Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS HIPERTENSI HEART FAILURE

RUANG ICCU DI RSUD BANGIL

Nayla Rifa’atul aulia (P17221174068)

S.Tr.Kep 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG

2019
A. Pengertian

Hipertensi Heart Failure adalah penyakit jantung yang terjadi akibat komplikasi jantung
pada pasien hipertensi dapat disebabkan secara langsung oleh derajat tingginya tekanan darah
dan proses aterosklerosis yang dipercepat (Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996;
1128).
Aterosklerosis adalah suatu proses pengerasan pada pembuluh darah yang ditandai oleh
penimbunan sejumlah substansi berupa endapan lemak, kolesterol, trombosit, sel makrofag,
leukosit, kalsium dan produk sampah seluler lainnya yang terbentuk di dalam lapisan tunika
intima hingga tunika media, yang disebut sebagai plak ateroma. Arteriosklerosis adalah
pengerasan pembuluh darah arteri yang membawa darah dari jantung untuk dialirkan ke
seluruh tubuh.
Penyakit jantung hipertensif ditegakkan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri
sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir
ventrikel kiri (Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 441).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Smeltzer, 2002).
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan
fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998).
Berdasarkan definisi patofisiologik gagal jantung (decompensatio cordis) atau dalam bahasa
inggris Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Hal tersebut akan menyebabkan
respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem saraf, hormonal, ginjal, dan lainnya)
serta adanya tanda dan gejala yang khas (Fathoni, 2007).
Decompensasi cordis atau heart failure adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung
(Prince, 2005). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan heart failure adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa kebutuhan darah ke seluruh tubuh dan akan
menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem saraf, hormonal, ginjal,
dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang khas.
B. Etiologi

Ada 2 faktor utama penyebab penyakit jantung hipertensi yaitu :

1. Penebalan ateriol koroner yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolus resistance vessels) seluruh badan kemudian terjadi
retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini
dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik, peningkatan jarak difusi antara kapiler dan
serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik (Arif Mansjoer, dkk, 2001: 441).

C. Tanda dan Gejala (Ziliwu, 2013).

Gagal Jantung Kanan Gagal Jantung Kiri

 Oedema/pitting oedema  Lemas/fatique


 Anoreksia/ perut kembung  Berdebar-debar
 Nausea  Sesak nafas (dyspneu d’effort)
 Ascites  Orthopnea
 Jugulare Vein Pressure meningkat  Dyspnea nocturnal paroxismal
 Pulsasi vena jugularis  Pembesaran jantung
 Hepatomegali  Keringat dingin
 Fatique  Takikardia
 Hipertrofi jantung kanan  Kongesti vena pulmonalis
 Irama derap/ gallop ventrikel kanan  Ronchi basah dan wheezing
 Irama derap/ gallop atrium kanan  Terdapat BJ III dan IV (gallop)
 Murmur  Cheynes stokes
 Tanda-tanda penyakit paru kronik
 Hidrothorax

New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas,
antara lain (Ziliwu, 2013):
Kelas 1= bila klien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan

Kelas 2= bila klien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan

Kelas 3= bila klien tidak dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari

Kelas 4= bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring

D. Patofisiologi

Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer yang dapat dilihat
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron, hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai
untuk mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun, dengan
berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi kurang efektif (Prince, 2005).

Sekresi neurohormonal sebagai respon terhadap gagal jantung antara lain : (1)
nonepinephrine menyebabkan vasokontriksi, meningkatkan denyut jantung, dan toksisitas
myocite, (2) angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi, stimulasi aldosteron, dan
mengaktifkan saraf simpatis, (3) aldosteron menyebabkan retensi air dan sodium, (4)
endothelin menyebabkan vasokonstriksi dan toksisitas myocite, (5) vasopresin menyebabkan
vasokontriksi dan reasorbsi air, (6) TNF α merupakan toksisitas langsung myosite, (7) ANP
menyebabkan vasodilatasi, ekresi sodium, dan efek antiproliferatif pada myocite, (8) IL 1 dan
IL 6 toksisitas myocite. Berdasar hukum Fank-Starling, semakin teregang serabut otot jantung
pada saat pengisian diastolik, maka semakin kuat kontraksinya dan akibatnya isi sekuncup
bertambah besar. Oleh karena itu pada gagal jantung, terjadi penambahan volum aliran balik
vena sebagai kompensasi sehingga dapat meningkatkan curah jantung (Nugroho, 2009).

