PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemetaan Rawan Bencana
2. Untuk mengetahui Pembuatan Peta Rawan Banjir
3. Untuk mengetahui Pembuatan Peta Rawan Longsor
4. Untuk mengetahui Pembuatan Peta Potensi Dan Rawan Tsunami
5. Untuk mengetahui Peta Resiko Gempa Bumi
6. Untuk mengetahui Pemetaan Kerawanan Kebakaran Hutan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bencana dapat dinilai secara relatif berdasarkan macam dan besaran elemen
bencana yang besarnya dinyatakan dengan skala numerik.
Risiko (Risk) merupakan perkiraan kerugian atau kehilangan akibat
suatu bencana terhadap elemen yang menghadapi risiko di masa depan
dalam suatu periode waktu tertentu (UNDP/UNDRO, 1992). Risiko suatu
daerah atau suatu objek terhadap suatu jenis dapat diperhitungkan
tingkatannya. Perhitungan risiko umumnya mempertimbangkan jenis dan
besaran kehilangan atau kerugian. Parameter umum yang digunakan adalah
biaya ekonomi, karena semua tipe kerugian dapat dikonversikan ke dalam
biaya ekonomi. Efek yang dianggap sebagai biaya ekonomi disebut
kerugian tangible (dapat diperhitungkan/dinilai), sedang yang tidak dapat
dikonversikan ke dalam nilai uang disebut kerugian intangible.
Pemetaan daerah rawan bencana dilakukan dengan Metode non
sistematik yaitu dengan menggunakan data-data dan informasi yang telah
tersedia dari survei-survei terdahulu dan dilengkapi dengan peta-peta
pendukung.
4
tidak mungkin diatuskan dengan gaya berat. Jika kondisi ini dibarengi
dengan pasang surut air laut pada kondisi tinggi, maka pengatusan air
tanpa bantuan pompa, hampir tidak mungkin. Pada daerah ini,
penanganan banjir harus mengintegrasikan pengaruh aliran banjir di
sungai dengan hidrodinamika gerakan pasang surut di laut (Luknanto,
2002).
5
Untuk memetakan posisi dan koordinat pemukiman yang
ada di bantaran sungai secara cepat, lebih efektif menggunakan
interpretasi citra IKONOS / QUICKBIRD atau FOTO UDARA
dengan skala 1 : 1000 – 1 : 10.000. Daerah pemukiman yang
diperkirakan terkena banjir ditumpang tindihkan dengan kontur
tinggi banjir tertentu yang di dapat dari perhitungan hidrologi
dengan kala ulang tertentu. Kontur tinggi banjir tertentu harus di
cek di lapangan karena akurasi kontur dari citra belum tentu
benar.
Metoda pemetaan banjir yang efektif adalah hasil
perhitungan hidrologi di uji silang dengan survey geologi
lapangan terhadap teras sungai, yang di amati adalah : ketinggian
endapan teras, tebal endapan, jenis endapan diplot pada peta dasar
1 : 1000 sampai 1 : 10.000. Pada banjir yang masih baru terjadi,
yaitu kejadiannya 1-3 tahun yang lalu biasanya indikator sampah
yang tersangkut di bambu/tebing masih bisa terlihat sebagai data
pengontrol bagi hasil wawancara dengan masyarakat.
Data yang dibutuhkan adalah data peta kontur dari peta rupa
bumi indonesia skala 1 : 25.000 dan peta DAS mencakup seluruh
daerah Kabupaten Kutai Kertanegara.
Model data yang digunakan adalah data Digital Elevation
Model (DEM). DEM ini dibuat dengan interpolasi data digital
kontur. DEM merupakan data raster atau grid yang
merepresentasikan ketinggian diatas permukaan laut.
Dari data tersebut, dapat diturunkan berbagai macam data.
Yaitu, slope (kelerengan), flow direction (arah aliran), flow
accumulation (akumulasi aliran), stream power index (index
kekuatan aliran) dan wetness index (index kebasahan).
Topographic Wetness index (index kebasahan) yang telah
dibuat diklasifikasi menjadi tingkat kerawanan banjir. Klasifikasi
yang dilakukan menjadi 5 kelas dengan, yaitu kelas sangat rawan,
rawan, agak rawan, potensial rawan dan tidak rawan.
6
Tingkat Kerawanan Banjir Nilai Indek Kebasahan
Tidak Rawan 5.01-7.37
Potensi Rawan 7.37-9.73
Agak Rawan 9.37-12.091
Rawan 12.091-14.451
Sangat Rawan 14.451-16.812
7
Peta yang digunakan adalah :
1. Faktor kelerengan
2. Faktor Hidrologi dan DAS
3. Faktor geologis
4. Faktor litologis
5. Faktor curah hujan
6. Faktor patahan
7. Faktor jalan
8. Faktor pemukiman
9. Faktor penggunaan lahan
10. Faktor tekstur tanah menggunakan pendekatan jenis tanah
8
Hasil dari estimasi longsor ini diklasifikasikan menjadi 5 kelas.
Yaitu kelas longsor sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat
tinggi. Pembagian kelas ini dengan melihat sebaran nilai yang
dihasilkan dari perhitungan kemudian dibagi secara merata menjadi 5
bagian, nilai dapat dilihat pada Tabel berikut.
9
2.1.4 Peta Resiko Gempa Bumi
Peta resiko gempa bumi yang dihasilkan dari integrasi dua peta
yaitu peta yang menampilkan dampak gempa bumi di lokasi tertentu.
Penampilan peta ini bisa dari integrasi percepatan maksimum tanah
dengan Tsunami dan distribusi energi gempa dengan tsunami. Untuk
integrasi ini perlu didefinisikan tingkat resiko gempa bumi. Definisi
yang kita pakai sangat subjektif, karena banyak parameter yang tidak
tersedia. Definisi ini sangat mudah diubah-ubah dalam aplikasi SIG,
sesuai dengan tingkat resiko dan parameter yang tersedia. Parameter
yang dimaksud sangat dipengaruhi oleh kondisi lokal seperti ketebalan
lapisan sedimen dan perioda dominan lapisan tanah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
11