RENCANA PENANGGULANGAN
BENCANA RUNTUHNYA TANGGUL SITU GINTUNG TANGERANG
DISUSUN OLEH :
AZAHRAH PURNAMALADI
030.12.044
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH
1
B. Geografi
2
Pada waktu Belanda membangun Situ Gintung, tentunya diyakini bahwa kalau seandainya
tanggul situ tersebut jebol pasti tidak akan menimbulkan kerugian yang besar apalagi
kerugian jiwa, karena pada saat itu di bagian hilir Situ Gintung terhampar sawah yang
pengairannya diambil dari situ tersebut. Namun sekarang ini bagian hilir tersebut telah
berubah menjadi tempat hunian penduduk yang padat. Timbul pertanyaan mengapa hal
tersebut terjadi ? sebenarnya ini sudah menjadi fenomena yang umum. Banyak terjadi alih
fungsi lahan tanpa adanya kontrol yang kuat dan tegas dan tanpa adanya sanksi terhadap
pelanggaran-pelanggaran.
Selain kondisi di bagian hilir yang sudah sangat berubah, kondisi di bagian hulu pun
demikian. Catchment area Situ Gintung juga merupakan kawasan hunian yang padat. Selain
itu, di tepi Situ Gintung berkembang tempat rekreasi, restoran, perumahan, dan juga fasilitas
pendidikan. Namun demikian, yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa di areal
sempadan situ (selebar 50 meter dari tepi situ), yang berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan
Sungai dan Bekas Sungai, dilarang mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat
usaha, namun di daerah sempadan situ tersebut berkembang bangunan permanen seperti
sebagian komplek dosen UI, fasilitas pendidikan (gedung UIN), dan juga rumah masyarakat
umum.
1. Faktor Alam
Terjadi hujan lebat yang mengguyur bagian hulu di Bogor sejak pukul 16.00 hingga 21.00
WIIB Kamis, 26 Maret 2009. Akibatnya, air terkonsentrasi dan berkumpul di Pesanggrahan
dan tidak tertampung pada saluran pelimpahan (spill way) di tanggul Situ Gintung.
Tangerang hanya mampu menampung air setinggi 2 – 3 meter. Namun, pada Jumat dini hari,
27 Maret 2009, air meluap dengan ketinggian mencapai 5 – 7 meter sehingga melewati
tanggul.
2. Faktor Fisik
Tanggul tersebut terbuat dari tanah urugan, karena pada awalnya tanggul tersebut dibuat oleh
3
belanda diperuntukkan bagi irigasi air. Air tersebut akan digunakan untuk mengairi sawah-
sawah penduduk yang ada dibawah Situ Gintung, namun sekarang Situ tersebut telah beralih
fungsi menjadi daerah konservasi air, sawah-sawah tersebut sudah berganti dengan
perumahan penduduk.
Karena tanggul tersebut dibuat dari tanah urug, maka debit air yang melimpas sampai ke
permukaan tanggul akan meresap ke dalam tanah urug tadi dan membuat tanah urug tersebut
menjadi jenuh air sehingga tanah menjadi gembur dan tahan geser berkurang.
D. Management Bencana
Pra Bencana
A. Pencegahan
Pencegahan dengan cara memberikan peringatan kepada warga agar dapat
waspada terhadap suatu bencana yang akan menyebabkan runtuhnya tanggul
tersebut.
B. Mitigasi
Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam dan mengurangi bencana
dan juga meredam atau mengurangi dampak bencana. Pada fase ini bidang
kesehatan lebih cenderung pasif, dengan melakukan pengobatan dan upaya
kesehatan yang insidentil dan screening penduduk yang terkena musibah
tersebut melalui pengobatan mssal. Fase ini lebih banyak diperankan oleh
institusi lainnya dengan,
a) Pengenalan faktor resiko/Hazard, penyebab-penyebab harus dikenali
b) Rencana mereduksi faktor resiko, jika penyebab dikenali makan faktor
resiko diturunkan atau dihilangkan
4
c) Rencana mengurangi dampak bencana (Mitigation Plan), jika bencana
tidak dapat dihindari maka dilakukan rencana pengurangan dampak
bencana
C. Kesiapsiagaan
a) Penyusunan dan uji coba bencana penanggulangan kedaruratan
bencana
b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan
dasar
d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
e) Penyiapan lokasi evakuasi
f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana, dan penyediaan dan penyiapan bahan,
barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan
sarana.
5
kembali, terlebih dahulu perlu direncanakan dengan baik bagaimana ruang tersebut
sebaiknya dikembangkan.
Dengan sudah banyaknya penduduk yang tinggal di kawasan hilir Situ
Gintung yang merupakan areal terdampak, bahkan beberapa sudah memiliki serifikat
tanah dan juga IMB, tentunya akan sangat tidak mudah untuk menata kembali
kawasan situ Gintung. Terdapat beberapa opsi yang dapat diterapkan untuk menata
kembali Kawasan Situ Gintung, yaitu :
1. Memindahkan penduduk yang terkena bencana ke tempat lain yang lebih aman,
membongkar bangunan-bangunan yang masih ada, dan menjadikan areal terdampak
menjadi ruang terbuka hijau, serta dapat pula dikembangkan fasilitas umum seperti
lapangan olah raga, dsb.
2. Mengijinkan kembali masyarakat korban bencana untuk membangun kembali di tanah
milik mereka semula di area terdampak, dengan harapan bencana tidak akan terjadi
lagi karena tanggul akan diperbaiki dan diperkuat strukturnya. Namun demikian tetap
diperlukan building code tertentu agar bangunan yang dibangun kembali aman bila
seandainya terjadi kembali bencana. Untuk lebih menjamin keamanan masyarakat
yang kembali ke area yang beresiko bencana tersebut perlu dilakukan pengawasan
secara rutin terhadap tanggul bendungan agar bila terjadi kerusakan bisa ditangani
segera. Masyarakat yang tanahnya terpakai oleh alur sungai dan sempadan sungai
perlu dipindahkan ke tempat lain, atau diberi ganti rugi yang wajar.
3. Menata kembali kawasan dengan metoda land consolidation agar semua masyarakat
yang memiliki tanah dapat kembali ketempat semula, dengan kavling tanah yang lebih
teratur walaupun lebih kecil. Dalam hal ini juga diperlukan building codetertentu agar
bangunan yang dibangun kembali aman bila seandainya terjadi kembali bencana.
Selain itu juga perlu dilakukan pengawasan rutin terhadap tanggul situ, agar
keamanan masyarakat yang tinggal di area yang berisiko dapat tetap terjaga.
6
Secara umum, ada 2 penanganan bencana yang harus dilakukan, yaitu penanganan bencana
jangka pendek dan penanganan bencana jangka panjang. Kemudian dari penanganan bencana
tersebut, akan dihasilkan rencana penanganan bencana Situ Gintung, sehingga dapat
dijadikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan penanganan bencana
Situ Gintung.
7
meningkatkan peran serta masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan wilayahnya
sendiri.