Menurut Smeltzer (2002), pada gagal jantung kiri Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispneu, ortopneu batuk, mudah lelah, takikardia, bunyi jantung S3, kecemasan dan
kegelisahan. Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali
dari sirkulasi vena. Gagal jantung kanan Manifestasi klinis yang terjadi meliputi edema, pitting
edema, pertambahan berat badan, hepatomegali, anoreksia, nokturia, dan lemah.

E. Pathway

Hipertensi

Hipertensi Heart Failure

Hipertrophy Ventrikel Kiri

Vol. Sekuncup Kerja Myocard meningkat

Vol. Residu

Suplai O2 dan nutrisi ke jaringan PK : Infark Miokard


Penurunan
menurun
Curah
Jantung
Penumpukkan Asam Laktat
Penurunan O2
Tekanan Atrium Kiri Meningkat nutrisi terganggu
Nyeri Dada

Transudasi Cairan Interstiil paru


Pembentukan ATP
terganggu Nyeri Akut

Cairan Masuk Alveoli

Kelelahan
Odema Paru

Aktivitas Terganggu

Sesak

Intoleransi Aktivitas
Kerusakan Pertukaran Gas
F. Pemeriksaan Diagnostik

 kardiomegali, infiltrat prekordial kedua paru dan efusi pleura


 EKG: mengidentifikasi penyakit yang mendasari seperti infark miocard dan aritmia.
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
 Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
 Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
 Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam
ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
 Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil
hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.
 Pemeriksaan lain seperti Hb, leukosit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal dan
fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.

G. Penatalaksanaan

 Menghilangkan faktor pencetus


 Mengendalikan gagal jantung dengan memperbaiki fungsi pompa jantung, mengurangi
beban jantung dengan pemberian diet rendah garam, diuretik dan vasodilator
 Menghilangkan penyakit yang mendasarinya, baik secara medis atau bedah
 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agar PaCO2 sekitar
60-100 mmHg ( saturasi O2 90-98 %) dan menurunkan konsumsi 02 melalui
istirahat/pembatasan aktifitas
 Pemberian obat-obatan sesuai dengan program, seperti morfin diberikan untuk
menurunkan faktor preload dan afterload: furosemide untuk mengurangi
oedema/diuresis, aminofilin untuk merangsang miokardium, obat inotropik (digitalis
glikosida, dopamin HCL, phosphodiesterase inhibitor) meningkatkan kapasitas fisik:
nitrogliserin untuk menurunkan hipertensi vena paru.
 Bila perlu monitoring menggunakan Central Venous Pressure atau juga dengan Swan
Ganz chateter

