelompoknya seperti menolak saran dari
anggap ideal meskipun dianggap tidak ideal bagi teman, tidak suka diatur dan berpendapat walau-
lingkungan masyarakat untuk menutupi rasa pun berbeda pemikiran. Jadi jelas bahwa remaja
tidak berharga dirinya. Walaupun dalam keluar- terkonformitas hanya dari segi aspek informatif
ganya mereka merasa harmonis, tetapi kepriba- dibandingkan dengan aspek normatif.
dian seseorang juga menjadi poin besar terhadap Selain itu, penelitian Hawari yang me-
perbuatan negatif. nemukan bahwa 80% remaja mengenal dan
Sangat jelas bahwa harga diri dianggap mendapatkan narkoba melalui teman-temannya.6
mempunyai peranan yang besar dalam kaitan- Wongtongkam, et al menyatakan bahwa remaja
nya dengan pembentukan perilaku penyalahgu- yang memiliki teman penyalahguna narkoba
naan narkoba. Safaria dalam penelitiannnya juga berisiko 6,84 kali lebih besar untuk melakukan
menemukan bahwa model persamaan struktural pula penyalahgunaan narkoba.8 Pada penelitian
menunjukkan bahwa harga diri dibentuk oleh ini juga terungkap bahwa kecenderungan remaja
variabel motivasi berprestasi, keharmonisan akan menyalahgunakan narkoba semakin besar
keluarga dan regulasi emosi yang secara tidak karena mayoritas remaja memilih untuk tetap
langsung berhubungan dengan kecenderungan berteman dengan temannya walaupun terlibat
penyalahgunaan narkoba bahwa keharmonisan dalam kasus narkoba.
keluarga merupakan variabel terbesar yang mem- Konsep konformitas seringkali digenera-
bentuk harga diri.7 lisasikan untuk masa remaja karena dari banyak
Hasil penelitian menunjukkan adanya penelitian terungkap, salah satunya adalah pene-
hubungan yang signifikan antara konformitas litian Surya yang menunjukkan bahwa pada masa
teman sebaya dengan penyalahgunaan narkoba, remaja konformitas terjadi dengan frekuensi
dapat disimpulkan responden yang memiliki yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa per-
tingkat konforrmitas tinggi terhadap teman se- tumbuhan lainnya. Kondisi emosional yang labil
bayanya akan cenderung melakukan perilaku pe- pada remaja juga turut mendorong individu untuk
nyalahgunaan narkoba. Hubungan antara konfor- lebih mudah melakukan konformitas.9
mitas teman sebaya memiliki kontribusi sebesar Farley dan Reyna juga menyatakan bahwa
15% terhadap penyalahgunaan narkoba. bila dibandingkan dengan orang dewasa, remaja
Penelitian yang dilakukan oleh Safari menghabiskan 170 milisekon lebih banyak untuk
menunjukkan hal yang sama bahwa variabel mempertimbangkan baik buruknya akibat yang
pengaruh negatif teman sebaya secara lang- mungkin terjadi sebelum melakukan perilaku
sung berhubungan dengan kecenderungan pe- yang menyimpang. Dalam hal ini remaja masih
nyalahgunaan narkoba. Safari mengatakan hal membandingkan dampak-dampak yang mung-
ini disebabkan pada masa remaja orientasi re- kin terjadi dengan manfaat yang dapat diperoleh.
lasi sosialnya lebih diarahkan untuk mendapat- Keputusan yang diambil oleh remaja seringkali
kan persetujuan dan penerimaan teman sebaya- didorong oleh teman-teman sebayanya walaupun
nya. Persetujuan tersebut termasuk pandangan, perilaku tersebut berisiko.10 Dengan kata lain,
perilaku dan penampilan remaja.7 Berdasarkan bahwa seorang remaja haruslah pandai memilih
analisis, responden lebih banyak terkonformitas teman seperti kutipan hadits Rasulullah yang diri-
pada aspek informatif maksudnya penyesuaian wayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim menga-
pandangan, perilaku dan penampilan responden takan bahwa:11
hanya untuk mendapatkan informasi yang ber-

