Anda di halaman 1dari 15

Kreano 7 (2) (2016): 217-231

Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano

Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan


Masalah Matematika pada Pembelajaran Kooperatif
Resiprokal
Rochmad, 1A. Agoestanto, dan 1A.W. Kurniasih
1

1
Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Email: rachmadmanden@yahoo.com
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v7i2.4980
Received
Received:January
: 2016;
February, Accepted: May,
2016; Accepted: March 2016;
2016; Published:
Published: June 2016
December, 2016

Abstrak
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini
iniadalah
adalahmengetahui
mengetahuigrafik
grafiktime-line
time-line dalam
dalam diskusi
diskusi untuk
untuk pemecahan
pemecahan masalah
masalah opened-ended
opened-ended
dalam pembelajaran
dalam pembelajarankooperatif
kooperatifresiprokal,
resiprokal,mendeskripsikan
mendeskripsikanlangkah-langkah
langkah-langkah kegiatan
kegiatan pemecahan
pemecahan masalah open-
masalah
ended dalamdalam
open-ended diskusi kelompok
diskusi padapada
kelompok pembelajaran
pembelajarankooperatif
kooperatifresiprokal, dan dan
resiprokal, mendeskripsikan
mendeskripsikan karakteristik ber-
karakteristik
berpikir kritis
pikir kritis siswa
siswa dalam
dalam menyelesaikan
menyelesaikan masalah
masalah open-ended.
open-ended. Penelitian
Penelitian ini ini merupakan
merupakan penelitian
penelitian kualitatif.
kualitatif. Kegiatan
Kegiatan pada penelitian
pada penelitian ini adalahinipembelajaran
adalah pembelajaran
resiprokalresiprokal 2 kali mendapatkan
2 kali untuk untuk mendapatkan data time-line
data time-line tahaptahap berpikir
berpikir kritis
kritis dan time-line
dan time-line aktivitas
aktivitas pemecahan
pemecahan masalah
masalah matematika,
matematika, tes berpikir
tes berpikir kritiskritis 2 kali,
2 kali, analisis
analisis karakteristik
karakteristik berpikir
berpikir kritis
kritis berdasarkan tes 1 dan 2. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ngadirejo
berdasarkan tes 1 dan 2. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ngadirejo Te-
Temanggung. Hasil penelitian ini adalah 4 kelompok diskusi melakukan tahap strategi pada berpikir kritis lebih lama
manggung. Hasil penelitian ini adalah 4 kelompok diskusi melakukan tahap strategi pada berpikir kritis lebih lama
dibandingkan tahap berpikir kritis lainnya (klarifikasi, simpulan, dan strategi. Untuk memecahkan masalah
dibandingkanpada
matematika, tahap berpikir
langkah kritis lainnya
pertama (klarifikasi, masalah.
yaitu memahami simpulan,Padadan strategi.
langkah ini Untuk
siswamemecahkan masalahaktivitas
dominan melakukan matema-
bertanya dan memprediksi. Pada langkah kedua yaitu merencanakan penyelesaian, siswa dominan melakukan ber-
tika, pada langkah pertama yaitu memahami masalah. Pada langkah ini siswa dominan melakukan aktivitas
tanya dan
kegiatan memprediksi.
bertanya Pada langkah
dan menjelaskan. kedua
Pada yaitu
langkah merencanakan
ketiga penyelesaian,
yaitu melaksanakan siswa dominan
penyelesaian, melakukan kegia-
siswa dominan
tan bertanya
melakukan dan menjelaskan.
kegiatan menjelaskanPada langkah ketiga
dan bertanya. yaitu pada
Sedangkan melaksanakan penyelesaian,
langkah keempat siswa dominan
yaitu mengecek melakukan
kembali, siswa
kegiatan melakukan
dominan menjelaskan dan bertanya.
kegiatan Sedangkan pada langkah keempat yaitu mengecek kembali, siswa dominan
menjelaskan.
melakukan kegiatan menjelaskan. Karakteristik subjek yang dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis
tinggi adalah 1) siswa sempurna melakukan tahap klarifikasi, 2) siswa kurang sempurna sampai dengan sempurna
melakukan tahap evaluasi, 3) siswa sempurna melakukan tahap simpulan, dan 4) kurang sempurna sampai dengan
sempurna melakukan tahap strategi. Karakteristik subjek yang dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis
sedang adalah 1) siswa kurang sempurna sampai dengan sempurna sempurna melakukan tahap klarifikasi, 2) siswa
tidak sempurna sampai dengan sempurna melakukan tahap evaluasi, 3) siswa kurang sempurna melakukan tahap
simpulan, dan 4) kurang sempurna sampai dengan sempurna melakukan tahap strategi. Karakteristik subjek yang
dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis rendah adalah 1) siswa tidak sempurna sampai dengan kurang
sempurna sempurna melakukan tahap klarifikasi, 2) siswa tidak sempurna melakukan tahap evaluasi, 3) siswa tidak
sempurna melakukan tahap simpulan, dan 4) siswa tidak sempurna melakukan tahap strategi.

Abstract
The purpose of this study was to determine the chart time-line in the discussion for troubleshooting opened-ended in
cooperative learning reciprocal, describe the steps to solving open-ended discussion group on cooperative learning re-
ciprocal, and describe the characteristics of students’ critical thinking in problem solving open -ended. This research is
qualitative. Activities in this study is a reciprocal learning 2 times to get data time-line phase of critical thinking and time-
line activity mathematical problem solving, critical thinking test 2 times, analyzes the characteristics of critical thinking
based on tests 1 and 2. The source of data in this study were students class VIII SMP Negeri 1 Temanggung Ngadirejo.
The results of this study are four discussion groups to stage strategy on critical thinking longer than the stage of critical
thinking more (clarification, conclusions, and strategies. To solve mathematical problems, the first step is to understand
the problem. In this step students Dominant activities ask and predict . in the second step is to plan the completion, stu-
dents are the dominant activities ask and explain. in the third step of carrying out the settlement, the students dominant
activity explain and ask questions. While in the fourth step is to check back, student predominant activity explained.
Characteristics of the subjects were categorized as having high critical thinking skills are 1) the perfect student conduct
clarification stage, 2) students less than perfect to perfectly perform the evaluation phase, 3) the student is perfect to
stage the conclusions, and 4) is less than perfect to perfectly perform step strategy. Characteristics of the subjects were
categorized as having the ability to think critically moderation is 1) the student is less than perfect until the perfect lo-
cation to stage the clarification, 2) students are not perfect to perfectly perform the evaluation phase, 3) the student is

© 2016 Semarang State University. All rights reserved UNNES JOURNALS


p-ISSN: 2086-2334; e-ISSN: 2442-4218
218 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