H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1) Identitas klien
Terdiri dari nama pasien, No.RM, umur, pekerjaan, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal masuk rumah sakit, pendidikan, tanggal pengkajian, dll
2) Pemeriksaan Neurologis (B1-B6)
a) B1 (Breathing)
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezing atau juga
vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
b) B2 (Bleeding)
 Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah
tinggi, diabetes melitus.
 Tekanan darah meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary
refill time, disritmia.
 Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi.
 Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia).
 Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul
dengan gagal jantung.
 Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
Nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas. Timbulnya
nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin.
 Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
 Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah
di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
c) B3 (Brain)
 Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
 Kesedaran baik atau menrun
 Kelemahan
d) B4 (Bledder)
Penurunan berkemih atau normal, Nokturia (brkemih malam hari)
e) B5 (Bowel)
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal, Konstipasi atau diare
f) B6 ( Bone)
penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, kelemahan otot atau juga biasa
3) Pemeriksaan Pola Kesehatan
a) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pengkajian psikologis meliputi persepsi yang jelas terhadap status emosi, kognitif,
dan perilaku klien serta mekanisme koping. Dikaji perasaan cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan gangguan citra
tubuh.
Sebelum sakit: keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien sering
memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan.
Selama sakit: keluarga klien menganggap kesehatan itu sangat berharga
b) Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit: klien secara umum makan sampai 4x/hari dan minum sampai 5 gelas
kecil/hari.
Selama sakit: nafsu makan klien berkurang, klien decompensasi cordis mengeluh
terjadi perubahan berat badan, terjadi edema dan asites.
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit: klien BAK 4-5x/hari, BAB 1x/hr dengan konsistensi lembek, warna
kuning, bau khas.
Selama sakit: klien belum BAB, klien terpasang DC
d) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: klien melakukan aktivitas dengan bekerja dan berkumpul dengan
keluarga
Selama sakit: klien hanya berbaring diatas tempat tidur.
e) Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit: klien istirahat malam mulai pukul 22.00 sampai pukul 05.00,
istirahat siang tidak tentu.
Selama sakit: klien tidur terus, klien bangun saat dibangunkan oleh perawat.
f) Pola kognitif dan perseptual
Sebelum sakit: klien mampu mengingat sesuatu yang dilakukan amaupun
mengingat orang yang pernah di kenalnya.
Selama sakit: klien tampak diam dan gelisah.
g) Pola persepsi diri
Sebelum sakit: keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien adalah sebagai
kepala keluarga
Selama sakit: klien tetap dianggap sebagai kepala keluarga tapi untuk mengambil
keputusan dilakukan oleh anaknya yang tertua.
h) Pola seksualitas dan reproduksi
Sebelum sakit: Klien memiliki 3 orang anak dan selalu berhubungan baik dengan
keluarganya.
Selama sakit: klien ingin selalu ditemani oleh istri dan anak-anaknya.
i) Pola peran dan hubungan
Sebelum sakit: klien berhubungan dengan baik dengan orang lain.
Selama sakit: selama proses perawatan klien hanya diam dan mengedipkan mata
saat diajak berin teraksi. Terjadi penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
j) Pola manajemen koping-stress
Sebelum sakit: klien selalu meminta pertimbangan pada istrinya setiap ada masalah.
Selama sakit: klien tidak bisa berinteraksi dengan baik kepada orang lain
k) Pola sistem nilai dan keyakinan
Sebelum sakit: klien melakukan ibadah shalat 5 waktu
Selama sakit: klien tidak melakukan shalat lima waktu.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerulus.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunanperfusi jaringan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan 1) untuk
pertukaran gas Hasil ( NIC) mengetahui
berhubungan ( NOC) 1) Monitor tingkat
respirasi dan efektifitas
dengan perubahan Tujuan:
status oksigen, fungsi
membran kapiler Setelah dilakukan pertukaran gas
catat pergerakan
alveolar tindakan 2) untuk
dada, amati
keperawatan selama kesimetrisan, mengetahui
3x24 jam diharapkan penggunaan otot tingkat pola
masalah gangguan tambahan, nafas pasien
pertukaran gas dapat retraksi otot 3) untuk
supraclavicular mengetahui
teratasi dengan
dan intercostalis keadaan umum
kriteria hasil: pasien
2) monitor pola
1). Respiratory 4) untuk
nafas, auskultasi
status : gas sura nafas mengetahui
exchange 3) monitor TTV, tingkat
Klien mampu AGD dan oksigenasi pada
memelihara elektrolit jaringan
kebersihan paru- 4) observasi
paru, dan bebas dari sianosis
khususnya
tanda-tanda membran
distresspernafasan, mukosa
AGD dalam batas
normal, status
neurologis dalam
batas normal.
2). Respiratory
status : ventilation
Klien mampu
mendemonstrasikan
peningkatan
ventilasi dan oksigen
yang adekuat,
mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dispneu
(mampu
mengeluarkan
sputum mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips).
2. Intoleransi Tujuan dan kriteria 1) Kaji adanya 1) agar faktor
aktivitas hasil (NOC) faktor yang penyebab dapat
berhubungan Tujuan: menyebabkan diketahui
kelelahan 2) untuk
dengan setelah dilakukan
2) bantu klien mengurangi
ketidakseimbangan tindakan untuk beban kerja
antara suplai dan keperawatan selama mengidentifikasi jantung yang
kebutuhan O2 3 x 24 jam pasien aktivitas yang terlalu berat
bertoleransi mampu 3) untuk
terhadap aktivitas dilakukan mengurangi
dengan kriteria hasil: 3) observasi beban kerja
adanya jantung yang
berpartisipasi dalam
pembatasan terlalu berat
aktivitas fisik tanpa klien dalam 4) untuk melihat
disertai peningkatan melakukan dampak dari
TD, nadi dan RR, aktivitas aktivitas
mampu melakukan 4) bantu untuk terhadap fungsi
aktivitas sehari-hari memilih jantung yang
(ADLs) secara aktivitas disesuaikan
konsisten yang dengan
mandiri,
sesuai dengan kemampuan
keseimbangan kemampuan pasien.
aktivitas dan fisik, psikologi
istirahat dan sosial
3. Kelebihan volume Tujuan dan kriteria 1) Monitor vital 1) Sebagai
cairan hasil (NOC) sign salah satu cara
berhubungan 2) monitor berat untuk mengetahui
Tujuan: badan peningkatan
dengan
3) monitor jumlah cairan yang
menurunnya laju setelah dilakukan elektrolit dapat diketahui
filtrasi glomerolus tindakan 4) monitor tanda dengan
(GFR) keperawatan selama dan gejala meningkatkan
3 x 24 jam edema beban kerja
5) berikan diuretik jantung yang dapat
diharapkan masalah
sesuai instruksi diketahui dari
kelebihan volume 6) monitor input meningkatnya
cairan dapat teratasi dan output tekanan darah
dengan kriteria hasil: 2) Kelebihan
BB dapat diketahui
dari peningkatan
BB yang ekstrim
1).Electrolit and akibat terjadiny
acid base balance
Terbebas dari penimbunan cairan
edema, efusi, ekstra seluler.
anasarka, terbebas 3) Untuk
mengetahui jumlah
dari distensi vena
elektrolit pasien
jugularis, 4) Untuk
memelihara tekanan mengetahui
vena sentral, tekanan keseimbangan
kapiler paru, output cairan pasien
jantung dan vital 5) Agar cairan
sign dalam batas tidak terus
menumpuk dalam
normal.
tubuh pasien
2).Hydration 6) Mengetahui
Terbebas dari keseimbangan
kecemasan, cairan pada pasien
kelelahan atau
bingung, tidak ada
dispneu atau
orthopneu
4. Kerusakan Tujuan dan kriteria 1) Anjurkan pasien 1) agar tidak
integritas kulit hasil (NOC) untuk terjadi gesekan
berhubungan menggunakan kulit yang
Tujuan: pakaian yang membuat
dengan tirah baring
longgar kerusakan pada
lama, edema, setelah dilakukan 2) mobilisasi kulit
penurunan perfusi tindakan pasien (ubah 2) untuk
jaringan. keperawatan 3 x 24 posisi pasien) mencegah
jam diharapkan setiap dua jam dekubitus
sekali 3) agar tidak
kerusakan integritas
terjadi
klien teratasi dengan 3) monitor kulit
kemerahan
kriteria hasil: akan adanya
yang lama-
kemerahan,
kelamaan akan
1).Tissue integrity: oleskan lotion
menyebabkan
skin and mucous atau minyak /
dekubitus
baby oil pada
membrane 4) agar pasien
daerah yang
melakukan
Integritas kulit dapat tertekan
aktivitas ringan
4) monitor
dipertahankan 5) untuk menjaga
aktivitas dan
(sensasi, elastisitas, kebutuhan
mobilisasi
temperature, nutrisi pasien
pasien
6) menjaga
hidrasi,pigmentasi), 5) monitor status
kebersihan
nutrisi pasien
kulit pasien
perfusi jaringan 6) memandikan 7) agar kulit tidak
baik. pasien dengan mengalami
sabun dan air tekanan yang
hangat menyebabkan
7) kaji lingkungan kerusakan
2).wound healing: dan peralatan 8) untuk
primer dan sekunder yang mengetahui
menyebabkan perkembangan
Tidak ada luka atau tekanan kondisi dari
lesi pada kulit, 8) observasi luka pasien
menunjukan :lokasi, dimensi, 9) agar klien dan
pemahaman dalam kedalaman luka, keluarga
karakteristik, mendapatkan
proses perbaikan
warna cairan, informasi
kulit dan mencegah granulasi, tentang luka
terjadinya cedera jaringan dan perawatan
berulang, nekrotik, tanda- luka sehingga
menunjukan tanda infeksi dapat
terjadinya proses lokal, formasi melakukan
traktus secara mandiri
penyembuhan luka,
9) ajarkan pada 10) untuk
mampu melindungi keluarga tentang memenuhi
kulit dan luka dan kebutuhan
mempertahankan perawatan luka nutrisi dari
kelembaban kulit 10) kolaborasi pasien
dan parawatan alami dengan ahli gizi
pemberian diet
TKTP, vitamin

5. Kurang Tujuan dan kriteria Behavior 1) Agar pasien


pengetahuan hasil (NOC) modification dan keluarga dapat
berhubungan 1) Sediakan memahami
Tujuan: informasi penyakit yang
dengan kurang
tentang kondisi diderita pasien
informasi tentang setelah dilakukan 2) Agar pasien
dengan cara
decompensasi tindakan dan keluarga
yang tepat
cordis yang keperawatan 1 x 30 2) diskusikan mengetahui terapi
dialami pasien menit diharapkan pilihan terapi yang akan
atau penanganan dilakukan
keluarga dan pasien
3) sediakan bagi 3) Agar pasien
menunjukan dan keluarga
keluarga
pengetahuan tentang mengetahui
informasi
decompensasi cordis tentang perkembangan
dengan kriteria hasil: kemajuan pasien kondisinya
dengan cara 4) Untuk
yang tepat mengetahui sejauh
1). Knowledge 4) identifikasi mana pemahaman
disease process kemungkinan pasien dan
Menjelaskan penyebab keluarga terhadap
dengan cara penjelasan yang
spesifik proses
yang tepat diberikan
penyakit, etiologi,
dan faktor, efek dari
penyakit,manifestasi
klinik penyakit.

2).Knowledge health
behavior

Strategi untuk
mengatasi stress,
pola tidur normal,
perencanaan
dilakukan dengan
keluarga, strategi
untuk menghindari
bahaya lingkungan,
strategi untuk
mencegahpenularan
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, M. 2007. Heart Failure Pathophysiologi and Management. Dalam : CatKul IPD
Jantung. Surakarta : Forrinsik 04 FKUNS.

Hudak dan Gallo, 1997. Keperawatan Kritis pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.

Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculaplus.

Nugroho, HS. 2009. Heart Failure Pathophysiologi and Management. Surakarta : Slide Kuliah
Blok Kardiovaskuler Angkatan 2007 FKUNS.

Prince, Sylvia A, et al. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah jilid II. Jakarta : EGC.

Tabrani.1998. Agenda Gawat Darurat Jilid 2. Penerbit: Alumni Bandung.

Wilkinson,M. 200.6 Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta:EGC.

Ziliwu, H.J. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung ( Health Failure/
Decompensatio Cordis). Jurnal diterbitkan: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai