Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI DIAGNOSTIK DASAR


EEG

Dosen Pembimbing:

Dr. Ir. H. Bambang Guruh Irianto , AIM, MM

Sumber, SST, MT

Disusun oleh :

YB. Rischa Via Octantri P27838117023

2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK

TAHUN AJARAN 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iiI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................................ 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 . Sejarah Electroencephalogram (EEG) ................................................................ 3
2.2 . Electroencephalogram (EEG) ............................................................................. 4
2.3 . Tujuan EEG......................................................................................................... 4
2.4 . Fungsi EEG ......................................................................................................... 5
2.5 . Prinsip Kerja EEG ............................................................................................... 5
2.6 . Sinyal EEG .......................................................................................................... 5
2.7 . Blok Diagram ...................................................................................................... 7
2.8 . Hasil Pembacaan EEG ........................................................................................ 9
2.9 . Persiapan Sebelum Pemeriksaan ....................................................................... 13
2.10Prosedur Cara Penggunaan EEG....................................................................... 14
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................... .................................. 16
3.2 Saran .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Elektroda EEG .......................................................................................... 5
Gambar 2 Blok Diagram EEG ................................................................................... 7
Gambar 3 Hasil Pembacaan EEG ............................................................................ 10
Gambar 4 Pemeriksaan EEG. .................................................................................. 14
Gambar 5 Peletakan Elektroda Pencatat. ................................................................. 14

ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EEG” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Surabaya, 9 Mei 2019

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam melakukan fungsinya sehari-hari, neuron-neuron yang ada di otak menghantarkan
impuls saraf satu dengan yang lain, baik dari korteks serebri ke perifer maupun sebaliknya.
Aktifitas listrik ini bersifat ritmik, terus menerus dan diduga berasal dari talamus yang
berfungsi semacam pacemaker, yang dipancarkan ke korteks serebri melalui neuron dan
sinaps-sinapsnya. Intensitas kegiatan listrik ini berubah sesuai dengan tingkat aktivitas otak,
tetapi selalu terdapat aktivitas listrik dasar yang bersumber dari talamus tadi. Untuk merekam
aktivitas listrik tersebut, dipakai alat Elektroensefalografi (EEG) yang dapat merekam
aktivitas listrik setelah sampai di korteks.
Otak manusia merupakan sumber dari segala pikiran, emosi, persepsi dan tingkah laku.
Otak terdiri dari jutaan elemen mikroskopik yang disebut saraf yang menggunakan bahan
kimia dalam mengatur aktivitas listrik di dalam otak. Tahapan embrional yang penting dalam
perkembangan otak adalah neurulasi, proliferasi, migrasi, mielinisasi dan sinatogenesis.
Keadaan mulai lahir sampai usia 5 tahun akan terjadi pertumbuhan fisik yang cepat diikuti
dengan perkembangan otak. Maturitas dari otak yang paling tinggi pada batang otak dan
terakhir pada kortek serebri. Setelah usia 5 tahun maka pertumbuhan otak berjalan lambat,
dan progresivitasnya untuk mencapai usia pertengahan masa kanak-kanak biasanya antara
usia 6-8 tahun. Sinaptogenesis terjadi secara cepat pada kortek serebri saat 2 tahun dari
kehidupan. Myelinisai paling cepat saat usia 2 tahun pertama kemudian berlangsung lebih
lambat setelah itu.
Neuron- neuron yang berhubungan (fungsi motorik, sensorik dan kognitif) mengalami
mielinisasi yang besar dimulai saat usia anak masuk sekolah (6 tahun) dan sel saraf area ini
terjadi mielinisasi yang lengkap antara usia 6-12 tahun. Lebih jauh lagi hal ini dekat sekali
hubungannya dengan maturasi hipokampus di mana terjadi mielinisasi pada anak-anak.

1.2 Batasan Masalah


Memahami alat EEG beserta pengoperasiannya.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan EEG ?
2. Bagaimana prinsip kerja alat EEG ?

