Anda di halaman 1dari 41

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepewaratan Jiwa
Dosen Pengajar : Lailatul Fadilah, S. Kep, Ners, M. Kep

Disusun oleh:

3A Reguler/ D3 Keperawatan

Fujiati P279011170
M. Fajri Salam P279011170
Rosih P279011170
Siti Nur Azizah P27901117035
Virandia Julianti P279011170

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya, walaupun banyak hambatan
dan kesulitan yang kami hadapi. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai ” resiko perilaku kekerasan ”.
Makalah ini telah dibuat dari berbagai sumber dan beberapa bantuan oleh
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari, sudah tentu makalah ini masih banyak kekurangan dan
belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kelompok . Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak,
membantu kami agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa
lebih baik lagi . Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang
membacanya.
Dari akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Tangerang, 31 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa menurut World Health Organization adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan
Jiwa merupakan suatu kondisi sejahtera fisik, psikologis serta sosial dan
tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan.
Masalah kesehatan fisik dan masalah kesehatan jiwa sering kali berjalan
seiringan. Pada saat individu mengalami masalah kesehatan fisik,
kemungkinan individu akan mengalami masalah kesehatan jiwa.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan
polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama
yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang
dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien
seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini terdiri dari dua tujuan, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus, yang pembahasannya antara lain :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan Resiko
Perilaku Kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan :
a. Pengertian Perilaku Kekerasan
b. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
c. Rentang Respon Marah
d. Tanda dan Gejala perilaku kekerasan
e. Perilaku seseorang yang mengalami perilaku kekerasan
f. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi
kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data baik melalui buku, ataupun
internet yang dapat mendukung dalam proses penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perilaku Kekerasan


Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau
lingkungan sekitar baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal
(NANDA, 2016)
Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) menjelaskan bahwa
perilaku kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk merusak
sebagai bentuk agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang
lain dan atau sesuatu. Pendapat senada diungkapkan Stuart dan Laraia
(2005), yang menyatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan hasil dari
marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan
terancam ini dapat berasal dari lingkungan luar (penyerangan fisik,
kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan lingkungan
dalam (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih
sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu risiko perilaku


kekerasan terhadap diri sendiri dan risiko perilaku kekerasan terhadap
orang lain. Perilaku kekerasan juga didiefinisikan sebagai suatu keadaan
hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sekitar. Perilaku kekerasan pada diri sendiri
dapat berbentuk melukai diri sendiri, bunuh diri sedangkan perilaku
kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif yang ditunjukkan untuk
melukai seseorang sedangkan perilaku kekerasan dilingkungan sekitar
berupa merusak fasilitas lingkungan missal melempar batu.

B. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan


Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart (2013) yang meliputi faktor
predisposisi dan presipitasi,
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan,
meliputi :
a. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dapat disebut
dengan teori psikomatik. Sedangkan Teori dorongan mandiri
disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan
atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”
atau yang bisa disebut dengan teori agresif frustasi, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory )menyatakan
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan
dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social
learning theory).

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat
unik, berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat
merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar
individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan
dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian,
kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik,
dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik,
lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan.

C. Rentang Respon Marah


Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon
adaptif sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama
mempelajarinya untuk mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan
digambarkan rentang respon perilaku kekerasan.

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan :
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat.
Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

1. Hirarki Perilaku Kekerasan


Setelah Anda memahami rentang respon marah, sekarang marilah kita
mempelajari mengenai hirarki agresif seperti dibawah ini.
a. Memperlihatkan permusuhan rendah .
b. Keras menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
e. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
f. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
g. Melukai dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan medis.
h. Melukai dalam tingkat serius dan memerlukan perawatan medis.

Telah kita pelajari bersama mengenai rentang respon marah serta hirarki
agrsif. Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema
proses marah yang dialami setiap orang.Bila seseorang tidak mampu
menangani perasaan marah secara asertif dapat mengakibatkan amuk atau
perilaku kekerasan .

2. Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif


Berdasarkan konsep yang telah sama-sama kita pelajari, maka dapat kita
simpulkan perbedaan antara perilaku agresif, asertif dan pasif seperti
bagan dibawah ini.
Karakteristik Pasif Asertif Agresif
Isi Bicara  Negatif  Positif  Berlebihan
 Menghina  menghargai diri  Menghina
 Dapatkah saya sendiri orang lain
lakukan  saya dapat/akan  Anda
 Dapat kah ia lakukan. selalu/tidak
lakukan pernah
Nada Suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Postur /  Melotot  Tegak  Tenang
sikap tubuh  Menundukkan  Rileks  Bersandar ke
kepala depan
Personal  Orang lain  Menjaga jarak  Memasuki
Scape dapat masuk yang teritorial
pada teritorial menyenangkan orang lain
pribadinya  Mempertahankan
hak tempat/
Gerakan  Minimal  Memperlihatkan  Mengancam,
 Lemah gerakan yang ekspansi
 Resah sesuai gerakan
Kontak mata  Sedikit atau  Sekali-sekali  Melotot
tidak  Sesuai dengan
kebutuhan
interaksi

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien
dan didukung dengan hasil observasi.
1. Data Subjektif:
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/ melukai
2. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

E. Perilaku
Klien dengan gangguan perilaku kekerasan memiliki beberapa perilaku
yang perlu diperhatikan. Perilaku klien dengan gangguan perilaku
kekerasan dapat membahayakan dirinya, orang lain atau lingkungan.
Adapun perilaku yang harus dikenali dari klien gangguan risiko perilaku
kekerasan antara lain:
1. Menyerang atau menghindari
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil
melebar, mual, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urine dan
saliva meningkat, konstipasi, ketegangan otot seperti: rahang terkatup,
tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertaireflek cepat.
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam ekspresi
kemarahannya yaitu sifat perilaku pasif, sgresid, dan asertif
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan pada diri semdiri,
orang lain, maupun lingkungan.

F. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan
wawancara melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang menyebabkan Anda
marah?
b. Coba Anda ceritakan apa yang Anda rasakan ketika marah?
c. Perasaan apa yang Anda rasakan ketika marah?
d. Sikap atau perilaku atau tindakan apa yang dilakukan saat Anda
marah?
e. Apa akibat dari cara marah yang Anda lakukan?
f. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah Anda
hilang?
g. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan
kemarahan Anda

Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan


melalui observasi adalah sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan risiko perilaku kekerasan dirumuskan jika
klien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah
melakukan periaku kekerasan dan belum mampu mengendalikan
perilaku kekerasan tersebut.

3. Perencanaan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda- tanda perilaku kekerasan.
d. klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
e. Klien dapat mengidentifika-si akibat dari perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara kon-truksif atau cara-cara sehat
dalam meng-ungkapkan kemarahan.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
h. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol re-siko
perilaku kekerasan.
i. Klien menggu-nakan obat sesuai progam yang telah ditetapkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus :
Sdr. T (19 tahun) datang ke RSJ karena di rumah ia sering menyendiri,
marah-marah dan sering memukul-mukul diri ke tembok. Di awal
pengkajian Sdr. T mengatakan “aku ini sangat bodoh dan sangat
memalukan. Kepandaianku sebanding dengan kebodohan seekor keledai”. 2
minggu sebelum MRS Sdr T suka menyendiri dikamar, tak mau berinteraksi
dengan orang lain, tak mau makan minum dan mandi. Hal ini terjadi sejak ia
mendapat kabar buruk tentang dirinya. T yang pandai dalam semua bidang
pelajaran menerima hasil UJIAN NASIONAL yang menyatakan bahwa
dirinya TIDAK LULUS ujian yang sangat membuatnya malu dan merasa
sangat bodoh dan membuatnya syok. T mengatakan “mengapa ini terjadi
padaku? Tuhan tidak adil. T selalu memukul orang yang menayakan tentang
ketidak lulusannya.

