Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 1411-0199

Wacana – Vol. 14, No. 4 (2011) E-ISSN : 2338-1884

Preferensi Konsumen dan Produsen Produk Organik di Indonesia


Sri Muljaningsih
Program Studi Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kebiasaan konsumen dan produsen produk organik. Sampling
penelitian ini kebetulan dilakukan pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Aliansi Organik Indonesia (AOI).
Pemantauan pasar dilakukan di Jakarta, Bogor, Depasar, dan Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
langsung dengan responden. Responden terdiri atas 63 konsumen, 21 produsen produk organik. Analisis data dilakukan
untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi preferensi masing-masing individu. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa preferensi konsumen terhadap beras, buah, dan sayuran organik adalah baik untuk kesehatan, tetapi
keluhannya produk tersebut lebih mahal. Preferensi produsen bahwa produk organik semisal beras, buah, dan sayuran
adalah harus mempunyai sertifikat. Preferensi konsumen tidak dibatasi usia dan pendidikan, sedangkan preferensi
produsen masih tidak memahami manfaat kesehatan dari produk organik.
Kata kunci: konsumen, produsen, produk organik, survey pasar

Abstract
The purpose of research is to study behavior of consumers and producers of organic products. Incidental sampling was
conducted at meetings organized by the Indonesia Organic Alliance. Market survey was conducted in the cities of
Jakarta, Bogor, Denpasar and Malang. Data were collected through interviews with informants. Respondents consisted
of 63 consumers and 21 producers of organic products. Factor analysis was conducted to determine the dominant
factors affecting individual preferences. Results showed that consumer preferences of rice, organic fruits and
vegetables on the importance of healthy foods, but they complaint that organic product price is more expensive.
Preference of producers of rice, organic fruits and vegetables are on the certification of organic products. Consumers
preference are not influenced by age and level of education, while the producers preference are not understanding the
health benefits of organic products.

Keywords: consumers, market survey, producers, organic products.

PENDAHULUAN manusia. Bahan makanan tercemar pestisida dan


Kondisi di Indonesia juga terdapat antibiotik pada saat dibudidayakan di pertanian.
berbagai masalah pada sebagian besar lahan dan Salah satu penyebab terjadinya kelebihan residu
lingkungan serta ekosistem. Hal ini ditengarai tersebut adalah kurangnya pengetahuan petani
dengan semakin luasnya lahan kritis, terhadap pemberian dosis yang tepat. Adanya
menurunnya tingkat kesuburan dan produktivitas permasalahan tersebut, menyebabkan
lahan, hama dan penyakit tanaman yang semakin munculnya gerakan pertanian organik. Adapun
tidak terkendali, pencemaran lingkungan dan istilah pertanian organik pertama kali dipakai
terancamnya kesehatan masyarakat yang oleh salah seorang ahli pertanian dari Universitas
kesemuanya itu antara lain sebagai akibat dari Oxford, bernama Lord Northbourne dalam
penggunaan bahan-bahan kimia sintetik bukunya yang berjudul Look to the land, yang
pertanian yang berlebihan dan melupakan dipublikasikan tahun 1940. Buku ini berisi
masukan bahan-bahan organik (Sudjais, 2005 ). pertentangan antara cara pertanian kimia sintetis
Selain itu telah dilakukan oleh Balai Penelitian dan cara bertani yang alamiah (ramah
Veteriner,1998/1999, bahan pangan yang diteliti lingkungan). Hal ini merupakan kritikan terhadap
berasal dari beberapa sumber nabati dan hewani. pertanian kimia sintetik yang membahayakan
Hasilnya terdeteksi residu pestisida melebihi keberlanjutan kehidupan (Paull, 2009).
ambang batas untuk sampel beras. Sedangkan Pertanian organik ini sebenarnya sudah
pangan hewani terdeteksi residu antibiotik ada jauh sebelum pertanian yang menggunakan
melebihi ambang batas. Keadaan ini dapat masukan kimia sintetis(konvensional), bahkan
menimbulkan resistensi, reaksi alergis,dan sejak bumi ini ada, yaitu sekitar tahun 5.000 SM,
karsinogenik yang tidak aman dikonsumsi petani sudah menggunakan kotoran hewan dan
sisa tanaman untuk menyuburkan tanah dan juga

sudah mempraktekkan cara pergiliran tanaman,
Alamat korespondensi:
Sri Muljaningsih
tumpang sari, dan menumpuk sisa tanaman
Email : ningsih2006@yahoo.com untuk musim tanam berikutnya. Sebenarnya

