Anda di halaman 1dari 29

ASPEK HIDROLOGI DALAM MEMPERKUAT KONSEP DELINEASI DAN

KONSEP PELESTARIAN SERTA PENGEMBANGAN


KAWASAN SUBAK BALI – LANDSCAPE

Oleh:
Dr. Ir. IGusti Agung Putu Eryani, MT.

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS WARMADEWA


Disampaikan dalam FGD, Jumat 11 Oktober 2019, di Hotel Aston Kuta
1
Wisatawan berrkunjung ke Bali untuk melihat dan mengalami kekhasan budaya dan
lanskap ,Salah satu lanskap Bali yang terkenal adalah lanskap persawahan terasering.
Lanskap sawah yang hijau segar atau kuning keemasan menjelang masa panen tiba,
telah identik dengan Dibalik keindahan pemandangan sawah yang tersaji didepan mata,
terdapat suatu produk budaya Bali yang sejatinya tidak dapat lepas dari eksistensi
lanskap persawahan tersebut, yaitu subak.
Lanskap Fisik subak pada dasarnya adalah lanskap persawahan karena subak terbentuk
untuk mengairi sawah-sawah miliki petani, yang berada dalam suatu wilayah hidrologi.
Lanskap pertanian di Bali
MATERI
KONDISI HIDROLOGI DI KAWASAN SUBAK
- BALI LANDSCAPE

KONDISI SUPPLY-DEMAND AIR UNTUK


MENDUKUNG PERTANIAN DI BALI DAN
KAWASAN SUBAK-BALI LANDSCAPE

PENGEMBANGAN,
PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN
SUMBER DAYA AIR DI KAWASAN SUBAK-BALI
LANDSCAPE
KERENTANAN KAWASAN SUBAK-BALI
LANDSCAPE TERHADAP KETERSEDIAAN
SUMBER DAYA AIR

5
UPAYA-UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN DALAM
MENDUKUNG PELESTARIAN KAWASAN SUBAK-BALI
LANDSCAPE
PENDAHULUAN

Subak adalah organisasi petani


pengelola air irigasi yang bersifat
sosio agraris religius, dalam suatu
kawasan sawah tertentu dengan
batas-batas yang alamiah, memiliki
satu atau lebih sumber air irigasi,
memiliki pura subak, dan bersifat
otonom ke luar dan ke dalam.
FUNGSI SISTEM SUBAK DI BALI

Fungsi sistem subak sebagai sistem irigasi:

(i) melaksanakan distribusi air


irigasi;

(ii) memelihara jaringan irigasi;

(iii) mengelola sumberdaya (uang,


benda, dan tenaga kerja);

(iv) mengelola konflik;

(v) melaksanakan aktivitas ritual.


Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus
mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional.
Keberadaan Subak merupakan manifestasi dari filosofi/konsep Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang berarti
kebahagiaan/kesejahteraan dan "Karana" yang artinya penyebab. Tri Hita Karana berarti
“Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”. Penerapannya didalam sistem
subak yaitu:
• Parahyangan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
• Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya.
• Palemahan yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan
lingkungannya
EKSISTENSI SUBAK
Subak terbukti mampu mendukung
program pemerintah (dalam pengelolaan
air irigasi dan proses produksi).

Diakui UNESCO tahun 2012.

Secara teoritis dapat di transformasi.

