PENDAHULUAN
A. Prinisip P3K
1. Penolong mengamankan diri lebih dulu sebelum bertindak
2. Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian agar bebas dari bahaya
3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu terjadi kecelakaan
4. Usahakan menghubungi dokter/ambulans/rumah sakit atau yang berwajib
(polisis/Keamanana setempat)
5. Tindakan pertolongan dalam urutan yang tepat
Pengertian
1. Kolonisasi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana
organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi tanpa disertai adanya
respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam keadaan
suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan kuman
patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman tersebut ke orang lain.
Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai “Carrier”.
2. Carrier adalah orang yang mengalami kolonisasi tanpa sakit
3. Kontaminasi, Adanya mikroorganisme disuatu objek/peralatan
a. Infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme),
dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
b. Penyakit infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
c. Penyakit menular atau infeksius: adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah
dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
d. Inflamasi (radang atau perdangan lokal): merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu
agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma, pembedahan atau luka bakar), yang
ditandai dengan adanya sakit/nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor),
pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi.
f. Infeksi nosokomial: Infeksi yang terjadi/didapat dirumah sakit atau pernah dirawat di
rumah sakit dalam waktu lebih 48 jam.
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor
pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas, virulensi
dan jumlah mikroorganisme.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang lain. Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang
sehat, permukaan kulit, selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan
reservoir yang umum.
3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu : (1) kontak :
langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan,
air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
5. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang
suseptibel). Pintu masuk bisa melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu (host) yang suseptibel, adalah orang yang tidak memiliki daya tuhun tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit.
Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan
imunosupresan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau
etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter
- Prosedur operasi : dapat menyebabkan infeksi luka operasi (ILO) atau “surgical
site infection” (SSI).
- Intubasi pernapasan : meningkatkan kejadian : Ventilator Associated Infection
(VAP).
- “indwelling catheter”
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen
infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor risiko pada
pejamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi
nosokomial/(HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.
1. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat dengan pemberian
imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif
(imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan
meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode
fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi atau
Sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air,
disinfeksi peralatan dan lingkungan, serta penggunaan antibiotika.
3. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan petugas
dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah
disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua
pilar/tingkatan yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar/Baku) dan
“Transmission-based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan). Prinsip
dan komponen apa saja dari kewaspadaan baku akan dibahas pada bab berikutnya.
Dampak Infeksi
Lama hari rawat meningkat
Peningkatan morbiditas dan mortalitas
Peningkatan biaya
Adanya tuntutan hukum
Mutu pelayanan rumah sakit menurun
Citra rumah sakit menurun
PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS
yang melakukan 10 PHBS yaitu :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi ASI ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
2. PHBS di Sekolah
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
di sekolah yaitu :
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
d. Olahraga yang teratur dan terukur
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di sekolah
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
h. Membuang sampah pada tempatnya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau
Health Promoting School ( Sekolah yang mempromosikan kesehatan ). Health Promoting School
adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan
aman, memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan
kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah dan remaja sangat kompleks
dan bervariasi. Pada anak usia TK/RA dan SD/MI biasanya berkaitan dengan kebersihan
perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai
sabun, serta membersihkan kuku dan rambut. Pada anak usia SMP/MT dan SMU/MA (remaja),
masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku berisiko seperti perilaku
merokok, penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan
yang tak diinginkan (KTD), abortus yang tidak aman, Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, stress dan trauma.
Berkaitan dengan hal itu, pelaksanaan UKS di tingkat TK/RA dan SD/MI berbeda
dengan tingkat SMP/MT dan SMU/MA. Pelaksanaan UKS di SMP/MT dan SMU/MA lebih
difokuskan pada pencegahan perilaku berisiko yang biasanya sering dilakukan remaja sesuai
dengan ciri dan karakteristiknya yang selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin coba-coba
sesuatu hal yang baru serta penanganan akibatnya. Murid usia SMP/MT dan SMU/MA (remaja)
perlu dibina agar menjalankan hidup sehat lewat keterapilan hidup sehari-hari (life skill
education). Sementara untuk anak usia TK/RA dan SD/MI, memupuk kebiasaan PHBS sedini
mungkin dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci tangan, serta
membersihkan kuku dan rambut.
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan
dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu 30 % dari jumlah
penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan
PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Beberapa kegiatan peserta didik dalam menerapkan PHBS di sekolah antara lain jajan di
warung/kantin sekolah karena lebih terjamin kebersihannya; mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun; menggunakan jamban di sekolah serta menjaga kebersihan jamban; mengikuti
kegiatan olah raga dan aktifitas fisik sehingga meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta
didik; memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin; tidak merokok, memantau
pertumbuhan peserta didik melalui pengukuran BB dan TB; serta membuang sampah pada
tempatnya.
Dengan menerapkan PHBS di sekolah oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah, maka akan membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan
kemandirian dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sekolah sehat.
Menurut Hulme, “makanan sehat dan bergizi” adalah makanan dalam arti yang
sesungguhnya dan mampu menikmati makanan tersebut. Makanan yang sehat harus terdiri dari
makanan utama dan makanan penunjang. Makanan bergizi adalah makanan yang cukup kwalitas
dan kawantitasnya serta mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan. Syarat makanan bergizi meliputi:
Sedangkan makanan sehat adalah makanan yang memenuhi syarat kesehatan dan jika
dimakan tidak menimbulkan penyakit serta keracunan. Selain itu makanan sehat dapat diartikan
makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang, serta aman bila dikonsumsi. Makanan bergizi
tidak harus berupa makanan yang berharga mahal daan lezat, tetapi yang terpenting adalah zat-
zatt yang terkandung di dalamnya. Makanan bergizi harus mengandung energi, pembangun, dan
pengatur dalam jumlah yang seimbang. Sedangkan makanan seimbang ialah makanan-makanan
yang memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan. Makanan
seimbang yang dimaksud haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi: karbohidrat,
lemak, protein,mineral, dan vitamin.
Makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang dan aman untuk dikonsumsi
diimplementasikan kedalam 13 pesan dasar gizi seimbang diperuntukkan untuk semua kelompok
umur, kecuali bayi yang berumur antara 0 – 4 bulan (hanya asi saja), yaitu :
a. Makanlah aneka ragam makanan
b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
c. Makanlah makanan sumber karbohidrat,setengah dari kecukupan energi
d. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
e. Gunakan garam beryodium
f. Makanlah makanan sumber zat besi
g. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan
h. Biasakan makan pagi
i. Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya
j. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
k. Hindari minum minuman beralkohol
l. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
m. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Manfaat makan sehat untuk tubuh kita :
1. Sebagai sumber energi
2. Sebagai pembangun tubuh
3. Sebagai pelindung tubuh
4. Menjaga tubuh dari kondisi stres
5. Meningkatkan inteligensi
6. Memelihara reproduksi
Fungsi makanan bergizi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, tetapi lebih
utama adalah untuk mendapatkan tenaga, mendapatkan zat-zat pembangun bagi sel-sel tubuh,
mempertinggi daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta untuk menjamin kelancaran segala
macam proses yang terjadi di dalam tubuh. Makanan yang dikonsumsi setiap hari hendaknya
mengandung unsur-unsur pengasil tenaga, pembangun sel-sel, dan mengatur segala macam
proses dalam tubuh. Sesuai dengan kegunaannya, maka makanan yang masuk ke dalam tubuh
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Makanan sebagai sumber tenaga terutama yang mengandung hidrat arang.
b. Makanan sebagai sumber zat pembangun, digunakan sebagai pembentukan sel-sel
jaringan tubuh yang baru, pembentukan sel darah merah, sel darah putih, dan zat
kekebalan atau antibody.
c. Makanan sebagai sumber zat pengatur, mutlak diperlukan walaupun sangat sedikit.
1. Ciri-ciri makanan bergizi dan sehat dan makanan tidak bergizi dan sehat
a. Ciri-ciri makanan bergizi dan sehat
1. Tidak banyak mengandung lemak-lemak hewani
2. Rendah garam dan MSG, penggunaan penyedap rasa yang banyak beredar di pasaran
memang membuat makanan terasa gurih dan nikmat, tapi bukan berarti menjadi lebih
sehat
3. Banyak mengandung sayuran atau serat
4. Tidak/ sedikit menggunakan bahan pengawet. Setiap bahan makanan yang dikemas
umumnya menggunakan bahan pengawet, seperti bumbu kaldu, makanan kaleng dsb.
5. Menggunakan sedikit minyak goreng
6. Mengandung zat-zat gizi seperti: karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral, dan air
Makanan bergizi seimbang adalah makanan beraneka ragam yang dikonsumsi dalam satu
hari yang mengandunmg zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Pengertian makanan seimbang ialah penjabaran makanan-makanan yang memiliki
kandungan gizi yang sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan.
Makanan seimbang yang dimaksud haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi:
a. Karbohidrat
Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena zat inilah yang memiliki peran penting
sebagai penopang sumber tenaga utama untuk kegiatan sehari-hari tubuh manusia. Zat
karbohidrat terdapat pada makanan:
1) Tepung-tepungan
Penting adanya untuk senantiasa mengonsumsi salah satu makanan sumber tepung-
tepungan setiap kali makan. Contohnya: nasi, kentang mie, ubi, singkong, dan lainnya. Bila
tubuh mengalami ketidakcukupan zat karbohidrat, maka gejala paling awal yang paling mudah
didapati adalah tubuh terasa lebih cepat lelah karena kekurangan tenaga dari biasanya.
2) Gula
Gula bisa didapat pada makanan, antara lain: gula pasir, gula merah, gula batu, sirup,
madu dan kue manis. Namun perlu diwaspadai, pola konsumsi gula perlu dibatasi. Meninjau
karena zat gula tidak memiliki kandungan zat gizi lainnya kecuali karbohidrat. Dengan demikian
kebanyakan gula hanya akan mengakibatkan kegemukan pada tubuh.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga, namun karena bentuknya lebih memakan waktu dan
sulit diserap oleh tubuh. Lemak merupakan zat yang bersifat sebagai cadangan energi bagi tubuh.
Lemak yang berlebihan dapat membuat tubuh menjadi gemuk. Lemak terdapat pada minyak,
margarin, santan, kulit ayam, kulit bebek dan lemak hewan lainnya.
c. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak pada
tubuh. Jelas sekali kebutuhan zat protein sudah mutlak dibutuhkan oleh tubuh setiap hari. Protein
terdapat pada: Ikan, ayam, daging, telur, susu, tahu, tempe serta kacang-kacangan.
d. Vitamin & Mineral
Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan kinerja tubuh.
Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
e. Serat
Serat memiliki banyak fungsi bagi tubuh, diantara lain :
Membantu menurunkan glukosa darah
Membantu menurunkan lemak darah
Melancarkan buang air besar
Membuat perut terasa lebih kenyang
Serat terdapat pada makanan jenis roti gandum, buah, dan sayuran segar, kacang-
kacangan, tahu, tempe, bekatul.
Fe 27,32 mg
Malam : nasi, tempe Tempe 100 g Ca 827,3 mg
bacem, sayur asem, buah
pisang.
1.8.Kantin Sehat
Kantin sekolah sehat memiliki syarat sebagai berikut:
Ada persediaan air bersih untuk mengolah makanan, mencuci tangan dan mencuci
peralatan makan.
Mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan dan peralatan makan yang bebas
dari serangga dan hewan pengerat.
Ada tempat khusus penyimpanan bahan bukan pangan (sabun cuci piring, cairan anti
serangga) yang terpisah dari tempat penyimpanan bahan pangan.
Tempat yang bersih dan tertutup untuk pengolahan dan persiapan penyajian makanan.
Kasir berada di tempat khusus, minimal orang yang bertugas di kasir tidak bertugas
menyiapkan makanan karena kuman penyakit dapat tersebar ke makanan melalui
tangan yang habis memegang uang.
Mempunyai tempat pembuangan sampah padat, cair dan gas.
Pastikan juga jajanan kemasan yang dijual di kantin belum kadaluarsa dan sudah lolos
sertifikasi BPOM.
Persyaratan sanitasi kantin sesui Kepmenkes diatas meliputi faktor bangunan, konstruksi, dan
fasilitas sanitasi, sebagai berikut :
Bangunan
Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.
Dinding. Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.
Ventilasi. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan diperlukan
bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.
Pencahayaan. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruangan.
Atap. Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya.
Langit-langit. Permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang.
Fasilitas sanitasi
Air bersih. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan.
Air limbah. Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air limbah harus
baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang air limbah tertutup.
Toilet. Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak
air. Tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan. Di dalam toilet harus tersedia bak dan
air bersih dalam keadaan cukup.
Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat,
mempunyai tutup. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
Sampah dibuang tiap 24 jam.
Tempat cuci tangan. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai oleh tamu dan karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air mengalir,
sabun/deterjen, bak penampungan yang permukaanya halus, mudah dibersihkan dan
limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
Tempat mencuci peralatan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci yaitu untuk
mengguyur, menyabun dan membilas.
Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan.
Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat menahan
masuknya tikus dan serangga.
Dapur. Dapur harus bersih, ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan
lainnya.
Ruang makan. Ruang makan bersih, perlengkapan ruang makan (meja, kursi, taplak
meja), tempat peragaan makanan jadi harus tertutup, perlengkapan bumbu kecap, sambal,
merica, garam dan lain-lain bersih.
Penerapan beberapa parameter diatas pada dasarnya bertujuan untuk meminimalisasi faktor
makanan sebagai media penularan penyakit dan masalah kesehatan. Persyaratan sanitasi tersebut
juga sebagai salah satu bentuk sistem kewaspadaan dini, juga sebagai alat untuk menilai faktor
resiko. Prosedur ini umum, dalam kaitan dengan hygiene dan sanitasi makanan, kita kenal
sebagai system Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Sistem ini pada dasarnya
merupakan pendekatan yang mengidentifikasikan hazard spesifik dan tindakan untuk
mengendalikannya. Yang dimaksud dengan hazard – dapat berupa agens biologis, kimiawi, atau
agen fisik - pada makanan yang berpotensi menyebabkan efek yang buruk pada kesehatan.
Berikut beberapa syarat yang dituntut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum
memberikan piagam bintang atau gelar kantin sehat, antara lain:
1. Tidak menjual jajan yang tidak memenuhi kualifikasi sehat, seperti yang
mengandung zat berbahaya atau mikroba.
2. hygienis dan sanitasi
Peralatanan juga diperhatikan. Makanan yang matang dan mentah harus
dipisahkan. Pisau harus bersih, setelah digunakan untuk makanan mentah dicuci
terlebih dahalu. Lihat kondisi tempat sampah yang cukup bersih.
3. Tidak memberi keleluasaan pada anak untuk mengambil jajanan sendiri
4. Ada wastafel atau tempat cuci tangan
5. Penjaga kantin harus tahu benar jajan dan produsen yang menitipkan barang
dagangan di kantinnya, baik kualitas dagangan dan cara pengolahannya.
6. Botol saus atau kecap yang ditutup rapat
Ketentuan umum penilaian dalam pemilihan kantin yang higienis, adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kualitas air baik (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, jernih)
b. Memiliki ventilasi yang baik
c. Pengelolaan air limbah kantin harus baik: mengalir dengan lancar, sistem
pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,dan
saluran pembuang air limbah tertutup
d. Memiliki tempat sampah yang tertutup dengan jumlah dan posisi yang memadai
e. Tersedia tempat cuci tangan dan tempat cuci peralatan dan bahan makanan yang
terpisah satu sama lain dan dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan air
tertutup, bak penampungan dan sabun
f. Memiliki tempat yang tertutup untuk menyimpan peralatan memasak dan
perangkat makan sehingga terbebas dari hama
g. Memiliki lingkungan tempat pencucian peralatan yang harus bersih
h. Alat dan bahan pembersih yang digunakan harus terjaga kondisinya
i. Tempat pengolahan makanan harus bersih, rapi, dan higienis
j. Tempat display/etalase makanan yang tertutup
k. Penjaja makanan yang terjaga kebersihan dan terbebas dari penyakit menular
l. Sekolah berhasil memaparkan kebutuhan yang mendesak dari pembenahan kantin
yang bersangkutan
m. Sekolah memenuhi atau paling tidak memenuhi seluruh kriteria penilaian “Kantin
Higienis Sunlight”
n. Sekolah memiliki program yang baik terhadap upaya pembenahan kantin yang
akan dilakukan
o. Program yang diajukan dari sekolah dasar yang mengirimkan submisi data harus
sesuai dengan kapasitas sekolah yang bersangkutan (contoh: ukuran kantin, letak
kantin, dan sumber daya manusia yang memadai.
BAB III
Terdiri dari gigi, bibir, gusi, lidah disertai jaringan lunak lainnya yaitu bagian dalam
pipi (mukosa pipi), langit-langit mulut dan kelenjar ludah.
b. Gigi
Terdapat 4 macam bentuk gigi, yaitu:
Secara berurutan dari kiri ke kanan: gigi taring, gigi seri, gigi geraham kecil dan gigi
geraham besar.
Anatomi Gigi
Pertumbuhan Gigi
Terdapat dua fase yaitu pertumbuhan gigi sulung, pertumbuhan gigi campuran dan
periode gigi tetap.Pada periode ini gigi berjumlah sebanyak 20 buah.
Proses tersebut terjadi antara usia 6-14 tahun. Dimana gigi sulung yang goyang sebaiknya
didiamkan karena akan tanggal sendiri, kecuali jika gigi pengganti sudah tampak akan
tumbuh, segera dibawa ke dokter gigi.
Periode Gigi Tetap
Gigi Atas Waktu tumbuh
Seri pertama 7 – 8 tahun
Seri kedua 8 – 9 tahun
Taring 11 – 12 tahun
Geraham kecil pertama 10 – 11 tahun
Geraham kecil kedua 10 – 12 tahun
Geraham besar pertama 6 – 7 tahun
Geraham besar kedua 12 – 13 tahun
Geraham besar ketiga 17 – 21 tahun
Gigi Bawah Waktu tumbuh
Geraham besar ketiga 17 – 21 tahun
Geraham besar kedua 11 – 13 tahun
Geraham besar pertama 6 – 7 tahun
Geraham kecil kedua 11 – 12 tahun
Geraham kecil pertama 10 – 12 tahun
Taring 9 – 10 tahun
Seri pertama 7 – 8 tahun
Seri kedua 6 – 7 tahun
Pada periode ini gigi berjumlah sebanyak 32 buah.
Karies rawan terjadi pada bagian gigi yang sering menjadi tempat tersangkutnya sisa
makanan, yaitu: dicelah-celah antar gigi, pada lekuk-lekuk permukaan kunyah gigi
geraham, pada perbatasan gigi dan gusi.
Perjalanan Karies
Ada beberapa langkah penting dalam memutuskan perawatan yang tepat untuk kasus
karies sebagai berikut:
- Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)
Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan pertama adalah menghilangkan
rasa sakit dan melenyapkan peradangan. Untuk menghilangkan rasa sakit pada
peradangan gigi yang masih vital (pulpitis) dapat dilakukan pemberian zinc oksid
eugenol (ZnO). Untuk gigi yang non vital (gangren pulpa) lakukan trepanasi kemudian
diberikan obat-obatan melalui oral (antibiotik, analgetik). Bila dijumpai abses, berikan
premedikasi terlebih dahulu, kemudian lakukan insisi.
- Menghentikan proses karies
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik. Setelah rasa sakit
hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga
proses karies terhenti. Pada beberapa kasus yang tidak dapat ditambal langsung, lakukan
tambalan sementara lebih dahulu, misal pada hiperemi pulpa, berikan pulp capping (Ca
– hidroksid).
- Diet
Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral
hygiene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
- Perawatan dan restorasi
Perawatan dan pembuatan restorasi tergantung pada diagnosa masing-masing gigi
misalnya pulpotomi, pulpektomi, pencabutan, pembuatan amalgam atau crown.
- Topikal aplikasi
Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif. Pada
evaluasi bila tidak dijumpai karies baru, topikal aplikasi tidak dilakukan lagi, cukup
dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
- Evaluasi
Evaluasi secara periodik setiap 3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene yang
baik dan diet yang sesuai dengan anjuran. Koreksi faktor sistemik (bila ada), saliva
(terutama bila berhubungan dengan stres) bila perawatan yang telah dilakukan tidak
berhasil.
Situasi kesehatan anak usia sekolah belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Kondisi kesehatan anak usia sekolah khususnya tingkat SD/MI seringkali sangat terkait dengan
perilaku konsumsi makanan dan perilaku hidup bersih dan sehat mereka sendiri. Tertera di atas
adalah hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 yang mendapatkan 10 perilaku berisiko pada
anak usia sekolah terkait kesehatan antara lain kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi
makanan asin, perilaku BAB tidak di jamban, konsumsi makanan manis, kurang aktifitas fisik,
tidak menggosok gigi sebelum tidur.
Landasan hokum penyelenggaraan UKS ialah:
1. UUD 1945
Pasal 28 B
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 79
(1) Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumer daya
manusia yang berkualitas
(2) Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui
sekolah formal dan informal atau melalui lembaga pendidikan lain.
Untuk mewujudkan model sekolah/madrasah sehat, kegiatan pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat (Trias UKS) dilaksanakan terintegerasi
dengan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan keseharian di sekolah.
1. Pendidikan Kesehatan
a. Literasi kesehatan seperti berdiskusi tentang materi kesehatan
b. Cuci tangan bersama
c. Pendidikan gizi seimbang dengan sarapan dan kudapan bersama pada sesi literasi atau
PBS/pembiasaan, seperti sarapan bersama, kudapan bersama dan sikat gigi bersama
d. Aktivitas fisik pada jam istirahat dan pergantian jam pembelajaran
2. Pelayanan Kesehatan
a. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala
b. Imunisasi dan pemberian obat cacing
3. Pembinaan Lingkungan Sehat
a. Pembinaan kantin dan pedagang kaki lima di sekitar lingkungan sekolah
b. Pengelolaan sampah
c. Ketahanan pangan di sekolah
d. Pemberantasan sarang nyamuk
e. Pembinaan kader kesehatan sekolah
f. Suasana sekolah yang menyenangkan
BAB V
KESIMPULAN
Situasi kesehatan anak usia sekolah belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Kondisi kesehatan anak usia sekolah khususnya tingkat SD/MI seringkali sangat terkait dengan
perilaku konsumsi makanan dan perilaku hidup bersih dan sehat mereka sendiri. Hasil Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013 yang mendapatkan 10 perilaku berisiko pada anak usia sekolah
terkait kesehatan antara lain kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi makanan asin, perilaku
BAB tidak di jamban, konsumsi makanan manis, kurang aktifitas fisik, tidak menggosok gigi
sebelum tidur.
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan
berkembang secara harmonis dan setinggi – tingginya menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud diselenggarakan melalui sekolah formal
dan informal atau melalui lembaga pendidikan lain.
Usaha Kesehatan Sekolah(UKS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. UKS bertujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis peserta didik. Sedangkan Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk
memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan
yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta
didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.