PENDAHULUAN Soal “Jajargenjang dengan sisi 29 cm dan 17


Berdasar kurikulum 2013, salah satu kompe- cm, serta tingginya 19 cm. Berapakah luas ja-
tensi yang harus dikembangkan dalam pem- jargenjang tersebut?”
belajaran matematika di SMP adalah kemam- Seorang siswa menggambar sketsa si-
puan berpikir kritis dan kreatif. Pada jenjang tuasi dari masalah tersebut sebagai berikut.
SMP/MTs kemampuan berpikir kritis siswa
tergolong rendah, khususnya pada kompe-
17cm
tensi pemecahan masalah open-ended. Kon- 19 cm

sep-konsep dasar untuk dapat memecahkan


masalah dengan baik diperlukan kemampuan 29 cm
berpikir kritis, dan kemudian memungkinkan
siswa berpikir kreatif. Untuk belajar matema- Luas = 17 x 19 = 323
tika di tingkat SMP/MTs kemampuan berpikir Jadi luas jajargenjang = 323 cm2.
kritis mendahului kemampuan berpikir kre- Berdasar hasil kerja siswa tersebut, para
atif. Pada prinsipnya kurikulum 2013 untuk siswa diminta menganalisis dan mengevaluasi
membangun para siswa mampu berpikir kre- kebenaran/kesalahan jawabannya. Dan kepa-
atif. Karena dalam matematika kemampuan da siswa diajukan pertanyaan sebagai berikut.
berpikir kritis bagi siswa dipandang sebagai Pahami masalahnya, cermati sketsa gambar
dasar untuk dapat berpikir kreatif, maka da- tersebut.
lam penelitian ini memfokuskan pada penyeli-
dikan berpikir kritis siswa dalam memecahkan (1) Jika Anda berpendapat sketsa gambar itu
masalah matematika open-ended. benar, tulislah alasannya!
Fakta di lapangan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam kategori rendah. Sebagai (2) Jika Anda berpendapat sketsa gambar itu
contoh ketika siswa di suatu kelas VII SMPN salah, tulislah alasannya; dan betulkan agar
2 Temanggung diminta menilai benar atau sa- sketsa gambarnya benar!
lah pernyataan: “persegi adalah persegi pan-
Hasil dari jawaban siswa sebagai beri-
jang,” dari 30 siswa yang menjawab “benar
kut. Hampir semua siswa kelas VIII menyata-
bahwa persegi adalah persegi panjang” hanya
kan sketsa gambar sudah benar, tidak ada
dua siswa. Ini mengindikasikan sebagian be-
kesalahan, dan luasnya 323 cm2 sudah benar.
sar siswa belum dapat berpikir kritis dalam hal
Guru mengatakan sketsa gambar itu salah!
menghubungkan konsep persegi panjang dan
Sekali lagi, para siswa diminta menganalisis
persegi. Siswa masih tercekat dengan masa-
dan mengevaluasi mengapa jawaban siswa
lah kontekstual, yakni apa yang dilihat bukan
tersebut salah. Tak satupun siswa mengetahui
apa yang ada dalam “pikiran” tentang definisi
bahwa pekerjaan siswa (atau dirinya) itu sa-
“persegi panjang” dan “persegi.” Dalam piki-
lah. Ini mengindikasikan kemampuan berpikir
ran siswa tidak “kritis,” yakni tidak mengerti
kritis siswa dalam kategori “kurang.” Ada sis-
bahwa “persegi adalah persegi panjang yang
wa yang mencoba membetulkan sketsa gam-
semua sisinya sama panjang.” Akibatnya lebih
bar menjadi sebagai berikut.
lanjut siswa juga tidak mengerti bahwa him-
punan semua persegi adalah himpunan bagi-
an dari himpunan semua persegi panjang.
Berkaitan dengan kemampuan berpikir 17 cm 19 cm
kritis dan kreatif siswa SMP. Berikut ini ilustra-
si dari hasil analisis kemampuan berpikir kre-
29 cm
atif siswa yang datanya diperoleh melalui tes
dan wawancara. Analisis sederhana tentang
pemecahan masalah luas daerah segitiga Pembetulan ini menjadi “semakin” sa-
yang hasilnya secara kualitatif menunjukkan lah, mustahil dalam suatu segitiga siku-siku
siswa kurang kritis dan kreatif. panjang proyeksinya lebih panjang dari sisi
miringnya.
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 219

Pemikiran siswa kurang mampu men- masuk akal dan reflektif ini digunakan untuk
gaitkan antara beberapa konsep matemati- mengambil keputusan.
ka, misalnya Teorema Pytahgoras dan situ- Pada saat berpikir kritis, seseorang
asi nyata (kontekstual). Ini mengindikasikan akan melalui suatu tahapan berpikir. Menurut
kekurangkritisan siswa dalam memecahkan Perkins & Murphy (2006) berpikir kritis mela-
masalah. Dalam desain sebenarnya, misalnya lui 4 tahap penting yaitu klarifikasi, evaluasi,
dalam konstruksi jaringan permesinan sketsa penyimpulan dan strategi/taktik. Tahap ke-
gambar tersebut “tidak dapat dibuat,” pan- mampuan berpikir kritis pada penelitian ini
jang titik proyeksi ke salah satu titik sudut ja- adalah adalah langkah-langkah berpikir kri-
jargenjang mustahil kurang dari 17 cm. tis yang mencakup kemampuan klarifikasi,
Doolittle et al, (2006), mengemukakan evaluasi, penyimpulan, strategi/taktik. Tahap
pengertian pembelajaran resiprokal adalah klarifikasi merupakan tahap menyatakan,
strategi pembelajaran yang berdasar pada mengklarifikasi,menggambarkan atau men-
pemodelan dan petunjuk praktis, yakni mula- definisi masalah. Tahap evaluasi merupakan
mula instruktur, guru, atau dosen mula-mula tahap menilai aspek-aspek seperti membuat
menjadi model dan kemudian secara bertahap keputusan pada situasi, mengemukakan
tanggungjawab menjadi model beralih pada fakta-fakta argumen atau menghubungkan
siswa atau siswa. Pembelajaran kooperatif masalah dengan masalah yang lain. Tahap
awalnya dikemukakan oleh Palainscar dan penyimpulan tahap dimana siswa dapat me-
Brown yang mengutamakan kerja kelompok nunjukkan hubungan diantara sejumlah ide,
dalam memecahkan suatu masalah, dalam menggambarkan kesimpulan yang tepat den-
‘kooperatif’ yakni kerja kelompok didesain gan deduksi dan induksi, menggeneralisasi,
dengan memperhatikan aspek-aspek ‘resip- menjelaskan dan membuat hipotesis. Tahap
rokal’ yaitu meringkas (summaries), menanya strategi/taktik merupakan tahap mengaju-
(question), menjelaskan (clarify), dan mem- kan, mengevaluasi sejumlah tindakan yang
prediksi (predict). mungkin.
Untuk dapat mengatur diskusi kelom- Menurut Jacob (2012), indikator dari
pok untuk memecahkan masalah matema- klarifikasi adalah 1) menganalisis, mendisku-
tika dengan baik diperlukan time-line. Time- sikan ruang lingkup masalah, 2) mengiden-
line memberikan struktur. Terdapat berbagai tifikasi satu atau lebih asumsi dari masalah,
bentuk visualisasi time-line misalnya grafik 3) mengidentifikasi hubungan antara bagian
horisontal, vertikal, spiral, atau lingkaran; satu dengan bagian lain dari masalah, 4) men-
bahkan dapat digunakan peta. Siswa atau definisikan istilah yang relevan. Indikator dari
mahasiwa dalam diskusi kelompok akan men- evaluasi adalah 1) mendapatkan dan menilai
jadi lebih efektif jika mampu membagi waktu informasi yang relevan, 2) menanyakan apa-
dalam bentuk time-line. Kebiasaan ini perlu kah penalaran valid atau relevan, 3) membuat
ditumbuhkan agar dapat meningkatkan kua- keputusan berdasarkan kriteria penilaian/
litas diskusinya. argmen/situasi. Indikator simpulan adalah 1)
Menurut The Critical Thinking Task For- membuat deduksi yang tepat berdasarkan
ce of the South Carolina Higher Education hasi diskusi, 2) memunculkan pemikiran, 3)
Assessment Network, Berpikir kritis adalah membuat generalisasi dari hasil-hasil yang
penggunaan representasi kognitif, proses dan relevan, 4) membuat kerangka hubungan
strategi yang reflektif, sistematis, rasional da- diantara bagian-bagian masalah yang berbe-
lam mengambil keputusan (Cook, Johnson, da. Indikator strategi adalah 1) mengajukan
Moore, Myers, Pauly, Pendavris, et al., dalam langkah-langkah tertentu untuk mendapat-
Palmer, 2007). Menurut Ennis (1996) definisi kan penyelesaian, 2) mendiskusikan langkah-
berpikir kritis adalah ”critical thinking is reaso- langkah yang mungkin muncul, 3) menge-
nable, reflektive thinking that is focused on de- valuasi langkah-langkah yang mungkin, 4)
ciding what to believe or do“. Menurut definisi memprediksi hasil.
ini, berpikir kritis menekankan pada berpikir Pada penelitian ini, indikator dari tahap
secara beralasan dan reflektif. Berpikir yang klarifikasi adalah mendefinisikan istilah yang
UNNES JOURNALS
220 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