Oleh karenanya subak perlu di


transformasi.
KONDISI HIDROLOGI DI KAWASAN SUBAK BALI
LANDSCAPE
Kondisi hidrologi di irigasi Subak Bali, Curah hujan rata-rata bulanan yang tercatat di stasiun-
stasiun hujan yang ada di WS bali Penida berkisar antara 12,02 mm/bulan sampai 23,62
mm/bulan. Besarnya hujan tahunan di Pulau Bali diperkirakan 2.100 mm. Distribusi curah
hujan berdasarkan peta ishoyet bahwa pada daerah Bali Timur di bagian Selatan berkisar
antara 1.000 mm-3.000 mm per tahun. Dari daerah pantai sampai pegunungan daerah Bali
tengah di bagian Selatan berkisar antara 1.750 mm-2.750 mm per tahun, dan daerah Bali
Barat berkisar 1.250 mm-2.500 mm per tahun. Di daerah Bali bagian Utara, berkisar antara
1.250 mm-2.500 mm per tahun.
KONDISI SUPPLY-DEMAND AIR UNTUK MENDUKUNG
PERTANIAN DI BALI DAN KAWASAN SUBAK-BALI
LANDSCAPE
debit andalan DAS
AYUNG
WATER BALANCE MASING-MASING BENDUNG, POTENSI AIR NYA DIALIRKAN
KE MASING-MASING SUBAK DI BALI DAPAT DILIHAT PADA TABEL DIBAWAH
INI.

