Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Tension Type Headache

Pembimbing:

dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :
Dokter Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah

dr. Azahrah Purnamaladi

UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH - TANGERANG SELATAN


PERIODE 10 Juni 2019 – 10 Oktober 2019
BAB I
IDENTITAS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SW
Umur : 37 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku Bangsa : Betawi
Warga Negara : Indonesia
Nomor RM : 21422

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 06 Juli 2019, pada pukul
10.00 WIB di Poli Umum UPT Puskemas Kampung Sawah.

Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala ± 1 hari sebelum masuk
Puskesmas Kampung Sawah.

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala dirasakan pasien sejak 1 hari
sebelum masuk Puskesmas Kampung Sawah. Nyeri dirasakan seperti
ditekan-tekan mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan terasa berat
terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan
terus menerus dan tidak hanya pada satu sisi kepala. Tidak ada muntah.
Pasien juga tidak ada mengeluhkan pandangan ganda ataupun fotophobia.
Tidak ada gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga berdengung, tidak
ada fonophobia. Pasien sedang tidak menstruasi dan nyeri kepala tidak
berhubungan dengan siklus menstruasi.
Ketika nyeri kepala nya muncul pasien juga merasakan badannya lemas.
Nyeri kepala hilang sementara dengan pijatan ringan. Pasien mengaku
sudah 2 hari ini pasien tidak nafsu makan dan susah tidur.
Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi, pekerjaan yang
menumpuk yang membuat pasien sering tidur larut malam. Pasien sering
mengalami keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran.
.
Riwayat penyakit terdahulu
 Pasien mengaku memiliki riwayat keluhan serupa sejak ±1 tahun yang
lalu, keluhan nyeri kepala sering hilang timbul, keluhan nyeri kepala
seperti ini datang hampir setiap bulan sekali.
 Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit jantung atau paru
 Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat darah tinggi
 Pasien mengaku tidak mempunyai penyakit kencing manis
 Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat penyakit asma
 Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat obatan dalam jangka waktu
lama dan dekat
 Pasien mengaku tidak ada alergi obat.

Riwayat pengobatan
Pasien mengaku bahwa ia belum pernah mengonsumsi obat untuk
menghentikan nyeri kepala nya.

Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengaku bahwa tidak ada keluarga yang memiliki hal serupa.

Riwayat kebiasaan
Pasien mengaku sering tidur terlalu malam karena banyaknya pekerjaan yang
harus diselesaikan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : - Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Suhu : 36.7oC
- Nadi : 80 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
Nutrisi : - BB : 56,9 kg
-TB : 151 cm
- IMT : 25,0

Status Generalis

Kepala-Leher
Kulit : Berwarna kuning langsat, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut
berwarna hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut

Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera


tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih
3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
OS : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, skelra
tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih
3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
Telinga : Bentuk normal
Hidung : Bentuk normal
Mulut : Bentuk normal
Leher : Pembesaran KGB -/-
Thorax
Inspeksi :
 Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris,
barrel chest (-), pergerakan dinding dada simetris
 Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-),
spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
 Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
 Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri
dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
 Tipe pernafasan : Abdomino-Torakal

Palpasi

 Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis


teraba di ICS V linea parasternal sinistra
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
 Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
 Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan

Perkusi

 Sonor seluruh lapang paru


 Batas paru-hepar : Inspirasi ICS VI, Ekspirasi ICS VI
 Batas paru-jantung :
 Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra
 Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi

 Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).


 Pulmo :
 Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
 Rhonki (-/-)
 Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi :

 Bentuk : Simetris
 Umbilicus : Masuk merata
 Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi
(-),massa (-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),
ekimosis (-),spider navy (-).
 Distensi (-)
 Ascites (-)

Auskultasi

 Bising usus (+) normal


 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)

Perkusi

 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)


 Nyeri ketok (-)

Palpasi

 Nyeri tekan epigastrium (-)


 Massa (-)
 Hepar / lien : tidak teraba
Ekstremitas

Koordinasi Gait/Keseimbangan

Cara berjalan : Normal

Gerakan Abnormal

▪ Tremor : -

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

IV. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dievaluasi

V. Diagnosis Kerja
Tension Type Headache

VI. Diagnosis Banding


Migrain
VII. Penatalaksanaan
Non Farmakologi
 Mengantisipasi dan menghindari faktor pemicu, misalnya stress dan
banyaknya pekerjaan menumpuk.
 Terapi relaksasi

Farmakologi

 Ibuprofen 3 x 400 mg / hari


 Vitamin B komplek 2 x 1 / hari

VIII. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad bonam
Ad Fungtionam : Dubia Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi

Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan


oleh tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-
contraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering
terjadi.3,4
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-
otot kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan
menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction
headache”). “Muscle contraction” ini timbul oleh karena adanya ketegangan
jiwa anxietas, tension, atau depresi).5
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat
kepala yang terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita,
terutama di waktu pagi hari. Bila penderita dipijat, maka nyeri kepala itu
dirasakannya berkurang.5

b. Penyebab
Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:3
 Anxietas atau stress
 Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama
 Injury, seperti kecelakaan mobil
 Depresi
Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:3
 Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
 Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
 Minum alkohol berlebihan
 Bekerja keras indoor atau outdoor
 Kondisi medis tertentu
c. Epidemiologi6,7
 Frekuensi : Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri
kepala primer yang paling sering
 Internasional : Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup
TTH 69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien
memiliki pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu
studi oleh Ulrich et al, prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara
individu dengan dan tanpa migraine.
 Jenis Kelamin : Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH
perempuan dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache
1,9:1.
 Usia : TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja
hingga dewasa muda lebih sering.

d. Patofisiologi Tension Type Headache8


Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan
yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri
kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat
insersinya.
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan
miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi
supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-
masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal
intensitas nyeri kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan
alat palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat
mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah
menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara
palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot
yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total
Tenderness Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian
kombinasi antara reaksibehaviour dengan reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic
tension type headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang
mempunyai nilai Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi
otot leher dan otot sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara
signifikan berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi serangan tension
type headache kronik. Belum diketahui secara jelas apakah nyeri tekan otot
tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala
yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga terjadi
nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas maupun
frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di
mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C),
sedangkan serabut tebal yang bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal
mengantarkan sensasi yang ringan / tidak merusak (inocuous). Pada rangsang
noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik,
maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aα dan
serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type
headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot
kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan
penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut
muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa
penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension
type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot,
yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas
otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian
aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada
miofascial trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak
terdapat pada semua otot) Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin
(dilepas dari platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma
molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari
aferens otot berperan sebagai stimulant sensitisasi terhadap nosiseptor otot
skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran miofascial
terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi
otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua
nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli
akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus
(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi
life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi
dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan
dengan wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti
bahwa angka kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.
e. Gambaran Klinis6,7

Anamnesa

Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH
dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.

➢ HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH


adalah 2 dari 4 point di bawah ini :

o Ditekan atau seperti di ikat

o Lokasi Frontal-occipital

o Bilateral – intensitas yang ringan atau sedang

o Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

➢ Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

o Durasi 30 menit sampai 7 hari

o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)

o Photophobia dan phonophobia

o Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan


serangan sakit kepala terjadi lebih dari 180 kali per tahun

o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal

o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing,"


"pressure," or "bandlike/viselike"

o Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan

o Insomnia

o Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah

o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal
o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5
tahun

o Sulit berkonsentrasi

o Tidak ada gejala prodormal

➢ Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan
penyebabnya adalah TTH

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.

➢ Vital sign normal

➢ Pemeriksaan neurologis normal

➢ Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)

➢ Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak
selalu)

Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher
f. Diagnosis6,9

Diagnosis Primer

➢ Dua dari point di bawah ini :

o Nyeri bilateral

o nyeri seperti di tekan

o nyeri ringan atau sedang

o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik

➢ Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :

o Sensitif terhadap cahaya

o Sensitif terhadap suara

➢ Terkadang tidak disertai gejala :

o Nausea

o Vomitus

➢ Durasi nyeri 30 menit – 7 hari

Diagnosis Subdivisi

➢ Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan)

Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di


dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala
TTH ini tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe
yang lain (migren).

g. Diagnosis Banding6,9

Differential diagnostic considerations in tension-type headache


Primary diagnosis
Nonvascular: Tension-type
Vascular: Migraine or cluster

Secondary (organic) diagnosis


Vascular disorders
Subarachnoid hemorrhage
Subdural hematoma
Unruptured arteriovenous malformation or aneurysm
Ischemic cerebrovascular disease
Temporal arteritis
Arterial hypertension
Cerebral venous thrombosis

Nonvascular intracranial disorders


Benign intracranial hypertension
Intracranial hypotension after lumbar puncture
Intracranial neoplasm
Intracranial infection or meningitis

Substances that act as triggers


Medications (eg, nitrates, over-the-counter drugs)
Foods (eg, monosodium glutamate, alcohol)
Exposures (eg, carbon monoxide)
Rebound (eg, caffeine, analgesic, ergot)

Metabolic disorders
Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep
apnea)
Hypercapnia
Hypoglycemia

Abnormalities of extracranial structures Eyes (eg, glaucoma,

refractive errors) Ears and sinuses (eg, infectious sinusitis,

barosinusitis) Teeth and jaws (eg, temporomandibular joint

disorder) Skull (eg, Paget's disease, multiple myeloma) Neck

(eg, spondylosis, cervical disk disease)


h. Pemeriksaan Penunjang6
Laboratorium
 Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala
primer lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension
headache.

Studi Imaging

 Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab


sekunder nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral
hemorrhage.

 MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan


khususnya dalam mengevaluasi fossa posterior

 CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah


daripada MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.

 Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan


dengan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.

i. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik
(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).
Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang
munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan
tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat bagi
penderita.1
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang
sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache
memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa
obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.10
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti
massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih
kuat sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium
channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol
tidak efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik
relaksasi sangat menolong pasien bagaimana cara menghadapi anxietas dan
stress.10
Penanganan3 :
 Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan
hilang.
 Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.
 Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
 Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang
Terapi Farmakologik:

Drugs effective in the treatment of tension type headache11


Drug Trade name Dosage

Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents

Acetaminophen Tylenol, generic 650 mg PO q4-6h

Aspirin Generic 650 mg PO q4-6h

Diclofenac Cataflam, generic 50-100 mg q4-6h (max


200mg/dl)

400 mg PO q3-4h
Ibuprofen Advil, Motrin, Nuprin,
generic

Aleve, Anaprox, generic 220-550 mg bid


Naproxen sodium

Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day
50 mg

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


Phrenilin Forte 1 tablet; max 6 per day
50 mg

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg Fiocert; Esgic, generic 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg
Esgic-plus 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg

Fiorinal 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


50 mg

Axotal 1 tablet q4h; max 6 per day

Prophylactic Medications

Amitriptyline Elavil, generic 10-50 mg at bedtime

Doxepin Sinequan, generic 10-75 mg at bedtime

Nortriptyline Pamelor, generic 25-75 mg at bedtime


Terapi non-farmakologik9

➢ Regulasi lifestyle

o mengatur dan tidur yang cukup

o makan terapi dan diet yang baik

o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri


kepala
berolahraga teratur (seperti aerobik)

➢ Hindari Stres

o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress

o Meditasi

o melakukan hobi, rekreasi

o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)

o psikoterapi

➢ Fisioterapi

o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation


(tens)

o Pijat dan traksi leher

o peregangan otot-otot leher

➢ Manipulasi osteopathic atau chiropractic

➢ Terapi alternatif

o Akupuntur

o Acupressure

o Therapeutic touch
o Aromatherapy (contoh : peppermint, green apple)
salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen
[Orudis, Oruvail])

j. Prognosis
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri
kepala ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi
kadang juga dapat hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila
penyebabnya di hilangkan. Pengunaan obat TTH yang lama dapat
menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound headache.12
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien dengan nama Ny. SW usia 36 tahun dengan keluhan yeri kepala

dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti

ditekan-tekan. Nyeri dimulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan terasa

berat terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan

terus menerus dan tidak hanya pada satu sisi kepala. Tidak ada mual dan muntah.

Tidak ada fotophobia ataupun fonophobia. Susah tidur karena memeiliki masalah

pribadi dan banyaknya pekerjaan menumpuk.

Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pasien pada laporan kasus ini

dapat didiagnosis menderita Tension Type Headache. Untuk pelaksanaan pada

pasien ini diberikan ibuprofen 3x400mg dan vitamin b komplek 2x1 tab.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis


Saraf Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8
2. World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/
3. Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan Health
System. McKesson Corporation. (Online) 2005. Available from:
http://www.med umich edu
4. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA:
Little, Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
5. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga
University Press; 1990: pp. 203.
6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of
Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania,
Hahnemann University. (Online) 2007. Available from:
http://www.emedicine.com
7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies;
2000: pp. 124-138
8. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2004.
9. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize
This Common but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, Vol.
III No. 4. (Online) 2002. Available from:
http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm
10. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA:
McGraw-Hill; 2001: pp. 175-181
11. Hauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw
Hill; 2006: pp. 57
12. National Headache Foundation. Tension Type Headache, The Complete
Guide to Headache. (Online) 2005. Available from:
http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguide/t
ensiontype.html).

Anda mungkin juga menyukai