Anda di halaman 1dari 27

Referat

Luka Bakar Emergensi

Oleh:

Nurul Yuli Permata Sari, S.Ked 04084821820046


Beverly Ann D Silva, S.Ked 04084841820005

Pembimbing:

dr. Iqmal Perlianta, Sp.BP-RE

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat

LUKA BAKAR EMERGENSI

Oleh:

Nurul Yuli Permata Sari, S.Ked 04084821820046


Beverly Ann D Silva, S.Ked 04084841820005

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 29 Juli s.d. 4
Oktober 2019.

Palembang, Agustus 2019

dr. Iqmal Perlianta, Sp.BP-RE

2
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................24

3iii
BAB I
PENDAHULUAN

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja.
Baik itu dirumah, tempat kerja, bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain.
Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap
panas bahkan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar adalah masalah kesehatan publik yang menyebabkan kematian
hingga 195.000 jiwa. Sebagian besar korban luka bakar terbanyak di Negara dengan
sosioekonomi menengah kebawah terutama bagian Asia. Di Negara berkembang,
kematian akibat luka bakar telah mengalami penurunan dan kematian anak akibat
luka bakar mengalami penurunan sebanyak 7 kali daripada Negara yang sedang
berkembang.
Wanita mengalami luka bakar lebih banyak daripada pria. Wanita di Asia
Tenggara mengalami luka bakar lebih sering 27% daripada Negara lainnya dan 70%
lebih banyak daripada wilayah sekitarnya. Frekuensi tersebut kebanyakan
disebabkan oleh ledakan kompor gas. Selain wanita, anak anak sering mengalami
luka bakar. Anak-anak usia 1-9 tahun memiliki resiko tinggi terkena luka bakar.
Faktor resiko lainnya adalah tingginya pajanan terhadap api, wilayah padat
penduduk, merokok, pemakaian cairan kimia, pemakaian kompor gas dan alat-alat
listrik yang tidak benar.
Dua puluh tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar
mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini orang
dewasa dengan luka bakar seluas 75% mempunyai kesempatan untuk hidup 50%
dan ini bukan hal yang luar biasa jika pasien mendapatkan perawatan yang serius
di unit perawatan khusus luka bakar.1
Pendapat diatas tidak akan terwujud tanpa adanya penanganan yang cepat
dan tepat terhadap luka bakar untuk mencegah komplikasinya. Penanganan pada
luka bakar tergantung pada usia, keadaan, letak dan luasnya luka bakar. Diperlukan
penanganan intensif yang mengacu pada fisiologi cairan dan elektrolit, pencegahan
infeksi, pemeliharaan nutrisi, perawatan terhadap luka bakar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energidari
suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh
hantaran/radiasi electromagnet.2 Luka bakar adalah rusak atau hilangnya
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di
tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan
kimia, serta sengatan matahari (sunburn).3 Luka bakar adalah luka yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listik dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan
jaringan yang mengenai lapisan epidermis, dermis, dan lemak.4