Neraca air (water balace) dipergunakan untuk menerangkan aliran air yang
masuk dan aliran yang keluar pada suatu Sistem Pengelolaan Sumber Daya Air
Neraca air dapat digunakan dalam pengaturan dan prediksi ketersediaan air di
suatu daerah. Neraca air juga digunakan dalam irigasi, pemerkiraan aliran
permukaan (seperti melalui model Run Off), serta pengendalian banjir dan
polusi
Neraca Air pada daerah aliran sungai Tk. Ayung ,m3/dt
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Water Debit Bulan
Distrik (m3/dt) Jan Peb Mart Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
Node 1 Q andl (inflow) 0.243 0.114 0.160 0.087 0.294 0.162 0.011 0.064 0.034 0.041 0.014 0.023 0.013 0.013 0.009 0.004 0.007 0.004 0.002 0.001 0.001 0.004 0.028 0.049
Q tot keb 0.130 0.136 0.182 0.091 0.082 0.272 0.255 0.116 0.116 0.238 0.212 0.146 0.007 0.028 0.060 0.100 0.089 0.057 0.273 0.263 0.231 0.263 0.201 0.136
Qo node 1 0.113 -0.023 -0.022 -0.004 0.211 -0.110 -0.244 -0.052 -0.082 -0.197 -0.199 -0.124 0.006 -0.015 -0.051 -0.096 -0.082 -0.053 -0.271 -0.262 -0.230 -0.259 -0.173 -0.087
Q return flow 0.024 0.011 0.012 0.009 0.008 0.008 0.001 0.006 0.003 0.004 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.005
QCA sub (d/s 1)
Q pengambilan 0.130 0.102 0.144 0.082 0.082 0.146 0.010 0.057 0.031 0.037 0.012 0.020 0.007 0.012 0.008 0.004 0.006 0.004 0.002 0.001 0.000 0.003 0.025 0.044
Node 2 Q andl (inflow) 0.054 0.025 0.036 0.019 0.066 0.036 0.002 0.014 0.008 0.009 0.003 0.005 0.003 0.003 0.002 0.001 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.001 0.006 0.011
Q tot keb 0.071 0.065 0.087 0.043 0.041 0.132 0.128 0.056 0.057 0.118 0.106 0.073 0.004 0.014 0.030 0.050 0.045 0.028 0.137 0.132 0.116 0.132 0.100 0.067
Qo node 2 -0.016 -0.040 -0.051 -0.024 0.024 -0.096 -0.125 -0.042 -0.050 -0.109 -0.103 -0.068 -0.001 -0.011 -0.028 -0.049 -0.043 -0.028 -0.137 -0.132 -0.116 -0.131 -0.094 -0.056
Q return flow 0.005 0.003 0.004 0.002 0.004 0.004 0.000 0.001 0.001 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
QCA sub (d/s 2)
Q pengambilan 0.049 0.023 0.032 0.017 0.041 0.033 0.002 0.013 0.007 0.008 0.003 0.005 0.003 0.003 0.002 0.001 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.001 0.006 0.010
Node 3A Q MA 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
Q tot keb 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Qo node 3 A 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
Node 3 Q andl (inflow) 0.194 0.091 0.128 0.070 0.234 0.130 0.009 0.051 0.028 0.033 0.012 0.019 0.011 0.011 0.008 0.004 0.007 0.004 0.003 0.002 0.001 0.004 0.023 0.040
Q tot keb 0.100 0.105 0.140 0.070 0.063 0.209 0.195 0.089 0.089 0.182 0.163 0.112 0.006 0.022 0.046 0.077 0.068 0.044 0.209 0.202 0.177 0.201 0.154 0.105
Qo node 3 0.094 -0.014 -0.012 0.000 0.171 -0.079 -0.186 -0.038 -0.061 -0.149 -0.151 -0.093 0.006 -0.010 -0.038 -0.073 -0.062 -0.040 -0.206 -0.200 -0.176 -0.197 -0.131 -0.065
Q return flow 0.019 0.009 0.010 0.007 0.006 0.006 0.001 0.005 0.003 0.003 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.004
QCA sub (3-4) 0.145 0.068 0.096 0.052 0.176 0.097 0.006 0.038 0.020 0.024 0.008 0.014 0.008 0.008 0.005 0.002 0.004 0.002 0.001 0.001 0.000 0.002 0.017 0.029
Q pengambilan 0.100 0.082 0.127 0.063 0.063 0.117 0.009 0.046 0.025 0.030 0.011 0.017 0.006 0.010 0.007 0.004 0.006 0.004 0.002 0.002 0.001 0.004 0.021 0.036
Node 4 Q node 4 0.259 0.077 0.105 0.059 0.353 0.103 0.007 0.043 0.023 0.028 0.009 0.015 0.015 0.008 0.006 0.003 0.005 0.003 0.002 0.001 0.000 0.003 0.019 0.033
Q tot keb 0.188 0.189 0.251 0.125 0.119 0.381 0.368 0.163 0.165 0.341 0.307 0.210 0.011 0.039 0.086 0.145 0.129 0.082 0.395 0.381 0.334 0.380 0.289 0.194
Qo node 4 0.070 -0.112 -0.146 -0.066 0.234 -0.278 -0.361 -0.120 -0.142 -0.314 -0.297 -0.195 0.004 -0.031 -0.080 -0.142 -0.124 -0.079 -0.393 -0.380 -0.334 -0.378 -0.270 -0.160
Q return flow 0.026 0.008 0.011 0.006 0.012 0.010 0.001 0.004 0.002 0.003 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.003
QCA sub (d/s 4)
Q pengambilan 0.188 0.069 0.095 0.053 0.119 0.093 0.007 0.039 0.021 0.025 0.008 0.014 0.011 0.007 0.005 0.003 0.004 0.002 0.001 0.001 0.000 0.002 0.017 0.030
Node 5 Q andl (inflow) 0.098 0.046 0.065 0.035 0.119 0.066 0.004 0.026 0.014 0.017 0.006 0.009 0.005 0.005 0.004 0.002 0.003 0.002 0.001 0.000 0.000 0.002 0.011 0.020
Q tot keb 0.100 0.091 0.122 0.061 0.057 0.184 0.176 0.079 0.080 0.164 0.147 0.101 0.006 0.019 0.041 0.070 0.062 0.039 0.189 0.183 0.160 0.182 0.139 0.093
Qo node 5 -0.002 -0.045 -0.057 -0.025 0.062 -0.119 -0.172 -0.053 -0.066 -0.147 -0.142 -0.092 0.000 -0.014 -0.038 -0.068 -0.059 -0.038 -0.188 -0.182 -0.160 -0.181 -0.127 -0.073
Q return flow 0.010 0.005 0.006 0.004 0.006 0.006 0.000 0.003 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002
QCA sub (d/s 5)
QCA sub (5,4-6) 0.037 0.017 0.024 0.013 0.044 0.024 0.002 0.010 0.005 0.006 0.002 0.003 0.002 0.002 0.001 0.001 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.001 0.004 0.007
Q pengambilan 0.090 0.042 0.058 0.032 0.057 0.059 0.004 0.023 0.012 0.015 0.005 0.008 0.005 0.005 0.003 0.001 0.003 0.001 0.001 0.000 0.000 0.001 0.010 0.018
Node 6 Q node 6 0.143 0.029 0.041 0.022 0.358 0.040 0.003 0.016 0.009 0.011 0.004 0.006 0.008 0.003 0.002 0.001 0.002 0.001 0.001 0.000 0.000 0.001 0.007 0.013
Q tot keb 0.093 0.093 0.123 0.061 0.059 0.188 0.182 0.080 0.082 0.169 0.152 0.104 0.005 0.019 0.043 0.072 0.064 0.041 0.196 0.189 0.166 0.189 0.143 0.096
Qo node 6 0.049 -0.063 -0.082 -0.039 0.299 -0.147 -0.180 -0.064 -0.073 -0.158 -0.148 -0.098 0.002 -0.016 -0.040 -0.071 -0.062 -0.040 -0.195 -0.189 -0.166 -0.188 -0.136 -0.083
Q return flow 0.014 0.003 0.004 0.002 0.006 0.004 0.000 0.002 0.001 0.001 0.000 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
QCA sub (d/s 6)
Q pengambilan 0.093 0.027 0.037 0.020 0.059 0.036 0.002 0.015 0.008 0.010 0.003 0.005 0.005 0.003 0.002 0.001 0.002 0.001 0.001 0.000 0.000 0.001 0.007 0.011
Node 7 Q andl (inflow) 0.020 0.010 0.013 0.007 0.025 0.014 0.001 0.005 0.003 0.003 0.001 0.002 0.001 0.001 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.004
Q tot keb 0.091 0.087 0.116 0.057 0.059 0.177 0.175 0.076 0.078 0.161 0.145 0.099 0.005 0.018 0.041 0.069 0.061 0.039 0.188 0.181 0.159 0.181 0.137 0.091
Qo node 7 -0.071 -0.077 -0.102 -0.050 -0.035 -0.164 -0.174 -0.071 -0.075 -0.158 -0.144 -0.097 -0.004 -0.017 -0.040 -0.069 -0.060 -0.039 -0.187 -0.181 -0.159 -0.180 -0.134 -0.087
Q return flow 0.002 0.001 0.001 0.001 0.002 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
PENGEMBANGAN, PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN
SUMBER DAYA AIR DI KAWASAN SUBAK-BALI LANDSCAPE
LINGKUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