1
Preferensi Konsumen dan Produsen Produk Organik di Indonesia (Muljaningsih, S. )

pertanian organik saat ini berakar pada pertanian pengembangan organik masih menjadi kendala
tradisional yang telah dilakukan nenek moyang (Poulston dan Kwong Yiu, 2011).
dan dapat bertahan dari generasi ke generasi. Untuk mengembangkan pertanian organik
Oleh karena itu terdapat kecenderungan dilakukan upaya oleh lembaga Assosiasi
konsumen untuk mengkonsumsi produk pangan Pertanahan dari Engglish dan Tasmanian sebagai
yang diyakini bebas dari racun-racun kimia dan pelopor organik. Club Kompos Humic di bentuk
ramah lingkungan. Perlu diketahui pertumbuhan di Aucland, New Zealand pada bulan May 1941;
permintaan pertanian organik dunia mencapai Pertanian Organik Australia dan pendampingan
15-20 % per tahun dengan pangsa pasar masyarakat, di bentuk di Sydney Australia
mencapai US $ 100 juta . Namun pangsa pasar Oktober 1944 dan Pembentukan masyarakat
yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 Kompos Victorian di Melbourne, Australia,
– 2 % dari keseluruhan produk pertanian organik. Oktober 1945 ( Paull, 2009 ). Demikian pula di
Meski di Eropa penambahan luas areal pertanian Indonesia dibentuk AOII (Aliansi Organik
organik terus meningkat dari rata-rata dibawah 1 Indonesia). Bertujuan mendorong terintegrasinya
% (dari total lahan pertanian organik) tahun prinsip dan praktek pertanian organik dan fair
1987, menjadi 2 – 7% di Austria mencapai 10-12 trade di Indonesia. Untuk itu, Aliansi Organik
%, meskipun begitu tetap belum mampu Indonesia (AOI) memiliki tiga program utama,
memenuhi permintaan (Jolly, 2000; dan Winarno yaitu : (1) penguatan kelembagaan dan mutu
dkk. dalam Sudiarso, 2010). Untuk Indonesia produksi kelompok petani kecil untuk
lahan pertanian organik sekitar 225.062,65 Ha mendapatkan akses pasar yang lebih baik, (2)
(SPOI, 2011). Dengan demikian konsumsi memajukan gerakan pertanian organis dan fair-
makanan organik menjadi trend yang popular di trade di Indonesia, (3) pengembangan jasa
USA dan di beberapa Negara Eropa( Lockie,2006 layanan mandiri di sektor pertanian organis dan
dalam Poulston dan Kwong Yiu,2011). Demikian fair-trade (Statistik Pertanian Organik Indonesia
pula di Indonesia ditengarahi kebutuhan akan (SPOI), 2009).
hasil pertanian organik meningkat pula (KPO Banyaknya perkumpulan masyarakat
Indonesia,2008). Hal ini mendorong munculnya organik, menunjukkan manfaat organik bagi
outlet dan restaurant organik. lingkungan dan ekonomi masyarakat (rumah
Di Indonesia makanan organik(organic tangga petani). Demikian pula di Bangladesh,
food) mulai dikenal di kota-kota besar seperti untuk mengatasi tantangan bagi petani individu
Jakarta, Bandung dan Surabaya. Keadaan dalam mencapai hal ini, diusulkan model
tersebut sejalan dengan tumbuhnya kesadaran koperasi. Model ini akan memudahkan sektor
masyarakat walaupun harga mahal. Kondisi ini tersebut memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
disebabkan masih terbatas macam dan ragam mengenai produksi dan pemasaran makanan
produk organik di pasaran. Sedangkan untuk organik, baik pasar ekspor dan domestik, serta
restourant juga tidak sepenuhnya dapat dapat menjamin premi ekstra bagi petani miskin
menyajikan makanan organik secara sepenuhnya Bangladesh. Telah dianjurkan bahwa agen yang
(100 %), namun setidaknya mencapai 75 %. terkait, melalui penelitian dan percobaan skala
Harapannya konsep bisnis tidak hanya kecil, menempuh langkah yang diperlukan untuk
berorientasi pada profit(keuntungan) semata, memudahkan perluasan pertanian organik yang
tetapi juga motivasi sosial dan lingkungan. Tetapi cepat di Bangladesh, dan dengan demikian secara
kenyataannya restourant organik secara prinsip signifikan dapat mengurangi kemiskinan (Sarker
lebih mengutamakan profit dibanding prinsip dan Itohara, 2008).
lingkungan(organik) (Poulston dan Kwong Penelitian ini tentang penjajagan pasar produk
Yiu,2011). Pada dasarnya produk pertanian organik, berdasarkan preferensi konsumen dan
organik memberikan peluang bagi petani yang produsen. Informasi jumlah pedagang produk
belum melakukan pertanian secara organik. organik di Indonesia pada tahun 2009, sebanyak
Namun terdapat tantangan, karena pertanian 49. Paling banyak berasal dari DKI Jakarta
organik mempunyai persyaratan khusus sebanyak 22, Bogor 7, Bandung 1, Yogyakarta 7,
mengenai safety, sesuai dengan empat(4) prinsip Surabaya dan Malang 7, Kalimantan Barat 2,
(kesehatan,ekologi, keadilan, perlindungan) Sumatera 4. Sedangkan jumlah produsen organik
pertanian organik (IFOAM, 2005 dalam Padel et segar sebanyak 60. Kemudian produsen pangan
al., 2009 dan Saragih, 2010). Oleh karena itu organik olahan sebanyak 5. Untuk eksportir
diperlukan dukungan pemerintah yang organik sebanyak 9 perusahaan. Adapun
mempunyai wewenang. Jika tidak produsen pestisida organik 6 perusahaan.

2
Preferensi Konsumen dan Produsen Produk Organik di Indonesia (Muljaningsih, S. )

Selanjutnya produsen pupuk dan sarana meliputi: produk, selera, kesediaan membayar
pertanian organik sebanyak 34 dan lembaga (WTP), harga. Komponen social adalah : usia,
sertifikasi internasional yang beroperasi di pendidikan(sekolah), kesehatan, nilai ‘prestise’
Indonesia 7 perusahaan (SPOI ,2009). dan komponen lingkungan, mengenai
pengetahuan kategori produk ramah lingkungan.
METODE PENELITIAN Pertanyaan untuk konsumen dan produsen
Respondent hampir sama hanya terdapat perbedaan sedikit.
Respondent terdiri dari konsumen dan Untuk konsumen menanyakan harga dan WTP.
produsen produk organik di peroleh dari Bagi produsen ditanyakan biaya produksi.
pertemuan Aliansi Organik Indonesia (AOI), yang Metode analisis
diselenggarakan di Bogor Jawa Barat dan Metode analisis yang di gunakan adalah
Denpasar Bali, serta pameran organik pada event analisis faktor dengan SPSS. Analysis factor
tertentu di Malang Jawa Timur. Jumlah sample adalah teknik yang diperuntukan di dalam
untuk konsumen sebanyak 63 dan produsen 21. identifikasi variable atau factor yang mempunyai
Produk organik yang di tawarkan kepada hubungan tertentu dalam sekelompok variable
konsumen adalah di bawah PAMOR (Paguyuban dengan karakteristik sama (Komputindo, 2011).
Masyarakat Organik) Jawa Timur sebagai Adapun teori analisis faktor adalah salah satu
pemasar. Sedangkan produsen adalah peserta analisis multivariat yang merupakan metode
pameran sebagai anggota AOI. Perlu diketahui ilmiah untuk menganalisis data. Adapun data
rata-rata ketika pameran hanya sekitar 10 stand. yang dianalisis dapat bervariasi dalam arti
Dalam 1 stand bisa terdiri dari beberapa random. Analisis faktor memusatkan perhatian
produsen organik di Indonesia. pada fenomena yang bervariasi satu sama lain
Lokasi pameran di Bogor berada di secara seragam. Selain itu analisis faktor dapat
kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) mentransformasikan data ke dalam bentuk yang
Baranangsiang. Sedangkan di Bali di Hotel Inna diperlukan untuk memenuhi asumsi-asumsi,
Syndu Beach, Sanur. Adapun di Malang berada di teknik-teknik yang lain. Analisis faktor dapat
berbagai Kampus seperti Universitas Brawijaya mengetahui variabel yang paling dominan dalam
dan Universitas Widya Gama. Berarti terjaring menentukan komponen yang diteliti (Dillon dan
konsumen di lingkungan kampus dan hotel, hal Goldstein,1984; Supranto, 2004).
ini di anggap mewakili karena secara umum
produk organik masih relatif mahal jika di HASIL DAN PEMBAHASAN
banding produk non-organik. Dengan demikian Profil respondent
asumsinya konsumen adalah orang yang bersedia Berdasarkan hasil koleksi data primer
membayar produk organik,yaitu orang yang untuk konsumen yang menjadi respondent rata-
berpenghasilan menengah ke atas. Produsen rata pada usia 37 tahun dari usia termuda 21
produk organik yang menjadi sample mayoritas tahun dan tertua 60 tahun, dengan tingkat
telah mendapat pembinaan dari anggota AOI. pendidikan rata-rata S1 dan S2. Sedangkan untuk
Ketika ada acara pameran mereka di undang produsen usia rata-rata 35 tahun dari usia
untuk berpartisipasi. termuda 23 tahun dan usia tertua 49 tahun,
Metode sampling dengan tingkat pendidikan S1. Lokasi kegiatan
Penentuan sample menggunakan metode mayoritas di sekitar kampus dan hotel
incidental sampling, yaitu konsumen siapa yang pengunjung adalah mahasiswa, dosen dan
mengunjungi stand PAMOR Jawa Timur. Untuk karyawan yang masih aktif untuk datang ke lokasi
produsen di datangi ke stand mereka, atau tersebut, namun tidak menutup kemungkinan
produsen yang mengunjungi stand PAMOR Jawa orang datang dari luar area lokasi. Untuk lokasi di
Timur. Sedang metode pengambilan data melalui Bogor yang datang adalah warga Jabodetabek (
wawancara dengan alat bantu kuisioner secara Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi). Sedangkan lokasi
terbuka dan terstruktur dalam daftar pertanyaan di Denpasar lebih beragam, selain dari wilayah
menggunakan skala Likert 5 jenjang dari sangat Bali, juga ada dari Bangka Belitung (Sumatera),
setuju sampai sangat tidak setuju. Daftar Kalimantan Selatan, Palu (Sulawesi Tengah). Di
pertanyaan untuk konsumen terdiri dari 19 item lokasi Malang berasal dari Malang Raya dan
dan untuk produsen terdiri dari 16 item. Secara Pasuruan.
garis besar meliputi komponen ekonomi