194
JURNAL MKMI, September 2013, hal 190-196

“Pandai-pandailah mencari teman. Ber- tor internal dan faktor eksternal. Seorang remaja
teman ada dua pilihan, pertama seperti akan taat beragama ketika berasal dari hatinya
ketika kita duduk di samping penjual mi- (internal). Namun, fase sosialisasi awal bagi pem-
nyak wangi, kemungkinan penjual itu akan
memberikan minyak wangi itu, atau kita bentukan konsep religiusitas remaja adalah kelu-
dapat membelinya, atau kita hanya dapat arga kemudian sekolah dan masyarakat (ekster-
mencium aroma harumnya. Kedua seperti nal). Peneliti beranggapan jika remaja yang taat
ketika kita duduk di samping pandai besi, itu berasal murni dari hatinya tanpa ada paksaan
maka dia mungkin akan membakar baju menjalankan agamanya karena orang lain, maka
kita, atau kita akan mendapati bau yang
keimanan seorang remaja akan membentengi
tak sedap.”
mereka dari perilaku negatif bahkan sampai pada
penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, remaja
Ungkapan tersebut sangatlah jelas bermak-
yang hanya mengerjakan perintah agamanya
na bahwa konformitas pada remaja sulit dihindari,
karena alasan takut pada orang tua maka kecen-
tetapi dapat dicegah dengan bergaul dengan te-
derungan mereka akan melakukan perbuatan
man sebaya yang perilakunya jauh dari perbua-
negatif sangatlah mudah, sebab mereka tidak ta-
tan negatif, sebab remaja yang berteman dengan
kut akan dosa dari perbuatannya.3
penyalahguna narkoba maka sangat mudah untuk
Ausubel menyatakan bahwa keyakinan
ikut terjerumus sebagai penyalahguna narkoba
pada agama memiliki korelasi dengan tingkah
pula. Sebaliknya remaja yang berteman dengan
laku tidak meminum minuman keras. Namun,
teman yang berkegiatan positif maka remaja
Ausubel sulit menetapkan apakah memang di-
tersebut akan positif pula dalam berperilaku.
dasarkan oleh iman atau karena remaja terse-
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
but hanya berusaha untuk melaksanakan peran-
tingkat religiusitas siswa berhubungan dengan
nya dengan baik. Pada hasil penelitian ini juga
penyalahgunaan narkoba. Dengan kata lain, se-
menunjukkan bahwa terdapat pula responden
makin kurang tingkat religiusitas maka semakin
yang menyalahgunakan narkoba, tetapi memiliki
besar peluang siswa untuk ikut sebagai penyalah-
tingkat religiusitas yang cukup.13
guna narkoba. Hubungan antara tingkat religi-
usitas siswa ini memiliki kontribusi sebesar 17%
terhadap penyalahgunaan narkoba. KESIMPULAN DAN SARAN
Keyakinan mereka seperti sholat tidak Penelitian menyimpulkan bahwa ada
mampu memberikan solusi ketika menghadapi hubungan antara persepsi keharmonisan keluarga,
masalah. Padahal jelas, sholat mampu mencegah konformitas teman sebaya dan tingkat religiusitas
dari perbuatan keji dan mungkar. Kecenderu- dengan penyalahgunaan narkoba pada remaja di
ngan remaja terlibat kasus narkoba akan semakin SMA Kartika Wirabuana XX-1 Kota Makassar.
tinggi karena mereka merasa sholat tidak dapat di- Hal tersebut mengartikan bahwa semakin tidak
yakini sebagai solusi dari permasalahnnya. Seja- harmonisnya suatu keluarga, tingginya tingkat
lan dengan hal tersebut, Larson, dkk menemukan konformitas remaja terhadap teman sebayanya
bahwa remaja yang komitmen agamanya kurang dan kurangnya ketaatan beragama maka semakin
(lemah), mempunyai risiko empat kali lebih besar cenderung remaja untuk ikut serta menjadi pe-
untuk menyalahgunakan narkoba dibandingkan nyalahguna narkoba.
dengan remaja yang komitmen agamanya kuat.6 Penelitian ini menyarankan siswa untuk
Beberapa penelitian sebelumnya telah ikut serta dalam kegiatan positif seperti ekstra-
menunjukkan bahwa agama mengurangi risiko kurikuler sekolah. Bagi orangtua disarankan
dan keterlibatan remaja dari penyalahgunaan untuk menciptakan rumah tangga agamis, perha-
narkoba. Neymotin, et al menemukan hubungan tian dan pengawasan pergaulan anak yang sewa-
yang kuat antara antara religiusitas dan penyalah- jarnya. Bagi pihak sekolah disarankan meng-
gunaan narkoba.12 intensifkan guru bimbingan konseling sebagai
Yusuf mengatakan religiusitas seorang konsulator dengan orangtua siswa. Diharapkan
remaja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu fak- kepada instansi pemerintahan terkait, yaitu BNN