UPAYA
MERENCANAKAN MELAKSANAKAN MEMANTAU MENGEVALUASI

ASPEK UTAMA :
Konservasi Pendayagunaan Pengendalian
SDA: SDA: Daya Rusak Air:
1. Perlindungan dan 1. Penatagunaan
PENYELENGGARAN

pelestarian SA 1. Pencegahan
2. Pengawetan air 2. Penyediaan
2. Penanggulangan
3. Pengelolaan kualitas air 3. Penggunaan
4. Pengembangan 3. Pemulihan
& pengendalian
pencemaran air 5. Pengusahaan

ASPEK PENDUKUNG :

PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN


MASYARAKAT
Peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data dan informasi sumber daya air
Bendung Mambal memiliki debit air
sebesar 11.545 l/dt. Air tersebut dialirkan
ke 43 subak yang terdapat di 3
kabupaten, yaitu Kabupaten Denpasar
total subak yang dialiri mencapai 9
subak, Kabupaten Badung 33 subak,
Kabupaten Tabanan 1 subak dan dengan
total Luas baku mencapai 5963 Ha.
Daerah irigasi Mambal mendapatkan air
dari bendung mambal. Bendung Mambal
sendiri telah dialirkan pada tanaman padi
dengan luas tanaman padi yang dialiri
mencapai 3845 Ha

