SUBAK KLONCING SUBAK KEDAMPAL Meningkatnya Konversi Lahan Pertanian menjadi Bangunan (Alih Fungsi
Lahan Pertanian) yang bersamaan dengan meningkatnya Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB)
Menurunnya ketersediaan air yang mengairi persawahan sehingga
dibutuhkan sarana dan prasarana irigasi
Menurunnya praktek pertanian tradisional menjadi sistem produksi
pertanian yang intensif
Menurunnya minat generasi muda untuk bekerja pada sektor pertanian
SUBAK BEDUGUL SUBAK JATILUWIH dan menurunnya kesadaran generasi muda untuk melestarikan subak-
WONGAYA GEDE
bali
6
PENDING ISSUE DI SUBAK BALI
Hasil Diskusi antara Asdep Warisan Budaya Kemenko PMK, Direktur Warisan dan
Diplomasi Budaya, Kemendikbud dengan Dinas Kebudayaan Prov Bali, Kepala Dinas
Kebudayaan Kab Tabanan, Mangku, para klien Subak Bali dan masyarakat pada
peringatan Hari Warisan Dunia, 25 April 2019 di Pura Luhur Batukaru sbb:
• Jumlah generasi muda petani di lokasi Subak Bali menurun dari waktu ke waktu
karena tidak adanya jaminan penghasilan akibat penetapan sebagai warisan dunia;
• Masyarakat merasa banyak dibebani dengan aturan untuk mempertahankan
Outstanding Universal Value (OUV), tetapi tidak diberikan bantuan oleh UNESCO atau
Pemerintah Pusat dan Daerah;
• Pengelolaan Subak Bali di kawasan Batukaru sebagai penyangga kurang menjadi
prioritas dibandingkan jatiluwih yang sudah dapat menghasilkan pendapatan petani
sebagai lokasi DTW. Sehingga para petani dan masyarakatnya mempunyai penghasilan
tambahan;
• Masih adanya Pekaseh yang belum mendapatkan Dana Kawasan Khusus dari
Pemerintah Bali;
• Terdapat temuan BPK terhadap APBD yang dialokasikan dalam pengelolaan Subak Bali
karena tidak sesuai dengan Pedoman Umum Pengelolaan APBD oleh Kemendagri.
1. Kondisi Subak-Bali mengalami banyak permasalahan sehingga dapat “terancam” statusnya sebagai
WDB-UNESCO
2. Pending Issues Belum diselesaikan secara optimal
3. Kawasan Subak-Bali belum ditetapkan sebagai kawasan Cagar Budaya tingkat Nasional mengacu pada
UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
4. Revisi Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kawasan Subak-Bali belum ditetapkan sehingga
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) belum dapat disusun
11
HASIL RAPAT KOORDINASI PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN SUBAK BALI SEBAGAI
WARISAN DUNIA UNESCO DI KEMENKO PMK, TANGGAL 21 MEI 2019
1. Pemerintah di 5 (lima) Kabupaten lokasi Warisan Dunia Subak Bali mengusulkan kepada Gubernur Provinsi Bali untuk menetapkan Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia
Subak Bali melalui Surat Keputusan Gubernur sesuai dengan dokumen yang diusulkan ke UNESCO.
2. Kementerian ATR/BPN menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTRKSN) kawasan Subak Bali Lansekap dalam bentuk Perpres sebagai amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Peraturan Presiden tersebut akan ditindaklanjuti dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dan rencana Aksi Kementerian/Lembaga terkait dan Pemda Bali.
3. Pemerintah Provinsi Bali mengkoordinasikan pelestarian dan pengelolaan Subak Bali dengan Kabupaten Tabanan, Bangli, Gianyar, Badung dan Karangasem. Kemendagri c.q.
Dirjen Keuangan Daerah mengeluarkan SE bahwa APBD dapat dimanfaatkan untuk pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan warisan dunia. Hal ini mengacu pada UUD
1945 Pasal 32, UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
4. Pemerintah Kabupaten Tabanan dan 4 Pemerintah Kabupaten lainnya menerbitkan kebijakan khusus tentang Warisan Dunia Subak Bali, yaitu Regenerasi melalui Pelatihan,
Pemberdayaan Masyarakat, Penerbitan Label Khusus Produk hasil Warisan Dunia Subak Bali, Keringanan Pajak dan sebagainya. Pemerintah daerah Kabupaten Tabanan
mengembangkan Perusahaan Daerah untuk membina seluruh BUMDES yang menghasilkan produk pertanian yang akan dibeli dan pasarkan.
5. Kementerian PUPR memberikan dukungan infrastruktur di Kawasan Warisan Budaya Dunia dan Kawasan Subak yang menjadi kawasan warisan dunia di Bali sesuai dengan
kewenangannya.
6. Kementerian Pertanian memberikan dukungan terhadap pembinaan kelompok tani di Kawasan Warisan Dunia Subak Bali dan mendorong penetapan area persawahan di
Kawasan Warisan Dunia Subak Bali menjadi kawasan pertanian berkelanjutan.
7. Kementerian Komunikasi dan Informatika mendukung publikasi, promosi dan informasi melalui literasi, advokasi dan edukasi media sosial, media tradisional dan konvensional
dengan dukungan data dan informasi dari instansi teknis.
8. Kementerian Luar Negeri memfasilitasi komunikasi dengan pihak UNESCO apabila akan melakukan Monev di Kawasan Warisan Budaya Dunia Subak Bali.
9. Kementerian Perdagangan memberikan dukungan terhadap pengembangan produk lokal melalui fasilitasi pameran dan pemasaran.
10. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS mengkoordinasikan pembangunan kebudayaan termasuk warisan budaya dunia dalam dokumen perencanaan
(RPJMN 2020-2024).
11. Badan Ekonomi Kreatif memberikan dukungan dalam pemberdayaan masyarakat lokal melalui pelatihan-pelatihan untuk memberikan nilai tambah pada produk-produk di
kawasan warisan dunia dan kawasan Warisan Budaya Dunia Subak Bali termasuk pengembangan pusat wisata kuliner dan Home Stay.
12. Pusat Studi Subak Universitas Udayana berperan aktif memberikan rekomendasi dalam implementasi management plan.
13. Kemenko PMK melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah dalam pelestarian dan pengelolaan Subak
Bali yang menjadi Warisan Budaya Dunia sesuai dengan matriks management plan yang diusulkan ke UNESCO terkait dengan kewajiban Kementerian/Lembaga dalam
mendukung kawasan Subak Bali yang menjadi Warisan Budaya Dunia.
TINDAK LANJUT PELESTARIAN KAWASAN SUBAK-BALI
Terima kasih
SEKRETARIAT TIM KOORDINASI WARISAN INDONESIA
Jl. MEDAN MERDEKA BARAT NO 3 JAKARTA PUSAT
TELP. (021) 3453284
EMAIL: warbudpmk@gmail.com