Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Definisi Injeksi IC
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis.
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti
sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat
pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas,
maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk
menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum
korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit
(0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.

2.2 Tujuan Injeksi IC


1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
5. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.
6. Pemberian vaksinasi.

2.3 Indikasi Injeksi IC


1. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes).
2. Pasien yang akan melakukan vaksinasi.
3. Menegakkan diagnosa penyakit.
4. Sebelum memasukkan obat.

2.4 Kontraindikasi Injeksi IC


1. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
2. Pasien dengan kulit terluka.
3. Pasien yang sudah dilakukan skin tes.
2.5 Keuntungan Injeksi IC
1. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.
2. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

2.6 Kerugian Injeksi IC


1. Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini berarti, pemusnahan
untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-
hatian akan sukar dilakukan.
2. Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.

2.7 Prinsip
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian
obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien,
benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien,
benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan
benar dokumentasi pemakaian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat
penyuntikan obat.
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu
jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap
menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang
bertanggung jawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan terapi.
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan
cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan
menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit, untuk
langsung disuntikan pada pasien.

2.8 Lokasi yang Digunakan untuk Penyuntikan


a.

Lengan bawah bagian dalam


b. Dada bagian atas
c. Punggung pada area scapula
*) Daerah injeksi intradermal

Daerah (lokasi) penyuntikan sama seperti lokasi pada penyuntikan subcutan, hanya ada
tambahan yaitu pada daerah dada atas dan lengan bawah bagian volar.

Daerah penyuntikan pada test alergi atau uji tuberculin umumnya pada lapisan intradermal di
permukaan volar lengan bawah, sedangkan untuk imunisasi BCG pada bagian belakang lengan
atas. Penyuntikan hendaknya dilakukan pada daerah kulit yang bebas dari trauma atau infeksi.
2.9 Hal – hal yang Perlu Dilakukan Dalam Melakukan Injeksi
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b. Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c. Tempat injeksi
d. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e. Kondisi/penyakit klien

2.10 Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi


1. Injeksi ke otot yang tegang,dapat menimbulkan rasa sakit.
2. Visualisasi yang baik membantu penentuan lokasi injeksi yang tepat. Penentuan lokasi yang
benar menghindari kerusakan jaringan otot.
3. Udara dalam tabung akan mendorong obat keluar dari jarum suntik dan membantu
memeperangkap obat dalam jaringan otot.
4. Pathogen dalam kulit bisa terdorongjarum suntik masuk jaringan.
5. Jika diatur secara vertikal, posisi alat dorong suntik bisa bergeser, sehinnga sebagian obat akan
tumpah.
6. Suntikan cepat mengurangi rasa sakit. Gerak menghujam mempercepat tusukan jarum.
Menekan kulit area suntik membantu tercapainya jaringan otot.
BAB III
PROSEDUR INJEKSI IC

3.1 Persiapan alat


1. Sarung tangan
2. Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan
3. Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
4. Perlak dan pengalas
5. Bengkok
6. Alat tulis/ bolpoint
7. MAR atau cetakan computer dengan instruksi pengobatan yang diresepkan.

3.2 Persiapan Pasien


1. Memberikan salam pada pasien. R/ sebagai pendekatan terapeutik
2. Cek perencanaan Keperawatan klien (dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat
injeksi). R/ memastikan klien mendapat pengobatan yang tepat.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien. R/ agar pasien tahu tindakan
yang akan dilakukan dan mengurangi kegelisahan klien.
4. Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan. R/ memastikan klien
menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan.

3.3 Persiapan Lingkungan


1. Tutup pintu, jendela atau pasang sketsel. R/ menjaga privacy klien.
2. Memberi penerangan yang cukup. R/ meminimalkan terjadinya kesalahan pada saat injeksi.
3. Mengatur posisi pasien, minta klien mengekstensikan siku dan menyangganya dan lengan bawah
pada permukaan rata. R/ menstabilkan lokasi injeksi untuk akses yang paling mudah.