9
KERENTANAN KAWASAN SUBAK-BALI
LANDSCAPE TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER
DAYA AIR
KERENTANAN KAWASAN SUBAK-BALI LANDSCAPE
TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR
Kerentanan kawasan subak di Bali adalah :
1. Perubahan alih fungsi lahan yang menutup saluran irigasi ,Saluran irigasi merupakan
suatu prasarana aliran air menuju ke sawah, jika terjadi kerusakan atau adanya
bangunan pada saluran irigasi akan menjadi penghambat aliran air, sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan dialiri air.
2. Ketersediaan sumber daya air untuk subak di Bali pada musim kemarau sudah
mengalami krisis air
3. Rusaknya kawasan di hulu sungai akibat penebangan hutan/ pohon yang memiliki akar
yang dapat menyimpan air
4. Bangunan fisik bendung dan saluran irigasi yang kurang terawat dapat menimbulkan
banyaknya kehilangan air menuju sawah-sawah.
5. Kualitas air di bendung yang dimanfaatkan subak di Bali, berkurang akibat sampah,
sedimen dan pestisida
6. Musim hujan subak di Bali belum maksimal memanen air dan belum dapat
mengendalikan daya rusak air terkait mutu hasil produksi
Contoh perubahan alih fungsi lahan di Badung

Luas lahan sawah di Subak Sempidi sebelum terjadi alih fungsi lahan, yaitu sebelum tahun 2003 (tahun
2003 ini diasumsikan terjadi alih fungsi lahan yang signifikan) adalah seluas 135 ha. Selanjutnya, sampai
pada tahun 2008 luas areal masih tersedia 99 ha, atau dalam rentang lima tahun terakhir lahan telah
menyusut sekitar 26%. Sebaliknya, debit air irigasi yang melayani aktivitas kegiatan pertanian di Subak
Sempidi justru meningkat, khususnya pada tahun 2008. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan layanan air irigasi dari rata-rata 1,70 liter/ detik/ha pada rentang tahun 2005-2007 menjadi
2,14 liter/detik/ha (Santosa, 2010).
Lokasi Subak Mambal

6
Alih Fungsi Lahan Di Daerah Irigasi
Mambal
Luas lahan sawah di Subak Sempidi sebelum
terjadi alih fungsi lahan, yaitu sebelum tahun
2005 (tahun 2005 ini diasumsikan terjadi alih
fungsi lahan yang signifikan) adalah seluas 135
ha. Selanjutnya, sampai pada tahun 2008 luas
areal masih tersedia 99 ha, atau dalam rentang
Land Use in 2005 lima tahun terakhir lahan telah menyusut sekitar
26%.
Sebaliknya, debit air irigasi yang melayani
aktivitas kegiatan pertanian di Subak Sempidi
justru meningkat, khususnya pada tahun 2008.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan layanan air irigasi dari rata-rata
1,70 liter/ detik/ha pada rentang tahun 2005-
2007 menjadi 2,14 liter/detik/ha (Santosa, 2010).

Land Use in 2018


Analisis SWOT untuk daerah irigasi di masing-masing subak berdasarkan
Strength, Weakness, Opportunity, dan Threaten seperti berikut.