relevan. Indikator tahap evaluasi adalah men- pada siswa atau siswa (Doolittle et.al., 2006).
dapatkan dan memberikan informasi yang Menurut Reilly, Parsons, & Bortolot (2009)
relevan. Indikator tahap simpulan adalah urutan kegiatan dalam kerja kelompok ada-
membuat kerangka hubungan diantara bagi- lah memprediksi, menjelaskan, bertanya, dan
an-bagian masalah yang berbeda. Indikator meringkas.
tahap strategi adalah mengajukan langkah- Berdasar uraian pada latar belakang ini,
langkah tertentu untuk mendapatkan penye- diperlukan penelitian di bidang pembelajaran
lesaian. matematika dengan judul: “Analisis Time-line
Krulik dan Rudnick (1995) mendefinisi- dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah
kan masalah sebagai suatu situasi, besaran- Matematika Pada Pembelajaran Koopera-
besaran atau yang lainnya yang dihadapkan tif Resiprokal.” Masalah dalam penelitian ini
pada individu atau kelompok siswa, yang me- disajikan dalam pertanyaan penelitian adalah
nuntut mencari pemecahan kembali (resolve) (a) Bagaimana grafik time-line dalam diskusi
yang untuk pencarian itu para individu tidak untuk pemecahan masalah opened-ended?,
segera tahu cara menemukan solusinya. Den- (b) Bagaimana langkah-langkah kegiatan pe-
gan menggunakan definisi masalah seperti mecahan masalah open-ended dalam disku-
ini, pemecahan masalah dipandang sebagai si kelompok pada pembelajaran kooperatif
suatu proses dan didefinisikan sebagai peng- resiprokal?, dan (c) Bagaimana karakteristik
gunaan secara individu dari pengetahuan, berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan ma-
keterampilan, pemahaman yang dimiliki se- salah open ended?.
belumnya untuk memenuhi permintaan dari
situasi yang tidak begitu dikenal. METODE PENELITIAN
Menurut Polya sebagai mana dikutip Penelitian ini menggunakan pendekatan ku-
oleh Hudojo (2003), terdapat empat langkah alitatif yang akan menganalisis kemampu-
yang harus dilakukan untuk memecahkan an berpikir kritis siswa kelas VIII SMP di Jawa
suatu masalah yaitu memahami masalah, Tengah. Penggunaan pendekatan kualitatif
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan dengan alasan didasarkan pada definisi pene-
masalah sesuai rencana, dan pengecekan litian kualitatif yang dipaparkan oleh Moleong
kembali terhadap semua langkah yang te- (2011) bahwa penelitian kualitatif adalah pen-
lah dikerjakan. Penelitian Schoenfeld (1992) elitian yang bermaksud untuk memahami fe-
berkaitan dengan time-line siswa dalam dis- nomena tentang apa yang dialami oleh subjek
kusi berpasangan memecahkan masalah dan penelitian yang terkait perilaku, persepsi, tin-
hasilnya diwujudkan dalam grafik horisontal dakan, dan lain-lain, secara holistik dan den-
time line meliputi aspek kegiatan membaca gan cara deskripsi kata-kata dan bahasa, pada
(read), menganalisis (analyze), mengeksplor suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan
(explore), merencanakan (plan), mengimple- memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
mentasikan (implement), dan memverifikasi Secara rinci alur penelitian ini digam-
(verify). Hasil penelitiannya menunjukkan, jika barkan dalam Gambar 1.
masalah yang didiskusikan masalah matema- Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas
tika yang rutin (routin problem), siswa cende- VIII dari SMP Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten
rung melakukan dua kegiatan: membaca dan Temanggung. Data kualitatif yang diperoleh
mengeksplor. Tetapi jika masalah tidak rutin dari hasil tes 1 dan 2 terhadap beberapa sis-
(non routin problem) maka semua aspek mun- wa masing-masing seorang perwakilan klasi-
cul. fikasi kemampuan berpikir kritis (tinggi, se-
Brown dan Palainscar, mengemukakan dang, rendah) kelas VIII dan dilakukan secara
pengertian pembelajaran resiprokal adalah mendalam untuk mengetahui tahap berpikir
strategi pembelajaran yang berdasar pada kritis. Selain itu juga data waktu siswa berpi-
pemodelan dan petunjuk praktis, yakni mula- kir kritis dalam diskusi kelompok, data waktu
mula instruktur, guru, atau dosen mula-mula siswa melakukan aktivitas pemecahan masa-
menjadi model dan kemudian secara berta- lah dalam diskusi kelompok, serta data aspek
hap tanggungjawab menjadi model beralih pembelajaran resiprokal dalam langkah-lang-
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 221

Gambar 1. Alur Penelitian

kah pemecahan masalah Polya. Sumber data diri dari 4 – 5 siswa dengan mempertimbang-
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di kan aspek heterogen kemampuan matemati-
SMP Negeri 1 Ngadirejo Temanggung. ka, jenis kelamin, suku, agama. Waktu yang
Instrumen dalam penelitian ini adalah digunakan siswa untuk berdiskusi maksimal
tes matematika, instrumen aspek resiprokal 30 menit.
dalam diskusi memecahkan masalah open- Hampir seluruh kelompok siswa mam-
ended, instrumen time-line dalam kegiatan pu menyelesaikan masalah 1 dengan benar
individu dalam diskusi kelompok, instrumen dan tepat. Pekerjaan salah satu kelompok dis-
time-line kegiatan berpikir kritis dalam me- kusi disajikan pada gambar 3.
mecahkan masalah open ended. Tes disusun Untuk menyelesaikan bagian a) masa-
berdasarkan materi yang akan diteliti, yaitu lah tersebut, siswa saling bertanya satu sama
berpikir kritis memecahan masalah open-en- lain tentang informasi apa yang diberikan, hal
ded. Proses penyusunan instrumen tes secara apa yang ditanyakan, berapa nilai perbandin-
umum dilakukan disesuaikan dengan materi gan luas daerah yang diarsir dengan luas segi-
Kurikulum 2013. tiga pada gambar 1 dan 2. Ada siswa anggo-
Skor tertinggi tes = 100 ta kelompok diskusi yang merasa penasaran
Skor terendah tes = 33,33 apakah perbandingan pada gambar 1 benar-
Jangkauan = 100-33,33=66,67 benar dan pada gambar 2 benar-benar . Pada
Kemampuan berpikir kritis dikelompok- saaat ini aspek pembelajaran resiprokal yaitu
kan dalam 3 kategori yaitu redah, sedang, dan bertanya benar-benar dapat dimunculkan sis-
tinggi. = kemampuan berpikir kritis rendah, = wa.
kemampuan berpikir kritis sedang, = kemam- Selanjutnya, siswa menduga bahwa
puan berpikir kritis tinggi, = skor tes kemam- perbandingan pada gambar 1 benar-benar di-
puan berpikir kritis peroleh dengan cara mengukur panjang dan
tinggi segitiga yang diarsir dan segitiga yang
tidak diarsir. Hal ini juga berlaku untuk gam-
HASIL DAN PEMBAHASAN
bar 2. Namun, siswa lain menyatakan bahwa
hal tersebut tidak mungkin terjadi karena ti-
Hasil dak ada permintaan guru untuk mengukur
segitiga tersebut. Dugaan yang lain bahwa
Pelaksanaan Pembelajaran perhitungan Ayla dengan mengurangkan
Pada pembelajaran resiprokal pertama, siswa luas daerah yang diarsir pada segitiga 2 dan
dikelompokkan ke dalam kelompok yang ter- 1 yaitu adalah salah. Siswa menduga bahwa
UNNES JOURNALS
222 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

Perhatikan gambar berikut ini. Ketiga segitiga tersebut kongruen (ukuran dan luasnya sama).