195
Asni. M : Faktor yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkotika dan Bahan Adiktif pada Remaja

dan Kepolisian melakukan penyuluhan ditingkat 2009;8 No. 1.


sekolah menengah dan memberantas peredaran 11. Hasbihamzah. Bahaya Narkoba Menurut Is-
narkoba di masyarakat. lam. 2011 [cited 2013 11 Februari ]; Available
from: http://hasbihamzah2011.student.umm.
DAFTAR PUSTAKA ac.id/2011/08/03/bahaya-narkoba-menurut-
1. UNODC. World Drug Report 2012 [cited islam/.
2013 10 Februari]; Available from: http:// 12. Neymotin F, Downing-Matibag TM. Reli-
unodc.gov/word-drugs-repoort-2012 giosity and Adolescents’ Involvement with
2. BNN. Draft Rencana Strategis (Renstra) Both Drugs and Sex. Journal of Religion and
Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawe- Health. 2013;52(2):550-69.
si Selatan 2011-2014. In: Sulsel B, editor. 13. Rohrbaugh J, Jessor R. Religiusitas di
Makassar2011a. Masa Muda: Sebuah Kontrol Pribadi ter-
3. Saragih N. Karakteristik Penyalahguna Nar- hadap Perilaku Menyimpang. Personality.
kotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif (NAP- 1975;43:136-55
ZA) Di Sibolangit Center Rehabilitation For
Drugs Addict Kabupaten Deli Serdang Tahun
2004-2007. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2009.
4. BPS. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia 2007. In: Statistik BP, editor. Ja-
karta: 2007.
5. Hawari D. Penyalahgunaan & Ketergantun-
gan Naza (Narkotika, Alkohol Dan Zat Adik-
tif). Jakarta: Universitas Indonesia; 2002.
6. Safaria T, Darokah M. Perbedaan Tingkat
Religiusitas, Kecerdasan Emosi, dan Ke-
luarga Harmonis pada Kelompok Pengguna
Napza Dengan Kelompok Non-Pengguna.
Humanitas:Indonesian Psychological 2005;4
No.1 Januari 2007
7. Safaria T. Kecenderungan Penyalahgunaan
Napza Ditinjau dari Tingkat Religiusitas
Regulasi Emosi, Motif Berprestasi, Harga
Diri, Keharmonisan Keluarga, dan Pengaruh
Negatif Teman Sebaya. Humanitas. 2007;4
No. 1 Januari 2007.
8. Wongtongkam N, Ward PR, Day A, Wine-
field AH. The Influence of Protective and
Risk Factors in Individual, Peer and School
Domains on Thai Adolescents’ Alcohol and
Illicit Drug Use: A Survey. Addictive Beha-
viors. 2014;39(10):1447-51.
9. Cipto, Kuncoro J. Harga Diri dan Konfor-
mitas Terhadap Kelompok dengan Perilaku
Minum Minuman Beralkohol pada Remaja.
Proyeksi 2005;5(1) 75-85.
10. Rahim A. Pengaruh Persepsi Keharmonisan
Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecen-
derungan Kenakalan Remaja. Fenomena.

196

Anda mungkin juga menyukai