1
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami alat EEG beserta pengoperasiannya.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian EEG
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja alat EEG.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa Teknik Elektromedik tentang EEG.
1.5.2 Manfaat Praktis
Membantu tenaga medis untuk menangani pasien dengan menggunakan EEG.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Electroencephalogram (EEG)


Richard Caton (1842-1926), seorang dokter yang bekerja di Liverpool,
memperkenalkan temuan tentang fenomena listrik dari belahan otak kelinci dan monyet
dalam British Medical Journal pada 1875. Pada tahun 1890, Adolf Beck, seorang ahli
fisiologi,menerbitkan penelitiannya mengenai aktivitas listrik spontan dari otak kelinci dan
anjing termasuk tentang perubahan osilasi ritmik dengan bantuan cahaya.
Seorang fisiolog dan psikiater dari Jerman yang bernama Hans Berger (1873-1941), yang
bekerja di kota Jena, memulai studinya mengenai EEG pada manusia di tahun 1920. Hans
melanjutkan penelitian sebelumnya oleh Richard Caton, Hans Berger kemudian ,
mengumumkan bahwa sangatlah mungkin untuk merekam arus listrik yang lemah yang
dihasilkan oleh otak, tanpa membuka tengkorak, dan hasilnya dapat dilihat di kertas. Hans
menamakan format perekaman penemuannya dengan nama elektroensefalogram. Karyanya
kemudian dikembangkan oleh Edgar Douglas Adrian. Pada tahun 1934. Fisher dan
Lowenbackmerupakan orang pertama yang menunjukkan gambaran lonjakan epileptiform.
Selanjutnya, pada tahun 1936, Jasper Gibbs melaporkan lonjakan interiktal sebagai tanda
fokus epilepsi. Pada tahun yang sama, laboratorium EEG pertama dibuka di Massachusetts
General Hospital.
Offner Franklin (1911-1999), profesor biofisika di Northwestern University
mengembangkan sebuah prototipe dari EEG yang tergabung dalam inkwriter piezoelektrik
yang disebutCrystograph (seluruh perangkat ini biasanya dikenal sebagaiDynograph
Offner). Pada tahun 1947, society EEG Amerika didirikan dan kongres pertama EEG
Internasional diadakan. Pada tahun 1953 Aserinsky dan Kleitmean menjelaskan mengenai
gelombang REM saat tidur.
Terkesan dengan berbagai kemungkinan untuk membangun peta bidimensional
menyangkut aktivitas EEG di atas permukaan otak maka pada tahun 1950, William Grey
Walter mengembangkan topografi otak dengan nama toposkop. Alat ini memungkinkan
untuk melakukan pemetaan aktivitas listrik di permukaan otak. Toposcope adalah suatu alat
yang kompleks. Toposcope mempunyai 22 tabung sinar katoda (yang serupa dengan tabung
TV), masing-masing di antara tabung sinar katoda itu dihubungkan ke sepasang elektroda
yang dipasang ke tengkorak.. Elektroda diatur di dalam suatu susunan geometri, sehingga
masing-masing tabung bisa melukiskan intensitas dari beberapa irama yang menyusun EEG
di dalam area otak tertentu. Susunan tabung CRT ini, sedemikian rupa sehingga display

3
phosphorescent spiral menunjukkan secara serempak irama yang menunjukkan bagian
tertentu dari otak.
2.2 Electroencephalogram (EEG)
Pengertian Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi kelainan
aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006). Sedangkan menurut dr. Darmo Sugondo
membedakan antara Electroencephalogram dan Electroencephalografi.
Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat pencatatan
yang peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut Electroencephalogram. Jadi
Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit kepala disebut
Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi, tergantung pada
tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman. Elektroenchelpalograph/Elektro Enselo
Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak,
termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak
mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang
kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah
elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG
sebagai gelombang alfa, beta, tetha dan sebagainya.
Electroencephalogram atau EEG merupakan alat yang telah digunakan sejak tahun 1924
untuk mendeteksi kebohongan seorang criminal dari seluruh dunia. Sebuah EEG digunakan
untuk mengetes dan merekam aktivitas elektrik dari otak manusia. Terdapat sensor khusus
(elektroda) yang dipasang di kepala dan dikaitkan dengan kabel ke sebuah computer.
Kemudian computer akan merekam aktivitas elektrik otak ke layar atau kertas dalam bentuk
garis-garis bergelombang. Dalam kondisi tertentu, seperti keterkejutan, dapat dilihat
perubahan hasilnya dalam pola normal aktivitas elektrik otak di layar. Yang tujuannya untuk
mengetahui ada tidaknya abnormalitas fungsi maupun struktur lapisan otak bagian luar.
2.3 Tujuan EEG
Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang
berhubungan dengan kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan teknik modern
seperti CT Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memeriksa otak, namun EEG
tetap berguna mengingat sifatnya yang non-destruktif, dapat digunakan secara on line dan
sangat murah harganya dibandingkan kedua metoda. Disamping keunggulan lain, sinyal EEG
dapat mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta menangkap persepsi seseorang
terhadap rangsangan luar

