Anda di halaman 1dari 5

Hubungan peranggapan dan entailmen bisa diartikan tumpang tindih,

peranggapan lebih menekankan pada asumsi atau inferensi ujar, namun


entailmen berusaha memaparkan logika yang sebenarnya. Kehadiran
entailmen disini bisa mematahkan peranggapan yang terjadi. Entailmen
berusaha mencari kelogisan dari peranggapan. Hal ini bisa dilihat dari
pendapat yule (2006) yang menyatakan bahwa entailmen adalah sesuatu yang
secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan didalam tuturan. Sebagai
informasi yang diasumsikan dapat diidentifikasi secara tepat yang akan
diasosiasikan dengan tuturan.
Mey (1998) menjelaskan bahwa entailmen adalah bisnis logika, ini
menunjukkan perkiraan bahwa dalam hal apapun yang relevan dalam analisis
logis dari bahasa alami. Entailmen bukan konsep pragmatic (karena
berhubungan dengan maksud penutur), tetapi entailmen dianggap sebagai
suatu konsep logis yang murni.
Peranggapan pragmatic meripakan inferensi pragmatic yang sensitive
terhadap factor konteks. Peranggapan mengandung makna semua latar
belakang asumsi yang dapat membuat suatu tindakan, teori, ungkapan
ataupun tuturan masuk akal. Levinson menyimpulkan bahwa definisi-definisi
mengenai peranggapan pragmatic mengandung dua hal pokok yaitu
kesesuaian atau kepuasan dan pemahaman bersama. Bertolak dari dua hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman bersama dan kesesuaian
merupakan hal-hal mendasar dalam berbagai definisi mengenai peranggapan
pragmatic.
Sebuah kalimat dapat dikatakan memperanggapkan kalimat lain bila
ketidakbenaran kalimat kedua (yang diperanggapkan) mengakibatkan
kalimatpertama (yang memperanggapkan) tidak dapat dikatakan benar atau
salah. Hal ini senada dengan pendapat rahardi yang menyatakan bahwa
sebuah tuturan dapat dikatakan memperanggapka tuturan yang lain apabila
ketidakbenaran tuturan yang diperanggapkan mengakibatkan kebenaran atau
ketidakbenaran tuturan yang mempranggapkan tidak dapat dikatakan.
Contoh: “mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali” Peranggapan yang
memperanggapkan adanya seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik.
Apabila pada kenyataanya memang ada mahasiswa yang berparas cantik
dikelas itu, ukuran diatas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya
apabila dikelas itu tidak ada seorang mahasiswi yang berparas cantik, ukuran
tersebut tidak dapat ditentukan benar salahnya.
Peranggapan pragmatic membedakan dua konsep, yakni (1).
Peranggapan semantic dan (2). Peranggapan pragmatic. Peranggapan semantic
adalah bila suatu pernyataan dapat ditarik peranggapanya melalui leksikon.
Dapat dikatakan Peranggapan pragmatic bila suatu pernyataan dapat ditarik
peranggapannya melalui konteks. Jadi, suatu ujaran tidak selalu dapat
ditangkap maknanya hannya dengan mengetahui ujaran itu saja, tetapi ujaran
itu harus ditambahkan dengan pengetahuan bersama yang dimiliki oleh
pasangan sehingga makna suatu ujaran dapat dipahami.
Mey (1998) mengungkapkan bahwa peranggapan adalah property
kalimat, membuat kalimat yang sesuai untuk digunakan dalam konteks
tertentu dan tidak layak untuk digunakan dalam konteks lain. Kebanyakan
kalimat bahasa alami membawa satu atau lebih pengandaian-pengandaian.
Jika kalimat membawa peranggapan A, maka A pasti benar untuk B benar,
atau lebih tepatnya preposisi yang dinyatakan oleh A pasti benar untuk
proposisi yang dinyatakan oleh B untuk menjadi kenyataan.
Peranggapan merupakan anggapan awal yang secara tersirat dimiliki
oleh sebuah ungkapan kebahasaan sebagai bentuk respon awal pendengar
dalam menghadapi suatu ungkapan kebahasaan tersebut. Namun, para ahli
menampilkan beberapa kesamaan sudut pandang, yaitu (a) peranggapan
merupakan asumsi atau anggapan dasar penutur mengenai suatu hal, dan (b)
peranggapan merupakan penarikan kesimpulan suatu tuturan berdasarkan
pemahaman dan pengetahuan bersama.

Jenis Jenis Pranggapan


Jenis-jenis peranggapan seperti yang diungkap oleh yule dibedakan
menjadi enam peranggapan yaitu:
1. peranggapan eksistensi
2. prangapan faktif
3. prangapan non-faktif
4. prangapan leksikal
5. prangapan struktual
6. prangapan konter-faktual/ peranggapan factual tandingan
berdasarkan jenis-jenis prangapan tersebut, untuk lebih jelasnya akan
diuraikan maksud dari masing-masing peranggapa dan disertai contoh-
contohnya, jenis-jenis prangapan sebagai berikut.
A. Prangapan eksistensial .
Prangapan eksistensial adalah prangapan yang mengasosiasikan adanya
suatu keberadaan. Penyebab pranggapan ini tidak hanya di asumsikan
terdapat dalam susunan posesif tetapi juga lebih umum dalam frasa nomina
tertentu. Penggunaan unkapan-ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan
terlibat dalam keberadaan entitas-entitas yang disebutkan, misalnya:
 “khoiron adalah pria yang baik dan lugu“.
Tuturan tersebut mengandung peranggapan eksistensial kalau ada pria
yang bernama khoiron dan dia memiliki sifat baik.
 “Septy temanku di unesa yang cantik itu mendapatkan nilai A pada mata
kuliah pragmatic”.
Tuturan dalam kalimat tersebut mengadung peranggapan eksistensial
kalau ada mahasiswi unesa yang cantik dan mendapatkan nilai A pada mata
kuliah pragmatic.
 Dikelasku ada mahasiswi yang jago bahasa inggris, baik hati & cerdik, dia anak
ponorogo yang tinggal di Surabaya bersama kakaknya, dia bernama endang sri
maruty.
Dari tuturan diatas mengandung peranggapan eksistensial kalau ada
mahasiswi yang bernama endang sri maruty yang pandai berbahasa inggris,
baik hati dan cerdik yang berasal dari ponorogo dan dia tinggal di Surabaya
dengan kakaknya.
Dari ketiga contoh diatas kita dapat menyimpulkan kalau tuturan kalimat
yang mengandung eksistensial pasti menerangkan subyek pada kalimat
tersebut, artinya disetiap kalimat yang mengandung eksistensial pasti
mengandung subyek.
B. Pranggapan faktif .
Pranggapan faktif merupakan pranggaan yang mengikuti kata kerja yang
dapat di anggap sebagai suatu kenyataan. seerti contoh berikut, disebutkan
bahwa kata kerja “menemukan“ mempranggapkan informasi yang
disampaikan. Berikut dipaparkan contoh penyebab pranggapan faktif.
Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari, menyesal, sadar,
mengherankan, dan gembira. memiliki pranggapan faktif. berikut disajikan
Contoh praanggapan faktif yang bersumber dari yule ( 2006 : 47 ).
a. “andi tidak menyadari bahwa dia sakit”
Tuturan mempraanggapkan bahwa dia sakit. kata ‘menyadari‘ memunyai
asumsi bahwa sebenarnya andi pada kenyataanya dia sakit.
b. “kami menyesal mengatakan kepadanya”
Tuturan dari kalimat tersebut memprangapkan bahwa ‘kami mengatakan
kepadanya‘. Kata ‘menyesal‘ di asumsikan sebagai bentuk kenyataan bahwa ‘
kami ‘ tidak berniat mengatakan hal itu.
c. “saya tidak sadar bahwa dia sudah menikah”
Tuturan kalimat ini mempranggapkan bahwa ‘dia sudah menikah‘. frasa
‘tidak sadar’ memberikan aumsi saya tidak menyadari bahwa kenyataannya
“dia sudah menikah”
C. prangapan non-faktif
kebenaran peranggapan non-faktif adalah suatu pranggapan yang
diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti “bermimpi”,
“membayangkan”, “berpura-pura” dan lainnya. Peranggapan non-faktif ini
digunakan dengan pranggapan yang mengikutinya tidak benar. Berikut contoh
kebenaran pranggapan non-faktif:
 saya bermimpi bahwa saya ditunjuk oleh presiden susilo bambang yudhoyono
untuk mengantikan Menteri Pendidikan Republik Indonesia yang di anggap
belum mampu memajukan pendidikan Indonesia.
Tuturan diatas memperanggapkan bahwa saya bukan orang yang ditunjuk
Presiden SBY untuk mengantikan menteri pendidikan yang dianggap gagal
membangun pendidikan di Indonesia.
 Saya membayangkan kalau khoiron jadian dengan putri ponorogo pasti akan
seru dan pasti akan ada perang dingin.
Kata “membayangkan” diatas menyebabkan peranggapan bahwa khoiron
belum/tidak jadian dengan putri ponorogo.
D. Peranggapan Leksikal
Peranggapan leksikal merupakan peranggapan yang dalam pemakaian
suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan
dengan peranggapan lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Di dalam kasus
peranggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil
untuk memperanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan
pada kasus peranggapan faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk
memperanggapkan kebenaran informasi yang disampaikan oleh penutur.
Contoh
 wahyudi : “ron kenapasih kamu kok tidak mau pacaran lagi dengan dia?”
 khoiron : “aku tak mau diduakan lagi!!”
tuturan yang di ucapkan wahyudi tersebut memperanggapkan bahwa
khoiron pernah pacaran dan kata lagi mempunyai arti yang menunjukkan
pengulangan terhadap sesuatu, maksudnya pengulangan yang
mempertannyakan sebab/alasan khoiron menerima atau menolak pacaran lagi
dengan si dia. Peranggapan leksikal pada tuturannya khoiron “aku takmau
diduakan lagi” menunjukkan khoiron pernah diduakan “pacarnya khoiron
yang dulu selain dekat dengan khoiron juga dekat dengan orang lain” dan kata
tak mau lagi menunjukkan dia tidakmau kejadian tersebut terulang untuk
kesekian kalinya.
E. Peranggapan structural
Peranggapan structural, dalam hal ini struktur kalimat-kalimat tertentu
telah dianalisis sebagai peranggapan secara tetap dan konvensional bahwa
bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan
dapat mengunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlakukan
informasi seperti yang diprasangkakan (karena dianggap benar) dan dari sini
kebenarannya diterima oleh penutur. Tipe pranggapan structural ini dapat
menuntun penutur untuk mempercayai bahwa informasi yang disajikan pasti
benar, bukan sekedar peranggapan seseorang yang sedang bertannya. Pada
contoh berikut digambarkan penyebab pranggapan structural yang
pertannyaan tersebut bisa memperkirakan jawaban dan bisa diterima
kebenarannya. Contoh:
 Apa saja penghargaan yang diterima oleh pak Rasmian ditingkat nasional?
Tuturan ini mempunyai peranggapan bahwa rasmian menerima
penghargaan di tingkat nasional. Kata tannya “apa saja” dalam tuturan
tersebut mengasumsikan bentuk jawabaan nominal yang mengiringi
peranggapan.
 Kapan khoiron mengungkapkan cinta kepadamu? Kok tiba-tiba khoiron
melamar kamu!
Dari tuturan diatas memperanggapkan bahwa khoiron telah mengucapkan
cita/suka pada seseorang. Dalam hal ini penutur secara tidak langsung
mengetahui mereka telah berpacaran dan dalam proses melamar.
F. Prangapan Konter-faktual/ Peranggapan Faktual Tandingan
Peranggapan konter-faktual merupakan peranggapan yang diperanggapkan
tidak hannya tidak benar, tetapi kebalikannya (lawan) dari benar atau bertolak
belakang dengan kenyataannya. Berikut contoh kebenaran pranggapan
konterfaktual.
 Andaikan kamu temanku, kamu pasti akan menolongku.
Kata “andaikan” pada tuturan diatas mempunyai makna yang
memperanggapkan bahwa kenyataanya kamu bukan temanku.
 Jika aku menjadi suamimu aku tidak akan melarang kamu untuk menjadi
wanita karier.
Dari kata “jika aku menjadi suamimu” pada tuturan diatas mempunya makna
yang memperanggapkan bahwa kenyataanya aku bukan suaminya.

Kesimpulan
Sebuah kalimat dikatakan memperanggapkan kalimat lain jika ketidak
benaran kalimat yang kedua (jika diperanggapkan) mengakibatkan kalimat
yang pertama (yang memperanggapkan tidak dapat dikatakan benar atau
salah. Peranggapan kalimat sederhana akan berlangsung benar apabila
kalimat sederhana itu menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Arti
dari keseluruhan kalimat itu merupakan gabungan dari arti bagian-bagian
kalimat itu, akan tetapi arti dari sebagian pranggapan (sebagai “bagian-
bagian”) tidak mampu menjadi arti dari beberapa kalimat kopleks (sebagai
keseluruhan).

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
______. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia onlain.
Mey, Jacob L. 1998. Concise encyclopedia of pragmatics. Oxford: elseiver
science Ltd.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Warsiman. 2007. Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar. Bandung: Dewa Ruci.
Wijana, I. Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 2006. Pragmatic. Terjemahan oleh indah fajar wahyuni.
Yogyakarta: pustaka pelajar.

Anda mungkin juga menyukai