Weakness (Kelemahan)

Opportunity (Peluang)
Strength (Kekuatan)

1. Atraksi wisata belum 1. Pasar wisatawan sangat besar

Threat (Ancaman)
1. Potensi air yang berkembang baik 2. Adanya dukungan
1. Kurangnya apresiasi
besar 2. Masih ada kerusakan pemerintah karena sejalan
dengan visi pengembangan masyarakat terhadap daya tarik
2. Lanskap dan view bangunan bending mambal
pariwisata budaya wisata Subak
subak menarik 3. Variasi atraksi wisata
3. Suasana alam bisa menjadi 2. Pengembangan fasilitas
3. Kegiatan pertanian masih sedikit
wisata murah dan menjanjikan mengancam lahan subak
Belum ada pemasaran luas
berjalan baik 4. Belum mampunya subak
4. Dapat menjadi penyedia 3. Pengusaha melihat daya tarik
4. Mudah dijangkau layanan outbond, rekreasi, atau wisata daerah irigasi mambal
dalam menyediakan fasilitas outing
5. Norma sosial (awig- sebagai lahan bisnis semata
wisata pendukung 5. Potensi air yang besar dapat kurang memikirkan
awig) yang kuat 5. Alih fungsi lahan karena meningkatkan hasil pertanian keberlanjutan lingkungan
6. Sudah ada organisasi dianggap hak milik Dapat mengurangi alih fungsi 4. Semakin besarnya tingkat
pengguna air 6. Banyak transformasi lahan
alih fungsi lahan
tenaga kerja ke luar sektor
pertanian
UPAYA-UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN
DALAM MENDUKUNG PELESTARIAN
KAWASAN SUBAK-BALI LANDSCAPE
1. Meningkatkan peran dan fungsi Subak-gede dan Subak-agung di masing-masing Subak di Bali
2. Melaksanakan dan mengembangkan program pendidikan dan pelatihan atau
penyuluhan bagi petani dan para pengurus subak/subak-gede /subak-agung
3. Melibatkan subak-gede/subak-agung dalam setiap proses pengambilan keputusan
pemberian izin pemanfaatan air untuk mengurangi konflik antar pengguna air.
4. Melibatkan pengurus subak dalam pengambilan keputusan, menyangkut alih fungsi lahan sawah ke pemanfaatan
non pertanian sehingga para petani anggota subak tidak kehilangan sumber pendapatan mereka.
5. Melaksanakan program yang mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, dan pengetahuan tentang
Operasional jaringan irigasi.
6.. Mempromosikan agrowisata di kawasan subak dengan bantuan pemerintah
7. Memaksimalkan hasil pertanian dengan memanfaatkan potensi air yang efisien
8. Mengikutsertakan organisasi pengguna air dan subak dalam mengembangakan agrowisata seperti : mengadakan
atraksi/tontonan mengenai budaya pertanian setempat.
9. Mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam pengembangan agrowisata
10. Melatih metode memperbaiki kerusakan-kerusakan pada bangunan bendung untuk menguranggi
kebocoran/kehilangan air dan dapat memaksimalkan hasil pertanian
11, Penerapan teknologi pengaturan air yang menjunjung rasa keadilan bersama dan pengaturan waktu tanam dan
jenis tanaman
12. Mengembangkan agrowisata yang berbasis lingkungan untuk mengurangi alih fungsi lahan serta menjaga
pelestrian lingkungan, suasana alam yang menjadi daya tarik wisata
12. Menerapkan aturan atau norma-norma hukum yang ada untuk membatasi pengembangan wisata yang mengarah
ke alih fungsi lahan di seluruh Subak -Bali
13. Menambah atraksi wisata seperti outbond, rekreasi, atau outing di daerah irigasi seluruh subak-subak yang ada di
Bali untuk meningkatkan apresiasi masyarakat sekitar serta untuk peningkatan pendapatan petani dan masyarakat.
14.Melaksanakan pemeliharaan bangunan bendung secara berkala dengan mengikutsertakan pastisipasi petani,
pengurus subak dan pemerintah
15. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar daerah irigasi, dengan penerapan aturan desa adat dan meniadakan
keinginan petani untuk melakukan alih fungsi lahan.
16. Pemberian reward kepada petani yang dapat mempertahankan luas area sawah dan produksi pangan yang
dihasilkan.
17. Pemberian reward kepada pengelola Subak yang berhasil mempertahankan pengelolaan pengelolaan air irigasi
dan proses produksi.
Masyarakat di Bali hendaknya memanfaatkan alam dan
mendesain lanskap dengan mempertimbangkan dan
menyesuaikan kondisi sekitar dan daya dukung
lingkungannya
Komitmen masyarakat di Bali diharapkan untuk menjaga
kelestarian subak dan lanskap persawahan untuk mendorong
mereka lebih kreatif dan adaptif terhadap tekanan alih fungsi
lahan pertanian menjadi non-pertanian

UNESCO mengakui bahwa subak di Bali memiliki peran sosio,


teknis, budaya, dan religius dalam memelihara lanskap Bali,
terutama lanskap pertanian untuk itu hendaknya terus dijaga
keberlanjutannya
a

I GUSTI AGUNG PUTUERYANI


❑ Teknik Sipil, Universitas Warmadewa,Denpasar TERIMAKASIH
❑ 081338489097 OM SHANTI, SHANTI, SHANTI OM
❑ eryaniagung@gmail.com
upacara yang dilakukan adalah:
Mapag Toya, yaitu upacara mengambil/menjemput air ke sumber mata air. Upacara ini diikuti oleh semua anggota subak dan dilakukan pada
Sasih Ketiga atau sekitar bulan September. Kegiatan ini disebut Kempelan yaitu kegiatan membuka saluran air ke sumber aliran air di hulu
subak, selanjutnya air akan mengaliri sawah.
Ngendag Tanah Carik, yaitu upacara memohon keselamatan kepada Tuhan pada saat membajak tanah sawah yang dilakukan oleh masing-
masing anggota subak prosesi ini masih pada Sasih Ketiga (bulan September).
Ngurit, yaitu upacara pembibitan yang dilakukan oleh seluruh anggota subak pada masing-masing tanah garapannya. Ngurit dilaksanakan pada
Sasih Kelima (sekitar bulan Nopember).
Ngerasakin, yaitu upacara membersihkan kotoran (leteh) yang tertinggal ketika melakukan pembajakan sawah, upacara ini dilakukan setelah
pembajakan selesai pada masing-masing tanah garapan pada awal Sasih Kepitu (awal bulan Januari).
Pangawiwit (Nuwasen), yaitu upacara untuk mencari hari baik untuk memulai menanam padi yang dilakukan pada sekitar Sasih Kepitu (awal
bulan Januari).
Ngekambuhin, yaitu upacara untuk meminta keselamatan kepada Tuhan bagi anak padi yang baru tumbuh yang dilakukan pada saat padi
berumur 42 hari pada sekitar Sasih Kewulu (bulan Pebruari).
Pamungkah, yaitu upacara memohon keselamatan agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik. Upacara ini dilakukan pada Sasih Kawulu
(bulan Pebruari).
Penyepian, yaitu upacara memohon keselamatan agar tanaman padi terhindar dari hama/penyakit dan dilakukan pada Sasih Kesanga (sekitar
bulan Maret).
Pengerestitian Nyegara Gunung, yaitu melaksanakan upacara nyegara gunung yang dilakukan di Pura Luhur Petali dan Pura Luhur Pekendungan
(bulan Maret/April).
Mesaba, yaitu upacara sebelum panen yang dilakukan pada Sasih Kedasa (bulan April) oleh anggota subak pada sawah nya masing-masing.
Ngadegang Bhatari Sri (Bhatara Nini), yaitu upacara secara simbolis memvisualisasikan Beliau sebagai Lingga-Yoni.
Upacara Nganyarin, yaitu upacara mulai panen yang dilaksanakan pada Sasih Sada (bulan Juni) oleh anggota subak pada masing-masing
sawahnya.
Manyi, yaitu kegiatan memanen padi (bulan Juli).
Mantenin, yaitu upacara menaikkan padi ke lumbung atau upacara menyimpan padi di lumbung yang dilaksanakan pada Sasih Karo (bulan
Agustus).

Anda mungkin juga menyukai