4
2.4 Fungsi EEG
 Mendiagnosis epilepsi dan tanda-  Membantu orang yang memiliki
tandanya masalah psikis, seperti rasa gugup,
 Mengecek permasalahan pada orang dan kesehatan mental
yang mengalami kehilangan  Mendiagnosa dan lokalisasi tumor
kesadaran otak, Infeksi otak, perdarahan otak,
 Mempelajari penyebab susah tidur Parkinson
 Melihat aktivitas otak ketika  Mendiagnosa Lesi desak ruang lain
seseorang menerima obat anestesi dan untuk mengetahui kelainan
selama operasi otak metabolik dan elektrolit B.
2.5 Prinsip Kerja EEG
Elektroda EEG ukurannya lebih kecil daripada elektroda ECG. Elektroda EEG dapat
diletakkan secara terpisah pada kulit kepala atau dapat dipasang pada penutup khusus yang
dapat diletakkan pada kepala pasien.

Gambar 1. Elektroda EEG

Untuk meningkatkan kontak listrik antara elektroda dan kulit kepala digunakan elektroda
jelly atau pasta. Bahan elektroda yang umumnya digunakan adalah perak klorida. EEG
direkam dengan cara membandingkan tegangan antara elektroda aktif pada kulit kepala
dengan elektroda referensi pada daun telinga atau bagian lain dari tubuh. Tipe merekam ini
disebut monopolar. Tetapi tipe merekam bipolar lebih populer dimana tegangan dibandingkan
antara dua elektroda pada kulit kepala.
2.6 Sinyal EEG
Sinyal EEG dapat diketahui dengan menggunakan elektroda yang dilekatkan pada kepala.
Tegangan sinyalnya berkisar 2 sampai 200 μV, tetapi umumnya 50 μV. Frekuensinya
bervariasi tergantung pada tingkah laku. Daerah frekuensi EEG yang normal rata-rata dari
0,1 Hz hingga 100 Hz, tetapi biasanya antara 0,5 Hz hingga 70 Hz. Variasi dari sinyal EEG
yang terkait dengan frekuensi dan amplitudo mempengaruhi diagnostik. Daerah frekuensi
EEG dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian untuk analisis EEG, yaitu :

5
Delta (δ) (0,5 – 4) Hz
Theta ( θ) (4 – 8) Hz
Alpha (α) (8 – 13) Hz
Beta (β ) (13 – 22) Hz
Gamma (γ) (22 – 30) Hz
Gelombang Beta: Waspada, Konsentrasi. Kondisi gelombang otak Beta (13-22 Hz)
menjaga pikiran kita tetap tajam dan terfokus. Dalam kondisi Beta, otak Anda akan mudah
melakukan analisis dan penyusunan informasi, membuat koneksi, dan menghasilkan solusi-
solusi serta ide-ide baru. Beta sangat bermanfaat untuk produktivitas kerja, belajar untuk
ujian, persiapan presentasi, atau aktivitas lain yang membutuhkan konsentrasi dan
kewaspadaan tinggi.
Gelombang Alpha: Kreativitas, Relaksasi, Visualisasi Gelombang otak Alpha (8-13 Hz)
sangat kontras dibandingkan dengan kondisi Beta. Kondisi relaks mendorong aliran energi
kreativitas dan perasaan segar, sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk perenungan,
memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas kita.
Gelombang Theta: Relaksasi mendalam, Meditasi, Peningkatan Memori Lebih lambat
dari Beta, kondisi gelombang otak Theta (4-8 Hz) muncul saat kita bermimpi pada tidur
ringan. Atau juga sering dinamakan sebagai mengalami mimpi secara sadar. Frekuensi Theta
ini dihubungkan dengan pelepasan stress dan pengingatan kembali memori yang telah lama.
Kondisi “senjakala” (twilight) dapat digunakan untuk menuju meditasi yang lebih dalam,
menghasilkan peningkatan kesehatan secara keseluruhan, kebutuhan kurang tidur,
meningkatkan kreativitas dan pembelajaran.
Gelombang Delta: Penyembuhan, Tidur Sangat Nyenyak. Kondisi Delta (0.5-4 Hz), saat
gelombang otak semakin melambat, sering dihubungkan dengan kondisi tidur yang sangat
dalam. Beberapa frekuensi dalam jangkauan Delta ini diiringi dengan pelepasan hormon
pertumbuhan manusia (Human Growth Hormone), yang bermanfaat dalam penyembuhan.
Kondisi Delta, jika dihasilkan dalam kondisi terjaga, akan menyediakan peluang
untuk mengakses aktivitas bawah sadar, mendorong alirannya ke pikiran sadar. Kondisi Delta
juga sering dihubungkan dengan manusia-manusia yang memiliki perasaan kuat terhadap
empati dan intuisi.
Pandangan keliru yang selama ini ada dalam benak banyak orang adalah otak hanya
menghasilkan satu jenis gelombang pada suatu saat. Saat kita aktif berpikir kita berada pada
gelombang beta. Kalau kita rileks kita berada di alfa. Kalau sedang melamun, kita di theta.
Dan, kalau tidur lelap kita berada di delta. Pandangan itu salah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada suatu saat, pada umumnya, otak kita menghasilkan empat jenis gelombang

6
secara bersamaan, namun dengan kadar yang berbeda. Misalnya dalam kondisi tidur, otak
kita lebih banyak memproduksi gelombang delta, tapi tetap memproduksi theta, alpha dan
beta walaupun kadarnya sedikit.
Setiap orang punya pola gelombang otak yang unik dan selalu konsisten. Keunikan itu
tampak pada komposisi jenis gelombang pada saat tertentu. Komposisi gelombang otak itu
menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meditasi adalah salah satu cara paling kuno untuk
mengatur pola gelombang otak. Sedangkan bagi masyarakat modern yang sibuk,
teknologi Brainwave Entrainment menjadi salah satu cara favorit untuk mengatur pola
gelombang otak agar sesuai dengan kebutuhan.
Sebenarnya, selain 4 jenis gelombang yang kami sebutkan diatas (Delta, Theta, Alpha dan
Beta) masih ada gelombang otak yang lebih tinggi yaitu Gamma dengan frekuensi 40-99 Hz,
HyperGamma dengan frekuensi tepat 100 Hz dan gelombang Lambda dengan frekuensi tepat
200 Hz. Menurut Dr. Jeffrey. D. Thompson, dari Center for Acoustic Research, gelombang
HyperGamma dan Lambda berhubungan dengan kemampuan supranatural, metafisika atau
paranormal.
Sedangkan Gelombang Gamma terjadi ketika seseorang mengalami aktifitas mental
yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan,
tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, terburu-buru karena dikejar deadline
pekerjaan atau keadaan lain yang sangat menegangkan bagi orang tersebut.
2.7 Blok Diagram

A B C
Gambar 2. Blok Diagram EEG
A. Amplifier
Amplifier digunakan karena EEG harus memiliki penguatan yang tinggi dan
karakteristik noise yang rendah sebab amplitudo tegangan EEG sangat rendah. Amplifier
yang digunakan harus bebas dari interferensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan
elektronik yang lain. Noise sangat berbahaya di dalam kerja EEG karena gelombang
elektroda yang dilekatkan pada kulit kepala hanya beberapa mikrovolt ke amplifier.
Amplifier digunakan untuk meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus bahkan beribu-
ribu kali dari sinyal yang lemah yang hanya beberapa mikrovolt.

7
B. Kontrol Sensitivitas
Keseluruhan sensitivitas dari sebuah alat EEG adalah penguatan dari amplifier
dikalikan dengan sensitivitas dari alat penulisan. Jika sensitivitas alat penulisan adalah 1
cm/V, amplifier harus mempunyai keseluruhan penguatan 20.000 untuk 50 μV sinyal
untuk memantulkan untuk menghasilkan nilai penguatan diatas.
Langkah-langkahnya adalah kapasitor digabungkan. Sebuah alat EEG mempunyai
dua tipe dari kontrol penguatan. Pertama adalah variabel kontinu dan digunakan untuk
menyamakan sensitivitas semua channel. Kedua adalah kontrol beroperasi sejalan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengurangi sensitivitas dari suatu channel oleh
sesuatu yang dikenal. Kontrol ini biasanya dikalibrasi dalam desibel. Penguatan amplifier
normalnya diset sehingga sinyalnya sekitar 200 μV dipantulkan pena diatas daerah
linearnya.
C. Filter
Ketika direkam oleh elektroda, EEG mungkin berisi kerusakan otot
dalam kaitannya dengan kontraksi dari kulit kepala dan otot leher. Kerusakannya besar
dan tajam sehingga menyebabkan kesulitan besar dalam klinik dan interpretasi
otomatis EEG. Cara paling efektif untuk mengurangi kerusakan otot adalah dengan
menyarankan pasien untuk rileks, tapi ini tidak selalu berhasil. Kerusakan ini umumnya
dihilangkan menggunakan low pass filter. Filter pada alat EEG mempunyai beberapa
pilihan posisi yang biasanya ditandai dengan tetapan waktu. Suatu nilai satuan tetapan
waktu yang diset untuk kontrol frekuensi rendah adalah 0,03; 0,1; 0,3; dan 1,0 detik.
Tetapan waktu ini sesuai dengan 3 dB menunjuk pada frekuensi 5,3; 1,6; 0,53; dan 0,16
Hz. Di atas frekuensi cut-off dan dikontrol dengan filter high- frekuensi. Beberapa nilai
dapat dipilih, diantaranya adalah 15, 30, 70, dan 300 Hz.
D. Sistem Penulisan
Sistem penulisan pada EEG umumnya menggunakan sistem ink writing
tipe direct-writing ac recorder yang menyediakan respon frekuensi hingga 60 Hz pada
40 mm puncak ke puncak. Tipe umum dari direct-recorder adalah tipe stylus yang
langsung menulis pada kertas yang digerakkan di bawahnya. Pada umumnya di dalam
sistem direct-writing recorder, digunakan galvanometer yang mengaktifkan lengan
penulis yang disebut pen atau stylus.
Mekanismenya dimodifikasi dari pergerakan D’Arsonval meter. Sebuah
kumparan dari kawat tipis berputar pada suatu bingkai aluminium segi-empat dengan
ruang udara antara kutub suatu magnet permanen. Poros baja yang dikeraskan dikaitkan
dengan bingkai kumparan sedemikian sehingga kumparan berputar dengan friksi

8
minimum. Paling sering, jewel dan poros digantikan oleh taut- band sistem. Suatu
pen ringan terikat dengan kumparan. Spring berkait dengan bingkai mengembalikan pen
dan kumparan selalu ke suatu titik acuan. Ketika listrik mengalir sepanjang kumparan,
suatu medan magnet timbul yang saling berhubungan dengan medan magnet dari magnet
permanen. Hal itu menyebabkan kumparan mengubah sudut posisinya seperti pada suatu
motor listrik. Arah perputaran tergantung dari arah aliran arus di dalam kumparan. Besar
defleksi dari pen adalah sebanding dengan arus yang mengalir melalui kumparan.
Penulisan stylus dapat mempunyai tinta di ujungnya atau dapat mempunyai suatu
ujung yang menjadi kontak dengan suatu sensitif elektro, tekanan yang sensitif atau panas
kertas sensitif. Jika suatu penulisan lengan dari panjang yang ditetapkan digunakan,
sumbu koordinat akan menjadi kurva. Dalam rangka mengkonversi kurva linier dari ujung
penulisan ke dalam kurva gerak lurus, berbagai mekanisme telah dipikirkan untuk
mengubah panjang efektif dari lengan penulisan sehingga bergerak ke tabel perekaman.
Instrumen taut-band lebih disukai dibandingkan dengan instrumen poros dan
jewel karena lebih menguntungkan untuk meningkatkan sensitivitas listrik,
mengeliminasi friksi, lebih baik pengulangannya dan meningkatkan daya tahannya.
E. Noise
Amplifier EEG dipilih untuk level minimum derau yang dinyatakan dalam kaitan
dengan ekuivalen tegangan masuk. Dua mikrovolt sering dinyatakan dapat diterima oleh
perekam EEG. Noise berisi komponen dari semua frekuensi dan perekaman noise dapat
meningkatkan bandwith dari sistem. Oleh karena itu, penting untuk membatasi bandwith
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sinyal.
F. Penggerak Kertas
Hal ini disediakan oleh suatu motor sinkron. Sebuah mekanisme penggerak kertas
yang stabil dan akurat perlu dan normal untuk mempunyai beberapa kecepatan kertas
yang tersedia untuk dipilih. Kecepatan pada 15, 30, dan 60 mm/s penting. Beberapa mesin
juga menyediakan kecepatan di luar daerah ini.
G. Saluran
EEG direkam secara serempak dari sebuah susunan yang terdiri atas banyak
elektroda. Elektroda dihubungkan untuk memisahkan amplifier dan sistem
penulisan. Mesin EEG komersial dapat memiliki sampai 32 saluran, walaupun 8 atau 16
saluran lebih umum.
2.8 Hasil Pembacaan EEG
Mendapatkan rekaman EEG yang baik dan benar adalah salah satu dari tujuan utama dari
pemeriksaan EEG selain interpretasi yang benar. EEG adalah alat untuk menunjang tegaknya
9
diagnosa, selama kita dapat memperoleh rekaman yang baik dan benar. Rekaman yang tidak
baik justru akan menyesatkan tegaknya diagnose.

Gambar 3. Hasil Pembacaan EEG


Pada pembacaan hasil EEG perlu diperhatikan :
A. Lokasi / distribusi D. Usia
B. Frekuensi E. Bangun
C. Pola / gambaran khas F. Tidur
Sinyal EEG dapat diketahui dengan menggunakan elektroda yang dilekatkan pada kepala.
Tegangan sinyalnya berkisar 2 sampai 200 μV, tetapi umumnya 50 μV. Frekuensinya
bervariasi tergantung pada tingkah laku. Daerah frekuensi EEG yang normal rata-rata dari
0,1 Hz hingga 100 Hz, tetapi biasanya antara 0,5 Hz hingga 70 Hz. Variasi dari sinyal EEG
yang terkait dengan frekuensi dan amplitudo mempengaruhi diagnostik. Daerah frekuensi
EEG dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian untuk analisis EEG, yaitu
1. Gelombang di posterior :
a. Gelombang Alpha
Gelombang alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik. Gelombang alfa
terlihat normal pada saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur).
 Distribusi : bagian posterior kepala (oksipital, parietal dan temporal posterior)
dapat meluas ke sentral, verteks dan midtemporal
 Karakteristik : sinusoidal, waxes and wanes, Amplitudo : 20 – 70 uV ( Ka>Ki)
 Reaktivitas : Amplitudo berkurang saat buka mata, aktivitas mental sedangkan
frekuensi berkurang saat mengantuk
 Anak : Frekuensi tergantung usia
3 - 4 bulan = 3.5 – 4.5 Hz 3 tahun = 8 Hz
12 bulan = 5 – 6 Hz 9 tahun = 9 Hz
24 bulan = 7 Hz 15 tahun = 10 Hz

10
b. Gelombang Lambda
 Karakteristik : dapat terlihat saat bangun, buka mata, polaritas positif, asimetri
(normal), di daerah oksipital, jelas terlihat usia 2 – 15 thn, dan jarang terlihat pada
usia tua . Gelombang Lambda mempunyai amplitudo : 20 – 50 uV .
 Reaktivitas : gelombang ini tampak jika melihat suatu objek,dan menghilang
saat tutup mata.
2. Gelombang Mu
Gelombang ini sering disebut juga comb rhythm, rolandic alpha. Frekuensi seperti Alpha
(8-10 Hz) terdapat pada 20 % orang dewasa, sering pada usia 8 – 16 tahun dan lokasinya di
daerah sentral, dapat tampak unilateral atau bilateral.
 Karakteristik : Bentuk lengkung, amplitudonya 20 – 60 uV, gelombang ini akan
menurun frekuensinya atau hilang dengan gerakan aktif, pasif atau stimulus taktil
kontralateral, maupun berpikir tentang gerakan. Gelombang ini berasal dari korteks
sensorimotor.
3. Gelombang Beta
Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik. Gelombang ini
secara normal ditemukan ketika siaga atau menjalani pengobatan tertentu, seperti
benzodiazepines atau pengobatan anticonvulsants. Distribusi terutama frontal dan central
dengan amplitudo : 10 – 20 uV (dewasa) dan 60 uV (anak usia 12-18 bulan). Gelombang
Beta dapat lebih jelas terlihat saat mengantuk, maupun atas pengaruh obat-obatan
(barbiturat, benzodiazepin). Perbedaan amplitude kanan dan kiri lebih dari 35 %
merupakan suatu abnormalitas.
4. Gelombang Theta
Gelombang Theta mempunyai frekuensi : 4 – 7 Hz, di daerah frontal atau fronto-
central (tutup mata) , dan Temporal (4 – 7 Hz) biasanya pada orang tua .Gelombang theta
jelas terlihat saat hiperventilasi,mengantuk dan tidur. Amplitudo : 30 – 80 uV
5. Gelombang Delta
Gelombang delta mempunyai suatu frekwensi kurang dari 3 siklus per detik. Gelombang
secara normal ditemukan hanya pada saat sedang tidur dan anak-anak muda.

11
Hasil Pemeriksaan Normal dan Abnormal
Normal A. Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas elektrik
B. Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari aktivitas elektrik dan
tidak ada gelombang yang lambat
C. Jika pasien dirangsang dengan cahaya (photic) selama test maka
hasil gelombang tetap normal.

Abnormal A. Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari aktivitas
elektrik
B. EEG menunjukkan gambaran gelombang abnormal yang cepat atau
lambat, hal ini mungkin disebabkan oleh tumor otak,
infeksi/peradangan, injuri, strok, atau epilepsi. Ketika seseorang
mempunyai epilepsi dengan pemeriksaan EEG ini bisa diketahui
daerah otak bagian mana yang aktivitas listriknya tidak normal.
Namun pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG diambil
selalu pada saat tidak ada serangan kejang bukan pada saat serangan,
karena tidak mungkin orang yang sedang mengalami serangan
epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa EEG. Maka,
pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu sendiri,
yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Jadi EEG dengan sendirinya tidak cukup
untuk mendiagnosa penyakit neurology tetapi perlu dengan
pemeriksaan yang lain
C. Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. EEG yang
abnormal dapat disebabkan kelainan di dalam otak yang tidak hanya
terbatas pada satu area khusus di otak, misalnya intoksikasi obat,
infeksi otak (ensefalitis), atau penyakit metabolisme (Diabetik
ketoasidosis)
D. EEG menunjukkan grlombang delta atau gelombang teta pada orang
dewasa yang terjaga. Hasil ini menandai adanya injuri otak
E. EEG tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam otak ( a “ flat/”
atau “ garis lurus” ). Menandai fungsi otak telah berhenti, yang
mana pada umumnya disebabkan oleh tidak adanya (penurunan)
aliran darah atau oksigen di dalam otak. Dalam beberapa hal,
pemberian obat penenang dapat menyebabkan gambaran EEG flat.

12
Hal ini juga dapat dilihat di status epilepsi setelah pengobatan
diberikan.

2.9 Persiapan Sebelum Pemeriksaan


Sebelum melakukan tindakan EEG, maka pasien ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan, diantaranya yaitu :
A. Identitas penderita harus dicatat lengkap
B. Tingkat kesadaran penderita harus dicatat, untuk menghindari salah interpretasi EEG
C. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus diidentifikasi, oleh karena beberapa obat-
obatan tertentu yang dapat mempengaruhi frekuensi maupun bentuk gelombang otak. Saat
terbaik perekaman adalah pada saat bebas obat sehingga gelombang otak yang didapat
adalah gelombang otak yang bebas dari pengaruh obat
D. Premedikasi, dosis dan berapa lama sebelum perekaman harus diidentifikasi dengan jelas
E. Pasien dalam keadaan tenang dan rileks
F. Kulit kepala dalam keadaan bersih, bebas kotoran, debu, minyak dan kulit yang mati.
sampolah rambut serta membilas dengan air bersih saat mandi sore atau pagi hari sebelum
di lakukan test
G. Perhatikan adanya bekas luka, bekas kraniotomi
H. Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi, teh, cola, dan
coklat) sedikitnya 8 jam sebelum test. Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab
gula darah rendah ( hypoglycemia) dapat menghasilkan test abnormal
I. Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar pasien tidak tertidur saat
dilakukan test, jika anak-anak akan di EEG coba untuk tidur sebentar tepat sebelum
dilakukan test
J. Penyuluhan penderita sebelum perekaman tentang tujuan dilakukannya EEG, apa yang
dilakukan teknisi terhadap dirinya sebelum dan saat perekaman, apa yang harus dilakukan
penderita saat perekaman dan apa yang akan dirasakan oleh penderita saat perekaman
K. Identifikasi hasil neuroimaging yang sudah dilakukan.

13
Gambar 4. Pemeriksaan EEG
Transformasi sinyal EEG menjadi suatu model, merupakan suatu cara yang sangat
efektif dalam membantu klasifikasi sinyal EEG, mengidentifikasi serta mengestimasi
spektrum sinyal EEG. Sinyal EEG mengandung komponen-komponen tertentu, yang dikenal
sebagai gelombang alfa (8-13 Hz), beta (14-30 Hz), teta (4-7 Hz), dan delta (0.5-3 Hz),
sehingga transformasi sinyal EEG menjadi daerah-daerah frekuensi merupakan hal yang
sangat berguna, terutama dalam identifikasi gelombang-gelombang di otak.
2.10 Prosedur Cara Penggunaan EEG

Gambar 5. Peletakan Elektroda Pencatat


1. Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya diketahui Standard Minimal
2. Perekaman EEG yaitu memakai minimal 16 channel yang bekerja secara simultan. Setiap
area di otak bisa memberikan pola yang sama atau berbeda pada waktu yang bersamaan,
dan menurut pengalaman diperlukan perekaman pada minimal 8 area di otak secara
simultan untuk mendapatkan distribusi pola EEG. Perekaman dengan 8 channel secara
simultan diperkirakan cukup mencakup permukaan otak untuk menghindari
misinterpretasi

14
3. Memakai minimal 17 elektrode pencatat. Semua elektroda ini harus mencakup area
frontal, central, parietal, oksipital, temporal, auricular atau mastoid, vorteks dan
elektroda ground
4. Kedua system monopolar (referensial) dan bipolar (diferensial) harus digunakan secara
rutin. Setiap system montage mempunyai keunggulan dan kekurangan, sehingga
penggunaan kedua system sekaligus adalah esensial untuk mendapatkan informasi yang
akurat
5. Harus ada prosedur buka tutup mata. Aktifitas alfa dapat memberi informasi tentang
fungsi abnormal otak. Aktifitas paroksismal dapat pula dicetuskan oleh prosedur ini
6. Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir rekaman. Perubahan setting alat selama
perekaman harus dicatat
7. Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar. Bila ada prosedur stimulasi
fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama perekaman harus ditambah. EEG adalah sample
waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20 menit adalah waktu yang sangat singkat
untuk menarik suatu kesimpulan dari suatu kerja atau suatu fungsi otak seseorang. Oleh
karena itu semakin lama perekaman maka semakin besar kemungkinan kita untuk
menemukan abnormalitasnya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat
pencatatan yang peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut
Electroencephalogram. Jadi, aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam
melalui kulit kepala disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG
bervariasi, tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman. Saat
subyek santai, mata tertutup, gambaran EEG nya menunjukkan aktivitas sedang dengan
gelombang sinkron 8-14 siklus/detik, disebut gelombang alfa. Gelombang alfa dapat
direkam dengan baik pada area visual di daerah oksipital. Gelombang alfa yang sinkron
dan teratur akan hilang, jika subyek membuka matanya yang tertutup. Gelombang yang
terjadi adalah gelombang beta (> 14 siklus/detik). Gelombang beta direkam dengan baik
di regio frontal, merupakan tanda bahwa orang terjaga, waspada dan terjadi aktivitas
mental. Meski gelombang EEG berasal dari kortek, modulasinya dipengaruhi oleh
formasio retikularis di subkortek.
Keadaan tidur (alamiah maupun akibat induksi obat) mengaktifkan
paroksismalitas yang umum maupun fokal. Dalam keadaan tidak tidur hanya kira-kira
sepertiga individu dengan diagnosa klinik epilepsy memperlihatkan paroksismalitas
spesifik, 15 % memperlihatkan EEG yang normal dan sisanya memperlihatkan
perlambatan atau percepatan yang spesifik.
3.2 Saran
Mungkin dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

[1] Pratiwi,heni.2008. EEG.


http://beritanet.com/Literature/Kamus-Jargon/Electroencephalogram-Perekam-
Aktivitas-Otak.html.
Diakses Pada : 10 Mei 2019
[2] Merdeka, Try. 2011. Tata Cara Pelaksanaan EEG.
http://ordinaryphoo.blogspot.com/2011/08/elektroensefalografi-eeg.html.
Diakses Pada : 10 Mei 2019

[3] Ns Wulan, 2015. “Makalah Electroenchepalogram (EEG)”


https://www.academia.edu/35015829/Makalah_Electroencephalogram_EEG
Diakses Pada : 10 Mei 2019

17

Anda mungkin juga menyukai