3.4 Tindakan
1. Periksa MAR atau cetakan computer dengan intruksi pengobatan yang diresepkan. Periksa nama
klien dan nama obat, dosis, jalur dan waktu pemberian. Salin atau cetak kembali bagian MAR
yang sulit dibaca. R/ lembaran intruksi merupakan sumber yang paling terpercaya dan satu-
satunya rekaman pengobtan klien yang sah. Pastikan klien menerima obat yang tepat. MAR yang
tidak dapat terbaca merupakan sumber kesalahan pengobatan.
2. Periksa riwayat medis dan pengobatan klien. R/ memperlihatkan kebutuhan akan pengobatan.
3. Periksa riwayat alergi klien: ketahui subtansi penyebab alergi dan reaksi alergi normal. Beberapa
subtansi memiliki komposisi yang hampir sama; jangan berikan substansi yang telah diketahui
menimbulkan reaksi alergi pada klien. R/ memungkinkan identifikasi dini resiko klien. Dapat
membutuhkan resep obat yang berbeda.
4. Identifikasi dengan setidaknya dua alat pengenal. Bandaingkan nama klien dengan pengenal
lainnya (contohnya nomor identifikasi rumah sakit) pada MAR, cetakan computer, atau layar
computer dengan informasi pada gelang identifikasi klien. Minta klien menyebutkan namanya
jika mungkin sebagai pengenal ketiga. R/ sesuai dengan syarat TJC (2008) dan meningkatkan
keamanan pengobatan. Pada sebagian besar lingkungan pelayanan akut, nama dan nomor
identifikasi klien pada gelang dan MAR digunakan untuk mengidentifikasi klien. Gelang
identifikasi dibuat saat klien masuk kerumah sakit dan merupakan sumber identifikasi yang
paling terpercaya. Nama dan nomor klien bukan pengenal yang baik.
5. Bandingkan label medikasi dengan MAR di sisi tempat tidur. R/ pemeriksaan terakhir pada label
obat dengan MAR di sisi klien akan mengurangi kesalahan pemberian obat.
6. Periksa tanggal kadaluarsa obat. R/ manfaat obat meningkat atau menurun jika telah kadaluarsa.
7. Perhatikan respon verbal dan nonverbal sebelum menerima injeksi. R/ injeksi menimbulkan
nyeri. Beberapa klien merasa gelisah, yang akan meningkatkan rasa nyeri.
8. Periksa kontraindikasi. R/ meminimalkan terjadinya hal yang tidak diharapkan.
9. Siapkan obat secara asepsis dari ampul atau vial. Periksa label obat dengan MAR dua kali saat
mempersiapkan obat. R/ memastikan obat tetep steril. Teknik persiapan berbeda untuk ampul
dan vial. Memastikan obat yang tepat disiapkan untuk obat yang tepat.
10. Berikan obat pada klien pada saat yang tepat dan lakukan hygiene tangan. R/ memastikan klien
memperoleh efek obat pada waktu yang tepat dan mengurangi transfer organisme.
11. Kenakan sarung tangan bersih. R/ mengurangi transfer mikroorganisme.
12. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhakan pajanan. R/ menghormati klien.
13. Amati lesi atau perubahan warna di lengan bawah. Pilih lokasi tiga atau empat jari di bawah
antecubiti dan selebar tangan di atas pergelangan tangan. Jika anda tidak dapat menggunakan
lengan bawah, inspeksi punggung bagian atas. Jika perlu, gunakan lokasi injeksi subkutan. R/
lokasi IC harus bersih agar anda dapat melihat hasil tes kulit dan menginterpretasikannya dengan
benar.
14. Relokasi lokasi penanda anatomis. R/ injeksi anatomis yang tepat akan mencegah cidera syaraf,
tulang, dan pembuluh darah.
15. Bersihkan lokasi dengan antiseptic. Letakkan kapas ditengah lokasi dan rotasikan keluar dengan
arah melingkar sekitar 5cm. R/ aksi mekanis usapan kapas akan melingkar sekresi yang
mengandung mikroorganisme.
16. Pegang kapas di antara jari ketiga dank e empat tangan non-dominan. R/ kapas akan tetap dapat
diakses saat spuit ditarik.
17. Lepaskan tutup spuit dengan dengan menariknya secara lurus. R/ mencegah spuit menyentuh
tangan bagian samping penutup akan mencegah kontaminasi.
18. Pegang dengan bevel menghadap ke atas. R/ dengan bevel menghadap ke atas, kemungkinan
obat terdeposit ke jaringan di bawah dermis menjadi lebih kecil.
19. Lakukan injeksi :
a. Dengan tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau ibu jari. R/ spuit lebih
mudah menembus kulit yang kencang.
b. Masukkan spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5 sampai 15 derajat
sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit melalui epidermis sampai sekitar 3mm di
bawah permukaan kulit. Anda akan melihat ujung spuit melalui kulit. R/ memastiakan ujung
spuit berada dalam dermis.
c. Suntikan obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan tahanan. Jaka tidak, berarti
spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi. Tangan nondominan dapat menstabilkan spuit
selama injeksi. R/ injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis
bersifat kencang dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi spuit akan
mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak nyaman.
d. Saat menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb) berdiameter sekitar 6mm
(seperti gigitan nyamuk) pada permukaan kulit. Beritahukan pada klien bahwa ini merupakan hal
yang normal. R/ gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis.
20. Tkan perlahan. Jangan memijat lokasi penyuntikan. Berikan plester jika perluR/ pijatan dapat
merusak jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat kelapisan jaringan di
bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan.
21. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman.R/ memberikan rasa nyaman bagi klien.
22. Buang spuit yang tidak tertutup atau yang telah tertupup dan tabung suntiknya ke tempat
pembuangan yang anti kebocoran.R/ mencegah cidera terhadap klien dan personil kesehatan.
Menutup spuit meningkatkan resiko cidera akibat jarum (OSHA 2006).
23. Tetaplah bersama klien dan amati adanya reaksi alergi.R/ dispnea, mengi, dan kolaps sirkulatorik
merupakan tanda reaksi anfilatik berat dan mengancam jiwa.
24. Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan efek obat.R/ mengevaluasi pemahaman klien tentang
informasi yang diberikan.
25. Untuk injeksi IC, gunakan pensil kulit dan gambarlah lingkaran di sekitar injeksi. Baca lokasi
dalam beberapa waktu kemudian sesuai dengan jenis obat atau tes kulit yang dilakukan.R/ tanda
tersebut mempermudah penemuan lokasi. Hasil tes klit dibaca pada berbagai waktu, tergantung
jenis obat atau jenis tes kulit. Sesuaikan dengan arahan pabrik untuk menentukan waktu
pembacaan hasil tes.
26. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.R/ klien mengetahui tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
27. Membereskan alat-alat.R/ mencegah jarum melukai klien.
28. Berpamitan dengan klien.R/ menjalin hubungan terapeutik.
29. Cuci tangan.R/ mencegah transfer mikroorganisme.

3.5 Hasil Test


Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter
2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda
tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan
antibiotik tersebut.
Bacalah tes tuberculin setelah 2-3 hari. Indurasi (area keras, padat, dan terelevasi) pada kulit
di sekitar injeksi menandakan reaksi positif, yaitu sebagai berikut:
1. 15mm atau lebih pada klien tanpa factor resiko tuberkolosis yang diketahui.
2. 10mm atau lebih pada klien yang merupakan imigran baru; pengguna obat injeksi; pekerja pada
lingkungan resiko tinggi; personel laboratorium mikrobakteriologi; klien dengan kondisi klinis
yang menempatkan pada resiko tinggi; anak usia di bawah 4 tahun; dan anak usia infantile, anak,
dan remaja yang terpajan pda dewasa resiko tinggi.
3. 5mm atau lebih pada klien yang positif HIV, memiliki gambaran fibrotic yang konsisten pada
foto dada dengan riwayat infeksi TB sebelumnya, pernah melakukan transplantasi organ, atau
yang mengalami imunosupresi.
Hasil yang tidak diarapkan:
1. Terbentuk elevasi dan indurasi pada area yang keras di sekitar lokasi tes IC
a. Beritahukan penyelenggara kesehatan klien.
b. Dokumentasikan sensitivitas terhadap allergen yang diinjeksikan atau tes positif jika tes
tuberculin telah selesai.
2. Klien mengalami tanda dan gejala alergi atau efek samping
a. Ikuti kebijakan atau pedoman institusi mengenai respons yang tepat terhadap reaksi obat yang
diinginkan.
b. Beritahukan penyelenggara kesehatan klien segera.
c. Tambahkan informasi alergi kepada rekam medis klien.

Anda mungkin juga menyukai