Malang,
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100 5) 0 C sampai
berat tetap.
5) Cara melakukan
a. Benda uji dan bola baja dimasukkan dalam mesin Los Angeles.
b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, 500 putaran untuk gradasi A,
B, C dan D dan 1000 putaran untuk gradasi E, F dan G.
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar (gradasi B) sajikan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3 Keausan Agregat Kasar Gradasi B
UKURAN SARINGAN GRADASI B
TERTAHAN BENDA BENDA
LEWAT (mm)
(mm) UJI I UJI II
76.20 (3 ” ) 63.50 (2½ ”)
63.50 (2½ ”) 50.80 (2 ”)
50.80 (2 ” ) 38.10 (1½ ”)
38.10 (1½ ”) 25.40 (1 “)
25.40 (1 “ ) 19.05 (3/8 “)
19.05 (3/8 “ ) 12.70 (½ ”) 2500 2500
12.70 (½ ”) 9.51 (3/8 ”) 2500 2500
9.51 (3/8 ”) 6.35 (1/4 “)
6.35 (1/4 “) 4.75 (No.4)
4.75 (No.4) 2.36 (No.8)
JUMLAH BERAT
5000 5000
(a)
BERAT TERT. SARINGAN NO.
3966 3945
12 (b)
a b
Keausan = x100% 20,68 21,1
a
KEAUSAN RATA – RATA 20,89
7) Kesimpulan
Keausan agregat kasar rata-rata adalah 20,89% < 40% (Keausan agregat kasar
maksimum: PB 0206-76), dengan demikian agregat kasar memenuhi syarat sebagai
bahan campuran aspal.
7) Kesimpulan
Berat jenis kering oven rata-rata 2,68, berat jenis kering permukaan jenuh rata-rata
2,735, berat jenis semu rata-rata 2,82 > 2,50 (PB 0202-76) dan penyerapan air
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar disajikan pada tabel 1.5 dan digrafiskan
sebagaimana gambar 1.1.
7) Kesimpulan
Agregat lolos rata-rata saringan no. 4 = 4,82 %, lolos saringan no. 8 = 2,01 % dan
lolos saringan no. 200 = 0,09 %. Dengan demikian agregat kasar ini dapat
digunakan sebagai bahan campuran aspal jenis campuran normal.
Agregat halus pada umumnya harus lebih kurang sesuai dengan gradasi yang
disyaratkan (tabel 1.6) di bawah dan harus terdiri dari satu atau lebih pasir alam atau
hasil pengayakan batu pecahan (abu batu) atau kombinasi yang cocok darinya.
Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras dan bebas dari gumpalan lempung
atau mineral lain yang tidak dikehendaki. Pada umumnya dipersyaratkan sebagai berikut :
Nilai Sand Equivalent (AASHO T-76), minimum 50.
Berat Jenis semu/apparent (PB 0203-76), minimum2,50.
Dari pemeriksaan attererg (PB 0109-76), agregat haruslah non plastis.
Peresapan agregat terhadap air (PB 0202-76), maksimum 3 %.
7) Kesimpulan
Nilai sand equivalent pasir alam rata-rata 97,49%, sedangkan nilai sand equivalent
abu batu rata-rata 97,64%. Nilai sand equivalent kedua agregat halus (pasir alam
dan abu batu) > 50%, dengan demikian kedua agregat halus tersebut memenuhi
syarat sebagai bahan campuran aspal.
7) Kesimpulan
Pasir alam lolos saringan no. 4 = 97,27 %, lolos saringan no. 8 = 87,64 % dan lolos
saringan no. 200 = 3,55 %, sedangkan abu batu lolos saringan no. 4 = 89,17%, lolos
saringan no. 8 = 72,23 % dan lolos saringan no.200 = 2,61%. Perbandingan antar
pasir alam dengan abu batu adalah 48,6 : 51,4. Dengan demikian agregat halus ini
dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal Latasir Kelas B.
f. Bak perendam (waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang 10 liter
dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1 0C. Bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat tersebut
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk merendam
benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukuran waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan
stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan
tertinggi 0,1 detik per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis
kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer.
E. Pemeriksaan Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup
1) Referensi
PA 0303 – 76
AASHTO T48 –74*
ASTM D92 – 52
2) Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai
titik nyala open cup kurang dari 790C.
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal.
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan titik nyala aspal (jenis aspal 60/70) adalah 2900C. Sedangkan
hasil pemeriksaan titik bakar aspal adalah 2920C
7) Kesimpulan
Nilai titik nyala aspal adalah 2900C lebih besar dari nilai minimum 2000C,
sedangkan nilai titik bakar aspal adalah 2920C juga lebih besar dari nilai minimum
2000C.
STAR
T
Pemeriksaan sifat
agregat
Input parameter
perencanaan
Gradasi agregat
tersedia Pemeriksaan Tentukan proporsi BIN
dingin
laboratorium tahap II,
Karakteristik Bahan untuk menentukan Kalibrasi BIN dingin
campuran
aspal dan agregat kadar aspal terbaik
Pemeriksaan laboratorium I untuk
menentukan proporsi agregat kasar dan
dan tambahan bahan
perbandingan pasir / abu batu terbaik
Spesifikasi
mempun
Campuran yai BIN ya
Kondisi
lingkungan
untuk menentukan proporsi
BIN panas
Pemeriksaan gradasi dan masing-masing
Pemeriksaan contoh produksi
campuran
BIN panas
Resep campuran
dikoreksi
tidak
Sesuai dengan
spesifikasi
ya
Resep campuran
akhir
Fraksi-fraksi rencana di atas tidak sama seperti yang diperlukan untuk proporsi
penakaran (batch propoortion) yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir dan bahan
pengisi tambahan. Campuran nominal direncanakan sedemikian rupa sehingga
merupakan nilai tengah dari batas-batas komposisi yang diberikan pada spesifikasi.
Batas komposisi rencana diberikan pada tabel 2.3.
Perbandingan campuran agregat yang nominal, kadar aspal dan kadar bahan pengisi
yang ditambahkan, kemudian digunakan sebagai titik awal dan dasar referensi untuk
variasi-variasi campuran yang diselidiki dalam percobaan di laboratorium. Sebagai
pedoman, proporsi takaran nominal tiang sesuai dengan batas-batas gradasi yang
disyaratkan dalam tabel 1.2, ditunjukkan pada tabel 1.3. Proporsi bahan mentah
dinyatakan dengan proporsi penakaran (batch proportion). Setiap penakaran dari bahan
mentah adalah menyumbang untuk masing-masing fraksi (lihat skema gambar 2.2).
CA’
AGREGAT
FA’
KASAR
FF’
CA
CA’
AGREGAT FA’ FA
HALUS
FF’
FF
CA’ b
FILLER FA’
FF’
Determinan :
D = det 747199.6
Perhitungan perbandingan
A= = = 0.3632
B= = = 0.5232
C= = = 0.0466
Gradasi lengkap campuran dan luas permukaan agregat total (Total Agregate
Surface Area), selanjutnya dapat dihitung (lihat formulir yang bersangkutan).
Tabel 2.10 Gradasi Agregat Kombinasi & Luas Total Permukaan Agregat
GRADASI AGREGAT GRADASI AGREGAT KOMBINASI FAKTOR
UKURAN
PERMUKAAN
SARINGAN ASTM A b c d I II III IV V AGREGAT
1“
100.00 100.00 100.00 100 100 100 100 100 100
¾“ 100.00 100.00 100.00 100 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
½“ 46.67 100.00 100.00 100 79.41 79.30 79.19 79.07 78.96 1 x 0.41
3/8 “ 16.04 100.00 100.00 100 67.58 67.41 67.23 67.06 66.88
#4 4.82 89.17 97.27 100 59.36 59.18 58.99 58.81 58.62 x 0.41
#8 2.01 72.23 87.64 100 50.72 50.56 50.41 50.25 50.09 x 0.82
# 16 0.45 59.80 75.25 100 43.11 42.98 42.85 42.72 42.58 x 1.64
# 30 0.37 29.83 44.77 100 26.04 25.97 25.91 25.85 25.79 x 2.87
# 50 0.29 12.50 25.05 100 15.57 15.55 15.53 15.52 15.50 x 6.14
# 100 0.20 6.43 8.22 100 9.15 9.16 9.17 9.18 9.19 x 12.29
# 200 0.09 2.61 3.55 100 6.72 6.74 6.76 6.78 6.80 x 32.27
a. Agregat Kasar 38.61 38.82 39.03 39.24 39.45
PERBANDING AN
CAMP. AGREGAT (% b. Abu Batu 28.99 28.88 28.76 28.65 28.53
BERAT TOTAL c. Pasir 27.44 27.32 27.20 27.07 26.95
AGREGAT)
d. Bahan Pengisi 4.96 4.98 5.01 5.04 5.07
LUAS TOTAL PERMUKAAN AGREGAT (M /Kg) 2
6.37 6.37 6.37 6.37 6.37
Untuk menyusun Tabel 2.11 Gradasi Agregat Campuran, digunakan Formulasi
Kebutuhan aspal (B) sebesar (A/100) x 1200 gram, Kebutuhan agregat (C) =
(1200 – B), dan Gradasi Campuran (GC) = (100-GL)/100 x C.
c. Persiapan campuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm 0,125 cm (2,5” 0,05”).
Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 280C diatas suhu
pencampuran untuk aspal panas dan tar dan aduk sampai merata. Untuk aspal
dingin pemanasan sampai 140C diatas suhu pencampuran. Sementara itu panaskan
aspal sampai suhu pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan
kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah dengan cepat
pada suhu seperti yang disebut pada tabel 3.1, sampai agregat terlapis merata.
d. Pemadatan benda uji.
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 dan 148,90C.
Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan kedalam dasar cetakan, kemudian masukkanlah seluruh
campuran kedalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula
yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya
dan 10 kali dibagian dalamnya. Lepaskan lehernya, dan ratakan permukaan
campuran dengan mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang sedikit
Tabel 3.3 Angka Kalibrasi Alat Uji Tekan - Marshal Test No. Seri 03.6000.03.06
Standard Factor
Instrument Indication Reapetability
Indication
(x 0.01 mm) Kalibrasi (Lbf) Error (%)
(Lbf)
600 17.50 34.2857 0.00
1200 36.17 33.1797 1.38
1800 54.17 33.2308 0.92
2400 71.67 33.4884 0.70
3000 88.83 33.7711 0.56
3600 106.67 33.7500 0.47
4200 124.33 33.7802 0.40
4800 142.67 33.6449 0.35
5400 161.67 33.4021 0.31
6000 179.33 33.4572 0.28
Uncertainty U 95 % = ± 1 %
1. Campuran aspal jenis Latasir B (HRSS B) dengan kadar aspal optimum 6.5 %
menghasil kualitas campuran dengan parameter:
Marshall Stability : 720 kg
Marshall Quotient : 2,6 KN/mm
Volume Air Voids : 4,7 %
Bitumen Film Tickness : 4,99 mm
2. Campuran aspal jenis latasir A (HRSS A) terbentuk dari proporsi campuran
nominal, dengan komposisi bahan-bahan:
Agregat Kasar = 12,73 %
Agregat Halus :
(a) Abu Batu = 35,16 %
(b) Pasir Alam = 35,16 %
Bahan Pengisi (filter) = 8,05 %
Kadar Aspal (b) = 8,90 %
3. Kualitas bahan penyusun campuran aspal adalah:
Aspal Keras :
(a) Penetrasi Aspal (80/100) = 80.67 x 0.1 mm
(b) Daktilitas Aspal = 105.5 cm
(c) Titik lembek aspal = 49 0C
(d) Titik nyala aspal = 320 0C
(e) Titik bakar aspal = 340 0C
Agregat Kasar :
(a) Keausan agregat kasar = 22,20 %
(b) Berat jenis Bulk (atas dasar kering oven) = 2,62
(c) Berat jenis Bulk (atas dasar kering permukaan) = 2,67
(d) Berat jenis semu = 2,76
(e) Penyerapan air = 1,98 %
1. Affandi, Mf, Perencanaan Campuran Aspal Beton ( Job Mix Design ) dan
Pengendaliannya di AMP, Lokakarya pengendalian mutu dan aspek-aspek supervisi
lain dalam pelaksanaan konstruksi jalan, Jakarta, 19 – 23 Maret 1990.
2. Asphalt Institute, Mix Desain Methods for Aspalt Concrete and other Hot Mix
Types, Manual Series No. 2 (MS – 2), 1974.
3. Dalimin, BRE, Pengaspalan, Lestari, Jakarta, 1979.
4. Dalimin, BRE, Pelaksanaan Pembangunan Jalan, Lestari, Jakarta,1979.
5. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Pasir ( Latasir ), 14/PT/B/1983.
6. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( Lataston ), 12/PT/B/1983.
7. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( Laston ), 13/PT/B/1983.
8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeriksaan Jalan No. 01/MN/BM/1976,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, 1976.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring Unit, C.P.
Corne & Associates Ltd. PT. Virama Karya, Komentar pada Spesifikasi untuk
Kontrak Pemeliharaan Jalan, Seksi 6.3/I, Aspal campuran panas dengan durabilitas
tinggi, buku I : Rencana Campuran, Agustus 1988.
10. Directorat General of Highways, ADB Sevent Road Betterment Project, General
Specification & Addendum G 1, Bipran, 1987.
11. Nagy, John E., Asphalt Paving Manual, Directorate General of Highways, 1988.
12. Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Timur Cabang Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Daerah di Malang, Spesifikasi Umum Proyek Peningkatan Jalan Druju
– Sendang Biru, 1990.