UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
KASUS
IDENTITAS
Nama : Nn. EAD
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Alamat : Mergangsan, YK
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA (Tamat)
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Lajang
Konttrol di RS : 25 November 2017
Preceptor: Dr. dr. Ronny Tri W., Sp.KJ Ko-asisten: Muhammad Hadiyan R
Pasien melanjutkan SMP swasta dan SMK di Jogja sampai lulus. Prestasi cukup.
Tak ada masalah bermakna dengan teman sebaya.
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien pertama kali bersekolah usia 5 tahun ke TK, lalu SD 6
tahun,lanjut sampai lulus SMK.
2. Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus SMK, pasien bekerja di pabrik susu sebagai buruh. Bekerja
kurang lebih lima tahun. Dalam pekerjaan pasien suka mengeluh lelah.
3. Riwayat Keagamaan
Pasien menjadi tidak taat beribadah semenjak sakit.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
5. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
6. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah mempunyai masalah yang berkaitan dengan hukum.
7. Aktivitas Sosial dan Kepribadian
Sebelum sakit pasien merupakan orang yang aktif dan ceria.. Orang tua
mengatakan pasien merupakan anak yang baik dan mandiri.
F. Riwayat Keluarga
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien sewaktu kecil diasuh
oleh keluarga sendiri. Dua saudara perempuan pasien berbeda usia 3 dan 6 tahun dari
pasien. Hubungan dengan adik-adiknya baik. Adik pasien sekarang telah menikah dan
mempunyai dua orang anak. Tahun 2010, pasien kehilangan ayahnya. Hubungan dengan
keluarga besar baik.
G. Situasi Hidup Sekarang
Sekarang, pasien tinggal bersama ibu dan keponakan pasien dari adik keduanya.
Adik pertama dan kedua tinggal di Jakarta bersama suaminya. Pasien dekat dengan
keponakannya, dengan adiknya hanya bertemu ketika libur panjang atau lebaran.
Keseharian pasien di rumah adalah menonton TV dan merapihkan rumah, sudah jarang
keluar rumah, kecuali ada acara keluarga. Tulang punggung keluarga pasien adalah ibu
pasien dan kedua adiknya.
H. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai
Pasien ingin hidup bahagia dan menikah
II. Diagnosis
Skizoafektif tipe manik (F25.0)
III. Terapi
a. Risperidone 1 mg/ 12 jam po
b. Haloperidol 1,5 mg/ 12 jam po
c. Hexymer 2 mg/ 12 jam po
d. Seroquel (Quetiapine) 200 mg/ 24 jam po
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Terpi non-farmakologi
Psikoedukasi keluarga tentang gangguan jiwa, menyikapi kekambuhan, pengawasan minum
obat dan kontrol rutin.
Terapi suportif
Psikoedukasi keluarga
Edukasi pada keluarga ini meliputi bagaimana cara menghadapi pasien di rumah:
Keluarga diberi penjelasan tentang penyakit pasien secara lengkap dan faktor-faktor apa saja
yang bisa menyebabkan kambuh, juga memperhatikan gejala yang muncul dan tidak
menganggap sepele hal tersebut.
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pasien, penataan ruang rumah yang nyaman dan
aman, mengurangi paparan dari lingkungan yang dapat menginduksi kekambuhan, memberikan
dukungan dan sikap yang nyaman bagi penderita.
Memberikan komunikasi yang efektif dengan cara; mengajak berbincang-bincang, bicara yang
jelas dan tidak kasar, melibatkan dalam peran aktivitas keluarga dan masyarakat setiap hari,
memotivasi penderita untuk menghadapi permasalahan dengan baik.
Mengawasi minum obat (PMO)
Mengantarkan/menemani pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk berobat
DISKUSI
Definisi
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif.
Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga
memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe
manik dan tipe depresif.
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi
atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi,
manik, atau episode campuran
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Tanda dan Gejala
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan
mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara
simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol
pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada
gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu
manik maupun depresif.
Suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenia dan manik yang sama-sama
menonjol dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala afektif diantaranya yaitu elasi
dan ideide kebesaran, tetapi kadang-kadang kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku
agresif serta ide-ide kejaran. Terdapat peningkatan enersi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi
yang terganggu, dan hilangnya hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham kejaran
mungkin ada. Gejala skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa pikirannya disiarkan atau
diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha mengendalikannya, mendengar suara-
suara yang beraneka beragam atau menyatakan ide-ide yang bizarre. Onset biasanya akut,
perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-
III): Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak
keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought
broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar; atau “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). “delusional perception” =
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi
dengan mahluk asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing),
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa
aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
Diagnosis
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan
skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau
campuran keduanya.
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun
gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif
mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.
Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah bahwa pasien
telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang
bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia.
Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu
tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus
ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria
dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri
psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.
DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan
skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien
diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu
episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe
depresif.7
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup
sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-
gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik
yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian
dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang
sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood)
pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit
yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit
tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode manik atau depresif (F30-F33)
Gangguan skizoafektif yaitu gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam satu episode penyakit (tidak memenuhi
kriteria diagnosis skizofrenia maupun gangguan afektif). Pedoman diagnosis gangguan
skizoafektif tipe manic berdasarkan PPDGJ-III yaitu 1). Kategori ini digunakan baik untuk
episode skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian
besar episode skizoafektif tipe manik. 2). Afek harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan afek yang tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak. 3). Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi
dua, gejala skizorenia yang khas. Pemeriksaan status psikiatri pada pasien ditemukan didapatkan
penampilan wajar, roman muka tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup, mood euforia,
afek inappropriate, bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi piker waham kebesaran dan
curiga ada , pada dorongan instingtual didapatkan ada
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS
riwayat insomnia dan raptus. Dari gejala di atas, pasien memenuhi kriteria skizoprenia yaitu
adanya waham kebesaran dan curiga, afek yang inappropiate sehingga dapat digolongkan
skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya gejala gangguan mood yaitu muka tampak
gembira, mood euforia, berpakaian yang aneh sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya
gejala skizofrenia bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai “Skizoafektif
Tipe Manik (F25.0).
PRESENTASI KASUS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta
Disusun oleh :
Muhammad Hadiyan Rasyadi
20164011192
Dokter Pembimbing :
Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