Anda di halaman 1dari 9

3.2.

Hipertensi
3.2.1. Definisi
Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana
pembuluh darah terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan darah dihasilkan
dari kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) saat dipompa oleh
jantung. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg) dan dicatat sebagai dua
angka yang biasanya ditulis satu di atas yang lain. Angka di atas adalah tekanan darah
sistolik - tekanan tertinggi dalam pembuluh darah dan terjadi ketika jantung berkontraksi,
atau berdetak. Angka di bawah adalah tekanan darah diastolik - tekanan terendah dalam
pembuluh darah diantara detak jantung ketika otot jantung relaksasi.
Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

3.2.2. Epidemiologi
Secara global, hampir satu miliar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi);
dari jumlah tersebut, dua pertiganya berada di negara berkembang.3 Karena sistem
kesehatan yang lemah, jumlah orang dengan hipertensi yang tidak terdiagnosis, tidak
diobati dan tidak terkontrol juga lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi. Menurut WHO,
pada tahun 2008, 40% orang dewasa diatas umur 25 tahun memiliki hipertensi.
Diperkirakan pada tahun 2025, 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Di
Indonesia sendiri, menurut Riskesdas 2013, hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi,
yaitu sebesar 25,8%. Sementara itu, Jawa Barat merupakan urutan keempat provinsi
dengan prevalensi hipertensi tertinggi, yaitu sebesar 29,4%.
3.2.3. Faktor risiko
Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi yang bisa dikontrol dan tidak. Faktor risiko
yang tidak bisa dikontrol adalah usia, ras dan genetik. Sementara faktor risiko yang dapat
dikontrol adalah kelebihan berat badan atau obesitas, kurang aktifitas fisik, merokok, diet
tinggi garam, konsumsi alkohol, dan stress.

3.2.4. Etiologi
Untuk sebagian besar pasien dengan tekanan darah tinggi, penyebabnya tidak diketahui.
Ini diklasifikasikan sebagai HTN primer atau esensial. Sebagian kecil pasien memiliki
penyebab spesifik tekanan darah tinggi mereka, yang diklasifikasikan sebagai HTN
sekunder.
Lebih dari 90% pasien dengan tekanan darah tinggi menderita hipertensi primer. HTN
primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan terapi yang sesuai
(termasuk modifikasi gaya hidup dan obat-obatan). Faktor genetik dapat memainkan peran
penting dalam perkembangan hipertensi primer.
Kurang dari 10% pasien dengan tekanan darah tinggi memiliki hipertensi sekunder.
HTN sekunder disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya atau obat-obatan.
Mengontrol kondisi medis yang mendasarinya atau menghilangkan obat-obatan
penyebabnya akan menghasilkan penurunan tekanan darah. Penyebab hipertensi sekunder
paling umum dikaitkan dengan kerusakan ginjal seperti penyakit ginjal kronis (CKD) atau
penyakit renovaskular.
3.2.5. Klasifikasi
Menurut ACC/AHA 2017
Kategori TD TD Sistolik TD Diastolik

Normal <120 mmHg dan <80 mmHg

Meningkat 120-129 mmHg dan <80 mmHg

Hipertensi Stage 1 130-139 mmHg atau 80-89 mmHg

Hipertensi Stage 2 ≥ 140 mmHg atau ≥90 mmHg

Menurut JNC 8

3.2.6 Patofisiologi

Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada
dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler,
kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut
plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh
tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh
darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan
peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.

2) Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin


I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

3) Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
3.2.7 Manifestasi Klinis

HTN dikenal sebagai "silent killer" karena biasanya tidak ada tanda atau gejala peringatan,
dan banyak orang tidak mengetahuinya. Bahkan ketika tingkat tekanan darah sangat tinggi,
kebanyakan orang tidak memiliki tanda atau gejala. Sebagian kecil orang mungkin mengalami
gejala seperti sakit kepala, muntah, pusing, dan mimisan lebih sering.

3.2.8 Diagnosis
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran dalam posisi
duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas
dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien
diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
3.2.7. Penatalaksanaan
 Non Farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat
dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ atau 1/2 sendok teh
(6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok,
dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi,
dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi
3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan
stress.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita
hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
3.2.8. Komplikasi
• Jantung: hipertrofi ventrikel kiri, angina/infark miokard, CHF
• CKD dan ESRD
• Retinopati
• Otak: stroke atau TIA
• Penyakit arteri perifer
Daftar Pustaka

1. WHO | World Health Day 2013: Control your blood pressure. Tersedia pada:
http://www.who.int/campaigns/world-health-day/2013/en/. Dikutip 2 Agustus 2019.

2. Infodatin-hipertensi.pdf [Internet]. [dikutip 2 Agustus 2019]. Tersedia


pada:http://www.depkes.go.id/article/view/14010200004/ download-pusdatin-infodatin-
infodatin-hipertensi. html

3. Bell K, Candidate P, Olin BR. Updated JNC-8 Guideline Recommendations. 2015.

4. AHA/ASA. 2017 Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation and Management of
High Blood Pressure in Adults. 2017

Anda mungkin juga menyukai