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Berdasarkan gambar 1 dan 2 di atas, masing-masing daerah yang diarsir menunjukkan perbandingan
luasnya dengan luas segitiga. Gambar 3 belum diketahui perbandingannya. Pikirkan dan identifikasi
hubungan antara perbandingan luas daerah yang diarsir pada gambar segitiga 1 dan segitiga 2 untuk
mencari perbandingan luas daerah yang diarsir pada segitiga 3.

a. Untuk memperoleh perbandingan antara daerah yang diarsir pada segitiga 3, seorang siswa kelas
VIII bernama Ayla memiliki ide penyelesaian menggunakan strategi berikut: Misalkan daerah yang
diarsir pada segitiga 3 adalah x, maka nilai dari x dapat dihitung dengan menggunakan penguran-
gan antara segitiga 2 dan segitiga 1. Sehingga . Jadi perbandingan daerah yang diarsir pada segitiga
3 adalah 1:12.

Berdasarkan jawaban Ayla di atas, periksalah apakah jawaban Ayla benar atau salah. Jika menu-
rutmu jawaban Ayla tersebut benar, berikan alasan dan pendapatmu. Jika menurutmu jawaban Ayla
tersebut salah, carilah kalimat yang tidak logis yang menyebabkan pernyataan bernilai salah. Kore-
ksilah. Betulkan pekerjaan Ayla tersebut.

b. Sekarang selesaikan soal di atas menurut ide dan caramu sendiri sehingga diperoleh hasil perband-
ingan luas daerah yang diarssir pada segitiga 3.

c. Rincilah rumus umum untuk mencari perbandingan luas daerah yang diarsir pada segitiga 3.

Gambar 2. Masalah Pembelajaran

Gambar 3. Hasil pekerjaan diskusi pertemuan 1 salah satu kelompok

UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 223

luas daerah yang tidak diarsir pada segitiga 1 diskusi kelompok.


adalah dan bagian bawah luas daerah yang Grafik time-line berpikir kritis dalam
diarsir pada segitiga 3 juga . Menurut siswa, diskusi kelompok pertemuan 1 disajikan da-
tidak mungkin luas yang diarsir pada segitiga lam Gambar 3.
3 adalah karena terlihat luasnya lebih dari luas Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa
daerah yang tidak diarsir pada segitiga 3 bagi- waktu yang paling lama digunakan 4 kelom-
an bawah yaitu . Pada saaat ini aspek pembe- pok untuk berdiskusi dan berpikir kritis meny-
lajaran resiprokal yaitu menduga benar-benar elesaikan masalah adalah pada tahap strate-
dapat dimunculkan siswa. Untuk menjawab gi. Keempat kelompok membutuhkan waktu
bagian b), siswa mampu menjelaskan seca- yang lebih lama untuk memikirkan strategi
ra terperinci bagaimana jawaban diperoleh. apa yang akan digunakan sampai dengan me-
Pada saat ini, aspek pembelajaran resiprokal nyelesaikan masalah 1 menggunakan strategi
yaitu menjelaskan benar-benar dapat di- yang dipilih. Siswa dalam kelompok menga-
munculkan siswa. Selanjutnya, siswa mampu jukan langkah-langkah khusus untuk meny-
meringkas pemecahan masalah yaitu siswa elesaikan, mendiskusikan langkah-langkah
mampu menjawab bagian c) dalam bentuk penyelesaian yang mungkin, mengevaluasi
umum (luas diarsir pada segitiga 1+ luas diar- langkah penyelesaian yang mungkin, dan
sir pada segitiga 2 – 1). memprediksi hasil dari langkah yang diaju-
kan atau dipilih. Siswa memunculkan banyak
Grafik time-line dalam diskusi untuk pem- kemungkinan strategi yang digunakan, men-
ecahan masalah open-ended dalam pem- coba-coba, memikirkan apakah strategi yang
belajaran kooperatif resiprokal. digunakan tepat atau tidak. Hal ini berdam-
pak pada lamanya waktu berpikir kritis tahap
Masalah 1 pada diskusi 1 dan masalah 2 pada strategi.
diskusi 2 merupakan masalah open-ended Pada pertemuan 2 dengan materi luas
dan merupakan masalah untuk mengukur ke- daerah segitiga dan segiempat, ada 6 kelom-
mampuan berpikir kritis Facione (klarifikasi, pok diskusi yang masing-masing kelompok
evaluasi, strategi, dan kesimpulan). Menurut terdiri dari 4-5 siswa. Kelompok diberikan ma-
Schoenfeld (1992) aktivitas pemecahan ma- salah 2, dan setiap siswa diamati waktu yang
salah matematika terdiri dari aktivitias mem- mereka perlukan untuk berpikir kritis dan me-
baca, menganalisis, mengeksplorasi, meren- lakukan aktivitas pemecahan masalah mate-
canakan, dan memverifikasi. Pada penelitian matika. Selanjutnya dihitung rata-rata waktu
ini, ditinjau berapa lama (menit) siswa berpikir yang diperlukan setiap kelompok untuk berpi-
kritis menyelesaikan masalah 1 dan 2 dalam kir kritis dan melakukan aktivitas pemecahan
diskusi kelompok, berapa lama (menit) siswa masalah matematika. Grafik time-line berpi-
melakukan aktivitas pemecahan masalah ma- kir kritis dalam diskusi kelompok pertemuan 2
tematika. Dalam hal ini akan diperoleh grafik disajikan dalam Gambar 4.
time-line aktivitas berpikir kritis dan grafik Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa
time line aktivitas pemecahan masalah dalam hanya ada 1 kelompok siswa yang membutuh-

Gambar 3. Grafik time-line berpikir kritis dalam diskusi kelompok pertemuan 1

UNNES JOURNALS
224 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

kan waktu lebih lama untuk melakukan tahap dari 7 menit untuk melakukan masing-masing
strategi. Namun terdapat 3 kelompok yang aktivitas pemecahan masalah matematika.
memerlukan waktu lebih lama untuk melaku- Masalah yang diberikan pada masalah 1 me-
kan tahap evaluasi. Tahap evaluasi merupakan rupakan masalah open—ended (mempunyai
tahap menilai aspek-aspek seperti membuat banyak cara penyelesaian) dan masalah non-
keputusan pada situasi, mengemukakan fak- rutin (karena digunakan untuk mengukur ber-
ta-fakta argumen atau menghubungkan ma- pikir kritis). Secara keseluruhan, siswa mela-
salah dengan masalah yang lain. Siswa pada kukan aktivitas pemecahan masalah untuk
ketiga kelompok tersebut membutuhkan memperoleh jawaban yang benar dan tepat.
waktu lebih lama untuk menghubungkan luas Aktivitas pemecahan masalah pada ma-
daerah pada masalah 2 yaitu menghubung- salah 2 pertemuan 2 disajikan dalam Gambar
kan antara luas daerah trapesium siku-siku 6.
dengan luas daerah segitiga dan luas daerah Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa
jajargenjang. pada diskusi 2, siswa dalam masing-masing
Aktivitas pemecahan masalah mate- kelompok membutuhkan waktu lebih dari 2
matika yang dilakukan siswa dalam diskusi menit untuk melakukan masing-masing akti-
kelompok adalah membaca, menganalisis, vitas pemecahan masalah matematika. Masa-
mengeksplorasi, merencanakan, dan mem- lah yang diberikan pada masalah 2 merupakan
verifikasi. Aktivitas pemecahan masalah pada masalah open—ended (mempunyai banyak
masalah 1 pertemuan 1 disajikan dalam Gam- cara penyelesaian) dan masalah non-rutin
bar 5. (karena digunakan untuk mengukur berpikir
Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa kritis). Secara keseluruhan, siswa melakukan
siswa dalam maisng-masing kelompok mem- aktivitas pemecahan masalah untuk mempe-
butuhkan waktu lebih dari 2 menit dan kurang roleh jawaban yang benar dan tepat.

Gambar 5 Grafik Time-line aktivitas pemecahan masalah pada masalah 1

Gambar 6. Grafik Time-line aktivitas pemecahan masalah pada masalah 2

UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 225

Berdasarkan hasil penelitian di atas, be- si (1 sampai 6) adalah lebih dari 3 menit dan
rikut ini ringkasan untuk menjawab rumusan kurang dari 5 menit. Untuk menyelesaikan
masalah 1. Berdasarkan grafik time-line tahap masalah 1, siswa membutuhkan waktu mem-
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan ma- baca soal paling lama dibandingkan aktivitas
salah pada diskusi 1, diperoleh fakta bahwa 4 lainnya. Pada diskusi 2, siswa dalam maisng-
kelompok diskusi melakukan tahap strategi masing kelompok membutuhkan waktu lebih
pada berpikir kritis lebih lama dibandingkan dari 2 menit untuk melakukan masing-masing
tahap berpikir kritis lainnya (klarifikasi, simpu- aktivitas pemecahan masalah matematika.
lan, dan strategi). Keempat kelompok mem- Waktu yang digunakan untuk melakukan ak-
butuhkan waktu yang lebih lama untuk me- tivitas pemecahan masalah 2 diskusi 1 seluruh
mikirkan strategi apa yang akan digunakan kelompok diskusi (1 sampai 6) adalah lebih
sampai dengan menyelesaikan masalah 1 dari 2 menit kurang dari 6 menit. Untuk me-
menggunakan strategi yang dipilih. Siswa da- nyelesaikan masalah 2, siswa membutuhkan
lam kelompok mengajukan langkah-langkah waktu menganalisis paling lama dibanding-
khusus untuk menyelesaikan, mendiskusikan kan aktivitas lainnya.
langkah-langkah penyelesaian yang mung-
kin, mengevaluasi langkah penyelesaian yang
mungkin, dan memprediksi hasil dari langkah Langkah-langkah kegiatan pemecahan
yang diajukan atau dipilih. Siswa memuncul- masalah open-ended dalam diskusi ke-
kan banyak kemungkinan strategi yang digu- lompok pada pembelajaran kooperatif
nakan, mencoba-coba, memikirkan apakah resiprokal
strategi yang digunakan tepat atau tidak. Hal
Untuk memecahkan masalah 1, pada lang-
ini berdampak pada lamanya waktu berpikir
kritis tahap strategi. Fakta ini didukung pula kah pertama yaitu memahami masalah. Pada
fakta bahwa waktu yang dibutuhkan semua langkah ini siswa dominan melakukan aktivi-
kelompok untuk berpikir kritis adalah waktu tas memprediksi dan menjelaskan. Pada lang-
untuk tahap berpikir kritis strategi. kah kedua yaitu merencanakan penyelesaian,
Berdasarkan grafik time-line tahap ber- siswa dominan melakukan kegiatan bertanya
pikir kritis siswa dalam menyelesaikan masa- dan memprediksi. Pada langkah ketiga yaitu
lah pada diskusi 2, diperoleh fakta bahwa 1 melaksanakan penyelesaian, siswa domina
kelompok diskusi melakukan tahap strategi melakukan kegiatan menjelaskan dan berta-
pada berpikir kritis lebih lama dibandingkan nya. Sedangkan pada langkah keempat yaitu
tahap berpikir kritis lainnya (klarifikasi, simpu- mengecek kembali, siswa dominan melaku-
lan, dan strategi). Sedangkan 3 kelompok lain- kan kegiatan meringkas dan memprediksi.
nya melakukan tahap evaluasi pada berpikir Untuk memecahkan masalah 2, pada
kritis lebih lama dibandingkan tahap lainnya. langkah pertama yaitu memahami masalah.
Fakta ini didukung pula fakta bahwa waktu Pada langkah ini siswa dominan melakukan
yang dibutuhkan semua kelompok untuk ber- aktivitas memprediksi dan bertanya. Pada
pikir kritis adalah waktu untuk tahap berpikir langkah kedua yaitu merencanakan penye-
kritis evaluasi. lesaian, siswa dominan melakukan kegiatan
Aktivitas pemecahan masalah mate- menjelaskan dan bertanya. Pada langkah ke-
matika yang dilakukan siswa dalam diskusi tiga yaitu melaksanakan penyelesaian, siswa
kelompok adalah membaca, menganalisis, dominan melakukan kegiatan memprediksi.
mengeksplorasi, merencanakan, dan memve- Sedangkan pada langkah keempat yaitu men-
rifikasi. Pada diskusi 1, siswa dalam masing- gecek kembali, siswa dominan melakukan ke-
masing kelompok membutuhkan waktu lebih giatan menjelaskan dan memprediksi.
dari 2 menit dan kurang dari 7 menit untuk Berikut ini hasil rangkuman aspek-as-
melakukan masing-masing aktivitas pemeca- pek pembelajaran resiprokal pada pemeca-
han masalah matematika. Waktu yang digu- han masalah matematika pertemuan 1 dan
nakan untuk melakukan aktivitas pemecahan 2. Untuk memecahkan masalah matematika,
masalah 1 diskusi 1 seluruh kelompok disku- pada langkah pertama yaitu memahami ma-
UNNES JOURNALS
226 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

salah. Pada langkah ini siswa dominan mela- skor terendah adalah 10. Penilaian tes 1 ber-
kukan aktivitas bertanya dan memprediksi. dasarkan indikator berpikir kritis Perkins dan
Pada langkah kedua yaitu merencanakan pe- Murphy. Untuk mendapatkan karakteristik
nyelesaian, siswa dominan melakukan kegia- berpikir kritis siswa dipilih 3 siswa yang ma-
tan bertanya dan menjelaskan. Pada langkah sing-masing mewakili kemampuan berpikir
ketiga yaitu melaksanakan penyelesaian, sis- kritis tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang
wa dominan melakukan kegiatan menjelas- mendapatkan skor (x) dikategorikan memiliki
kan dan bertanya. Sedangkan pada langkah kemampuan berpikir kritis rendah, skor dika-
keempat yaitu mengecek kembali, siswa do- tegorikan memiliki kemampuan berpikir kritis
minan melakukan kegiatan menjelaskan. sedang, dan skor 7 dikategorikan memiliki ke-
mampuan berpikir kritis tinggi.
Karakteristik berpikir kritis siswa dalam
Pertanyaan pada tes 1 adalah gambarkan pa-
menyelesaikan masalah open-ended
ling sedikit tiga bangun datar yang berbeda-be-
Berpikir kritis pada penelitian ini adalah ber- da memiliki luas yang sama dengan luas jajar-
pikir kritis Perkins dan Murphy yang tahap genjang PQRS pada gambar di samping.
berpikir kritisnya adalah klarifikasi, evalua-
si, penyimpulan dan strategi/taktik. Untuk S
tahap klarifikasi yaitu tahap menyatakan, R
mengklarifikasi,menggambarkan atau men-
definisi masalah. Pada tahap ini akan dilihat 2cm
indikator mendefinisikan istilah yang relevan.
Tahap evaluasi merupakan tahap menilai as- P 3cm Q
pek-aspek seperti membuat keputusan pada Berdasarkan skor tes 1, SA mendapat-
situasi, mengemukakan fakta-fakta argu- kan skor 100 dan termasuk dalam kategori
men atau menghubungkan masalah dengan berkemampuan berpikir kritis tinggi. Pada
masalah yang lain. Indikator pada tahap ini tahap klarifikasi, SA mampu mendefinisikan
adalah mendapatkan dan menilai informasi istilah yang relevan yaitu istilah bangun datar
yang relevan. Tahap penyimpulan tahap di- pada soal diterjemahkan sebagai persegi pan-
mana siswa dapat menunjukkan hubungan jang, trapesium, segitiga, dan layang-layang.
diantara sejumlah ide, menggambarkan ke- Hal ini terlihat dari beberapa gambar bangun
simpulan yang tepat dengan deduksi dan in- datar tersebut. Pada tahap evaluasi, SA mam-
duksi, menggeneralisasi, menjelaskan dan pu mendapatkan dan menilai informasi yang
membuat hipotesis. Indikator pada tahap ini relevan yaitu rumus umum luas daerah per-
adalah membuat kerangka hubungan dianta- segi panjang, luas daerah trapesium, luas da-
ra bagian-bagian masalah yang berbeda. Ta- erah segitiga, dan luas daerah layang-layang.
hap strategi/taktik merupakan tahap menga- Pada tahap simpulan, SA mampu membuat
jukan, mengevaluasi sejumlah tindakan yang kerangka hubungan diantara bagian—bagian
mungkin. Indikator pada tahap ini adalah masalah yang berbeda yaitu menghitung luas
mengajukan langkah-langkah tertentu untuk daerah jajar genjang lalu membuat bangun-
mendapatkan penyelesaian. bangun lain dan ukuran-ukurannya sehingga
Untuk mendapatkan karakteristik ber- luasnya 6. Pada tahap strategi, SA mampu
pikir kritis siswa, siswa diberikan 2 kali tes. mengajukan langkah-langkah tertentu untuk
Kedua tes tersebut berfungsi sebagai triangu- mendapatkan penyelesaian yaitu membuat
lasi (triangulasi dengan alat) untuk mendapat- gambar bangun datar, menentukan ukuran-
kan karakteristik berpikir kritis. Hasil dari tes 1 ukuran bangun datar tersebut lalu menghi-
dibandingkan (triangulasi) dengan hasil tes 2. tung luasnya. Gambar berikut ini menunjuk-
Tes 1 dilaksanakan pada tanggal 27 kan langkah-langkah pekerjaan SA.
Agustus 2015. Soal tes 1 berkaitan dengan
luas bangun datar yang sama dengan luas
jajargenjang. Skor tertinggi adalah 100 dan Berdasarkan tes 1, diperoleh simpulan
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 227

Gambar 7. Pekerjaan siswa SA

Tabel 1. Triangulasi karakteristik berpikir kritis tinggi berdasarkan tes 1 dan tes 2
Simpulan tes 1 Simpulan tes 2 Simpulan
Klarifikasi Sempurna Sempurna Sempurna
Evaluasi sempurna Kurang sempurna s.d Kurang sempurna s.d
Sempurna Sempurna
Simpulan Sempurna Sempurna Sempurna
Strategi Sempurna Kurang Sempurna Kurang sempurna s.d
Sempurna

Tabel 2. Triangulasi karakteristik berpikir kritis sedang berdasarkan tes 1 dan tes 2
Simpulan tes 1 Simpulan tes 2 Simpulan
Klarifikasi Sempurna Kurang sempurna s.d Kurang sempurna s.d
Sempurna Sempurna
Evaluasi Tidak sempurna s.d Kurang sempurna s.d Tidak sempurna s.d
Kurang sempurna Sempurna Sempurna
Simpulan Kurang Sempurna s.d Kurang Sempurna Kurang Sempurna
Sempurna
Strategi Kurang Sempurna Kurang Sempurna Kurang Sempurna

Tabel 3. Triangulasi karakteristik berpikir kritis rendah berdasarkan tes 1 dan tes 2
Simpulan tes 1 Simpulan tes 2 Simpulan
Klarifikasi Tidak Sempurna s.d Tidak sempurna Tidak Sempurna s.d
Kurang sempurna
Kurang sempurna
Evaluasi Tidak sempurna Tidak sempurna Tidak sempurna
Simpulan Tidak sempurna Tidak sempurna Tidak sempurna
Strategi Tidak sempurna Tidak sempurna Tidak sempurna

UNNES JOURNALS
228 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

karakteristik berpikir kritis tinggi, sedang,dan berpikir kritis. Hal ini senada dengan pernya-
rendah dari 2 subjek. Hal demikian juga berla- taan para ahli yaitu Ennis,1992; Halpern, 1993;
ku untuk tes 2. Selanjutnya dilakukan triangu- Paul, 1993; Perkins & Salomon, 1989 (dalam
lasi karakteristik berpikir kritis tinggi, sedang, Reed, 1998) yang menyatakan bahwa ke-
dan rendah berdasarkan tes 1 dan 2 sebagai- mampuan berpikir kritis secara umum dapat
mana disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Ta- diajarkan/dibiasakan dalam berbagai settin-
bel 3. gan.
Pada diskusi 1, siswa membutuhkan
Pembahasan waktu lama dalam tahap klarifikasi sedangkan
Pada penelitian ini, setiap siswa dalam satu pada diskusi 2 siswa lama dalam tahap evalu-
kelompok dicatat waktu yang mereka perlu- asi. Hal ini wajar karena berpikir kritis meru-
kan untuk berpikir kritis menyelesaikan ma- pakan proses dan tidak berkembang dalam
salah pada diskusi 1 maupun 2. Setiap siswa jangka waktu singkat. Hal ini didukung perny-
dicatat waktu yang mereka perlukan dalam ataan Van Gelder (Orszag, 2015) bahwa ber-
tahap berpikir kritis yaitu klarifikasi, evaluasi, pikir kritis tidak berkembang dalam 1 malam
simpulan, dan strategi. Artinya bahwa setiap dan terkadang membutuhkan proses yang
siswa harus terlibat dalam aktivitas berpikir lama. Selain itu, berpikir kritis membutuhkan
kritis dalam setingan diskusi, tidak bergan- aktivitas-aktivitas mental. Siswa masih belum
tung pada siswa lain. Hal ini dikarenakan terbiasa melakukan aktivitas mental. Hal ini
berpikir kritis merupakan proses dan belajar didukung pernyataan Lipman (dalam Orszag,
matematika juga menekankan pada proses 2015) yang menyatakan bahwa berpikir kritis
bukan hasil/produk. Hal ini senada dengan dikembangkan dengan cara mengembang-
pernyataan Paul & Nosick (dalam Palmer, kan aktivitas mental. Sebagai contoh untuk
2007) yang mendefinisikan berpikir kritis se- dapat mengambil keputusan, diperlukan akti-
bagai proses intelektual untuk menganalisis, vitas mental seperti menduga, memilih, atau
menerapkan, mensintesis atau mengevaluasi menerima perbedaan.
informasi yang diperoleh berdasarkan penga- Aktivitas pemecahan masalah mate-
matan, pengalaman, refleksi, penalaran atau- matika yang dilakukan siswa dalam diskusi
pun komunikasi dan Perkins & Murphy (2006) kelompok adalah membaca, menganalisis,
yang menyatakan bahwa berpikir kritis me- mengeksplorasi, merencanakan, dan memve-
lalui tahap berpikir yaitu klarifikasi, evaluasi, rifikasi. Pada diskusi 1, siswa dalam masing-
simpulan, dan strategi. masing kelompok membutuhkan waktu lebih
Settingan diskusi dalam penelitian ini dari 2 menit dan kurang dari 7 menit untuk
membuat siswa aktif berpikir kritis. Hal ini melakukan masing-masing aktivitas pemeca-
senada dengan pernyataan Kanuka (dalam han masalah matematika. Waktu yang digu-
Mokoena, 2013) menyatakan bahwa forum nakan untuk melakukan aktivitas pemecahan
diskusi dapat meningkatkan kemampuan masalah 1 diskusi 1 seluruh kelompok diskusi
berpikir kritis siswa. Pernyataan ini didukung (1 sampai 6) adalah lebih dari 3 menit dan ku-
oleh Perkins dan Murphy (2006) yang men- rang dari 5 menit. Untuk menyelesaikan ma-
gembangkan model mengukur berpikir kritis salah 1, siswa membutuhkan waktu membaca
dalam diskusi. soal paling lama dibandingkan aktivitas lain-
Setiap siswa dicatat waktu yang mere- nya.
ka gunakan untuk berpikir kritis menyelesai- Pada diskusi 2, siswa dalam masing-
kan masalah 1 maupun 2 dalam diskusi 1 dan masing kelompok membutuhkan waktu lebih
2. Pada diskusi 1, terlihat siswa dalam 4 kelom- dari 2 menit untuk melakukan masing-masing
pok diskusi melakukan tahap strategi yang aktivitas pemecahan masalah matematika.
lama dibandingkan tahap klarifikasi, evaluasi Waktu yang digunakan untuk melakukan ak-
dan simpulan. Namun di diskusi 2, hanya sis- tivitas pemecahan masalah 2 diskusi 1 seluruh
wa dalam 1 kelompok yang masih lama me- kelompok diskusi (1 sampai 6) adalah lebih
lakukan tahap strategi. Hal ini menunjukkan dari 2 menit kurang dari 6 menit. Untuk me-
bahwa siswa telah terbiasa melakukan proses nyelesaikan masalah 2, siswa membutuhkan
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 229

waktu menganalisis paling lama dibanding- kan penyelesaian, siswa dominan melakukan
kan aktivitas lainnya. kegiatan bertanya dan menjelaskan. Siwa
Waktu yang digunakan siswa dalam ak- satu dan lainnya saling menjelaskan konsep
tivitas pemecahan masalah pada penelitian yang ada dalam teks masalah maupun konsep
ini cenderung cepat. Padahal penelitian yang yang akan digunakan dalam menyelesaikan
dilakukan oleh Schoenfeld (1962) menemu- masalah. Aktivitas bertanya dan menjelas-
kan fakta bahwa ketika siswa diberikan soal kan ini dominan dikarenakan ada siswa yang
non-rutin, siswa membaca soal lalu berusaha mengalami kesulitan mengidentifikasi aspek-
mencari strategi penyelesaian. Aktivitas pe- aspek yang tidak jelas/sulit dimengerti/tidak
mecahan masalah (membaca, menganalisis, familiar dalam teks masalah. Oleh karena itu
mengeksplorasi, merencanakan, memverifi- siswa bertanya baik kepada teman 1 kelom-
kasi) yang dilakukan siswa hanya membaca pok maupun kepada guru. Selanjutnya guru
dan mengeksplorasi. Namun pada akhir wak- maupun teman satu kelompoknya memberi-
tu mengerjakan (20 menit) siswa tidak dapat kan penjelasan. Kenyataan ini didukung oleh
menyelesaikannya. Doolittle, dkk (2006) yang menyatakan bahwa
Untuk memecahkan masalah matema- menjelaskan melibatkan identifikasi dan klari-
tika, pada langkah pertama yaitu memahami fikasi terhadap aspek-aspek yang tidak jelas/
masalah. Pada langkah ini siswa dominan me- susah/tidak familiar dari suatu teks masalah.
lakukan aktivitas bertanya dan mempredik- Mereka juga saling bertanya strategi apa yang
si. Kenyataan ini didukung pernyataan Polya akan dipilih untuk menyelesaikan masalah.
(1973), bahwa memahami masalah diawali Hal ini dilakukan agar penyelesaian masalah
dengan memahami pernyataan verbal dari siswa benar dan tepat.
masalah itu sendiri. Untuk dapat memahami Sedangkan pada langkah keempat yai-
masalah, siswa harus mengetahui bagian- tu mengecek kembali, siswa dominan me-
bagian terperinci dari masalah, apa yang ti- lakukan kegiatan menjelaskan. Siswa saling
dak diketahui, data yang diperlukan, kondisi menjelaskan satu dengan lain algoritma yang
yang ada. Hal ini dilakukan dengan cara ber- digunakan benar atau tidak dan hasil yang di-
tanya. Department of Education and Early peroleh benar atau tidak. Komunikasi aktif ini
Childhood Development DEECD 2008 & 2007 sangat membantu siswa menguasai konsep
dan Department of Education and Training yang dipelajari.
(DET, 2006) (dalam Reilly, Parsons, & Borto- Karakteristik subjek yang dikategori-
lot, 2009) juga menyatakan bahwa untuk me- kan memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
mahami masalah dilakukan dengan menggali adalah 1) siswa sempurna melakukan tahap
pengertian yang ada dalam teks dan hal ini klarifikasi, 2) siswa kurang sempurna sampai
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan. dengan sempurna melakukan tahap evaluasi,
Dengan bertanya, siswa akan memonitor pe- 3) siswa sempurna melakukan tahap simpu-
mahaman mereka. lan, dan 4) kurang sempurna sampai dengan
Pada saat memahami masalah, siswa sempurna melakukan tahap strategi. Karak-
dominan pada aktivitas memprediksi. Siswa teristik subjek yang dikategorikan memiliki
mengaitkan konsep dari masalah dengan kon- kemampuan berpikir kritis sedang adalah 1)
sep-konsep yang dipelajari untuk mempredik- siswa kurang sempurna sampai dengan sem-
si langkah-langkah penyelesaian masalah. Hal purna sempurna melakukan tahap klarifikasi,
ini didukung pernyataan Doolittle, dkk (2006) 2) siswa tidak sempurna sampai dengan sem-
menyatakan bahwa memprediksi melibatkan purna melakukan tahap evaluasi, 3) siswa ku-
pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa rang sempurna melakukan tahap simpulan,
dan pengetahuan baru yang muncul dalam dan 4) kurang sempurna sampai dengan sem-
teks masalah dan digunakan untuk membuat purna melakukan tahap strategi. Karakteristik
hipotesis/dugaan berkaitan dengan apa yang subjek yang dikategorikan memiliki kemam-
ditanyakan. puan berpikir kritis rendah adalah 1) siswa
Pada langkah kedua dan ketiga yaitu tidak sempurna sampai dengan kurang sem-
merencanakan penyelesaian dan melaksana- purna sempurna melakukan tahap klarifikasi,
UNNES JOURNALS
230 Rochmad dkk, Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika

2) siswa tidak sempurna melakukan tahap berpikir kritis lebih lama dibandingkan tahap
evaluasi, 3) siswa tidak sempurna melakukan berpikir kritis lainnya (klarifikasi, simpulan,
tahap simpulan, dan 4) siswa tidak sempurna dan strategi). Sedangkan 3 kelompok lainnya
melakukan tahap strategi. melakukan tahap evaluasi pada berpikir kritis
Berdasarkan hasil penelitian karak- lebih lama dibandingkan tahap lainnya. Fak-
teristik berpikir kritis dalam memecahkan ta ini didukung pula fakta bahwa waktu yang
masalah matematika di atas, terlihat bahwa dibutuhkan semua kelompok untuk berpikir
ada proses dalam berpikir kritis. Siswa yang kritis adalah waktu untuk tahap berpikir kritis
berkemampuan berpikir kritis tinggi, dalam evaluasi. Aktivitas pemecahan masalah ma-
tahap evaluasi ada yang dapat melakukan tematika yang dilakukan siswa dalam diskusi
tahap ini dengan sempurna namun ada pula kelompok adalah membaca, menganalisis,
yang kurang sempurna. Demikian pula untuk mengeksplorasi, merencanakan, dan memve-
tahap lainnya. Kenyataan ini didukung oleh rifikasi. Pada diskusi 1, siswa dalam masing-
pendapat para ahli diantaranya Brookfield, masing kelompok membutuhkan waktu lebih
1987; Garrison, 1992 (dalam Schellens, tanpa dari 2 menit dan kurang dari 7 menit untuk
tahun). Menurut mereka, berpikir kritis meru- melakukan masing-masing aktivitas pemeca-
pakan proses memecahkan masalah. Garrison han masalah matematika. Waktu yang digu-
juga membuat tahapan dalam berpikir kritis nakan untuk melakukan aktivitas pemecahan
yang berbeda dengan tahap berpikir kritis masalah 1 diskusi 1 seluruh kelompok disku-
Perkins dan Murphy. Garrison (dalam Schel- si (1 sampai 6) adalah lebih dari 3 menit dan
lens, tanpa tahun ) mengidentifikasi 5 tahap kurang dari 5 menit. Untuk menyelesaikan
berpikir kritis. Menurutnya, seorang pemikir masalah 1, siswa membutuhkan waktu mem-
kritis akan melalui tahap identifikasi masalah, baca soal paling lama dibandingkan aktivitas
mengidentifikasi masalsah dengan lebih jelas, lainnya. Pada diskusi 2, siswa dalam masing-
mengeksplorasi masalah dan penyelesaian masing kelompok membutuhkan waktu lebih
yang mungkin, mengevaluasi kemampuan dari 2 menit untuk melakukan masing-masing
mereka, dan mengintegrasikan pemahaman aktivitas pemecahan masalah matematika.
dan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Waktu yang digunakan untuk melakukan ak-
tivitas pemecahan masalah 2 diskusi 1 seluruh
PENUTUP kelompok diskusi (1 sampai 6) adalah lebih
dari 2 menit kurang dari 6 menit. Untuk me-
Simpulan nyelesaikan masalah 2, siswa membutuhkan
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan waktu menganalisis paling lama dibanding-
bahwa: (a) Berdasarkan grafik time-line tahap kan aktivitas lainnya. (b) Untuk memecahkan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan ma- masalah matematika, pada langkah pertama
salah pada diskusi 1, diperoleh fakta bahwa 4 yaitu memahami masalah. Pada langkah ini
kelompok diskusi melakukan tahap strategi siswa dominan melakukan aktivitas bertanya
pada berpikir kritis lebih lama dibandingkan dan memprediksi. Pada langkah kedua yaitu
tahap berpikir kritis lainnya (klarifikasi, simpu- merencanakan penyelesaian, siswa dominan
lan, dan strategi). Keempat kelompok mem- melakukan kegiatan bertanya dan menjelas-
butuhkan waktu yang lebih lama untuk me- kan. Pada langkah ketiga yaitu melaksanakan
mikirkan strategi apa yang akan digunakan penyelesaian, siswa dominan melakukan ke-
sampai dengan menyelesaikan masalah 1 giatan menjelaskan dan bertanya. Sedangkan
menggunakan strategi yang dipilih. Fakta ini pada langkah keempat yaitu mengecek kem-
didukung pula fakta bahwa waktu yang dibu- bali, siswa dominan melakukan kegiatan men-
tuhkan semua kelompok untuk berpikir kritis jelaskan; (c) Karakteristik subjek yang dikate-
adalah waktu untuk tahap berpikir kritis stra- gorikan memiliki kemampuan berpikir kritis
tegi. Berdasarkan grafik time-line tahap berpi- tinggi adalah 1) siswa sempurna melakukan
kir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah tahap klarifikasi, 2) siswa kurang sempurna
pada diskusi 2, diperoleh fakta bahwa 1 kelom- sampai dengan sempurna melakukan tahap
pok diskusi melakukan tahap strategi pada evaluasi, 3) siswa sempurna melakukan tahap
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 217-231 | 231

simpulan, dan 4) kurang sempurna sampai Jacob, S. M., & Sam, H. K. (2008, January). Critical Think-
dengan sempurna melakukan tahap strategi. ing Skills in Online Mathematics Discussion Fo-
rums and Mathematical Achievement. In  Pro-
Karakteristik subjek yang dikategorikan me-
ceedings of the 13th Asian Technology Conference
miliki kemampuan berpikir kritis sedang ada- in Mathematics (ATCM 2008), Thailand  (pp. 15-
lah 1) siswa kurang sempurna sampai dengan 19).
sempurna sempurna melakukan tahap klarifi- Krulik, S & J.A. Rudnick. (1995). The New Sourcebook For
kasi, 2) siswa tidak sempurna sampai dengan Teaching Reasoning and Problem Solving In El-
sempurna melakukan tahap evaluasi, 3) siswa ementary School. Boston: Allyn and Bacon
kurang sempurna melakukan tahap simpulan, Mokoena, S. (2013). Engagement with and participation
in online discussion forums.  TOJET: The Turkish
dan 4) kurang sempurna sampai dengan sem-
Online Journal of Educational Technology, 12(2).
purna melakukan tahap strategi. Karakteristik Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif.
subjek yang dikategorikan memiliki kemam- Bandung: Remaja Rosdakarya.
puan berpikir kritis rendah adalah 1) siswa Orszag, A. (2015). Exploring Finnish university students’
tidak sempurna sampai dengan kurang sem- perceived level of critical thinking.
purna sempurna melakukan tahap klarifikasi, Palmer, S. M. (2007). Critical thinking dispositions of part-
2) siswa tidak sempurna melakukan tahap time faculty members teaching at the college lev-
el. ProQuest.
evaluasi, 3) siswa tidak sempurna melakukan
Perkins, C., & Murphy, E. (2006). Identifying and mea-
tahap simpulan, dan 4) siswa tidak sempurna suring individual engagement in critical think-
melakukan tahap strategi. ing in online discussions: An exploratory case
study.  Educational Technology & Society,  9(1),
Saran 298-307.
Saran berdasarkan penelitian ini adalah: (a) Polya, G. (1973). How to Solve It: A new Aspct of Math-
Aktivitas pemecahan masalah (membaca, ematical Method Second Edition. Princeton Uni-
versity Press: Princeton, New Jersey
menganalisis, mengeksplorasi, merencana- Reed, J. H. (1998). Effect of a Model for Critical Thinking
kan, dan memverifikasi) matematika dibiasa- on Student Achievement in Primary Source Docu-
kan dalam pembelajaran matematika di seko- ment Analysis and Interpretation, Argumentative
lah; (b) Siswa dibiasakan untuk berpikir kritis Reasoning, Critical Thinking Dispositions, and
sesuai dengan tahap-tahap berpikir kritis kla- History Content in a Community College History
rifikasi, evaluasi, simpulan, dan strategi. Course. Disertasi. Florida: University of South
Florida.
Reilly, Y., Parsons, J., & Bortolot, E. (2009). Reciprocal
DAFTAR PUSTAKA teaching in mathematics. Mathematics of prime
Doolittle, P. E., Hicks, D., Triplett, C. F., Nichols, W. D.,
importance, Sunshine College, Victoria 8, 182-189.
& Young, C. A. (2006). Reciprocal teaching for
Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to think mathemati-
reading comprehension in higher education: A
strategy for fostering the deeper understand- cally: Problem solving, metacognition, and sense
ing of texts. International Journal of Teaching and making in mathematics.  Handbook of research
Learning in Higher Education, 17(2), 106-118. on mathematics teaching and learning, 334-370.
Ennis, R. (1996). Critical Thinking. Upper Saddle River, Schellens, T., Van Keer, H., De Wever, B., & Valcke, M.
NJ: Prentice-Hal (2009). Tagging thinking types in asynchronous
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembe- discussion groups: Effects on critical thinking. In-
lajaran Matematika. Surabaya: UM Press. teractive Learning Environments, 17(1), 77-94.

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai