Anda di halaman 1dari 48

Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi

kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan sumber
daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendidikan
lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian
masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan.
Menirut anonim (2007), Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi
lingkungan yang rusak menjadi baik dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan
waktu,proses, dan sumber daya. Atas dasar itulah pendidikan lingkungan sedini mungkin perlu
diupayakan agar dapat meminimalisirkerusakan-kerusakan lingkungan
1.2 RUMUSAN MASALAH
Di dalam menyusun makalah ini penyusun menemukan beberapa permasalahan, yang susuna
dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1. Keadaan Geografi dan Lingkungan
2. Perkembanga pendidikan Lingkungan di Indonesia
3. Kendala Pengelolaan Lingkungan Hidup
1.3 TUJUAN

1. Mengetahui keadaan lingkungan sekarang

2. Mengetahui perkembanga pendidikan Lingkungan di Indonesia

Mengetahui kendala penelolaan lingkungan hidup dan memberikan solusinya

sumber: http://adiens-production-kuningan.blogspot.com/2011/11/ringkasan-materi-pendidikan-
lingkungan.html

Indonesia menghadapi pembanganan yang berdampak pada masalah lingkungan dan bencana
alam. beberapa masalah yang serius terkait dengan aspek lingkkungan hidup yaitu :

1. Kerusakan lingkungan hidup


2. Pengangguran dan kemiskinan
3. Pengaruh perubahan iklim global
4. Krisis air, pangan dan energi
5. Bencana alam dan konflik sosial

Berbagai contoh kerusakan lingkungan hidup, yaitu adanya lebih dari 60 DAS kritis di
Indonesia, meningkatnya lahan kritis, pencemaran, kerusakan lingkungan hunian kota oleh
banjir, intrusi, bencana alam yang menimbulkan kerugian harta, jiwa dan rusaknya infrastruktur
kota serta pemukimkan. Gempa bumi dan tsunami di Aceh, gempa di DIY, Jateng, Maluku,
Manokwari, Jakarta menimbulkan masalah yang tidak mudah diselesaikan dalam waktu yang
singkat.
Masalah sosial ekonomi masyarakat yaitu pengangguran di Indonesia 10% dari jumlah penduduk
dan kemiskinan 14%, isu perubahan iklim yang berdampak pada kenaikan suhu dan lingkungan,
naiknya muka air laut yang membahayakan bagi kehidupan kota-kota di tepi pantai.

1. Geografi dan Lingkungan


Geografi merupakakn ilmu yang mempelajari aspek geosfere dalam hubungannya dengan
lingkungan kehidupan di muka bumi. Pada masa awal geografi ortodok mempelajari aspek
geosfere secara deskriptif dan kemudia berkembang menjadi geografi sitematik yang
menekankan pada pendekatan keuangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Geografi
mencakup kajian atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, biosfer, dan atroposfer. berdasarkan
objek material yang dikaji maka geografi dapat merupakan induk ilmu bagi bidang-bidang kajian
terkait seperti klimatologi, meteorologi, survei sumberdaya alam dan air, mineral, lahan, hutan,
dan lainnya. Materi dasar geografi amat terkait dengan lingkungan hidup.
Geografi saat ini amat berperan pada pendidikan dan pembangunan di Indonesia dengan objek
formalnya lingkungan, ruang dan wilayah. Oleh karena itu geografi mempunyai aplikasi penting
dibidang lingkungan hidup, tataruang dan pembangunan wilayah dengan memanfaatkan
teknologi Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

2. Perkembanga pendidikan Lingkungan di Indonesia

Pendidikan lingkungan di Indonesia menghadapi maslah yang amat serius bila dibandingkan
dengan pendidikan lingkungan dan aplikasinya dalam kehidupan masyarakat di negara maju.
Apabila dibandingkandengan pendidikan di Singapura yang dimulai dari pendidikan dasar dan
dilanjutkan hingga pendidikan tinggi, pendidikan lingkungan di Indonesia belum nyata
berdampak positif pada kemandirian pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan
dasar ini maka tahun 1982 diterbitkan UUPL No. 4 Tahun 1982 yang kemudian disempurnakan
lagi menjadi Undang Undang Nomor 23 tahun 1997.
Pada era tahun 1980 inilah pembangunan lingkungan hidup mulai dikembangkan yang
selanjutnya berdampak pada pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, perubhan kurikulum
geografi dari SD sampai dengan SMA ada tambahan muatan tentang lingkungan hidup.
Mengkritisi perjalanan pendidikan lingkungan dan implementasinya dalam pembangunan
lingkungan hidup di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa geografi melandasi muatan
kurikulum pendidikan lingkungan yang mengintegrasikan aspek abiotik, biotik dan kultural
mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

3. Lingkungan dan Ekosistem

Lingkungan adalah sesuatu di sekitar manusia baik berupa benda maupun non benda yang dapat
mempengaruhi dan di pengaruhi oleh sikap ataupun tindakan manusia. Dalam Undang Undang
No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan serta
makhluk hidup lain.
Lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang dari waktu kewaktu terus berkembang,
saling berinteraksi, integrasi, dan interdepensi. Perkembangan ini menimbulkan perubahan aspek
fisik, biologi dan sosial. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara uth menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan komponen
tak hidup pada suatu tempat yang berinteraksi membentuk kesatuan yang teratur.

4. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, tentang pengetahuan Lingkungan Hidup, yang
dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian hidup yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia.
Pengelolaan lingkungan merupakan usaha secara sadar untuk memelihara dan atau untuk
memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar hidup dapat terpenuhi dengan sebaik-
baiknya.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup harus berpegang pada azas pelestarian dan konservasi
sumberdaya dengan azas pemanfaatan yang serasi dan seimbang dengan tatanan lingkungan.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan harus diawali dengan melakukan
penilaian secara menyeluruh terhadap ekosistem sumberdaya beserta jasa-jasa yang ada
didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatannya, kemudian merencanakan dan
mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya untuk mencapai pembangunan yang optimal dan
berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya alam harus secara bijaksana dan menjamin
ketersediaannya secara berkelanjutan dengan tetap memelihara dan meningkatkan nilai dan
keanekaannya. adaptasi manusia terhadap alam merupakan cerminan adanya aktivitas dan
keterkaitan manusia terhadap alam dalam memanfaatkan ruang. Dengan berkembangnya
keinginan, tuntutan kesejahteraan dan teknologi maka manusia berusaha untuk menguasai alam.
Dengan kemajuan teknologi maka ruang gerak manusia dalam memanfaatkan sumberdaya pun
semakin bertambah luas. Berdasarkan proses tersebut maka timbul paradigma baru dalam
pengelolaan lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan.
Berikut diuraiakan masalah, kendala, strategi, dan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan
hidup
sumber: http://adiens-production-kuningan.blogspot.com/2011/11/ringkasan-materi-pendidikan-
lingkungan.html
Permasalahan
1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang menyebabkan tingginya tekanan pada
lingkungan.
2. Bertambahnya aktivitas pembangunan yang cenderung mempengaruhi lingkungan
alamiahnya.
3. Gunung dan bukit yang gundul menyebabkan erosi, longsor dan banjir serta sedimentasi di
bagian bawah.
4. Kondisi daerah resapan hilang atau berkurang fungsinya.
5. banyaknya limbah-limbah dari industri, kendaraan peternakan, domestik, pertanian dan
lain.
6. Pencemaran, lahan kritis dan bencana alam.
7. Pengangguran, kemiskinan dan kesehatan masyarakat.
Kendala Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Masalah jumlah penduduk tinggi dan persebarannya.
2. Ketersediaan sumberdaya alam juga terbatas
3. Penguasaan teknologi yang tidak ramah lingkungan
4. Kualitas sumberdaya manusia terbatas, kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan
rendah.
5. Belum siapnya pemerintah daerah dan masyarakat dalam era otonomi daerah
6. Belum sepenuhnya para pelaku pembangunan bervisi pendekatan sistem dalam pemecahan
masalah lingkungan.
Permasalahan Lingkungan Hidup Mendesak Yang perlu ditangani
1. Pencegahan dan rehabilitasi kerusakan sumber daya alam dan tatanan lingkungan hidup.
2. Pelestarian dan pengembangan ppotensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
3. Pengendalian pencemaran dan dampak lingkungan.
4. Pengembangan kelembagaan, kemampuan sumberedaya manusia, peran serta masyarakat,
dukungan sisterm data dan informasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Peran Pendidik dalam Menciptakan Masyarakat Sadar Lingkungan

Pendidikan mempunyai kompetisi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdya
sesuai dengan ciri keilmuan yang bersifat hubungan alam dengan kehidupan, maka guru dapat
memberikan penyadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan, yang dilakukan melalui
beberapa cara yaitu :
1. Memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam penanganan lingkungan
hidup.
2. Pendidikan, pelatihan, seminar, saresehan dibidang lingkungan hidup, masalah dan
penanganannya.
3. Pengabdian, penelitian dalam bidang lingkungan hidupuntuk berbagai kasus lingkungan.
4. Pembinaan kelembagaan pengheloolaan lingkungan hidup.
5. aksi sosial bersama masyarakat untuk menangani lingkungan di setiap wilayah.

6. Mengenal masalah lingkunga hidup di kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan secara geografis terletak pada bentang ekosistem sebagai berikut :
1. Kerucut dan puncak Vulkanik
2. Lereng atas dan puncak vulkanik
3. lereng kaki vulkaniok
4. dataran lereng kaki vulkanik
5. Lembah-lembah vulkanik dan perbukitan.
Beberapa masalah lingkungan yang sangat penting diantisipasi penanganannya adalah :
1. Bencana longsor dan erosi
2. Penggundulan hutan akibat konversi lahan
3. Pendangkalan / sedimentasi waduk
4. Kerusakan lahan lindung
5. Menurunnya fungsi resapan di lereng gunung Ciremai
6. Pencemaran oleh limbah ternak
7. Penambangan pasir yang berdampak pada degradasi lingkungan.
Pengelolaan masalah lingkungan di kabupate perlu di integrasikan dengan tata ruang wilayah
dengan melibatkan peran masyarakat, swasta, pemerintah dan lembaga peduli lingkungan.
Pendidikan lingkungan melalui program model sekolah berwawasan lingkungan, model sekolah
peduli lingkungan di Kabupaten Kuningan dapat diterapkan di SD, SLTP, SMA. Dinas
Pendidikan perlu bekerjasama sengan Badan Lingkungan Hidup untuk program sekolah model
lingkungan. Dengan pendekatan pendidikan lingkungan di semua sekolah negeri dan swasta di
kabupaten Kuningan diharapkan dapat direalisasikan.
sumber: http://adiens-production-kuningan.blogspot.com/2011/11/ringkasan-materi-pendidikan-
lingkungan.html
1.1 Kesimpulan
Indonesia menghadapi pembanganan yang berdampak pada masalah lingkungan dan bencana
alam. beberapa masalah yang serius terkait dengan aspek lingkkungan hidup yaitu :

1. Kerusakan lingkungan hidup


2. Pengangguran dan kemiskinan
3. Pengaruh perubahan iklim global
4. Krisis air, pangan dan energi
5. Bencana alam dan konflik sosial

Melihat kondisi diatas maka pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1997,
tentang pengetahuan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkesinambungan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia. Pengelolaan lingkungan merupakan usaha secara sadar
untuk memelihara dan atau untuk memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar hidup
dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan mempunyai kompetisi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdya
sesuai dengan ciri keilmuan yang bersifat hubungan alam dengan kehidupan, maka guru dapat
memberikan penyadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan, yang dilakukan melalui
beberapa cara yaitu :
1. Memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam penanganan lingkungan
hidup.
2. Pendidikan, pelatihan, seminar, saresehan dibidang lingkungan hidup, masalah dan
penanganannya.
3. Pengabdian, penelitian dalam bidang lingkungan hidupuntuk berbagai kasus lingkungan.
4. Pembinaan kelembagaan pengheloolaan lingkungan hidup.
5. Aksi sosial bersama masyarakat untuk menangani lingkungan di setiap wilayah.
1.2 Saran
Dalam melakukan aktivitas Pendidikan Lingkungan Hidup, disarankan untuk melakukan tahapan
perencanaan dan persiapan, yang meliputi : Pendalaman materi, penyusunan modul, dan
persiapan materi.
Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup adalah :

1. Tujuan Umum/khusus
Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan merupakan hal
besar/umum yang ingin di wujudkan, sedangkan tujuan khusus adalah pencapaian secara
spesifik/khusus.

2. Tentukan tema

Tema kegiatan merupakan aspek utama dari kegiatan yang akan dilakukan.

3. Pilih obyek

Obyek merupakan hal yang ingin diamati.

4. Susunan alur kegitan

Alur kegiatan merupakan rincian tahapan kegiatan secara terstruktur.

5. Persiapan alat Bantu

Alat dan bahan adalah rincian peralatan dan bahan-bahan yang diperlukann dalam melakukan
kegian PLH.

6. Pelaksanaan kegiatan

Merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan waktu dan metoda yang telah ditentukan.

7. Evaluasi kegiatan

sumber:

1.1 Kesimpulan
Indonesia menghadapi pembanganan yang berdampak pada masalah lingkungan dan bencana
alam. beberapa masalah yang serius terkait dengan aspek lingkkungan hidup yaitu :

1. Kerusakan lingkungan hidup


2. Pengangguran dan kemiskinan
3. Pengaruh perubahan iklim global
4. Krisis air, pangan dan energi
5. Bencana alam dan konflik sosial

Melihat kondisi diatas maka pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1997,
tentang pengetahuan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkesinambungan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia. Pengelolaan lingkungan merupakan usaha secara sadar
untuk memelihara dan atau untuk memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar hidup
dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan mempunyai kompetisi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdya
sesuai dengan ciri keilmuan yang bersifat hubungan alam dengan kehidupan, maka guru dapat
memberikan penyadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan, yang dilakukan melalui
beberapa cara yaitu :
1. Memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam penanganan lingkungan
hidup.
2. Pendidikan, pelatihan, seminar, saresehan dibidang lingkungan hidup, masalah dan
penanganannya.
3. Pengabdian, penelitian dalam bidang lingkungan hidupuntuk berbagai kasus lingkungan.
4. Pembinaan kelembagaan pengheloolaan lingkungan hidup.
5. Aksi sosial bersama masyarakat untuk menangani lingkungan di setiap wilayah.
1.2 Saran
Dalam melakukan aktivitas Pendidikan Lingkungan Hidup, disarankan untuk melakukan tahapan
perencanaan dan persiapan, yang meliputi : Pendalaman materi, penyusunan modul, dan
persiapan materi.
Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup adalah :

1. Tujuan Umum/khusus

Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan merupakan hal
besar/umum yang ingin di wujudkan, sedangkan tujuan khusus adalah pencapaian secara
spesifik/khusus.

2. Tentukan tema

Tema kegiatan merupakan aspek utama dari kegiatan yang akan dilakukan.

3. Pilih obyek

Obyek merupakan hal yang ingin diamati.

4. Susunan alur kegitan

Alur kegiatan merupakan rincian tahapan kegiatan secara terstruktur.

5. Persiapan alat Bantu

Alat dan bahan adalah rincian peralatan dan bahan-bahan yang diperlukann dalam melakukan
kegian PLH.

6. Pelaksanaan kegiatan

Merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan waktu dan metoda yang telah ditentukan.
7. Evaluasi kegiatan

sumber: http://adiens-production-kuningan.blogspot.com/2011/11/ringkasan-materi-pendidikan-
lingkungan.html

Banyak sekali para pengajar ataupun ahli yang masih tidak sependapat dengan ranah pendidikan
lingkungan hidup (PLH) yang sekarang diajarkan menjadi mata pelajaran mulok baik dilevel
SMP maupun SMA, ketidaksepakatan ini mengarah pada lingkup PLH itu sendiri. PLH yang
merupakan pengetahuan yang mengkaji hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
dalam hubungannya dengan dampak kegiatan manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup, masih perlu dikaji kembali masuk kedalam lingkup yang mana? Sains kah?,
atau knowledge?

Sebagaimana kita ketahui bersama, sains merupakan suatu kegiatan mencari kebenaran dengan
obyek tertentu yang konkret dengan bidang kajian yang khas, memiliki metode ilmiah yang
sistematis, obyektif, konsisten dan berlaku umum. Sekarang kita akan meninjau pengertian dari
knowledge, knowledge adalah pencarian kebenaran berdasarkan pengalaman dengan bidang
kajian yang belum jelas, serta belum digunakan metode yang sistematis, cenderung subyektif dan
kurang konsisten.

Berdasarkan telaah definisi tersebut, pendidikan lingkungan hidup yang selama ini telah menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri lebih condong pada kelompok knowledge (pengetahuan)
daripada kelompok sains. Hal lain yang menjadi landasan adalah pemecahan masalah dalam
pendidikan lingkungan hidup lebih cenderung berorientasi kepada kebutuhan manusia, yang
tentu orientasi ini mengarah pada sifat subyektif.

Permasalahan lingkungan dan kerusakan lingkungan bersumber dari ketidaktahuan tentang


aturan dan hukum-hukum lingkungan, ditambah dengan ketidaksengajaan dalam menimbulkan
kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup lebih condong kea rah penerapan ilmu
daripada disiplin ilmu. Dalam rangka penerapan ilmu tersebut, maka digunakanlah hukum-
hukum dan kaidah dari berbagai sumber ilmu lain, seperti: geografi, biologi, fisika, kimia dan
lain sebagainya. Kemudian tinjauan lainnya adalah dampak negative yang ditimbulkan
timbulkan terhadap alam berdampak pada manusia dalam berbagai bidang, yang mancakup
usaha-usaha pembangunan maka problem solving nya juga mencakup ekonomi, politik dan
kebijakan pemerintah. Dengan kata lain problem solving yang di identifikasi didalamnya
dilakukan dengan pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral, dalam rangka perwujudan

sumber: http://erickbio.wordpress.com/2012/07/26/pendidikan-lingkungan-hidup-sains-ilmu-
pengetahuan-ataukah-knowledge-pengetahuan/

Artikel Lingkungan Hidup


Hubungan Lingkungan Hidup dengan Pembangunan
Peningkatan usaha pembangungn, maka akan terjadi pula peningkatan penggunaan sumber daya
untk menyokong pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan dalam lingkungan
hidup manusia.

Dalam pembangunan, sumber alam merupakan kompnen yan gpenting karena sumber alam ini
memberikan kebutuhan asasi bagi kehidupan. Dalam penggunaan sumebr alam tadi, hendaknya
keseimbangan ekosistem proyek pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang-
kadang bisa membahayakan kehidupan umat.

Harus dicari jalan keluar yang saling menguntungkan dalam hubungan timbal balik antara proses
pembangunan, penggalian sumber daya, dan masala pengotoran atau perusakan lingkunga hidup
manusia. Sebab pada umumnya, proses pembangunan mempunyai akibat-akibat yang lebih luas
terhadap lingkungan hidup manusia, baik akibat langsung maupun akibat sampingan seperti
pengurangan sumber kekayaan alam secara kuantitatif & kualitatif, pencemaran biologis,
pencemaran kimiawi, gangguan fisik dan gangguan sosial budaya.

Kerugian-kerugian dan perubahan-perbahan terhadap lingkungan perlu diperhitungkan, dengan


keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. Itulah sebabnya
dala setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan
perlu diperhitungkan, sedapat mungkin tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat
sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.

beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan demikian,


antara lain adalah kualitas dan kuantitas sumber kekayaan alam yang diketahui dan diperlukan;
akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam termasuk kekayaan hayati dan
habisnya deposito kekayaan alam tersebut. Bagaiaman cara pengelolaannya apakah secara
traditional atau memakai teknologi modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada
lingkungan terhadap memburuknya lingkungan serta kemungkinan menghentikan perusakan
lingkungan dan menghitung biaya-biaya serta alternatif lainnya.

Read more: http://www.artikelbagus.com/2013/07/artikel-lingkungan-


hidup.html#ixzz2kLXb71Ae

Pencemaran

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen
lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air
atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Ada bebarapa jenis pencemaran di dunia yaitu :

Pencemaran air : adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran air merupakan
masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada
semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan
bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit,

Akibatnya :

 Dapat menyebabkan banjir


 Erosi
 Kekurangan sumber air
 Dapat membuat sumber penyakit
 Tanah Longsor
 Dapat merusak Ekosistem sungai
 Kerugian untuk Nelayan

Pencemaran udara : adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan,
dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global.

Hujan asam

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari
hujan asam ini antara lain:

 Mempengaruhi kualitas air permukaan


 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di
lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

 Peningkatan suhu rata-rata bumi


 Pencairan es di kutub
 Perubahan iklim regional dan global
 Perubahan siklus hidup flora dan fauna
 Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai
stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

Pencemaran Tanah : adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Dampaknya :

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.Perubahan kimiawi


tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis
yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada
konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa
bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia
derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

Penanganannya :

Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis
remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-siteadalah
pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai
bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan
langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena
kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena
menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur dan
sebagainya.

Jenis-jenis Masalah lingkungan hidup di Indonesia :

Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini:

- penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan;

- polusi air dari limbah industri dan pertambangan;

- polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3
di dunia);

- asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan;

- penghancuran terumbu karang;

- pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju;

- pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo,


Jawa Timur;

- hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.

Pencegahan dan penanggulangan masalah lingkungan:

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung
jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya
bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.

sumber: http://jagoips.wordpress.com/2013/09/16/permasalahan-lingkungan-hidup/
MANFAAT LINGKUNGAN BAGI MANUSIA

Manusia di muka bumi selalu membutuhkan makan,minum.tempat tinggal,dan juga


membutuhkan pakaian.Maka dari itu manusia selalu memerlukan bantuan pada lingkungannya
secara langsung.

Contoh manfaat lingkungan bagi manusia antara lain:

 Udara untuk keperluan pernapasan karena tidak ada manusia yang dapat bertahan hidup
tanpa adanya bantuan udara.

 Air untuk minum,mandi,pengairan sawah,dan pembangkit tenaga listrik.


 Tumbuhan dan Hewan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dan nabati.Selain itu
tumbuhan dan hewan juga dapat di jadikan sebagai sumber tenaga dan kesenangan .Di
daerah tertentu,sapi dan kerbau dijadikan sebagai penarik bajak disawah,serta kuda untuk
menarik delman dan dijadikan sebagai sarana olaraga berkuda.
 lahan untuk tempat mendirikan berbagai prasarana dalam mendukung kehidupan
manusia,misalnya untuk membuat tempat tinggal, gedung-gedung pemerintah, olaraga
dan pertokohan.
 Sumber barang tambang dan sumber daya mineral, seperti emas, perak, tembaga, dan
lainnya.
 Penghasil bahan baku dan bahan mentah untuk industri

sumber:http://murniati-intan.blogspot.com/2011/11/manfaat-lingkungan-bagi-manusia.html

Banyaknya pabrik yang dibangun saat ini bukan hanya memberikan sumber pendapatan bagi
masyarakat sekitarnya namun pabrik juga bisa mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Karena
banyaknya pabrik yang didirikan disekitar perumahan penduduk menimbulkan masalah
lingkungan yang serius. Pabrik didirikan untuk memberikan kesempatan kerja kepada penduduk
sekitarnya namun masalah serius ternyata juga mengintai daerah yang padat dengan pabrik.
Timbulnya masalah lingkungan ini berakibat bagi kesehatan penduduk disekitanya.
Pembangunan pabrik yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan sekitar itulah yang harus
diperbaiki agar lingkungan tidak menjadi korban. Keadaan lingkungan yang kurang baik lama-
kelamaan menimbulkan masalah bagi penduduk yang ada disekitarnya seperti wabah penyakit
dan kerusakan ekosistem.
Lingkungan merupakan segala hal yang berada disekitar kita yang membentuk suatu ekosistem
yang salingberhubungan satu sama lain. Sedangkan pabrik merupakan suatu tempat yang
didirikan untuk memproduksi suatu barang oleh individu maupun kelompok dalam skala kecil
maupun besar. Antara pabrik dan lingkungan terjadi hubungan yang sangat erat sehingga jika
pabrik didirikan tanpa memperhatikan lingkungan pasti menimbulkan masalah lingkungan.
Pembangunan pabrik seharusnya memperhatikan kondisi lingkungan sekitar lebih-lebih jika
lingkungan tersebut berpenduduk padat. Seperti pembangunan pabrik tas misalnya, hal ini
memang memberikan penghasilan bagi penduduk sekitar namun masalah lingkungan seperti
pembuangan limbah pabrik yang sembarangan akan merusak lingkungan sekitar.
Masalah lingkungan di sekitar pabrik terjadi karena pembuangan limbah pabrik yang dilakukan
sembarangan tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya. Untuk mengatasi masalah lingkungan di
sekitar pabrik tersebut ada beberapa cara diantaranya:

• Lokasi
Walaupun lokasi pembangunan pabrik berada di sekitar perumahan namun pembangunan pabrik
bisa dialokasikan pada tempat yang sedikit jauh dari perumahan penduduk. Jika pembangunan
pabrik sedikit jauh dari perumahan penduduk.

• Pembuangan limbah pabrik


Sekalipun harus membangun pabrik pada lokasi yang dekat perumahan penduduk, pembuangan
limbah pabrik yang sembarangan mengakibatkan masalah lingkungan sekitarnya. Seharusnya
pembuangan limbah pabrik ditempatkan pada tempat yang tepat agar tidak menimbulkan
pencemaran di perumahan penduduk.

• Penanaman pohon
Jika masalah lingkungan pada daerah pembangunan pabrik disekitar perumahan sudah terjadi,
penanganan masalah ini selain dengan pembuangan limbah yang tepat juga bisa dengan
penanaman pohon di sekitar pabrik. Penanaman pohon disekitar pabrik dan lingkungan
sekitarnya berfungsi untuk menjaga udara tetap segar. Penanaman pohon ini bisa mengurangi
masalah lingkungan seperti polusi akibat asap pabrik.
Walaupun pembangunan pabrik berada disekitar lingkungan penduduk, namun masalah
lingkungan yang diakibatkan pabrik tetap bisa diatasi asalkan kita semua mau bekerjasama
mengatasinya. Pabrik memberikan peluang kerja kepada banyak orang namun pabrik juga bisa
menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Masalah lingkungan yang serius di sekitar pabrik
harus segera diatasi agar semua ekosistem disekitarnya tidak menjadi korban.
sumber: http://referensigeography.blogspot.com/2013/05/solusi-mengatasi-masalah-
lingkungan.html

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN HIDUP DI PROPINSI BENGKULU
1052008

119 Votes

Prof. Ir. Urip Santoso, S. IKom., M.Sc., Ph.D

Ketua Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Bengkulu

Pendahuluan
Masalah lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasrnya adalah masalah ekologi manusia.
Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu kurang
sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Jika hal ini tidak segera diatasi pada akhirnya
berdampak kepada terganggunya kesejahteraan manusia.

Kerusakan lingkungan yang terjadi dikarenakan eksflorasi sumberdaya alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan lingkungan ini telah
mengganggu proses alam, sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu.

Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait erat. Keterkaitan antara
masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah faktor merupakan sebab berbagai
masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh yang berbeda dan interaksi antar berbagai masalah
dan dampak yang ditimbulkan bersifat kumulatif (Soedradjad, 1999). Masalah lingkungan yang
saling terkait erat antara lain adalah populasi manusia yang berlebih, polusi, penurunan jumlah
sumberdaya, perubahan lingkungan global dan perang.

Makalah ini berusaha menguraikan masalah pengelolaan lingkungan hidup di Propinsi Bengkulu
serta kemungkinan alternatif solusinya.

Kerusakan Hutan

Masalah utama lingkungan di Propinsi Bengkulu adalah masalah kerusakan hutan. Sebagai
contoh di Kabupaten Lebong yang mempunyai hutan seluas 134.834,72 ha yang terdiri dari
20.777,40 ha hutan lindung dan 114.057,72 ha berupa hutan konservasi, sebanyak 7.895,41 ha
hutan lindung dan 2.970,37 ha cagar alam telah mengalami kerusakan. Kerusakan hutan di
kabupaten/kota lain di Propinsi Bengkulu lebih parah lagi.

Kondisi kawasan hutan yang telah rusak tersebut disebabkan antara lain oleh adanya ilegal
logging dan perambahan hutan.Perambahan hutan pada umumnya bertujuan untuk keperluan
perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kopi dll. Bahkan TNKS juga tidak luput dari kegiatan
ilegal logging. Hal ini dapat dibuktikan dengan gundulnya hutan di wilayah TNKS.

Kerusakan hutan di Bengkulu juga disebabkan oleh kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dari
tahun ke tahun bertambah luas. Pada tahun 1997 luas kebakaran hutan seluas 2.091 ha dengan 31
titik api. Pada tahun 2006 sebagai akibat kemarau yang panjang kebakaran hutan di Bengkulu
semakin luas yang mengakibatkan tebalnya asap di udara yang dapat menimbulkan berbagai
masalah.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Bengkulu antara lain adalah adanya peningkatan
kegiatan pertanian seperti perkebunan, pertanian rakyat, perladangan, pemukiman, transmigrasi
dll., terjadi secara alamiah seperti musim kemarau yang panjang, kecerobohan masyarakat dll.
Dampak negatif kebakaran hutan dan lahan di Bengkulu antara lain adalah penurunan
keanekaragaman hayati (ekosistem, spesies dan genetik), habitat rusak, terganggunya
keseimbangan biologis (flora, fauna, mikroba); gangguan asap, erosi, banjir, longsor, terbatas
jarak pandang; meningkatnya gas-gas rumah kaca, CO dan hidrokarbon, gangguan metabolisme
tanaman dan perubahan iklim.

Sebab lain kerusakan hutan di Propinsi Bengkulu antara lain: 1) persepsi masyarakat bahwa
hutan masih terbatas untuk kepentingan ekonomi; 2) adanya konflik kepentingan; 3) laju
perusakan hutan tidak sebanding dengan upaya perlindungan; 4) masih luasnya lahan kritis di
luar hutan karena pengelolaan lahan secara tradisional dan praktek perladangan berpindah; 5)
belum optimalnya penegakan hukum dalam percepatan penyelesaian pelanggaran/kejahatan di
bidang kehutanan (al. Perambahan hutan, ilegal logging dll.).

Upaya untuk memulihkan hutan yang rusak adalah sebagai berikut:

(1) dalam jangka pendek adalah penegakan hukum. Hal ini sangat penting untuk mencegah
praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.

(2) Hendaknya kegiatan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini seringkali
dilanggar oleh pelaksana pembangunan.

(3) Upaya penanaman kembali hutan yang telah rusak. Penghijauan telah dilakukan namun
belum efektif memulihkan kondisi hutan.

(4) Dalam jangka menengah dapat dilakukan sosialisasi dan pendidikan lingkungan pada orang
dewasa terutama yang tinggal di sekitar hutan lindung dan konservasi.

(5) Dalam jangka panjang pendidikan lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan lokal
baik di SD, SMP, SLTA maupun di perguruan tinggi.

Penurunan Keanekaragaman Hayati

Sebagai akibat kerusakan hutan, pembukaan lahan, praktek pengolahan lahan yang kurang
memperhatikan ekologi, pertanian monokultur dll., maka terjadi penurunan keanekaragaman
hayati di Propinsi Bengkulu. Kegiatan monokultur dapat menyebabkan sebagian flora, fauna dan
mikrobia musnah. Contohnya, kantong semar yang dahulu sangat banyak dijumpai di Bengkulu
sekarang menjadi sedikit jumlah dan jenisnya. Kegiatan pembukaan lahan yang kurang ramah
lingkungan seperti lahan disemprot dapat menyebabkan telur-telur dan flora lainnya menjadi
tidak berkembang. Satwa liar menjadi menurun dan kemudian masuk kriteria dilindungi. Satwa-
satwa tersebut antara lain badak Sumatera, gajah Sumatera, harimau Sumatera, tapir, beruang
madu, rusa sambar, napu, rangkong, siamang, kuao, walet hitam, penyu belimbing serta kura-
kura. Ada delapan jenis kura-kura yang ada di Bengkulu yaitu kura nanas, kura garis hitam, kura
patah dada, beiyogo, baning coklat, labi-labi hutan, kura pipi putih dan bulus. Baning coklat
berstatus dilindungi dan sudah terancam punah. Flora langka yang ada di Bengkulu
adalah Raflesia arnoldi, bunga bangkai dan anggrek pensil.

Upaya untuk mencegah punahnya flora dan fauna langka tersebut antara lain adalah:
(1) konservasi in-situ: upaya pelestarian flora dan fauna langka beserta ekosistemnya di
kawasan konservasi. Luas hutan konservasi di Bengkulu adalah 426.203,23 ha.

(2) konservasi ex-situ: UNIB telah mencoba membiakan Raflesia alnordi dengan menggunakan
kultur jaringan, tapi belum berhasil.

(3) program penangkaran satwa langka.

(4) Penyuluhan tentang penangkaran satwa secara intensif.

(5) Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang keanekaragaman hayati dan


manfaatnya bagi masyarakat.

(6) Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

(7) Memasukkan keanekaragaman hayati ke dalam kurikulum SD, SMP, SMU serta perguruan
tinggi.

(8) Memperluas habitat satwa liar.

Kualitas Air

Pengolahan air di PDAM saat ini memerlukan cukup banyak tawas yang berfungsi sebagai
pengikat partikel lumpur. Nilai zat padat tersuspensi dan nilai kekeruhan yang tinggi ini
disebabkan oleh aktivitas lain di hulu sungai. Air yang digunakan oleh PDAM juga terindikasi
tercemar batubara. Air sumur di daerah peternakan ayam mengandung banyak E. coli yang
sangat tinggi. Praktek pemotongan liar juga masih marak dilakukan oleh masyarakat, sehingga
dapat menurunkan kualitas air. Kerusakan hutan juga dapat menurunkan mutu air sebagai akibat
peningkatan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi serta kekeruhan. Kerusakan hutan juga
disinyalir sebagai salah satu sebab turunnya volume air di danau Dendam.

Pengaruh Industri

Meskipun industri di Bengkulu masih belum banyak tetapi perencanaan pembangunan industri
selanjutnya harus memperhatikan aspek lingkungan. Selama ini, pembangunan industri kurang
memperhatikan aspek lingkungan.

Aktivitas industri yang paling besar di Propinsi Bengkulu adalah penambangan batubara dan
indutri pertanian (perkebunan). Penambangan batubara mempengaruhi mutu air di DAS
Bengkulu-Lemau, DAS Seluma Atas dan DAS Dikit Seblat. Pengaruh industri batubara antara
lain meningkatkan zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, kekeruhan, zat besi, sulfat dan ion
hidrogen dalam air yang dapat menurunkan pH. Masalah ini dapat dikurangi dengan cara
pengolahan limbah yang standard dan minimisasi kebakaran.
Perkebunan di Bengkulu terutama karet dan kelapa sawit. Akibat aktivitas ini terjadi peningkatan
senyawa organik pada air, adanya sisa-sisa pestisida di DAS, peningkatan zat pada tersuspensi
dan terlarut, peningkatan kadar amonia, peningkatan kadar minyak dan lemak, mempengaruhi
pH dll. DAS yang terkena aktivitas ini adalah DAS Dikit Seblat, DAS Bengkulu-Lemau, badan
sungai Pisang (Ipuh), sungai Betung (Muko-muko), sungai Simpang Tiga (Tais), sungai
Bengkulu, dan sungai Sinaba (Ketahun).

Persampahan

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Secara garis besar, sampah dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu:

1. sampah anorganik/kering

Contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami pembusukan
secara alamai.

2. Sampah organik/basah

Contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll yang
dapat mengalami pembusukan secara alami.

3. sampah berbahaya

Contoh: baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll.

Secara umum persampahan di Bengkulu belum menjadi masalah yang sangat serius. Namun
sampah cukup menjadi masalah di lokasi-lokasi tertentu seperti pasar, terminal, pertokoan dan
tempat-tempat lain yang padat penduduknya. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah
pada tempat-tempat tertentu masih rendah, apalagi untuk mengolahnya. Di Propinsi Bengkulu
setia[ rumah tangga menghasilkan limbah kira-kira sebanyak 0,8 kg/hari atau 288 kg per tahun.

Masalah sampah di Bengkulu antara lain:

(1) tempat sampah kurang tersedia cukup di lokasi-lokasi padat aktivitas.

(2) Seringnya pencurian tempat-tempat sampah.

(3) TPS kurang tersedia cukup.

(4) Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA kurang intensif.


(5) Belum ada pengolahan sampah yang representatif.

(6) Kesadaran masyarakat rendah.

Di Bengkulu TPA masih jauh dari lokasi permukiman, sehingga belum menimbulkan masalah
bagi penduduk. Tipe TPA di Bengkulu pada umumnya open damping setengah mengarah ke
sanitary landfill. Ke depan, TPA sebaiknya diarahkan sepenuhnya ke sanitary landfill, sehingga
masalah yang ditimbulkan sampah dapat diminimisasi. Akan lebih baik, jika sampah telah
dipisahkan dan diolah langsung di sumber-sumber sampah. Open dumping tidak dianjurkan
karena sampah berinteraksi langsung dengan udara luar dan hujan. Open dumping mempercepat
proses perombakan sampah oleh mikrobia tanah yang menghasilkan lindi. Lindi yang terkena
siraman air hujan, mudah mengalir dan meresap ke lapisan tanah bawah, sehingga mencemari air
tanah. Lindi merupakan sumber utama pencemaran air baik air permukaan, air tanah yang
berpengaruh terhadap sifat fisik, kimi dan mikrobia air. Perombakan sampah secara aerobik
menghasilkan lindi yang mengandung zat padat halus (Ca2+, Mg2+, K+, Fe2+, CL-, SO42-, PO43-,
Zn2+ dan gas H2S. Hal ini akan mencemari air sehingga kualitas air menurun.

Tumpukan sampah di TPA merupakan media perkembangan mikrobia patogen dan non-patogen.
Adanya bakteri pada air minum merupakan indikator pencemaran air. Bakteri dalam tanah
bergerak secara vertikal dan horizontal. Bakteri mampu meresap 30 meter pada tanah berstektur
halus dan bergerak horizontal sejauh 830 meter dari sumber kontaminan.

Solusi permasalahan sampah antara lain sebagai berikut:

(1) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah pemukiman. Faktor-faktor


yang perlu diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, keadaan
lingkungan permukimana.

(2) Program pengelolaan sampah permukiman.

(3) Dimasukkan ke dalam kurikulum SD, SPM, SMA.

Upaya yang telah dilakukan di Bengkulu:

(1) lomba semacam bangunpraja tingkat desa.

(2) Pilot project pengolahan sampah. Sayang tidak berlanjut.

(3) Program adipura.

(4) Lokakarya tentang pengelolaan sampah kepada kepala desa dan camat.

(5) Adanya Perda yang mengatur persampahan, tapi belum dijalankan secara efektif.
Pelestarian Lingkungan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar masyarakat berpartisipasi dalam pelestarian


lingkungan antara lain:

(1) tingkat pendidikan.

(2) Peningkatan penghasilan.

(3) Pengetahuan tentang kearifan lokal.

(4) Penerapan sistem pertanian konservasi (terasering, rorak – tanah yang digali dengan ukuran
tertentu yang berfungsi menahan laju aliran permukaan–, tanaman penutup tanah, pergiliran
tanaman, agroforestry, olah tanam konservasi – pengolahan yang tidak menimbulkan erosi.

Daftar Pustaka

Anonimus. 1998. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. KLH-UNDP. Jakarta.

Anonimus. 2004. Profil Kehutanan Kabupaten Lebong. Dinas Kehutanan Lebong. Bengkulu.

Armanto, M. E. dan E. Wildayana. 1998. Analisis permasalahan kebakaran hutan dan lahan
dalam pembangunan pertanian dalam arti luas. Lingkungan dan Pembangunan 18 (4): 304-318.

Rahmi, D. H. dan B. Setiawan. 1999. Perancangan Kota Ekologi. Dikti, P & K. Jakarta.

Soedradjat, R. 1999. Lingkungan Hidup, Suatu Pengantar. Dikti, P & K. Jakarta.

Soemarwoto, O. 1991. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Gramedia Pustaka
Utma. Jakarta.

Trihardi, B. 1997. Berbagai kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas air sungai di Propinsi
Bengkulu: Penentuan titik-titik monitoring. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

sumber: http://uripsantoso.wordpress.com/2008/05/01/permasalahan-dan-solusi-pengelolaan-
lingkungan-hidup-di-propinsi-bengkulu/

Tujuan Kesepakatan Bersama:


1. Kerjasama di antara kedua belah pihak dalam menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman mengenai wawasan lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat

2. Mutu sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan dan pelestari lingkungan hidup

Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama Meliputi:

1. Koordinasi dalam penyusunan program pendidikan lingkungan hidup jangka pendek,


menengah dan panjang;

2. Pengembangan pendidikan lingkungan hidup sebagai wadah/sarana menciptakan perubahan


perilaku manusia yang berbudaya lingkungan;

3. Peningkatan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang pendidikan lingkungan
hidup;

5. Peningkatan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan lingkungan hidup.

A. Pendahuluan (Pendidikan Lingkungan


Hidup: Bukan untuk pembebanan baru bagi
siswa)

Manusia terdiri atas pikiran dan rasa dimana keduanya harus digunakan. Rasa menjadi penting
digerakkan terlebih dahulu, karena seringkali dilupakan. Bagaimana memulai pendidikan
lingkungan hidup? Pendidikan Lingkungan Hidup harus dimulai dari HATI. Tanpa
sikap mentalyang tepat, semua pengetahuan dan keterampilan yang diberikan hanya akan
menjadi sampah semata.

Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang
paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah
terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat
dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta
peningkatan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup
1. Pendidikan Lingkungan Hidup: dalam buku catatan

Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam
pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran “Pendidikan kependudukan dan
lingkungan hidup (PKLH)”. Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke
dalam semua mata pelajaran. Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan
kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara
integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah
kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun
1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah
Kejuruan.

Di tahun 1996 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang
berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2004 tercatat
192 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996
tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996.
Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)
Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan
bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan
lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan
lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru,
pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan
dan lain-lain. Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan
Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005
untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan bersama
ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan
mata ajaran yang telah ada.

2. Pendidikan Lingkungan Hidup: bahan dasar yang dilupakan

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan


pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut: Pendidikan lingkungan
Hidup (environmental education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi
manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala
masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik
secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah
lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN - Tbilisi, Georgia - USSR
(1977) dalam Unesco, (1978)]
PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk
membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya
sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode
yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu
dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan
nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the
fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan
“kemampuan memecahkan masalah”.

Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini.

a. Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara


persuasive,desaingrafis;

b. Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara,


menganalisa data;

c. Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan


keputusan dan kerjasama.

PLH dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
a. berfikir kritis
b. berfikir kreatif
c. berfikir secara integratif
d. memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta
memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan
kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian
Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah
ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling
memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

a. Pilar Ekonomi

Menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan
adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan
usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan.
b. Pilar Sosial

Menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan


hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan,
Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat
terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan.

3. Pilar Lingkungan

Menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau
materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan,
Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi dan
sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan
ruang

Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant)
dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus
dipahaminya. Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bisa menjebak kita ke
dalam kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti
subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialek tersebut tidak
berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus
melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni: Pengajar, Pelajar
atau anak didik, dan Realitas dunia. Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar
(cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari (cognizable).
Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama
ini.

Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan
pembebasannya Freire yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ?commencement?, yang
selalu “mulai dan mulai lagi”, maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses
yang sehati (inherent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran
merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang
memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus terus berproses, berkembang dan
meluas, dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat “kesadaran naif” sampai ke tingkat
“kesadaran kritis”, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni
“kesadarannya kesadaran” (the consice of the consciousness).

Joseph Cornell, seorang pendidik alam (nature educator) yang terkenal dengan permainan di
alam yang dikembangkannya sangat memahami psikologi ini. Sekitar tahun 1979 ia
mengembangkan konsep belajar beralur (flow learning). Berbagai kegiatan atau permainan
disusun sedemikian rupa untuk menyingkronkan proses belajar di dalam pikiran, rasa, dan gerak.
Ia merancang sedemikian rupa agar kondisi emosi anak dalam keadaan sebaik-baiknya pada saat
menerima hal-hal yang penting dalam belajar.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:

1. Aspek afektif, perasaan nyaman, senang, bersemangat, kagum, puas,

dan bangga

2. Aspek kognitif, proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain

3. Aspek sosial, perasaan diterima dalam kelompok

4. Aspek sensorik dan monotorik, bergerak dan merasakan melalui indera, melibatkan peserta
sebanyak mungkin

5. Aspek lingkungan: suasanan ruang atau lingkungan

3. Pendidikan Lingkungan Hidup: terjerumus di jurang pembebanan baru

Pendidikan saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya
pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli
ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap
kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak
mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi
mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan
hanyalah sebuah mimpi.

Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai
dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi,
daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang
mengebiri ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia
yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah
ketiak bangsa asing.

Pada dua tahun terakhir, PLH di Kalimantan Timur sangatlah berjalan perlahan ditengah hiruk
pikuk penghabisan kekayaan alam Kaltim. Inisiatif-inisiatif baru bermunculan. Kota Balikpapan
memulai, dengan dibantu oleh Program Kerjasama Internasional, lahirlah kurikulum pendidikan
kebersihan dan lingkungan yang menjadi salah satu muatan lokal. Diikuti kemudian oleh
Kabupaten Nunukan. Sementara saat ini sedang dalam proses adalah Kota Samarinda,
Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Kesemua wilayah ini terdorong ke arah “jurang”
hadirnya muatan lokal beraroma pendidikan lingkungan hidup.

Tak ada yang salah dengan muatan lokal. Namun sangat disayangkan dalam proses-proses yang
dilakukan sangat meninggalkan prinsip-prinsip dari Pendidikan Lingkungan Hidup itu sendiri.
Nuansa hasil yang berwujud (buku, modul, kurikulum), sangat terasa dalam setiap aktivitas
pembuatannya. Perangkat-perangkat pendukung masih sangat jauh mengikutinya. Pendidikan
Lingkungan Hidup hari ini, bisa jadi mengulang pada kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika
PKLH mulai diluncurkan. Statis, monolitik, membunuh kreatifitas. Prasyarat yang belum
mencukupi yang kemudian dipaksakan, berakhir pada frustasi berkelanjutan.

Sangat penting dipahami, bahwa pola Cara Belajar Siswa Aktif, Kurikulum Berbasis
Kompetensi, dan berbagai teknologi pendidikan lainnya yang dikembangkan, kesemuanya
bermuara pada kapasitas seorang guru. Kemampuan berekspresi dan berkreasi sangat dibutuhkan
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bila tidak, lupakanlah. Demikian pula
dengan PLH, sangat dibutuhkan kapasitas guru yang mampu membangitkan kesadaran kritis.
Bukan sekedar untuk memicu kreatifitas siswa. Kesadaran kritis inilah yang akhirnya akan
tereliminasi disaat PLH diperangkap dalam kurikulum muatan lokal. Siswa akan kembali berada
dalam ruang statis, mengejar nilai semu, dan memperoleh pembebanan baru.

4. Pendidikan Lingkungan Hidup: duduk, diam, dan bercerminlah

Sejak 2001, disaat pertama kali kawan-kawan pegiat PLH di Kaltim berkumpul, telah lahir
berbagai gagasan dan agenda yang harus diselesaikan. Namun karena bukan menjadi
PRIORITAS, maka hal ini menjadi bagian yang dilupakan.

Di tahun 2005 ini, geliat PLH masih bergerak-gerak ditempat. Bagi yang memiliki dana, muatan
lokal menjadi sebuah pilihan, karena akan lebih mudah mengukur indikator keberhasilannya.
Bagi yang tidak memiliki dana, mencoba tertatih-tatih di ruang sempit untuk tetap berjalan sesuai
dengan cita-cita sebenarnya dari PLH, yaitu membangun generasi yang memiliki KESADARAN
KRITIS sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni
“KESADARANNYA KESADARAN”.

Kepentingan untuk PERCEPATAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP, haruslah dimaknai


bukan untuk mengELIMINASI pondasi dasar PLH. Tidak kokohnya pondasi akan
mengakibatkan kehancuran sebuah bangunan, semewah apapun ia. Kehausan akan target proyek,
capaian indikator, pekerjaan, hanya akan menjadikan PLH sebagai sebuah obyek mainan baru,
bukan lagi sebagai sebuah nilai yang sedang dibangun bagi generasi kemudian negeri ini.

BERCERMINLAH untuk sekedar meREFLEKSIkan diri. Ini yang penting dilakukan oleh pegiat
PLH. Bukan untuk berlari mengejar ketertinggalan. Tidak harus cepat mencapai garis akhir.
Berjalan perlahan dengan semangat kebersamaan akan lebih menghasilkan nilai yang tertancap
pada ruang yang terdalam di diri. APAKAH YANG SEDANG KITA LAKUKAN HANYA
AKAN MENJADI PEMBEBANAN BARU BAGI GENERASI KEMUDIAN?

C. Prinsip-prinsip Pendidikan Lingkungan


Hidup
Pendidikan lingkungan hidup haruslah:
1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi
dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);

2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai
pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal

3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri
spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang
holistik dan perspektif yang seimbang.

4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional
dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di
wilayah geografis yang lain;

5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial,
dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;

6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk
mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan; Secara eksplisit
mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan
pertumbuhan;

7. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar
mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima
konsekuensi dari keputusan tersebut;

8. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk


memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-
tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap
lingkungan tempat mereka hidup;

9. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover) gejala-gejala dan penyebab dari
masalah lingkungan;

10. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan


kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.

11. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai
pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada
kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first –
hand experience).
D. Pendekatan dan Metode Pendidikan
Lingkungan Hidup
Sebagai sebuah upaya untuk mengubah cara pandang dan perilaku segenap komponen
masyarakat agar memiliki kepedulian dan kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya
kelestarian lingkungan, kegiatan pendidikan lingkungan hidup memerlukan metode atau
pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik persoalan dan kelompok sasaran yang
dihadapi. Di bawah ini terdapat beberapa pendekatan atau metode yang umum digunakan dalam
proses belajar mengajar :

1. Pendekatan Tatap Muka

Instruktur/pengajar/nara sumber bertemu secara langsung dengan para peserta (kelompok


sasaran) pada waktu dan tempat tertentu. Pendekatan ini umumnya diselenggarakan dalam
bentuk penyuluhan, kelas, kursus/pelatihan, seminar, dan lokakarya. Penerapan pendekatan tatap
muka ini seringkali dilakukan dengan cara mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran.
Adapun metode yang umum digunakan adalah:

a. Metode Ceramah, umumnya dicirikan oleh situasi pembelajaran di mana


instruktur/pengajar/nara sumber aktif menyampaikan materi sedangkan peserta hanya
mendengarkan (pasif)

b. Metode Diskusi, yaitu suatu metode pembelajaran yang dicirikan oleh adanya interaksi yang
intensif antara instruktur/pengajar/nara sumber dan peserta yang mana antara keduanya saling
memberikan pertanyaan dan tanggapan.

c. Metode studi kasus, yaitu suatu metode pembelajaran yang mana para peserta diarahkan untuk
mendalami suatu kasus yang spesifik agar dapat melakukan diagnosa guna menemukan cara
penyelesaiannya. Metode ini seringkali didukung dengan kunjungan/observasi lapang

d. Metode eksursi, yaitu metode pembelajaran yang menekankan pada pentingnya pemahaman
terhadap kondisi real di lapangan baik untuk keperluan orientasi, pengambilan data, maupun
eksplorasi.

2. Pendekatan Non Tatap Muka

Instruktur/pengajar/nara sumber tidak bertemu dengan para peserta (kelompok sasaran).


Materi pendidikan atau isu lingkungan yang diangkat umumnya disampaikan secara tertulis atau
visual melalui tulisan populer, artikel, majalah, buku, iklan layanan masyarakat, lagu, film, dan
sejenisnya yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat umum.
3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran didasarkan pada perkembangan belajar berdasarkan Kelompok


Umur.

a. Umur 7/8 – 11/12 tahun (sekolah dasar)

 Baru memulai menggunakan logika dalam memecahkan masalah sederhana,


mengelompokkan dan mengklarifikasikan sesuatu.
 Mengerti bagaimana panjang, lebar, dan perbandingan ukuran lainnya, dan kemampuan
untuk saling menghubungkan hal tersebut satu sama lain.
 Pada tahap ini anak-anak mulai untuk berpendapat dengan berdasarkan alasan, dapat
mengerti sebuah perbuatan yang berlawanan atau sebuah prosedur (jika 2 + 3 = 5, maka 5
– 3 = 2) dan dapat mulai mengklarifikasikan obyek dan mengerti bahwa kelompok-
kelompok obyek memiliki lebih dari satu sifat (seperti warna, berat dan ukuran).
 Berpikiran secara hitam dan putih dan percaya pada kenyataan untuk memecahkan
masalah.

Metode yang disarankan:

Aktivitas dan permainan untuk mengajarkan konsep, eksplorasi dan penemuan, berbagi dan
berempati, cerita, boneka, drama pendek dan lucu, dan bermain peran, strategi tanya-jawab,
peralatan yang dapat dimanipulasi, pelibatan fisik dan alat indera, metafora.

b. Usia 11/12 – 14/15 tahun (sekolah menengah pertama)

 Mulai berpikir secara abstrak dan mulai untuk membuat hipotesis serta menggunakan
alasan deduktif.
 Cara berpikir orang dewasa sudah mulai terlihat, peserta dapat menganalisis peristiwa
dan mengerti kemungkinan, hubungan, kombinasi, alasan yang proporsional, dan
ketrampilan berpikir yang lebih tinggi lagi.
 Mulai dapat berspekulasi pada alternatif yang sudah diketahui, yang memungkinkan
sebagian besar anak-anak melewati tahap analisis hitam dan putih dan berpikir tentang
perilaku kompleks.
 Banyak anak menjadi idealis dan membayangkan apa yang bisa terjadi dengan
bergantung pada kenyataan dan keadaan yang tetap.
 Pada tahap ini anak-anak juga dapat memutuskan secara aktif untuk diri mereka sendiri
apa yang benar dan apa yang salah.

Metode yang disarankan:

Bermain peran, simulasi, studi kasus, kuisioner, menulis kreatif, debat, dll.
c. 14/15 tahun – ke atas (sekolah menengah atas sampai dewasa)

Dapat mendesain eksperimen, membuat hipotesis dengan melibatkan variabel yang berbeda dan
kegiatan lain yang menunjukkan tingkat berpikir tinggi, seperti berpikir kreatif dan kritis,
termasuk pemecahan masalah, analisis, dan menulis persuasif.

E. Teknik-Teknik Dasar Presentasi dalam


Pendidikan Lingkungan Hidup
Perlu diingat bahwa sebuah presentasi tidak hanya membawa misi untuk:

Ø Memberi informasi

Ø Memberi ilustrasi

Ø Memutuskan suatu materi

Ø Mendiskusikan suatu materi

Tetapi lebih penting lagi bahwa presentasi membawa misi untuk dapat:

 Membangkitkan antusiasisme audiens (peserta)


 Melakukan persuasi (bujukan)
 Membuat audiens mampu mengajukan pertanyaan
 Memotivasi

Oleh karena itu dalam sebuah penyajian presentasi kita patut mempertimbangkan hal-hal penting
seperti :

q Pentingnya menciptakan suasana yang tepat dan membawakan sikap yang tepat pada saat
menyajikan dan sifat presentasi

q Karakter audiens, juga berbagai cara untuk secara tepat menyesuaikan gaya untuk menyajikan
presentasi

q Perlunya melakukan persiapan sebelum menyajikan presentasi

q Berbagai teknik untuk menyusun presentasi yang efektif melalui pemahaman yang tuntas
mengenai berbagai metode penyampaian data statistik dan diagram serta alat-alat bantu audio –
visual yang paling tepat untuk menyampaikan informasi dalam presentasi
q Suatu pendekatan profesional terhadap penggunaan alat-alat bantu audio – visual selama
menyajikan presentasi

q Pentingnya penggunaan bahasa serta berbagai teknik public speaking (berbicara di depan
umum) secara terkendali dan tersencana, juga pentingnya ungkapan yang jelas dan ringkas.

F. Menyusun Modul Pendidikan Lingkungan


Hidup
Dalam melaksanakan aktivitas pendidikan lingkungan hidup, disarankan untuk melakukan
tahapan perencanaan dan persiapan, yang meliputi: pendalaman materi, penyusunan modul, dan
persiapan kegiatan.

Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup adalah:

1. Tentukan kompetensi dan sub kompetensi beserta indikatornya


2. Tentukan tema
3. Pilih obyek
4. Susun alur kegiatan
5. Persiapkan alat bantu
6. Pelaksanaan kegiatan
7. Evaluasi kegiatan

Penyusunan modul PLH Non Formal dilakukan setelah ditemukan tema yang akan dijadikan
sebagai sentral topik pendidikan lingkungan hidup. Adapun struktur dari modul PLH
sekurangnya meliputi:

sumber: http://agtamrin.staff.fkip.uns.ac.id/2008/09/17/pendidikan-lingkungan-hidup-sebagai-
salah-satu-mata-pelajaran-di-sekolah/

Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup – Manusia terdiri atas pikiran dan rasa dimana
keduanya harus digunakan. Rasa menjadi penting digerakkan terlebih dahulu, karena seringkali
dilupakan. Bagaimana memulai pendidikan lingkungan hidup? Pendidikan Lingkungan Hidup
harus dimulai dari HATI. Tanpa sikap mental yang tepat, semua pengetahuan dan keterampilan
yang diberikan hanya akan menjadi sampah semata.

Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang
paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah
terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat
dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta
peningkatan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup
Pendidikan Lingkungan Hidup: dalam buku catatan

Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam
pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran ?Pendidikan kependudukan dan
lingkungan hidup (PKLH)?. Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke
dalam semua mata pelajaran

Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian
mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan
dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan
lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga
saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Di tahun 1996 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang
berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2004 tercatat
192 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.

Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996
tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996.
Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)
Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan
bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan
lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan
lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru,
pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan
dan lain-lain.

Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri


Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No
05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam
keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara
integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.

Pendidikan Lingkungan Hidup: bahan dasar yang dilupakan

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan


pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut:

Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education – EE) adalah suatu proses untuk
membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total
(keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama ,
baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah
lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN - Tbilisi, Georgia - USSR
(1977) dalam Unesco, (1978)]

PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk
membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya
sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode
yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu
dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan
nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the
fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan
?kemampuan memecahkan masalah?.

Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini.

* Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain


grafis;
* Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara,
menganalisa data;
* Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan
dan kerjasama.

Pendidikan lingkungan hidup haruslah:

1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi
dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai
pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri
spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang
holistik dan perspektif yang seimbang.
4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional
dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di
wilayah geografis yang lain;
5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial,
dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk
mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana
pembangunan dan pertumbuhan;
8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar
mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima
konsekuensi dari keputusan tersebut;
9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk
memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-
tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap
lingkungan tempat mereka hidup;
10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari
masalah lingkungan;
11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan
kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai
pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada
kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first –
hand experience).

Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, PLH dapat mempermudah pencapaian
ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :

1. Berfikir kritis
2. Berfikir kreatif
3. Berfikir secara integratif
4. Memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta
memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan
kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian
Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah
ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling
memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap
lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi
yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan,
Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan
2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan,
Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat
terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan
3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan
sumberdaya lahan, Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir,
Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati,
dan Penataan ruang

Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant)
dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus
dipahaminya. Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bisa menjebak kita ke
dalam kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti
subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialek tersebut tidak
berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus
melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni: Pengajar, Pelajar
atau anak didik, dan Realitas dunia. Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar
(cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari (cognizable).
Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama
ini.

Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan
pembebasannya Freire yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ?commencement?, yang
selalu ?mulai dan mulai lagi?, maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses
yang sebati (in erent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran
merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang
memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus terus berproses, berkembang dan
meluas, dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat ?kesadaran naif? sampai ke tingkat
?kesadaran kritis?, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni
?kesadarannya kesadaran? (the consice of the consciousness).

Joseph Cornell, seorang pendidik alam (nature educator) yang terkenal dengan permainan di
alam yang dikembangkannya sangat memahami psikologi ini. Sekitar tahun 1979 ia
mengembangkan konsep belajar beralur (flow learning).
Berbagai kegiatan atau permainan disusun sedemikian rupa untuk menyingkronkan proses
belajar di dalam pikiran, rasa, dan gerak. Ia merancang sedemikian rupa agar kondisi emosi anak
dalam keadaan sebaik-baiknya pada saat menerima hal-hal yang penting dalam belajar.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:

* Aspek afektif: perasaan nyaman, senang, bersemangat, kagum, puas, dan bangga
* Aspek kognitif: proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain
* Aspek sosial: perasaan diterima dalam kelompok
* Aspek sensorik dan monotorik: bergerak dan merasakan melalui indera, melibatkan peserta
sebanyak mungkin
* Aspek lingkungan: suasanan ruang atau lingkungan

Pendidikan Lingkungan Hidup: terjerumus di jurang pembebanan baru

Pendidikan saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya
pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli
ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap
kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak
mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi
mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan
hanyalah sebuah mimpi.

Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai
dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi,
daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang
mengebiri ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia
yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah
ketiak bangsa asing.

Pada dua tahun terakhir, PLH di Kalimantan Timur sangatlah berjalan perlahan ditengah hiruk
pikuk penghabisan kekayaan alam Kaltim. Inisiatif-inisiatif baru bermunculan. Kota Balikpapan
memulai, dengan dibantu oleh Program Kerjasama Internasional, lahirlah kurikulum pendidikan
kebersihan dan lingkungan yang menjadi salah satu muatan lokal. Diikuti kemudian oleh
Kabupaten Nunukan. Sementara saat ini sedang dalam proses adalah Kota Samarinda,
Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Kesemua wilayah ini terdorong ke arah ?jurang?
hadirnya muatan lokal beraroma pendidikan lingkungan hidup.

Tak ada yang salah dengan muatan lokal. Namun sangat disayangkan dalam proses-proses yang
dilakukan sangat meninggalkan prinsip-prinsip dari Pendidikan Lingkungan Hidup itu sendiri.
Nuansa hasil yang berwujud (buku, modul, kurikulum), sangat terasa dalam setiap aktivitas
pembuatannya. Perangkat-perangkat pendukung masih sangat jauh mengikutinya.

Pendidikan Lingkungan Hidup hari ini, bisa jadi mengulang pada kejadian beberapa tahun yang
lalu, ketika PKLH mulai diluncurkan. Statis, monolitik, membunuh kreatifitas. Prasyarat yang
belum mencukupi yang kemudian dipaksakan, berakhir pada frustasi berkelanjutan.

Sangat penting dipahami, bahwa pola Cara Belajar Siswa Aktif, Kurikulum Berbasis
Kompetensi, dan berbagai teknologi pendidikan lainnya yang dikembangkan, kesemuanya
bermuara pada kapasitas seorang guru. Kemampuan berekspresi dan berkreasi sangat dibutuhkan
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bila tidak, lupakanlah.

Demikian pula dengan PLH, sangat dibutuhkan kapasitas guru yang mampu membangitkan
kesadaran kritis. Bukan sekedar untuk memicu kreatifitas siswa. Kesadaran kritis inilah yang
akhirnya akan tereliminasi disaat PLH diperangkap dalam kurikulum muatan lokal. Siswa akan
kembali berada dalam ruang statis, mengejar nilai semu, dan memperoleh pembebanan baru.

Pendidikan Lingkungan Hidup: duduk, diam, dan bercerminlah

Sejak 2001, disaat pertama kali kawan-kawan pegiat PLH di Kaltim berkumpul, telah lahir
berbagai gagasan dan agenda yang harus diselesaikan. Namun karena bukan menjadi
PRIORITAS, maka hal ini menjadi bagian yang dilupakan.

Di tahun 2005 ini, geliat PLH masih bergerak-gerak ditempat. Bagi yang memiliki dana, muatan
lokal menjadi sebuah pilihan, karena akan lebih mudah mengukur indikator keberhasilannya.
Bagi yang tidak memiliki dana, mencoba tertatih-tatih di ruang sempit untuk tetap berjalan sesuai
dengan cita-cita sebenarnya dari PLH, yaitu membangun generasi yang memiliki KESADARAN
KRITIS sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni
?KESADARANNYA KESADARAN?.
Kepentingan untuk PERCEPATAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP, haruslah dimaknai
bukan untuk mengELIMINASI pondasi dasar PLH. Tidak kokohnya pondasi akan
mengakibatkan kehancuran sebuah bangunan, semewah apapun ia. Kehausan akan target proyek,
capaian indikator, pekerjaan, hanya akan menjadikan PLH sebagai sebuah obyek mainan baru,
bukan lagi sebagai sebuah nilai yang sedang dibangun bagi generasi kemudian negeri ini.

BERCERMINLAH untuk sekedar meREFLEKSIkan diri. Ini yang penting dilakukan oleh pegiat
PLH. Bukan untuk berlari mengejar ketertinggalan. Tidak harus cepat mencapai garis akhir.
Berjalan perlahan dengan semangat kebersamaan akan lebih menghasilkan nilai yang tertancap
pada ruang yang terdalam di diri. APAKAH YANG SEDANG KITA LAKUKAN HANYA
AKAN MENJADI PEMBEBANAN BARU BAGI GENERASI KEMUDIAN?

sumber: http://www.membuatblog.web.id/2010/08/pengertian-pendidikan-lingkungan-
hidup.html

Berikut adalah contoh Artikel Lingkungan Hidup tentang Lingkungan Hidup dan Keamanan air
minum kemasan. Anda juga bisa memeriksa tentang artikel lain kami tentangMakalah
Lingkungan Hidup. Alasan kita membeli air minum adalah supaya praktis dan terjamin
kebersihannya. Namun sungguh disayangkan karena sempat tersiar kabar beberapa air minum
kemasan tidak lagi aman dikonsumsi. Berdasarkan penelitian, pada depot air minum isi ulang,
separuhnya tercemar bakteri padahal banyak orang menganggap air minum kemasan botol
higienis dan lebih sehat dibandingkan air keran. Benarkah?

Artikel Lingkungan Hidup dalam Definisi


Menurut pakar lingkungan dr. R. Budi Haryanto, SKM. M.Kes, MSc dari
Universitas Indonesiamenuturkan bahwa bersih adalah syarat utama supaya air layak
dikonsumsi. Bersih disini dalam arti bebas dari pencemaran fisik, kimia, radioaktif dan biologis.
Namun sayangnya sebagian besar air, khususnya di jakarta, tidak memenuhi syarat utama
tersebut. Krisis air bersih memaksa kita untuk membeli air kemasan atau mengisi ulang di depot
isi ulang terdekat. Dalam Artikel Lingkungan Hidup, Belakangan BPOM menyatakan beberapa
air minum kemasan tidak lagi aman dikonsumsi. hal yang sama nerlaku juga untuk air minum isi
ulang. Berdasarkan penelitian mahasiswa FKUI tahun 2009 di daerah Cimanggis, Jawa
Barat ditenggarai air depot isi ulang mengandung bakteri E. Coli. Berdasarkan baku mutu dari
Departemen Kesehatan, disampaikan Budi, air dikatakan aman jika tidak mengandung bakteri.
“Ambang batasnya nol,’ tegasnya.

Menurut laporan Indonesia Finance Today – 3 Juni 2013 – kondisi air baku di DKI Jakarta dari
segi kualitas ataupun kuantitas berada pada kondisi yang memprihatinkan. Direktur Jenderal
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Mohammad Hassan, mengatakan bahwa
parahnya kondisi air di Jakarta disebabkan saat musim kemarau khususnya alur sungai Jakarta
berwarna hitam dan sangat kotor sedangkan musim hujan banjirnya luar biasa.
Dalam Artikel Lingkungan Hidup ini, Air yang berasa, tidak jernih, berwarna dan berbau
biasanya tanda air yang mengalami pencemaran secara kimiawi, seperti Kadmium, Arsen,
Boron, Barium, Selenium, Nikel, Timbal, dan lain-lain namun tidak mendapat pencemaran
bakteri, seperti:Enteroinvasive Escheria Coli, Enteropathogenic Escheria Coli, Enterotoxigenic
Escheria Coli, Bakteri Typhus, Parathypus, Salmonella dan Bakteri Disentri. Air yang
mengalami pencemaran bakteri hampir tidak terlihat tanda-tanda pencemarannya. Jika
dikonsumsi akan menyebabkan gangguan, seperti sakit perut, demam, keracunan, hingga
berbagai penyakit kronis berbahaya.

Artikel Lingkungan Hidup

Berdasarkan pengalaman dr. Budi, diare akibat E. Coli adalah penyakit terbanyak yang
diakibatkan konsumsi air tidak bersih. Bahkan menurutnya, diare disebut sebagai penyebab
kematian balita dan balita yang minum air tercemar akan memiliki resiko lebih tinggi. “Bayi
yang mengkonsumsi air isi ulang beresiko 3 kali terkena diare lebih besar daripada bayi yang
tidak mengkonsumsinya. Hal ini karena biasanya air tersebut langsung diminum,” katanya. Oleh
karena itu dalam Artikel Lingkungan Hidup ini, ia menegaskan supaya memasak kembali air
sebelum diminum atau melewatkannya melalui dispenser untuk mengurangi kontaminasi bakteri.
“Bahkan jika dilihat dari resiko terkena diare, air minum rebusan jelas lebih terjamin dan bebas
kuman.”

Artikel Lingkungan Hidup

Artikel Lingkungan Hidup ini menggambarkan bahwa Fenomena depot air isi ulang dan
beberapa merk air kemasan yang tidak lagi aman mengindikasikan pentingnya pengolahan air
yang higienis dan efektif. Sudah banyak jenis teknologi pengolahan air yang memiliki fungsi
menjernihkan dan memurnikan air supaya layak diminum, salah satunya ultraviolet yang bisa
menyaring bakteri atau senyawa kimia dalam air. Masingt-masing jenis pengolahan air
mempunya kelebihan dan keunggulan tersendiri. “Karena sumber air di Jakarta kualitasnya tidak
sama, sulit untuk menyebutkan yang mana yang paling ideal. Tapi semakin canggih teknologi
yang dimiliki depot tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas air baku yang diolah,” papar dr.
Budi. Di luar segi teknologi, petugas operasional juga sangat berperan dalam menentukan
kualitas air olahan. “Semakin terampil dan menguasai teknologi pengolahan, maka hasil olahan
juga akan semakin terjamin.” tegasnya lagi. Namun apakah semua petugas operasional tersebut
berpengalaman? Karena teknologi sebaik apapun akan tidak berguna jika yang mengoperasikan
adalah yang kurang ahli.

sumber: http://9triliun.com/artikel/2595/artikel-lingkungan-hidup.html

Jika Anda termasuk pelanggan air minum kemasan atau isi ulang, telitilah sebelum membeli.
Dalam Artikel Lingkungan Hidup ini, berikut tips aman mengkonsumsi air minum kemasa.
1. Pilih yang layak minum. Dari tampilan dan segi nfisik, air minum yang baik tidak boleh
memiliki bau, rasa, dan warna
2. Pastikan kemasan air tidak mudah terkoyak dan dalam kondisi baik dan kuat
3. Pilih air kemasan yang sudah memiliki ijin depkes/POM
4. Rebus ulang atau lewatkan air melalui dispenser/water purifier untuk mengurangi
kontaminsi bakteri

PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk
membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya
sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode
yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu
dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan
nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the
fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan
?kemampuan memecahkan masalah?.

Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini.

 Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive,


desain grafis;
 Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara,
menganalisa data;
 Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan
keputusan dan kerjasama.
 Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, PLH dapat mempermudah pencapaian
ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
1. berfikir kritis
2. berfikir kreatif
3. berfikir secara integratif
4. memecahkan masalah.
 Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta
memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai
dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam
Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21
Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi,
sosial, dan lingkungan.
APLIKASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH DASAR
A. Pengertian dan Definisi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.
Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai
pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada
akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan
keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang
diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang
terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri).
Pendidikan lingkungan hidup nonformal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang
dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (misalnya pelatihan
AMDAL, ISO 14000, PPNS).
Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang
dilakukan di luar sekolah dan dilaksanakan tidak terstruktur maupun tidak berjenjang.
Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: Terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan,
kesadaran dan keterampilan untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup.
Pada hakikatnya visi ini bertitik tolak dari latar belakang permasalahan pendidikan lingkungan hidup
yang ada selama ini dan sejalan dengan filosofi pembangunan berkelanjutan yang menekankan bahwa
pembangunan harus dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa
mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang serta melestarikan dan
mempertahankan fungsi lingkungan dan daya dukung ekosistem.
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
Mengembangkan kebijakan pendidikan nasional yang berparadigma lingkungan hidup;
Mengembangkan kapasitas kelembagaan pendidikan lingkungan hidup di pusat dan daerah;
Meningkatkan akses informasi pendidikan lingkungan hidup secara merata;
Meningkatkan sinergi antar pelaku pendidikan lingkungan hidup.
B. Tujuan dan Ruang Lingkup kebijakan PLH
Tujuan pendidikan lingkungan hidup:
Mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi,
memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku
baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan
memperbaiki kualitas hidup.

Sesuai dengan tujuan pendidikan lingkungan hidup, maka disusunlah kebijakan pendidikan lingkungan
hidup di Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan iklim yang mendorong semua pihak berperan
dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup untuk pelestarian lingkungan hidup.
a.Ruang Lingkup
Ruang lingkup kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pendidikan lingkungan hidup yang melalui jalur formal, nonformal dan jalur informal dilaksanakan oleh
seluruh stakeholder.
Diarahkan kepada beberapa hal yang meliputi aspek: a) kelembagaan, b) SDM yang terkait dalam
pelaku/pelaksana maupun objek pendidikan lingkungan hidup, c) sarana dan prasarana, d) pendanaan,
e) materi, f) komunikasi dan informasi, g) peran serta masyarakat, dan h) metode pelaksanaan.
Landasan Kebijakan
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup disusun berdasarkan:
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional;
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Keputusan Bersama Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 1991 dan Nomor 38 Tahun 1991; tentang Peningkatan Pemasyarakatan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Melalui Jalur Agama.
Piagam Kerja Sama Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
dengan Menteri Dalam Negeri Nomor 05/MENLH/8/1998 dan Nomor 119/1922/SJ tentang Kegiatan
Akademik dan Non Akademik di Bidang Lingkungan Hidup;
Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 0142/U/1996 dan Nomor KEP:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup;
Naskah Kerja Sama antara Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Malang sebagai Pusat
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup Nasional untuk Sekolah Menengah Kejuruan dan
Direktorat Pengembangan Kelembagaan/Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor 218/C19/TT/1996 dan Nomor B-1648/I/06/96 tentang Pengembangan
Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan.
Komitmen-komitmen Internasional yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup.
Kebijakan Umum
Kebijakan umum pendidikan lingkungan hidup terdiri dari:
1. Kelembagaan pendidikan lingkungan hidup menjadi wadah/sarana menciptakan perubahan perilaku
manusia yang berbudaya lingkungan
Selama ini pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan masih banyak mengahadapi berbagai
hambatan. Salah satu hambatan yang dirasakan sangat krusial adalah belum optimalnya kelembagaan
pendidikan lingkungan hidup di Indonesia sebagai wadah yang ideal dan efektif dalam mendorong
keberhasilan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan.
2. Sumber daya manusia pendidikan lingkungan hidup yang berkualitas dan berbudaya lingkungan
Berhasil tidaknya pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan ditentukan antara lain oleh
kualitas dan kuantitas pelaku dan kelompok sasaran pendidikan lingkungan hidup. Dengan
meningkatnya kualitas dan kuantitas pelaku pendidikan lingkungan hidup (misalnya: guru, pengajar,
fasilitator) diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berpengetahuan,
berketerampilan, bersikap dan berperilaku serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pelestarian
fungsi lingkungan hidup di sekitarnya.
3. Sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup sesuai dengan kebutuhan
Agar proses belajar-mengajar dalam pendidikan lingkungan hidup dapat berjalan dengan baik, perlu
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi antara
lain: laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, peralatan belajar-mengajar. Di samping itu, dalam
melaksanakan pendidikan lingkungan hidup, alam dapat digunakan sebagai sarana pengetahuan.
4. Pengalokasian dan pemanfaatan anggaran pendidikan lingkungan hidup yang efisien dan efektif
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup perlu didukung pendanaan yang memadai. Pendanaan
dan pengalokasian anggaran bagi pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup tersebut sangat bergantung
kepada komitmen pelaku pendidikan lingkungan hidup di semua tingkatan, baik pusat dan daerah. Agar
pendidikan lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik perlu adanya keterlibatan semua pihak
dalam pengalokasian anggaran yang proporsional dan penggunaan anggaran pendidikan lingkungan
hidup yang efisien dan efektif.
5. Materi pendidikan lingkungan hidup yang berwawasan pembangunan berkelanjutan, komprehensif
dan aplikatif
Penyusunan materi pendidikan lingkungan hidup harus mengacu pada tujuan pendidikan lingkungan
hidup dengan memperhatikan tahap perkembangan dan kebutuhan yang ada saat ini. Untuk itu, materi
pendidikan lingkungan hidup perlu dipersiapkan secara matang dengan mengintegrasikan pengetahuan
lingkungan yang berwawasan pembangunan berkelanjutan, dan disusun secara komprehensif, serta
mudah diaplikasikan kepada seluruh kelompok sasaran.
6. Informasi yang berkualitas dan mudah diakses sebagai dasar komunikasi yang efektif
Kualitas informasi tentang pendidikan lingkungan hidup perlu terus dibangun dan dijamin
ketersediaannya agar setiap orang mudah mendapatkan informasi tersebut. Informasi yang berkualitas
dapat digunakan untuk pelaksanaan komunikasi efektif antar pelaku dan kelompok sasaran serta bagi
pengembangan pendidikan lingkungan hidup.
7. Keterlibatan dan ketersediaan ruang bagi peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan lingkungan hidup
Keterlibatan masyarakat diperlukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan
lingkungan hidup. Oleh karena itu, pelaku pendidikan lingkungan hidup perlu memberikan peran yang
jelas bagi keterlibatan masyarakat tersebut.
8. Metode pendidikan lingkungan hidup berbasis kompetensi
Metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup merupakan hal yang penting dan sangat berperan
dalam menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Pengembangan metode pelaksanaan
pendidikan lingkungan hidup yang baik (berbasis kompetensi dan aplikatif), dapat meningkatkan kualitas
pendidikan lingkungan hidup sehingga dapat mencapai sasaran yang diharapkan.
C. Aplikasi Penyelenggaraan PLH di Sekolah Dasar
Menurut Wittmann 1997, ada tiga prinsip dasar didaktis untuk pendidikan lingkungan hidup yang dapat
dijalani siswa, yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan lingkungan secara menyeluruh
Menyeluruh artinya mencakup semua dimensi yang berhubungan dengan pemahaman lingkungan, baik
yang berhubungan dengan alat indera, maupun ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar yang
menyeluruh akan menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu dengan lain hal.
2. Pendidikan lingkungan diterapkan sesuai dengan situasi.
Pertama situasi belajar harus menyentuh perasaan anak. Perlu diperhatikan bahwa perasaan anak sama
dengan orang dewasa, hargailah anak agar ia dapat menumbuhkan motivasinya untuk belajar dan
berbuat. Kedua, situasi belajar harus dapat memberikan peluang kepada siswa untuk berinteraksi
langsung dengan lingkungan dimana ia berada sebagai sumber belajar, ajak siswa untuk mencari solusi
terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul di lingkungan sekitarnya.
3. Pendidikan lingkungan menuntut tindakan

Penyelenggaraan PLH hendaknya memberikan pelayanan pada siswa untuk aware terhadap masalah
lingkungan dan siswa berlatih untuk menyusun sebuah positive action dalam upaya meminimalisasi
dampak permasalahan yang timbul di lingkungannya tersebut. Misalnya jika permasalahan yang muncul
adalah mengenai tumpukan sampah yang tersebar diseluruh penjuru sekolah, maka siswa dapat
melakukan tindakan positif sebagai individu yang peduli lingkungan dengan cara memungut sampah
tersebut kemudian membuangnya ke tempat sampah, atau mungkin juga mengajak beberapa temannya
untuk melakukan opsih (operasi bersih) di lingkungan sekolah.
Waryono dan Didit (2001) menyatakan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang kritis sebagai
generasi penerus bangsa di masa yang akan dating. Jika pengetahuan dan cara yang ditanakan pada
masa kanak-kanak itu benar, dapat diharapkan ketika ia mencapai masa remaja dan dewasa, maka bekal
pengetahuan, pemahaman dan pembentukan perilaku semasa masa kanak-kanak akan membawa
pengaruh positif yang sangat besar yang akan mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian,
sangatlah strategis pembekalan mengenai lingkungan hidup diberikan kepada anak-anak secara
terprogram dan berkelanjutan seperti halnya yang tertuang dalam mata pelajaran PLH ini agar tercipta
insane-insan yang peduli pada lingkungan.
Waryono dan Didit (2001) menyatakan bahwa PLH dapat diberikan secar formal maupun informal
kepada generasi muda. PLH yang diberikan secara formal dapat dilakukan di sekolah-sekolah dengan
memasukkan PLH ke dalam kurikulum sekolah dan memanfaatkan potensi lingkungan yang ada di
sekitarnya. Dalam hal ini guru yang menyampaikan materi pelajaran tidaklah harus selalu ekolog atau
ilmuwan, guru kelas pun dapat menyampaikan materi PLH selama ia mampu menjadi pemandu dalam
berpikir tentang lingkungan yang ada di sekitarnya.
Bentuk materi PLH dapat dikemas secara integrative di dalam mata pelajaran sekolah, mengingat PLH
bukanlah mata pelajaran baru, namun esensinya dapat diberikan bersamaan dengan pelajaran lain yang
memiliki keterkaitan dengan materi PLH tersebut, atau bisa juga dikemas dalam satu pelajaran terpisah
yang merupakan materi atau mata pelajaran muatan local tentang PLH.
Penyelenggaraan PLH dapat dilakukan secara outdoor education, dengan melakukan kegiatan outbond
yang mendekatkan siswa dengan alam, dan mengarahkan pada pembentukan sikap dan perubahan
tingkah laku yang peka terhadap lingkungan, melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian,
tanggung jawab dan pemupukan sikap positif lainnya seperti kecintaan pada lingkungan, peduli
lingkungan dan memiliki kecerdasan emosi yang baik dengan mau menyayangi sesame makhluk ciptaan
Tuhan.
Aktivitas yang dilakukan dapat berupa permainan, mendengarkan cerita/dongeng, olahraga,
eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya kemudian mendiskusikannya
secara bersama untuk menemukan solusi dan menentukan positive action, jelajah lingkungan dan aksi
lingkungan . aktivitas tersebut tentunya menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran dapat lebih
bermakna bagi siswa, sehingga apa yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Dengan begitu PLH
menjadi aplikatif dan bukan sekedar hafalan semata.

Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup ini sebaiknya dilakukan dengan pendekatan yang melibatkan
peran aktif semua unsure di sekolah dan perguruan tinggi yang yang lebih mengutamakan pembentukan
sikap dan kepeduliannya terhadap lingkungan . pendidikan lingkungan hidup dapat juga dimasukan
dalam kegiatan ekstra kurikuler dalam wujud kegiatan kongkret dengan mengarah pada pembentukan
sikap kepribadian yang berwawasan lingkungan, seperti penanaman pohon pengelolaan sampah, serta
pembahasan actual tentang isu lingkungan hidup.
Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup dapat terintregasi pada berbagai aktivitas sehingga akan
tercapai perbaikan situasi lingkungan secara terus-menerus dan menjdikan sekolah berwawasan
lingkungan.
Sedangkan metode pembahasan lingkungan seyogyanya ditekankan pada kerja kelompok, praktik
laboraturium, kerja proyek, kerja social dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup. Selanjutnya strategi pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dengan menggunakan
pendekatan intergrasi dalam kegiatan sekolah mengacu pada kebijaksanaan pemerintah tenang
lngkungan hidup, menggunakan satuan organisasi yang sudah ada. Untuk itu tentu diperlukan proses
yang berkelanjutan dan konsisten, serta perlu ada monitoring dan evaluasi untuk mengukur
keberhasilan program.
Adapun strategi untuk mewujudkan perilaku bagi seluruh lapisan masyarakat bisa dilakukan dengan
meningkatkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk memelihara kelstarian lingkungan hidup.
Dalam hal ini perlu digalakan pemahaman tentang etika lingkungan hidup. Strategi yang dipilih untuk
keberlanjutan sumber daya alam disesuaikan dengan tipe manusia , yaitu tipe manusia yang
menggunakan daya alam di bawah minimum dan menggunkan hanya secukupnya di ikuti dengan
pelstarian , maka yang dilakukan adalah sikap untuk mempertahankan perilaku tersebut serat mengajak
menyebarluaskan perilaku tersebut kepada masyarakat di sekitarnya. Untu tipe manusia menggunkan
sumber daya alam dengan boros maka perlu penyadaran diri sudah saatnya hidup secukupnya bukan
tidak mampu beli tetapi karena timbulnya kesadaran bahwa semua hal yang bersifat konsumennisme itu
akan mencemari lingkungan padahal alam memiliki keterbatasan untuk menampung dan menetralkan
zat pencemar tersebut. Untuk tipe manusia serakah yang tidak pernah puas mengeplorasi alam perlu
ada tindakan tegas berupa sanksi yang sesuai dengan kerusakan yang dibuatnya terhadap alam dari
pemerintah atau dari masyarakat sehingga tidak terulang lagi tindakan serupa.
D. Penyelenggaraan PLH di Kota Bandung
Penyelenggaraan PLH di kota Bandung berbeda dengan penyelenggaraan PLH di kota-kota lain di
Indonesia, karena sejak tahun 2006 PLH telah dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib yang
dilaksanakan mulai dari TK hingga SMA. Kota bandung merupakan kota satu-satunya di Indonesia yang
menerapkan PLH sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal.
Mulok Pendidikan Lingkungan Hidup adalah kumpulan bahan kajian dan materi tentang lingkungan
hidup dalam konteks internalisasi secara langsung maupun tidak langsung, dalam membentuk
kepribadian mandiri serta pola tindak dan pola pikir siswa, sehingga dapat merefleksikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Berikut ini adalah landasan penyelenggaraan MULOK PLH di Kota Bandung :

Tujuan diberikan Mata Pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup, agar peserta didik mampu
:
a. Memupuk Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Membentuk sikap dan kepribadian yang positif dalam bentuk kegiatan pembiasaan pola hidup yang
menghargai lingkungan.
c. Membina kemampuan berinisiatif dan mengambil keputusan yang tepat dalam waktu singkat.
d. Membentuk pengenalan dan penguasaan kemampuan yang membangun watak dan tanggungjawab
untuk mencintai lingkungan.
e. Mengembangkan rasa sosial dengan menghayati dan mengamalkan pentingnya lingkungan hidup.
f. Menghayati keanekaragaman hayati yang dapat memberikan kontribusi kesempurnaan dan
keseimbangan ekosistem
Manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup
1. Meningkatkan Keberhasilan dalam Menciptakan Lingkungan yang Baik
2. Memberikan Wawasan Berpikir yang Luas
3. Memberikan Kemampuan Dalam Mengatasi Situasi Sehari-hari
4. Memotivasi Siswa untuk Meningkatkan Kemampuannya

5. Memberi Kemampuan Mengatasi Permasalahan Pribadi

6. Meningkatkan Rasa Toleransi, Kebersamaan, dan Menghargai Orang Lain

7. Meningkatkan Rasa Tanggungjawab Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain.

Berbagai Keterampilan Yang Dikembangkan :

1. Empati ( Kesadaran Diri )

2. Komunikasi (Hubungan Interpersonal)

3. Pengambilan Keputusan (Problem Solving)

4. Berpikir Kreatif (Berpikir Kritis)


5. Berpikir Inovatif ( Pengembangan)

Pelaksana Kurikulum Muatan Lokal PLH adalah guru, baik guru kelas atau guru khusus mulok PLH.
Adapun metode pembelajaran / penyampaian materi Pendidikan Lingkungan Hidup, pada dasarnya
menggunakan berbagai metode (multy method), tetapi yang sebagian besar dilaksanakan dan
digunakan adalah sebagai berikut : Ceramah, Diskusi / Tanya Jawab, Bermain peran dan simulasi,
Penugasan / Praktek .

Ruang Lingkup PLH meliputi penanaman konsep, pelatihan dan penerapan yang terdiri dari konsep dasar
lingkungan hidup, P4LH yang merupakan serangkaian kegiatan meliputi kegiatan Pembibitan,
Penanaman, Pemeliharaan dan Pengawasan di lingkungan rumah, sekolah dan sekitarnya; K3
merupakan bahan kajian yang menekankan ketertiban, kebersihan dan keindahan di lingkungan rumah,
sekolah dan lingkungan masyarakat; serta Implementasi IPTEK dalam pengelolaan Llingkungan hidup.

Alokasi waktu mata pelajaran Mulok PLH adalah 2 jam per minggu dengan bobot 70% praktek dan 30%
teori. Penilaian pada dasarnya dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh, baik tentang
proses maupun hasil pembelajaran yang telah dicapai peserta didik. Penilaian tersebut meliputi
penilaian terhadap sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor).

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengajarkan Mulok PLH :

• Guru harus senantiasa berbicara dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami siswa

• Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan
gagasannya/

• Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam setiap
kegiatan

• Berikan penguatan/reinforcement kepada siswa untuk tetap mempertahankan semangat belajar


dalam setiap kegiatan

• Guru sebaiknya mengembangkan metode pembelajaran PAKEM

E. Contoh Penyelenggaraan PLH di SD

Contoh (1)

MENYEDIAKAN BAHAN DAN ALAT YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK PEMBIBITAN TANAMAN
PENGANTAR

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok.Akan lebih objektif apabila dilakukan
secara berkelompok sebab penyediaan bahan dan alat cukup mahal, guru akan dapat melihat langsung
kemampuan siswa dalam menyediakan bahan dan alat yang bisa digunakan untuk pembibitan tanaman .

TUJUAN

1. Dapat mengetahui penggunaan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman

2. Mengetahui jenis-jenis tanaman

3. Mengetahui pupuk yang harus dipergunakan

4. Dapat mengetahui area pembibitan

BAHAN / ALAT YANG DISEDIAKAN

• Bermacam-macam bibit tanaman yang mudah disemai, misalnya cabe, tomat, bayam, dll

• Media tanam berupa campuran tanah, kompos, dan pupuk kandang.

• Pot, polibag atau lahan tanah.

• Perlengkapan diantaranya : kater, isilasi dan tali raffia

WAKTU

2 Jam Pelajaran ( 2 x 35 menit )

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Lakukan kegiatan ini di luar kelas

2. Siswa dapat dibuat kelompok atau individu

3. Jelaskan dengan singkat cara pelaksanaan pemilahan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman
4. Jelaskan pula jika akan melakukan pemilihan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman

5. Setelah berupaya melakukan pemilihan bahan dan alat untuk pembibitan

6. Jelaskan kembali temuan-temuan yang didapat ketika proses sedanga berlangsung

7. Beri kesempatan kepada siswa yang dapat memberikan tanggapan hasil kerja kelompoknya atau
kelompok yang lain

8. Tengahi apabila ada ketidak cocokan antar kelompok.

9. Jelaskan bagaimana pentingnya pemilihan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman

PENEGASAN

Siapkan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman, untuk menggali potensi siswa dalam pemilihan
bahan dan alat untuk pembibitan tanaman

EVALUASI

Evaluasi bisa menggunakan lembar pengamatan atau lembar skala sikap

Anda mungkin juga menyukai