A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan
perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor rekam medic
c. Perawat menuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah
ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alcohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individu dengan gangguan mood
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri
klien
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang
sulit)
b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana
tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat
kegelisahan, keparahan gangguan mood)
d. Sistem pendukung yang ada
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain
(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan
riwayat penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau
keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan,
gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan
sendiri.
Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DS: klien merasa tidak berguna, Gangguan konsep diri: harga diri rendah
merasa kosong
DO: kehilangan minat melakukan
aktivitas
DS: klien merasa minder kepada Isolasi sosial: menarik diri
kedua adiknya, sedih yang
berlebihan
DO: klien menghindar dan
mengurung diri
DS: Klien mengatakan benci atau perilaku kekerasan terhadap orang lain
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras,pandangan tajam.
DS : Klien mengatakan benci atau Risiko tinggi mencederai orang lain
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras,pandangan tajam.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. perilaku kekerasan terhadap orang lain
4. Risiko tinggi mencederai orang lain

Pohon Masalah
Risti mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Efek

Perilaku Kekerasan Care Problem

Gangguan konsep diri : HDR Penyebab

C. Perencanaan
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Risiko Perilaku TUM : Klien Klien menunjukkan 1.1 Bina hubungan Kepercayaan
Kekerasan dan keluarga tanda-tanda saling percaya de- dari klien meru-
mampu percaya kepada ngan mengemukakan pakan hal yang
mengatasi atau perawat melalui: prinsip komunikasi akan memudah
mengendalikan a. Ekspresi terapeutik : perawat dalam
risiko perilaku wajah cerah, a. Mengucapan melakukan pen-
kekerasan. tersenyum salam terapeutik. dekatan kepera-
b. Mau Sapa klien watan atau inter-
TUK 1 : berkenalan dengan ramah, vensi selanjut-
1. Klien c. Ada kontak baik verbal nya terhadap
dapat mata maupun non klien.
membina d. Bersedia verbal.
hubungan menceritakan b. Berjabat tangan
saling perasaannya dengan klien.
percaya e. Bersedia c. Perkenalan diri
mengungkapk dengan sopan.
an masalah d. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai
klien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak
topik, waktu dan
tempat setiap
klien bertemu
klien.
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
h. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi: 2.1 Bantu klien Menentukan me-
Klien dapat setelah 3x mengung-kapkan kanisme koping
mrngidentifika intervensi, klien perasaan yang dimiliki
si penyebab dapat: marahnya : oleh klien dalam
perilaku 1. Menceritakan a. Diskusikan menghadapi ma-
kekerasan yang penyebab bersama klien salah. Selain itu,
dilakukannya. perilaku untuk mencerita- juga sebagai
kekerasan kan penyebab langkah awal
yang dilaku- rasa kesal atau dalam menyusun
kannya. rasa jengkelnya. strategi
2. Menceritakan b. Dengarkan berikutnya.
penyebab penjelasan klien
kekerasan tanpa menyela
jengkel/kesal atau memberi
baik dari diri penilaian pada
sendiri maupun setiap ungkapan
lingkungannya. perasaan klien.