3
Preferensi Konsumen dan Produsen Produk Organik di Indonesia (Muljaningsih, S. )

Tabel 1. Analisis Faktor Preferensi Konsumen Produk Organik di Indonesia 2010


Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4
Konsumsi Beras Manfaat kesehatan Usia ( - ) Pendidikan/ Sekolah ( - )
Konsumsi Sayur Selera untuk biscuit Harga relatif mahal Selera makanan krupuk
Konsumsi Buah Selera makanan non MSG Mempunyai nilai
‘prestise’
Selera beras,sayur, buah Bersedia membayar
organik lebih enak. (menjadi konsumen tetap )

Preferensi konsumen urutan tinggi, dari beras, sayur, buah.


Hasil analisis preferensi konsumen dari 16 Pembahasan umum
variabel mengalami rotasi menjadi 13 variabel. Pendapat konsumen
Adapun variable tersebut terkelompokkan Berdasarkan hasil kuisioner terbuka pendapat
menjadi 4 faktor yang di tunjukkan pada Tabel 1. konsumen terhadap preferensi konsumsi produk
Tabel 1 menyatakan preferensi konsumen organik baik segar maupun olahan,
paling dominan adalah untuk produk organik mengharapkan harga terjangkau bagi golongan
beras,sayur dan buah. Pilihan tersebut sesuai ekonomi menengah ke bawah. Selain itu
selera konsumen. Dengan demikian factor 1 menyarankan memperluas pasar sehingga
disimpulkan sebagai kebutuhan utama yaitu barang mudah di dapat dan hendaknya membuat
bahan pangan. Sedangkan factor 2 menunjukkan sosialisasi atau promosi supaya di kenal oleh
preferensi konsumen bersedia membayar (WTP) masyarakat luas. Hampir semua respondent
untuk selera biscuit dan makanan non SMG yang menyetujui produk organik baik untuk kesehatan.
memberikan manfaat kesehatan. Maka factor 2 Pendapat produsen
disimpulkan berdasarkan nilai yang menonjol Berdasarkan hasil kuisioner terbuka
adalah selera. Selanjutnya factor 3 , nilai yang pendapat produsen terhadap preferensi produksi
menonjol adalah nilai ‘prestise’, berarti produk organik baik segar maupun olahan,
preferensi konsumen terhadap produk organik mengharapkan adanya kemudahan untuk
menganggap produk yang mewah karena harga sertifikasi yang dapat memperluas pasar. Hal ini
relatif mahal dan mempunyai korelasi negatif tercermin dari ungkapan produsen produk
untuk usia respondent dengan preferensi produk organik olahan kripik mengatakan : terdapat
organik berdasar kriteria tersebut. Kemudian kendala pemasaran, karena harga tinggi dan
factor 4 nilai yang tinggi adalah pasar terbatas dan tanggapan terhadap sikap
pendidikan/sekolah meskipun berkorelasi negatif petani berorientasi ekonomi bukan pada
terhadap preferensi pada selera makanan pertanian berkelanjutan. Petani mengharap ada
krupuk. standarisasi yang jelas dan menghimbau produk
organik jangan di pandang sebagai barang yang
Tabel 2. Analisis Faktor Preferensi Produsen Produk
Organik di Indonesia 2010 exclusive, melainkan dapat di jadikan missal,
Faktor 1 Faktor 2 namun tetap memperhatikan kualitas,
Manfaat kesehatan ( - ) Usaha tani beras kontinuitas, keragaman produk dan penjaminan
Produksi biscuit Usaha tani sayur dengan trust dan dukungan pemerintah. Para
Produksi bakso Usaha tani buah
produsen olahan mengusulkan lebih gencar
Produksi corn chip (chiki)
dilakukan sosialisasi kepada petani akan manfaat
produk organik, sehingga bahan baku produk
Preferensi produsen olahan organik tersedia dan lancar. Selain itu
Hasil analisis preferensi produsen dari 13 disarankan pula adanya penyuluhan dan promosi
variabel mengalami rotasi menjadi 7 variabel. di massmedia secara kontinyu dan lebih bagus.
Adapun variable tersebut terkelompokkan
menjadi 2 faktor yang ditunjukkan pada Tabel 2. KESIMPULAN
Hasil analisis preferensi produsen yang dominan Pergerakan produk organik dari hulu
pada factor 1, berdasar nilai paling tinggi adalah hingga hilir berjalan lambat. Preferensi
produksi bakso, biscuit, corn chip (chiki). konsumen dan produsen didominasi oleh faktor
Sedangkan manfaat kesehatan bagi produsen ekonomi dan faktor sosial. Variable usia dan
menunjukkan korelasi negatif. Berarti factor 1 pendidikan berkorelasi negative dengan
merupakan komponen produk olahan organik. preferensi konsumen. Sedangkan bagi preferensi
Kemudian factor 2 adalah komponen usaha tani produsen ternyata variable kesehatan
yang menjadi preferensi produsen dengan nilai mempunyai korelasi negatif.

4
Preferensi Konsumen dan Produsen Produk Organik di Indonesia (Muljaningsih, S. )

DAFTAR PUSTAKA Wahana Komputer. 2001. Mengolah Data


Aliansi Organis Indonesia (AOI). 2010. Statistik Statistik Penelitian dengan SPSS 18, PT Elex
Pertanian Organik Indonesia 2009, Pustaka Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
AOI, Bogor.
Dillon, W. dan M. Goldstein. 1984. Multivariate
Analysis ,Methods and Applications,John
Wiley & Sons,Inc. USA
OKPO. 2007. Departemen Pertanian, Pedoman
Umum Pnerapan Jaminan Mutu
Pengolahan Pangan Organik.
Padel S., H.Rocklinsberg dan O.Schmid. 2009. The
implementation of organic principles and
values in the European Regulation for
organic food, Food Policy34(2009)245-
251(journal
homepage:www.elsevier.com/locate/foodp
ol.
Paull, J. 2009. The Living Soil Association :
Pioneering Organic Farming and Innovating
Social Inclusion, Journal of Organic
System.Vol.4 No.1 ( www.orgnic-system.org
) Australasian & Pacific Region.
POM dan WHO. 2004. Laporan Lokakarya Jejaring
Intelijen Pangan, Jakarta.
Poulston, J. dan A.Y.Kwong Yiu. 2011. Profit or
Principles : Why do restaurant serve organic
food ?, International Journal of Hospitality
Management 30(2011)184-191straint, and
Interventions, Elsevier Ltd.
Saragih, S. 2010. Pertanian ORGANIK, Solusi
Hidup Harmoni dan Berkelanjutan,
Swadaya, Jakarta.
Sarker, Md. Asaduzzaman dan I. Yoshihito. 2008.
Organic and Poverty Elimination : A
suggested Model For Bangladesh, Journal of
Organic System-Vol.3 No.1, ( www.orgnic-
system.org ) Australasian & Pacific Region.
Sudiarso. 2010. Strategi Pengembangan Sistem
Pertanian Organik Untuk Mengantarkan
Indonesia Sebagai Produsen Pangan Organik
Terkemuka, Pidato Pengukuhan, UB
Malang.
Sudjais. 2005. Menghantarkan Indonesia Menjadi
Produsen Organik Terkemuka, Proceeding
Workshop MAPORINA, Jakarta.
Supranto. 2004. Analisis Multivariat, Arti dan
Interpretasi,Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai