Bab II Gizi
Bab II Gizi
TINJAUAN TEORITIS
= N intake – N ekskresi
X 100
N intake x digestibility
= N intake – N ekskresi
X 100
N intake
3) PER = weight gain (grams) pro-intake (gain weight per g dari
protein yang ter”ingesti” padarat muda)
4) Defisiensi: energi – prot – malnutrition
a. Kwarshiorkor
b. Marasmus
2.11 Sumber Protein
Berbagai bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber protein,
baik berasal dari bahan hewani maupun nabati, diantaranya :
1. Daging berwarna merah termasuk daging sapi, kambing, babi
2. Daging ayam, telur, ikan, susu, keju, dianggap mengandung
komplet protein yang efisien untuk tubuh
3. Golongan kacang-kacangan : legume, kacang kedelai, kacang
hujau ; khusus untuk kedelai yang dibuat sebagai tahu dan tempe,
disebut TVP (Textured Vegetable Protein) sampai sekarang terus
dilakukan penelitian ekstensif yang dikembangkan untuk komersial
4. Legume mengandung 20% protein, tetapi sereal kurang protein
dibanding legume. Walau demikian masih dapat dipakai sebagai
sumber protein (sereal seperti beras mengandung 7% protein,
sedangkan gandum mengandung 12%).
Protein lengkap dan tidak lengakap dapat ditemui diberbagai
makanan dengan fungsi yang berbeda :
klasifikasi Sumber makanan Fungsi
Protein lengkap Heawani : daging 1. Pemacu pertumbuhan
sapi,kambing, babi, sumber pokok
ikan, keju, susu jaringan
Protein tidak Nabati : legumin 2. Pembentukan
lengkap kecang-kacangan, hormone, enzim,
sereal (beras, jagung, antibodi
tepung), gelatin 3. Pengatur
keseimbangan asam
basa
4. Sumber pokok dari
tekanan osmotic
5. Energy 4kkal/g
2.12 Akibat Kekurangan Protein
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial
ekonomi rendah. Kebutuhan protein murni pada stadium berat
menyebabkan Kwashiorkor pada anak-anak balita. Istilah ini pertama kali
dikenalkan oleh Dr. Cecily William tahun 1933., ketika ia menemukan
keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghan, kwarshoirkor artinya
penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang ditunggu
kelahirnnya. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan
dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan
marasmus sindroma.
1. Kwarshiorkor
Kwarshiorkor lebih banyak terdapat pada usia 2-3 tahun,
yang sering terjadi anak terlambat menyapih sehingga
komposisi gizi makanan tidak seimbang dalam hal protein.
Kwarshiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup
atau gejalanya adalah pertumbuhan terhambat, otot-otot
berkurang dan melemah, wajah bulat seperti bulan (moon face)
dan gangguan psikomotor. Edema terutama pada perut dan
tangan merupakan ciri khas kwarshiorkor dan kehadirannya
erat berkaitan dengan dalam serum. Anak apatis, tidak ada
nafsu makan, tidak gembira dan suka merengek, mengalami
depigmentasi, kering, bersisik, pecah-pecah, dan dermatitis.
Rambut mengalami depigmetasi, menjadi lurus, kusam, halus.
Hti membesar dan berlemak, sering disertai anemia. Dan pada
orang dewasa jarang ditemukan.
2. Marasmus
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti merusak.
Marasmus awalnya merupakan penyakit pada bayikarena
terlambat diberi makanan tambahan. Penyakit ini terjadi karena
penyapihan mendadakformula pengganti ASI terlalu encer dan
tidak higienis atau sering kena infeksi terutama gastroenteritis.
Marasmus berpengaruh jangka panjang terhadap mental dan
fisik yang sukar diperbaiki.
Marasmus adalah penyakit kelaparan dan banyak
ditemukan pada kelompok sosial rendah di sebagian besar
negara sedang berkembang dan lebih banyak dari pada
kwarshiorkor. Gejalanya adalah pertumbuhannya terhambat,
lemak di bawah kulit berkurang, serta otot-otot berkurang dan
melemah. Berat badan lebih banyak terpengaruh dari pada
ukuran kerangka, seperti panjang, lingkar kepala dan lingkar
dada.berkuranya otot dan lemak dapat diketahui dari
pengukuran lingkar lengan, lipatan kulit daerah bisep. Tidak
ada edema tetapi pada kwashiorkor kadang-kadang terjadi
perubahan pada kulit, rambut dan pembesaran hati. Anak sering
kelihatan waspada dn lapar. Sering terjadi gastroenteritis diikuti
dehodrasi, infeksi saluran pernafasan,,tuberculosis, cacingan,
dan penyakit kronis lain. Dan sering disertai defisiensi vitamin .
2.13 Akibat Kelebihan Protein
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan
yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan
obesitas. Diet protein tinggi sering dianjurkan untuk menurunkan BB
kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain, terutama
pada bayi. Kelebihan asam amino membuat ginjal dan hati yang harus
memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen kreatinin dan ureum
darah. Ini dilihat pada bayi yang doberi yang diberi susu skim atau formula
yang konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6g/kg BB.
Dianjurkan untuk konsumsi adalah 2 kali AKG protein.