TUK 3: Kriteria Evaluasi : 3.1 Membantu klien Deteksi dini


Klien dapat Setelah 3x mengung- dapat mencegah
mengidentifika intervensi, klien kapkan tanda tindakan yang
si tanda- tanda dapat men- tanda perilaku bisa membaha-
perilaku ceritakan tanda- kekerasan yang yakan klien dan
kekerasan. tanda perilaku dialaminya : lingkungan
kekerasan secara : a. Diskusikan dan sekitar.
a. Fisik : mata motivasi klien
merah, tangan untuk
mengepal, menceritakan
ekspresi tegang kondisi fisik
dll saat perilaku
b. Emosional : kekerasan
perasaan marah, terjadi.
jengkel, bicara b. Diskusikan dan
kasar. motivasi klien
c. Social : untuk
bermusuhan menceritakan
yang dialami kondisi
saat terjadi emosinya saat
perilaku ke- terjadi perilaku
kerasan. kekerasan.
c. Diskusikan dan
motivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi
psikologis saat
terjadi perilaku
kekerasan.
d. Diskusikan dan
motivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi
hubungan orang
lain saat terjadi
perilaku
kekerasan.
TUK 4 : klien Kriteria Evaluasi : 4.1 diskusikan Melihat
dapat Setelah 3x dengan klien mekanisme
mengidentifika intervensi klien seputar perilaku koping klien
si jenis menjelaskan : kekerasan yang dalam menyele-
perilaku a. Jenis jenis dilakukan saikan masalah
kekerasan yang ekspresi selama ini. yang dihadapi.
pernah kemarahan 4.2 Motivasi klien
dilakukannya. yang selama ini mence-ritakan
dilaku-kannya. jenis jenis
b. Perasaan saat tindak
mela-kukan kekerasan yang
kekerasan selama ini
pernah
dilakukan.
4.3 Motivasi klien
men-ceritakan
perasaan klien
setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi.
4.4 Diskusikan
apakah dengan
tindakan keke-
rasan yang
dilakukan,
masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 5.1 Diskusikan de- Membantu klien
Klien dapat Setelah 3x inter- ngan klien melihat dampak
mengidentifika vensi, klien men- akibat negatif yang ditimbul-
-si akibat dari jelaskan akibat ya- atau tindakan kan akibat
perilaku keke- ng timbul dari tin- kekerasan yang perilaku keke-
rasan. dak kekerasan yang dilakukan pada : rasan yang dila-
dilakukannya: a. Diri sendiri kukan klien.
a. Diri sendiri : b. Orang lain/
luka, dijauhi keluarga
teman. c. Lingkungan
b. Orang lain /
keluarga: luka,
tersinggung,
ketakutan.
c. Lingkungan :
barang atau
benda rusak.
TUK 6 : Kriteria Evaluasi : 6.1 Diskusikan de- Menurunkan
Klien dapat Setelah 3x in- ngan klien se- perilaku yang
mengidentifika tervensi, klien da- putar : destruktif yang
si cara kon- pat menjelaskan ca- a. Apakah klien berpotensi men-
truksif atau ra cara sehat dalam mau mempe- cederai klien dan
cara-cara sehat mengungkapkan lajari cara baru lingkungan
dalam meng- kemarahan. mengungkapkan sekitar.
ungkapkan marah yang
kemarahan. sehat.
b. Jelaskan ber-
bagai alternative
pilihan utuk
mengungkapkan
kemarahan se-
lain perilaku ke-
kerasan yang
diketahui klien.
c. Jelaskan cara-
cara sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan :
1) Cara fisik :
nafas dalam,
pukul bantal.
2) Verbal :
mengungkap-
kan bahwa diri
nya sedang
kesal kepada
orang lain.
3) Sosial : latihan
asertif dengan
orang lain.
4) Spiritual : doa,
dzikir,
meditasi.

TUK 7 : Kriteria Evaluasi : 7.1 Diskusikan cara Keinginan untuk


Klien dapat Setelah 3x yang mungkin marah yang
mendemonstra intervensi, klien dipilih serta tidak bisa
sikan cara memperagakan anjurkan klien diprediksi
mengontrol cara mengontrol memilih cara waktunya serta
perilaku perilaku kekerasan yang mungkin siapa yang
kekerasan. secara fisik, verbal, diterapkan untuk memicu
dan spiritual mengungkapkan meningkatkan
dengan cara : kemarahannya. kepercayaan diri
a. Fisik : tarik 7.2 latih klien klien serta
nafas, memukul memperagakan asertifitas klien
bantal cara yang dipilih saat marah.
b. Verbal : meng- dengan melak-
ungkapkan sanakan cara
perasaan kesal yang dipilih.
tanpa 7.3 Jelaskan manfaat
menyakiti. cara tersebut.
c. Spiritual : doa, 7.4 Anjurkan klien
dzikir menirukan pe-
ragaan yang su-
dah dilakukan.
7.5 Beri penguatan
pada klien, per-
baiki cara yang
belum sempurna.
7.6 Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat marah
TUK 8 : Kritera Evaluasi : 8.1 Diskusikan pen- Keluarga
Klien menda- Setelah 3x inter- tingnya peran ser- merupakan
pat dukungan vensi, keluarga ta keluarga seba- sistem
keluarga untuk mampu: gai pendukung pendukung
mengontrol re- a. Menjelaskan ca- klien dalam utama bagi klien
siko perilaku ra merawat kli- mengatasi RPK. dan merupakan
kekerasan. en dengan RPK. 8.2 Diskusikan po- bagian penting
b. Mengungkap- tensi keluarga dari rehabilitasi
kan rasa puas untuk membantu klien.
dalam merawat klien mengatasi
klien dengan RPK .
RPK. 8.3 Jelaskan pe-
ngertian, penye-
bab, akibat dan
cara merawat
klien RPK yang
dilaksanakan oleh
keluarga.
8.4 Peragakan cara
merawat klien.
8.5 Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang cara
perawatan
terhadap klien.
8.6 Beri pujian
kepada keluarga
setelah peragaan.
8.7 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang
dilatihkan.
TUK 9 : Kriteria Evaluasi : 9.1 jelaskan manfaat Menyukseskan
Klien menggu- Setelah 3x menggunakan progam
nakan obat intervensi, klien obat secara ter- pengobatan
sesuai progam bisa menjelaskan : atur dan kerugian
yang telah a. Manfaat minum jika tidak me- Obat dapat
ditetapkan. obat minum obat. mengontrol RPK
b. Kerugian tidak 9.2 Jelaskan kepada klien
minum obat klien :
c. Nama obat a. Jenis obat Mengontrol
d. Bentuk dan b. Dosis kegiatan klien
warna obat c. Waktu minum obat dan
e. Dosis yang d. Cara mencegah putus
diberikan e. Efek obat.
f. Waktu 9.3 Anjurkan klien:
pemakaian a. Minta dan
g. Cara pemakaian menggunakan
h. Efek yang obat tepat waktu
dirasa b. Lapor ke
i. Klien perawat jika
menggunakan mengalami efek
obat sesuai yang tidak biasa
progam. 9.4 beri pujian
terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.

D. Evaluasi
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik
4. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene
5. Klien dapat meningkatkan harga diri
6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
7. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari
masalahnya
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
9. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harian
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku agresi yang menyebabkan
seseorang menyakiti orang lain, termasuk hewan dan benda disekitarnya.
Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan
dendam yang dapat membakitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu
cara untuk melawan.
Rentang respon pada perilaku kekerasan adalah: 1) Asertif , Kemarahan
yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. 2) Frustasi, Kegagalan
mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat. 3) Pasif, Respon
lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
4)Agresif , Perilaku destruktif tapi masih terkontrol dan 5)Amuk, Perilaku
destruktif dan tidak terkontrol.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan :


Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia,
Muhith, Abdul.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta : ANDI
Sutejo. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di
Pelayanan Klinis dan Komunitas. Yogyakarta : Deepublish
Andi Rezki Idir Rahma. Contoh Kasus Keperawatan Jiwa Dan Role
Play Pada Kasus Perilaku Kekerasan Pada Sdr. Makassar : Academia
diakses Di
https://www.academia.edu/38224649/CONTOH_KASUS_KEPERAWATA
N_JIWA_DAN_ROLE_PLAY_PADA_KASUS_PERILAKU_KEKERAS
AN_PADA_Sdr Pada tanggal 29 Juli 2019 pukul 21:47
Lampiran 1
ROLE PLAY
PERILAKU KEKERASAN

MODERATOR : NENENGHUJAIFAH
PASIEN : 1.
2.
3.
4.
PERAWAT : 1. FUJIATI
2. SITI NUR AZIZAH
3. M.FAJRI SALAM
4. ROSIH
5. VIRANDIA JULIANTI

Px dibawa ke Rumah Sakit Jiwa X oleh keluarga Px. Karena pasien


sering melukai diri sendiri atau orang lain, Menarik diri, Mata melotot atau
pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, mengamuk, ingin
berkelahi, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus, serta postur tubuh kaku.
Sehingga keluarga pasien merasa khawatir, jadi pasien dibawa ke Rumah Sakit
Jiwa X.

Hari Pertama cara mengontrol secara fisik ke-1.


Perawat membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, serta
akibatnya.
Perawat fujiati & Perawat siti nur azizah : “Selamat pagi Pak, perkenalkan nama
saya fujiati panggil saya fuji, dan say siti anur zizah panggil saya zizah, kami
perawat yang dinas di Rumah Sakit ini. Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil
siapa?”
Px : "herman, Panggil saja pak herman !"
Perawat F : “Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal
atau marah?”
Px :"Masih"
Perawat F :“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah bapak. Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-
bincang, Pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Px : "Iya"
Perawat F ;“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana
kalau 20 menit?”
Px :hanya mengangguk
Perawat S : “Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya
bapak pernah marah ? Penyebabnya apa?''
Px : " Pernah waktu saya pulang ke rumah, istri saya belum
menyediakan makanan."
Perawat S : " Samakah dengan yang sekarang?"
Px : "Tidak, istri saya tidak pecus merawat rumah.''
Perawat S : "O...iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak.”
Perawat f : “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke
rumah dan istri belum menyediakan makanan, apa yang Bapak
rasakan?” (tunggu respon pasien).
Px hanya diam saja.
Perawat f : “Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
Px : "Iya, memangnya kenapa ?"
Perawat F : “O....Begitu. Setelah itu apa yang bapak lakukan?, O...iya, jadi
bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah
dengan cara ini makanan terhidang?"
Px : "ya.. saya tidak tahu kan saya marah!, tanya saja sama istri
saya!."
Perawat S : "Begini Bapak hal itu jangan dilakukan, jika bapak memukul istri
bapak dan memecahkan piring, coba bapak pikirkan kerugian apa
yang bapak alami ?
Px : "Istri saya jadi sakit dan takut pada saya."
Perawat S : "Betul, istri bapak jadi sakit dan takut karena bapak memecahkan
piring-piring. Meurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Px hanya diam
Perawat S : “Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Pak. Salah
satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan rasa marah. Bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu?”
Px : "Iya"
Perawat S : “Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan
maka Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus..., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus
sekali, Bapak sudah dapat melakukannya.
Perawat F : "Sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak terbiasa
melakukannya. Bagaimana perasaannya pak ?”
Px : "Lumayan baik"
Perawat F : “ Nah...Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang
tentang kemarahan Bapak?”
Px : "Biasa saja."
Perawat F :“Ya sudah, jadi ada 2 penyebab Bapak marah?
Px :''ya istri saya tidak masak saat saya sudah pulang dan tidak becus
untuk membersihkan rumah?''
Perawat S : ''Dan apa yang Bapak rasakan dan bapak lakukan tadi coba
sebutkan?
Px : ''Baik"
Perawat f : ''Serta akibatnya jika melakukan tindakan kekerasan yang pernah
bapak lakukan."
Px : "Istri saya jadi takut karena saya memecahkan piring''.
Perawat S : ''Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Pak, berapa kali sehari
Bapak mau latihan napas dalam?
Px : ''Iya, Kalau saya lagi marah saja.''
Perawat F : “Baiklah, bagaimana kalau besok kita akan melakukan latihan
napas dalam dan kegiatan yang kedua, yaitu mencegah/mengontrol
marah bapak dengan memukul kasur dan bantal. Bagaimana bapak
setuju ? Bagaimana kalau di kamar bapak saja, bapak setuju?”
Px : " Iya terserah"
Perawat F : “Baik, besok kita latihan cara lain untuk mencegah/mengontrol
marah? Selamat pagi!”
Px :Pasien hanya diam.

Hari kedua Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


Perawat mengevaluasi latihan napas dalam, dan melatih pasien memukul kasur
dan bantal untuk mengontrol marah dan menyusun jadwal kegiatan harian cara
kedua
Perawat m.fajri salam : “Selamat pagi, Pak. Saya perawat rosih dan di samping
saya perawat virandia , menggantikan perawat fuji dan perawat siti nur azizah
untuk melakukan kegiatan yang kedua sesuai jadwal."
Perawat R : “Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang
menyebabkan Bapak marah?. Apakah latihan napas dalamnya
sudah dilakukan?"
Px : "Iya sudah."
Ners R : "Coba saya lihat jadwal kegiatannya. Bagus sekali, Bapak telah
melakukan dengan baik.”
Ners V : “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
Ners V : “Dimana kita bicara?. Bagaimana kalau di kamar bapak ?"
Px : "Iya."
Ners V : " Baik mari kita ke kamar bapak, kamar bapak nomor berapa ?.
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Px : "Nomor 4. Iya"
Pasien dan Perawat R, serta Pearwat V pergi ke kamar pasien.
Perawat R : “Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul
perasaan kesal, dada berdebar-debar, mata melotot, selain napas
dalam Bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal. O...iya
pertama coba bapak lakukan napas dalam.
Px langsung melakukan napas dalam.
Perawat V : "Bagus sekali bapak sudah melakukannya. Sekarang mari kita
latihan memukul kasur dan bantal. Jadi kalau nanti Bapak kesal
dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba Bapak
lakukan, pukul kasur dan bantal.
Px :melakukan puku kasur dan bantal.
Perawat R : "Ya, bagus sekali Bapak melakukannya.”
Setelah melakukan kegiatan tersebut, tiba-tiba pasien mengamuk dan membuang
bantal ke wajah perawat. Sedangkan perawat R mencoba mengatasi kemarahan
pasien, dan perawat V memanggil Perawat F dan perawat S yang berjaga pada
waktu itu ke ruangannya.
Ners V : "Ners, pasien yang berada di kamar nomor 4 mengamuk, ayo
cepat kita kesana, dan bawa alat yang diperlukan."
Ners R, F, S segera bergegas ke kamar pasien, setelah sampai perawat melakukan
pengikatan fisik pada pasien dengan disertai memberikan obat psikotropika, agar
pasien tenang.
Perawat R : "Perawat V bagaimana kalau kita akhiri saja kegiatan hari ini, dan
kita lanjutkan besok saja ?"
Perawat V : "Baiklah."
Perawat R : "Terima kasih perawat F dan perawat S telah membantu.
Sekarang kita biarkan pasien tenang, dan selamat pagi."
Perawat F dan perawat S : "selamat pagi."

Hari ke Tiga Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal


dan Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
Perawat mengevaluasi jadwal harian untuk mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik ke-2, melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik,
mengungkapkan marah secara verbal, Latihan sholat/berdoa, Buat jadwal
sholat/berdoa.
PERAWAT F : “Selamat pagi, Pak. Saya perawat F dan di samping saya Ners
RENITA,
menggantikan Ners ENY dan Ners ISTI untuk melakukan kegiatan
yangkedua sesuai jadwal."
Perawat S: “Bagaimana, Pak, kemarin sudah dilakukan latihan tarik napas dalam
dan
pukul kasur bantal, bagaimana kalau kita ulangi sekali lagi, apa bapak
setuju ?
Px : "Iya setuju"
Pasien melakukan kegiatan tersebut.
Perawat F : "Bapak melakukannya dengan baik sekali. Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan tadi?”
Px : "Saya merasa lebih baik."
Perawat S : "Bagus, Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya. Bagus, Nah
kalau tarik
napas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
setelah
diingatkan suster atau Ibu baru dilakukan maka tulis B, artinya
dibantu atau
diingatkan. Kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum dapat
melakukan.”
Perawat F : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah
dan latihan sholat/berdoa?”
Px : "Iya"
Perawat S : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang
tamu?”
Px : "Iya, baiklah."
Perawat F : “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit?”
Px : "Iya"
Perawat S : “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan mealui tarik napas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya Pak, yaitu: Meminta dengan baik tanpa marah dengan
nada suara yang rendah serta tidak mengunakan kata-kata kasar. Misalnya bapak
meminta uang kepada istri bapak, coba bapak minta uang dengan baik: Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok. Nanti dapat dicoba disini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba Bapak praktikan."
Px : "Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok."
Perawat F: "Bagus Pak. Nah...sekarang menolak dengan baik, jika ada yang
menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya, katakan: Maaf saya tidak dapat
melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba bapak praktikan."
Px : " Maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang ada kerjaan."
Perawat S : " Bagus Pak. Kemudian mengungkapkan perasaan kesal, jika ada
perlakuan orang lain yang membuat kesal, Bapak dapat mengatakan: saya jadi
ingin marah karena perkataan itu. Coba praktikan."
Px : " saya jadi ingin marah karena perkataan itu."
Perawat F: "Bagus. Sekarang coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak
lakukan!"
Px : "saya beribadah shalat 5 waktu sehari"
Perawat S : "Bagus. Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak duduk dan tarik
napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks, jika tidak
reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat. Coba bapak sebutkan sholat 5
waktu!"
Px : "subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya'."
Perawat F : "Bagus. Mau coba yang mana?"
Px : "subuh."
Perawata S : "Coba praktekkan” (bagi yang muslim).
Pasien mempraktekkan shalat subuh.
Perawat F: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
Px : "saya merasa lebih baik."
Perawat S : “Jadi sudah berapa cara yang kita pelajari?"
Px : "Empat."
Perawat F : "Bagus. Mari kita masukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan
bapak. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi
ya, Pak. Sekarang kita masukkan di jadwal kegiatan Bapak. Mau berapa kali
bapak sholat?"
Px : " 5x."
Petawat S :"Baik kita masukkan ke jadwal. Coba Bapak sebutkan lagi shalat 5
waktu tadi."
Px : " subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya'."
Perawat F : “Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi!. Besok kita ketemu lagi ya Pak, nanti kita akan membicarakan
cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah Bapak, setuju Pak
?”
Px : " iya"
Perawat S : “Bagaimana kalau tempatnya sama, bapak setuju?”
Px : "Setuju"
Perawat F : “Mau pukul berapa, Pak ? Seperti sekarang saja, pukul 10 ya ?”
Px : "Iya, baik"

Hari keempat Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


Perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah
yang sudah dilatih, melatih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan kegunaan obat dan akibat
berhenti minum obat, menyusun jadwal minum obat secara teratur
Perawar M: “Selamat pagi, Pak. Saya perawat M fajri salam dan di samping saya
Ners
OKTA,
menggantikan perawat M fajri untuk melakukan
kegiatan yang kedua sesuai jadwal."
Perawat M : “Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat ?
Px : "iya sudah."
Perawat M : "Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ? Coba
kita
lihat cek kegiatannya. Jadi rasa marah sudah berkurang?.”
Px : "sudah"
Perawat M : “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ?”
Px : "Iya Baik"
Perawat M : “Di mana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat ini
saja?”
Px : "Iya disini saja."
Perawat M : “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20
menit?”
Px : "Iya, 20 menit saja."
Perawat M : “Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Px : "Iya saya sudah dapat."
Perawat M : "Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja?" Jam
berapa Bapak minum ? Bagus!”
Px : "ada 3, oranye, putih, merah jambu"
Perawat M : "Bagus. Jam berapa bapak minum ?"
Px : "Jam 7 pagi, jam 1 siang, jam 7 malam."
Perawat M : "Bagus. Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye
namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar
rileks dan
Btenang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran
teratur dan
rasa marah berkurang. Semua ini harus Bapak minum 3 kali sehari
pada
pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
Perawat M : “Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
membantu
mengatasinya Bapak dapat mengisap-isap es batu. Bila terasa mata
berkunang
kunang, Bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.”
Px : "Iya"
Perawat M : "Sebelum minum obat ini Bapak lihat dulu label di kotak obat apakah
benar
nama Bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus di minum, pukul
berapa
saja harus di minum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?
Di
sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar
obatnya!"
Px : "Boleh saya catat saja ? soalnya terlalu banyak yang harus diingat."
Petawat M : "Iya bapak silahkan. Lalu jangan pernah menghentikan minum obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter ya Pak, karena dapat terjadi
kekambuhan.”
Px : "Iya sus."
Perawat M : "Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya,
Pak.”
Pasien hanya mengangguk.
Perawat M : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
Px : "saya merasa lebih baik."
Perawat M : “Coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum!
Bagaimana cara
minum obat yang benar
Px : " CPZ , THP, HLP."
Perawat M : “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?”
Px : "Sudah 5"
Perawat M : “Nah, Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum
obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya pak!.”
Px : "Iya"
Perawat M : “Baik, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana
Bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah."
Px : "iya"
Perawat M : “Bagaimana kalau tempatnya sama seperti ini, di ruang tamu saja,
bapak
setuju?”
Px : "Iya saya setuju."
Perawat M : “Mau pukul berapa, Pak ? Seperti sekarang saja, pukul 10 ya ?”
Px : "Iya pukul 10 saja."
Perawat M : "Sampai jumpa!”
(Bersalaman)
Beberapa bulan kemudian pasien sembuh, dan dibawa pulang ke rumah.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai