Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

URGENSI PELESTARIAN SUBAK-BALI LANDSCAPE

Dr. Ir. Pamuji Lestari, MSc


Asisten Deputi Warisan Budaya

Denpasar , 11 Oktober 2019


KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN (KEPRES NO 9 TAHUN 2015)

KOORDINASI SINKRONISASI PENGENDALIAN

KEMENTERIAN/LEMBAGA 26 KEMENTERIAN/LEMBAGA TIM KOORDINASI


DIBAWAH KOORDINASI KEMENKO PMK
PELESTARIAN WARISAN BUDAYA DAN ALAM INDONESIA
(USULAN REVISI SK MENKO PMK NO. 20 TAHUN 2016)

Kementerian Kementerian Pemuda dan


Agama Olahraga

Kementerian Pendidikan Kementerian Sosial


dan Kebudayaan

Kementerian Riset, Teknologi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah


dan Pendidikan Tinggi Tertinggal, dan Transmigrasi

Kementerian Kesehatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak
22
PENDAHULUAN
Kawasan Subak-Bali merupakan Kawasan Hutan, Subak, Mata
Air dan Danau, Lansekap Sawah, Sungai dan prasarana SDA,
Permukiman Perdesaan, serta Kawasan Suci Pura yang memiliki
Filosofi Tri Hita Kara.
Kawasan ini tercatat sebagai Warisan Budaya Dunia dengan
nama Cultural Landscape of Bali Province the Subak System
as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy yang
ditetapkan UNESCO pada tanggal 6 Juli 2012 dan
meruapakan Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Secara administratif, KSN Subak-Bali Landscape terdiri atas 5
kabupaten dan 20 Kecamatan. Terdapat 5 (lima) spesifik lansekap,
yaitu: Kawasan Pura Ulun Danu Batur (Bangli), Kawasan Danau Batur
(Bangli), Kawasan Subak Daerah Aliran Sungai Pakerisan (Gianyar),
Kawasan Subak Catur Angga Batukaru (Tabanan), dan Kawasan Pura
Taman Ayun (Mengwi).
3
DASAR HUKUM
▪ PP No. 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai Kawasan
Strategis Nasional dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya.
▪ PP No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
2010-2025 (KSPN Kintamani-Danau Batur dsk; KSPN Bali Utara; KSPN Taman Nasional Bali Barat;
KSPN Bedugul; KSPN Ubud dsk; KSPN Besakih-Gunung Agung dsk).
▪ Perda Prov. Bali No. 8 Tahun 2015 tentang Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi
▪ Perda Prov. Bali No. 16 Tahun 2009 tentang RTRW Prov. Bali Tahun 2009-2029
▪ Perda Kab. Tabanan No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Tabanan Tahun 2012-2032
▪ Perda Kab. Badung No.26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Badung Tahun 2013-2033
▪ Perda Kab. Bangli No. 9 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Bangli Tahun 2013-2033
▪ Perda Kab. Buleleng No. 3 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Buleleng Tahun 2013-2033
▪ Perda Kab. Gianyar No. 16 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Gianyar Tahun 2012-2032
▪ Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No 20
Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam
Indonesia
▪ Instruksi Presiden No 7 Tahun 2017 tentang Pengambilan, Pengawasan, Dan Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan Di Tingkat Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah
▪ Keputusan Gubernur Bali Nomor 11/03-H/HK/2014 tentang Forum Koordinasi Pengelolaan
Warisan Dunia Lansekap Budaya Provinsi Bali
PERMASALAHAN PENGELOLAAN SUBAK-BALI LANDSCAPE

SUBAK KLONCING SUBAK KEDAMPAL Meningkatnya Konversi Lahan Pertanian menjadi Bangunan (Alih Fungsi
Lahan Pertanian) yang bersamaan dengan meningkatnya Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB)
Menurunnya ketersediaan air yang mengairi persawahan sehingga
dibutuhkan sarana dan prasarana irigasi
Menurunnya praktek pertanian tradisional menjadi sistem produksi
pertanian yang intensif
Menurunnya minat generasi muda untuk bekerja pada sektor pertanian
SUBAK BEDUGUL SUBAK JATILUWIH dan menurunnya kesadaran generasi muda untuk melestarikan subak-
WONGAYA GEDE
bali

Aspek legalitas yang bertolak belakang dengan upaya pelestarian subak-


bali, yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah. Kewenangan terhadap sub urusan warisan budaya dunia dan
nasional berada di Pemerintah.
KONDISI SUBAK JATILUWIH-
TABANANBerita di Harian Bali Post (Jumat,
27 September 2019) menyebutkan
bahwa Revisi Perda Rencana Tata
Ruang Wilayah sebagai salah satu
payung hukum perencanaan
pembangunan belum rampung
sehingga Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) belum dapat
dibahas dan dibuat. Hal ini dapat
mengancam status Warisan
Budaya Dunia pada Jatiluwih
mengingat pembangunan di
Kawasan Tabanan sedang
dilakukan secara masif.

6
PENDING ISSUE DI SUBAK BALI
Hasil Diskusi antara Asdep Warisan Budaya Kemenko PMK, Direktur Warisan dan
Diplomasi Budaya, Kemendikbud dengan Dinas Kebudayaan Prov Bali, Kepala Dinas
Kebudayaan Kab Tabanan, Mangku, para klien Subak Bali dan masyarakat pada
peringatan Hari Warisan Dunia, 25 April 2019 di Pura Luhur Batukaru sbb:
• Jumlah generasi muda petani di lokasi Subak Bali menurun dari waktu ke waktu
karena tidak adanya jaminan penghasilan akibat penetapan sebagai warisan dunia;
• Masyarakat merasa banyak dibebani dengan aturan untuk mempertahankan
Outstanding Universal Value (OUV), tetapi tidak diberikan bantuan oleh UNESCO atau
Pemerintah Pusat dan Daerah;
• Pengelolaan Subak Bali di kawasan Batukaru sebagai penyangga kurang menjadi
prioritas dibandingkan jatiluwih yang sudah dapat menghasilkan pendapatan petani
sebagai lokasi DTW. Sehingga para petani dan masyarakatnya mempunyai penghasilan
tambahan;
• Masih adanya Pekaseh yang belum mendapatkan Dana Kawasan Khusus dari
Pemerintah Bali;
• Terdapat temuan BPK terhadap APBD yang dialokasikan dalam pengelolaan Subak Bali
karena tidak sesuai dengan Pedoman Umum Pengelolaan APBD oleh Kemendagri.

Your Logo or Name Here


Lanjutan 1… Prof Wayan Windia (Ketua Pusat Penelitian Subak, Universitas Udayana) : akan
mengusulkan status Warisan Dunia Subak Bali agar dicabut (Tribun Bali 6 Mei 2019).
Penjelasannya :
1. Sesuai dengan UU No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, maka Badan
Pengelola Subak Bali menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Daerah yang
terdiri dari K/L terkait, Pemda, Masyarakat dan Stakeholder lainnya.
Kemendikbud telah mengusulkan Rencana Perpres tentang Badan Pengelola
Subak Bali ke Setneg tahun 2015, namun belum ada tindaklanjutnya sampai saat
ini;
2. Mengingat Subak Bali meliputi 5 (lima) lintas Kabupaten yaitu: Kabupaten Bangli,
Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung dan Kabupaten
Karangasem, maka pembentukan Badan Pengelola Subak Bali di daerah menjadi
tanggungjawab provinsi dan sampai saat ini badan pengelola dimaksud belum
terbentuk;
3. Badan Pengelola Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih dibentuk oleh Pemkab
Tabanan, namun DTW ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata;
Lanjutan 2… 4. Kebijakan pengelolaan Subak Bali menjadi komitmen pemerintah Indonesia pada
saat mengusulkan sebagai warisan dunia ke UNESCO, meliputi:
• Pelindungan dan peningkatan taraf hidup lembaga-lembaga Subak dan seluruh
anggotanya;
• Konservasi dan promisi jasa-jasa ekosistem untuk memastikan pemanfaatan
berkelanjutan sumber daya alam tempat subak dan system pertaniannya
bergantung;
• Konservasi material budaya untuk melestarikan dan meningkatkan keaslian situs
dan struktur sebagai manifestasi hidup warisan bali;
• Mengembangkan pariwisata yang tepat dalam situs ini untuk mencapai
keseimbangan antara pendidikan untuk umum dan pengunjung, memperoleh
pendapatan dari pariwisata, dan pelestarian;
• Pembangunan infrastruktur dan fasilitas dalam situs untuk mendukung
pariwisata yang berkelanjutan yang sesuai dengan pelestarian lanskap budaya;
5. Perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Subak Bali sesuai dengan
peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, mengingat Subak Bali merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
sebagai lampiran PP dimaksud.
URGENSI PELESTARIAN SUBAK-BALI LANDSCAPE

1. Kondisi Subak-Bali mengalami banyak permasalahan sehingga dapat “terancam” statusnya sebagai
WDB-UNESCO
2. Pending Issues Belum diselesaikan secara optimal
3. Kawasan Subak-Bali belum ditetapkan sebagai kawasan Cagar Budaya tingkat Nasional mengacu pada
UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
4. Revisi Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kawasan Subak-Bali belum ditetapkan sehingga
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) belum dapat disusun
11
HASIL RAPAT KOORDINASI PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN SUBAK BALI SEBAGAI
WARISAN DUNIA UNESCO DI KEMENKO PMK, TANGGAL 21 MEI 2019
1. Pemerintah di 5 (lima) Kabupaten lokasi Warisan Dunia Subak Bali mengusulkan kepada Gubernur Provinsi Bali untuk menetapkan Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia
Subak Bali melalui Surat Keputusan Gubernur sesuai dengan dokumen yang diusulkan ke UNESCO.
2. Kementerian ATR/BPN menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTRKSN) kawasan Subak Bali Lansekap dalam bentuk Perpres sebagai amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Peraturan Presiden tersebut akan ditindaklanjuti dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dan rencana Aksi Kementerian/Lembaga terkait dan Pemda Bali.
3. Pemerintah Provinsi Bali mengkoordinasikan pelestarian dan pengelolaan Subak Bali dengan Kabupaten Tabanan, Bangli, Gianyar, Badung dan Karangasem. Kemendagri c.q.
Dirjen Keuangan Daerah mengeluarkan SE bahwa APBD dapat dimanfaatkan untuk pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan warisan dunia. Hal ini mengacu pada UUD
1945 Pasal 32, UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
4. Pemerintah Kabupaten Tabanan dan 4 Pemerintah Kabupaten lainnya menerbitkan kebijakan khusus tentang Warisan Dunia Subak Bali, yaitu Regenerasi melalui Pelatihan,
Pemberdayaan Masyarakat, Penerbitan Label Khusus Produk hasil Warisan Dunia Subak Bali, Keringanan Pajak dan sebagainya. Pemerintah daerah Kabupaten Tabanan
mengembangkan Perusahaan Daerah untuk membina seluruh BUMDES yang menghasilkan produk pertanian yang akan dibeli dan pasarkan.
5. Kementerian PUPR memberikan dukungan infrastruktur di Kawasan Warisan Budaya Dunia dan Kawasan Subak yang menjadi kawasan warisan dunia di Bali sesuai dengan
kewenangannya.
6. Kementerian Pertanian memberikan dukungan terhadap pembinaan kelompok tani di Kawasan Warisan Dunia Subak Bali dan mendorong penetapan area persawahan di
Kawasan Warisan Dunia Subak Bali menjadi kawasan pertanian berkelanjutan.
7. Kementerian Komunikasi dan Informatika mendukung publikasi, promosi dan informasi melalui literasi, advokasi dan edukasi media sosial, media tradisional dan konvensional
dengan dukungan data dan informasi dari instansi teknis.
8. Kementerian Luar Negeri memfasilitasi komunikasi dengan pihak UNESCO apabila akan melakukan Monev di Kawasan Warisan Budaya Dunia Subak Bali.
9. Kementerian Perdagangan memberikan dukungan terhadap pengembangan produk lokal melalui fasilitasi pameran dan pemasaran.
10. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS mengkoordinasikan pembangunan kebudayaan termasuk warisan budaya dunia dalam dokumen perencanaan
(RPJMN 2020-2024).
11. Badan Ekonomi Kreatif memberikan dukungan dalam pemberdayaan masyarakat lokal melalui pelatihan-pelatihan untuk memberikan nilai tambah pada produk-produk di
kawasan warisan dunia dan kawasan Warisan Budaya Dunia Subak Bali termasuk pengembangan pusat wisata kuliner dan Home Stay.
12. Pusat Studi Subak Universitas Udayana berperan aktif memberikan rekomendasi dalam implementasi management plan.
13. Kemenko PMK melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah dalam pelestarian dan pengelolaan Subak
Bali yang menjadi Warisan Budaya Dunia sesuai dengan matriks management plan yang diusulkan ke UNESCO terkait dengan kewajiban Kementerian/Lembaga dalam
mendukung kawasan Subak Bali yang menjadi Warisan Budaya Dunia.
TINDAK LANJUT PELESTARIAN KAWASAN SUBAK-BALI

1. Mengupayakan Sinergi antara Kementerian/Lembaga (Pemerintah Pusat) dengan Pemerintah Daerah


dalam pelestarian Subak Bali, terutama dalam Penyusunan Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia
Subak-Bali.
2. Optimalisasi Forum Koordinasi Pengelolaan Warisan Dunia Lansekap Subak-Bali yang melibatkan
seluruh elemen masyarakat, terdiri dari Pekaseh (Kepala Subak), Penyarikan (Sekretaris), Petengen
(Bendahara), Kelihan Tempek (Kepala Sub Subak), dan Anggota Subak.
3. Mendorong Upaya Pelestarian Budaya melalui Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Upacara
Keagamaan Perorangan, serta Kegiatan Upacara Kelompok.
4. Tidak menyebabkan hilangnya nilai universal yang menonjol dari WBD Outstanding Universal Value
(OUV) subak yang ada sawah dan petaninya, dan melampirkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
sebagai warisan budaya yang bersifat living monument.
5. Mempertahankan konsep pertanian tradisional dan permukiman adat, serta insentif bagi petani yang
di fokuskan pada peningkatan kesejahteraan petani, meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan
memperkuat faktor pendukung budidaya pertanian menuju Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
6. Menekan alih fungsi lahan dapat dilakukan melalui kebijakan pemberian insentif pada pengelola
Subak (Pekaseh) dengan memberikan keringan pajak atau pembebasan PBB. 13
Untuk Subak-Bali yang Lebih
Baik
Untuk Indonesia yang
Sejahtera
Demi Merah Putih

Terima kasih
SEKRETARIAT TIM KOORDINASI WARISAN INDONESIA
Jl. MEDAN MERDEKA BARAT NO 3 JAKARTA PUSAT
TELP. (021) 3453284
EMAIL: warbudpmk@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai