Kegiatan Belajar 1
KONSEP BANTUAN HIDUP DASAR
Oleh:
Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns., M. Kep
Bantuan hidup dasar meliputi mata rantai 1 sampai dengan mata rantai 3, sedangkan
mata rantai 4 dan 5 termasuk pemberian bantuan hidup lanjut (BHL). Setiap orang dapat
menjadi penolong pada korban yang tiba-tiba mengalami henti jantung.
Pedoman baru ini juga berisi rekomendasi lain yang didasarkan pada bukti yang telah
dipublikasikan, yaitu:
a. Pengenalan segera henti jantung (suddent cardiact arrest) didasarkan pada pemeriksaan
kondisi unresponsive dan tidak adanya napas normal (seperti, korban tidak bernapas atau
hanya gasping/terengah-engah). Penolong tidak boleh menghabiskan waktu lebih dari 10 detik
untuk melakukan pemeriksaan nadi. Jika nadi tidak dapat dipastikan dalam 10 detik, maka
dianggap tidak ada nadi dan RJP harus dimulai atau memakai AED (automatic external
defibrilator) jika tersedia.
b. Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi tidak pada bayi baru lahir.
c. “Look, Listen and Feel" telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar.
d. Jumlah kompresi dada setidaknya 100 kali per menit.
e. Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous circulation (ROSC).
f. Kedalaman kompresi untuk korban dewasa telah diubah dari 1 ½ - 2 inchi menjadi sedikitnya 2
inchi (5 cm).
g. Peningkatan fokus untuk memastikan bahwa RJP diberikan dengan high-qualitydidasarkan pada :
Kecepatan dan kedalaman kompresi diberikan dengan adekuat dan memungkinkan full chest
recoil antara kompresi
Meminimalkan interupsi saat memberikan kompresi dada
Menghindari pemberian ventilasi yang berlebihan
a. Cek Respon
Pastikan dengan memanggil nama/sebutan yang umum dengan keras disertai menyentuh atau
menggoyangkan bahu dengan mantap. Prosedur ini disebut sebagai teknik “touch and talk”. Hal ini
cukup untuk membangunkan orang tidur atau merangsang seseorang untuk bereaksi. Jika tidak ada
respon, kemungkinan pasien tidak sadar.
Terdapat tiga level tingkat kesadaran, yaitu:
1) Sadar penuh: sadar, berorientasi baik terhadap diri, waktu dan tempat
2) Setengah sadar: mengantuk atau bingung/linglung
3) Tidak sadar: tidak berespon
Jika pasien berespon Tinggalkan pada posisi dimana ditemukan dan hindari kemungkinan resiko
cedera lain yang bisa terjadi. Analisa kebutuhan tim gawat darurat.
1) Jika sendirian, tinggalkan pasien sementara, minta bantuan
2) Observasi dan kaji ulang secara regular
2) Atur posisi pasien. Sebaiknya pasien terlentang pada permukaan keras dan rata. Jika ditemukan tidak
dalam posisi terlentang, terlentangkan pasien dengan teknik „log roll’, secara bersamaan kepala, leher
dan punggung digulingkan.
3) Atur posisi penolong. Berlutut sejajar dengan bahu pasien agar secara efektif dapat memberikan
resusitasi jantung paru (RJP).
Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas tapi
tidak normal (hanya gasping)
b. Circulation (Sirkulasi)
Compressions Bila tidak ada nadi
1) Mulai lakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi
a) Lutut berada di sisi bahu korban
b) Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan
c) Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada ½ sternum, diantara 2 putting susu dan telapak
tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari saling bertaut atau dua jari pada bayi ditengah
dada
d) Tekan dada lurus ke bawah dengan kecepatan setidaknya 100x/menit (hampir 2 x/detik)
2) Jaw Trust
a) Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras
b) Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan
gigi atas, atau,
c) Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersama dengan jari-jari yang lain menarik dagu korban ke
depan, sehingga otot-otot penahan lidah teregang dan terangkat
d) Mempertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka
3) Ambil benda apa saja yang telihat
4) Pada bayi, posisi kepala harus normal
5) Cek tanda kehidupan: respon dan suara napas
6) Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan, secukupnya untuk membuka jalan napas, karena bisa berakibat cedera
leher.
Gambar: Jaw Trust
d. Breathing (Pernapasan)
Jika pasien bernapas :
Gulingkan ke arah recovery position
Observasi secara regular
Prosedur :
o Memilih ukuran mask yang sesuai dengan pasien dan memasangnya pada wajah pasien
o Menghubungkan bag dengan mask, jika belum tersambung
o Meletakkan bagian yang menyempit (apeks) dari masker di atas batang hidung pasien dan bagian
yang melebar (basis) diantara bibir bawah dan dagu
o Menstabilkan masker pada tempatnya dengan ibu jari dan jari teluntuk membentuk huruf “C”.
Menggunakan jari yang lainnya pada tangan yang sama untuk mempertahankan ketepatan posisi
kepala dengan mengangkat dagu sepanjang mandibula dengan jari membentuk huruf “E”
o Memberikan ventilasi dengan mengempiskan bag dengan menggunakan tangan lainnya
o Mengobservasi pengembangan dada pasien selama melakukan ventilasi
Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat
Technorati Tags: gawat,darurat,jalan napas,airway
Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal
Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna
mukosa/kulit dan kesadaran
Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini
dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
Tindakan
Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw
thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakanleher.
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross
Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi
atas dan bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya
sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila
dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan
dilakukan maneuver Heimlich.
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift,
jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang
atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan
nafas hilang.
Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka
mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung
tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.
Gambar 3. Tehnik finger sweep
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher
netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan.
Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal
lidah tampak menutupi jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban
pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!
Chin Lift
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian
angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien
dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head
tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua
lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan
pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat
kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong
berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas
tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan,
yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah
ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma
dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut
pada tepi meja atau belakang kursi
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti,
lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar
belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
Gambar 10. Back blow pada bayi
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari
tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila
penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing,
beri nafas buatan