2.2 Etiologi
Luka bakar dapat terjadi akibat beberapa macam penyebab.6 Yang
termasuk dari penyebab luka bakar adalah api, cairan panas, kontak dengan
benda padat yang panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.8
2.2.1 Luka bakar akibat api
Luka bakar api dibagi menjadi dua bagian, luka bakar api ledakan
dan luka bakar api bukan ledakan.8 Api yang menyala merupakan penyebab
tersering dari luka bakar, biasanya berasal dari api rumah, api unggun, dan
pembakaran daun atau sampah.6 Ledakan api juga merupakan sumber yang
cukup umum dan biasanya berasal dari hasil pembakaran propana atau
bensin.6 Luka bakar akibat api merupakan penyebab tersering kematian
akibat luka bakar, sementara luka bakar akibat cairan panas merupakan
penyebab tersering kedua.8 Pada luka bakar akibat api, jika pakaian pasien
ikut terbakar, biasanya luka bakar yang terjadi adalah dengan ketebalan
yang penuh.6 Luka bakar akibat api ledakan biasanya melukai kulit yang
terlihat (paling sering wajah dan ekstremitas) dan biasanya mengakibatkan
luka bakar ketebalan parsial.6
3
2.2.2 Luka bakar akibat cairan panas
Luka bakar akibat cairan panas merupakan etiologi tersering dari
luka bakar pada populasi sipil.6 Luka bakar akibat cairan panas dibagi
menjadi tiga, yaitu akibat cairan kental yang panas, akibat cairan encer yang
panas, serta akibat uap panas, dan luka bakar akibat cairan encer yang panas
yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu akibat tumpahan cairan panas dan akibat
tercelupnya ke dalam cairan yang panas.8 Kedalaman dari luka bakar akibat
cairan panas tergantung dari temperatur dari cairan, durasi kontak cairan
panas dengan kulit, dan viskositas cairan (biasanya terjadi kontak yang lebih
lama pada cairan yang lebih kental).6,9 Hal ini penting untuk diperhatikan
pada penderita yang sangat muda atau sangat tua dimana dermis yang ada
lebih tipis dari biasanya.9 Jika diterapkan untuk waktu yang cukup lama, air
pada suhu 45 C akan menyebabkan kerusakan ketebalan penuh. Hal ini
sering menjadi mekanisme luka bakar tragis di masa kanak-kanak.9
2.2.3 Luka bakar akibat kontak dengan benda padat yang panas
Luka bakar kontak terjadi dari kontak dengan tungku api, logam
panas, plastik, atau batu bara.6 Luka bakar kontak biasanya dalam tapi
luasnya terbatas sesuai ukuran benda solid tersebut.6
2.2.4 Luka bakar kimia
Luka bakar kimia biasanya terjadi akibat kecelakaan dalam industri
tetapi dapat juga disebabkan oleh produk kimia sehari-hari di rumah.
Tingkat keparahan tergantung pada agen penyebab, konsentrasi dan
kuantitas, serta durasi kontak. Luka bakar kimia cenderung dalam karena
sifat korosifnya yang terus bekerja sampai bahan kimia tersebut sepenuhnya
ditiadakan. Bahan kimia yang bersifat basa lebih buruk daripada asam.
Asam hidrofluorida secara luas digunakan dalam pembuatan kaca dan
konstruksi papan sirkuit dan merupakan penyebab umum dari luka bakar
kimia industri. Bahan kimia tersebut harus dinetralkan dengan bahan topikal
atau suntikan lokal kalsium glukonat untuk mencegah proses pembakaran
yang berkelanjutan. Manajemen awal luka bakar kimia hampir sama untuk
semua agen, yaitu melepas semua pakaian yang terkontaminasi bahan kimia
dan mengencerkan atau mencuci bahan kimia dengan mengairi daerah yang

4
terkena bahan kimia dengan seksama, biasanya dengan menyiramkan air ke
pasien.6
2.2.5 Luka bakar listrik
Luka bakar listrik disebabkan oleh konversi energi listrik menjadi
panas, dan listrik bertanggung jawab untuk sekitar 3% dari penerimaan
korban ke unit luka bakar.9 Tingginya tegangan listrik adalah kunci penentu
beratnya kondisi penderita. Tegangan yang rendah hanya menyebabkan
luka bakar kontak kecil yang dalam baik di lokasi keluar maupun di lokasi
masuknya listrik.9 Cedera tegangan tinggi terjadi pada tegangan lebih dari
1000 V dan jumlah ini menyebabkan banyak jaringan lunak dan jaringan
tulang yang nekrosis serta dapat menyebabkan penderita harus kehilangan
tungkai kakinya.9 Kerusakan otot yang terjadi dapat menimbulkan
rhabdomyolysis dan gagal ginjal.9 Kontak dengan tegangan listrik lebih dari
70 000 V selalu fatal.6 Perluasan dari pembakaran berbanding lurus dengan
hambatan listrik dari jaringan tempat listrik ditransmisikan. Tulang
memiliki resistensi tertinggi, jika arus melewati tungkai kaki, tulang
menjadi panas dan otot di sekitar tulang tersebut menjadi rusak. Fasiotomi
kemungkinan akan menjadi suatu hal yang diperlukan untuk mencegah
kompartemen otot. Pembuluh darah juga dapat mengalami kerusakan pada
hingga bagian tunika intima dan mengalami trombosis. Nekrosis jaringan
dalam mungkin tidak dapat terlihat jelas dari penampilan klinis sampai
beberapa hari setelah luka bakar listrik terjadi dan perluasan kerusakan
seringkali jauh lebih besar dari yang diperkirakan.6
2.2.6 Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi dapat disebabkan oleh sinar matahari.Sering
berhubungan dengan pekerjaan, seperti nelayan dan peselancar, serta
aktivitas seperti berjemur di bawah sinar matahari langsung tanpa pelindung
kulit yang mengandung spf.8

5
2.3 Klasifikasi luka bakar
2.3.1 Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman
2.3.1.1 Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, ada nyeri ringan karena ujung ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari.5

Gambar 1. Luka bakar derajat I

2.3.1.2 Luka bakar derajat II


Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar
luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal.3
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
 Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan 17 mungkin
terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
 Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.

6
 Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
 Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang
dari 3 minggu.5

Gambar 2. Luka bakar derajat II-a superficial

2) Derajat II dalam (Deep)


 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
 Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay
darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
 Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu.5

7
Gambar 3Luka bakar derajat II-b dalam

2.3.1.3 Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan lebih dalam, tidak
dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat.
Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi, oleh karena ujung ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau
kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.3

Gambar 4. Luka bakar derajat III

8
2.3.1.4 Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami
kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat,
terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada
epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori
karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian.
penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa
luka.3

Gambar 5. Luka bakar derajat IV

2.3.2 Berat dan luas luka bakar


Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya
trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan
suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan
cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan
mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
9
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka
bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas
telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar
hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasaPada dewasa digunakan rumus 9,
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,
serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang
terbakar pada orang dewasa.

Gambar 6. Wallace Rule of Nine

10
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Gambar 7. Wallace rule of Nine pada anak dan dewasa

 Metode Lund dan Browder7


Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh
di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan
dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.
Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai
dewasa.

11
Gambar 8 Lund and Browder chart illustrating the method for calculating
the percentage of body surface area affected by burns in children.

2.3.3 Pembagian luka bakar10


2.3.3.1 Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

12
2.3.3.2 Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

2.3.3.3 Luka bakar ringan


a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum

2.4 Patofisiologi luka bakar


Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 44C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas
(Sabiston,1995). Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah; dalam hal ini bukan hanya
cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif
dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan
jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume
cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini
dikenal dengan sebutan syok.3
Luka bakar secara klasik dibagi atas derajat I, II, dan III.
Penggunaan sistem klasifikasi ini dapat memberikan gambaran klinik
tentang apakah luka dapat sembuh secara spontan ataukah membutuhkan

13
cangkokan. Kedalaman luka tidak hanya bergantung pada tipe agen bakar
dan saat kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan kulit di daerah luka.14

Gambar 9. Patofisiologi luka bakar

14
2.5 Fase pada luka bakar12
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka
bakar, yaitu:
2.5.1 Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi
pada saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan
adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan
gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia.
2.5.2 Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction
Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau
perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang
bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)
2.5.3 Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya
maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar
seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat
kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat
dan berlangsung lama

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Penatalaksanaan Konservatif
2.6.1.1 Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari
untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api
karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop),
jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila
memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk
memadamkan apinya. Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia

15
atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin.
Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan
menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar.
Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban, Beri
pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20C
selama 15-20 menit segera setelah terjadinya luka bakar.
Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka
karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara
luar dan menyebabkan dehidrasi.
Kaji kesadaran, keadaan umum dan tanda vital, luas dan kedalaman
luka bakar serta cedera lain yang menyertai luka bakar. Segera bawa korban
ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
2.6.1.2 Hospital
A) Resusitasi A, B, C, D, E, F13
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus
dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
1) Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam. Tindakan yang dilakukan untuk pembebasan
airway adalah :
a. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
b. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi.
Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal volume,
lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat
berbicara jika dibanding dengan intubasi.

16
2) Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-
trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
a. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi
jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam
pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress
oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat
vasodilator dan modulator sepsis.
3) Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas dan perdarahan. Manajemen cairan pada pasien
luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula
Baxter dan Evans
4) Disability
Periksa status neurologis dan kecacatan dari pasien luka bakar
5) Exposure
Kontrol paparan dan lingkungan pasien luka bakar terutama luka bakar berat
atau major burn. Pakaian yang menempel pada pasien dibersihkan dan
pasien diisolasi dalam keadaan ruangan steril.
6) Fluid Resucitation
Luas luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi cairan. Tujuan resuscitasi cairan adalah untuk mempertahankan
perfusi organ vital serta menghindari komplikasi terapi yang tidak adekuat
atau berlebihan.
1. Resusitasi Cairan11
 Cara Evans
Hari I :
a. luas luka (%) x BB - NaCl/24jam

17
b. luas luka (%) x BB - plasma/24jam
c. 2000cc dextrosa 5%/24jam
8 jam I : ½ (1+2+3)
16 jam II : ½ (1+2+3)
Hari II :
½ jumlah cairan hari I (dibagi 24 jam )
 Cara Baxter (Parkland)
Hari I :
Luas luka (%) x BB x 4cc - RL/24jam
Hari II :
a. Luas luka (%) x BB x 0,5cc - plasma/24jam
b. dextrose 5 %
o Resusitasi cairan pada anak (<30kg)
Hari I :
(Luas luka (%) xBB x4cc) + kebutuhan maintenance - RL/24
jam
Kebutuhan maintenance :
10 kg I : 100cc/kgBB/24jam
10 kg II : 50 cc/kgBB/ 24jam
10 kg III : 20 cc/kgBB/24jam
 8 jam I : ½
 16 jam II : ½
Hari II :
 ½ jumlah cairan hari I (dibagi 24jam)
2. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara
enteral sebaiknya dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu
dipuasakan. Bila pasien tidak sadar maka pemberian nutrisi
dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang
diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal
ini dapat meningkatkan fngsi kekebalan tubuh dan mencegah

18
terjadinya atrofi vili usu. Dengan demikian diharapkan
pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah
terjadinya SIRS dan MODS.
Menghitng kebutuhan kalori yang tepat dari pasien
luka bakar merupakan suatu hal yang menantang. Rumus
yang biasa digunakan pada pasien tanpa luka bakar adalah
persamaan Harris-Benedict, yang menghitung kebutuhan
kalori dengan menggunakan faktor-faktor seperti jenis
kelamin, usia, tinggi badan dan berat. Formula ini
menggunakan faktor aktivitas untuk cedera tertentu, dan
untuk luka bakar pengeluaran energi basal dikalikan dua.
Persamaan Harris-Benedict mungkin tidak akurat pada luka
bakar kurang dari 40% LPTT, dan pada pasien ini, rumus
Curreri mungkin lebih tepat. Formula ini memperkirakan
kebutuhan kalori = 25kkal/ kg per hari + 40 kkal/ %LPTT
per hari.5
3. Pemasangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi
urine setiap jam. Output urine merupakan indikator yang reliable
untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.

19
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:
1. Burn shock (shock hipovolemik)
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka
bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2. Trauma Inhalasi
Indikasi pasien dengan cedera inhalasi yang kemungkinan akan
membutuhkan intubasi endotrakeal dan ventilasi adalah sebagai berikut:
 Sebuah riwayat luka bakar atau luka bakar api dalam ruang tertutup
 Stridor, takipnea atau dispnea

20
 Rambut hidung hangus
 Ketebalan penuh atau luka bakar kulit dalam ke wajah, leher atau
bagian atas tubuh
 Perubahan suara dengan suara serak atau batuk yang keras
 Eritema atau pembengkakan orofaring pada pemeriksaan langsung
3. Sepsis
Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah
terinfeksi. Jika infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat
mengakibatkan sepsis.
4. SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) & MODF (Multi
Organ Disfunction Failure)
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka
mortalitas pada pasien luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam
penelitian dilaporkan SIRS dan MODS keduanya menjadi penyebab 81%
kematian pasca trauma; dan dapat dibuktikan pula bahwa SIRS sendiri
mengantarkan pasien pada MODS.
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbuknya SIRS, yaitu
infection, injury, inflammation, inadequate blood flow, dan ischemia-
reperfusion injury. Kriteria klinik yang digunakan, mengikuti hasil
konsensus American College of Chest Phycisians dan The Society of
Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila dijumpai 2 atau lebih
manifestasi berikut selama beberapa hari, yaitu:
a. Hipertermia (suhu>38C) atau hipotermia (suhu < 36C)
b. Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
c. Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial
CO2 rendah (PaCO2 < 32 mmHg)
d. Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (<
4000 sel/mm3) atau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk
imatur (band).
5. Eschar
Eschar pada kulit diakibatkan koagulasi protein yang menyebabkan stress
atau penarikan pada jaringan kulit dan dibawahnya. Eschar pada jaringan

21
ekstremitas yang cukup luas dapat menyebabkan hipertensi hingga
terhentinya aliran darah, sedangkan yang terjadi pada regio thoraks dan
abdomen dapat menyebabkan kesulitan bernafas akibat terbatasnya
pergerakan dinding dada.
Eschar pada regio thoraks membutuhkan tinda.kan bedah yaitu escharotomi
untuk membebaskan pergerakan dinding dada. Sedangkan eschar pada
tungkai diperlukan untuk melancarkan sirkulasi dan memperbaiki perfusi
jaringan.
6. Curling’s Ulcer
7. Syndrom kompartemen
8. Ileus paralitik
9. Gagal jantung akut
10. Defisit kalori protein

2.7 Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam
dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Penyulit
juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar
antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.

22
BAB III
KESIMPULAN

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengakibatkan
kerusakan atau kehilangan jaringan yang mengenai lapisan epidermis, dermis dan
lemak. Beberapa penyebab terjadinya luka bakar yaitu: Luka bakar suhu tinggi
(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat, Luka bakar bahan kimia (Chemical
Burn), Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn), Luka bakar radiasi (Radiation
Injury). Luka bakar memiliki beberapa klasifikasi yaitu: luka bakar derajat I, II, III,
IV.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Feller I, Jones CA. The National Burn Information Exchange. In: J.A.
Boswick (Ed.), Surgical Clinics of North America, Burns, 67:2. 1987. P187

2. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC.2002

3. Moenadjat Y. Luka Bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2003

4. Sudjatmiko G. Anatomi Kulit, Skin Graft, dan Luka Bakar. In: Petunjuk
Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta: Yayasan Khasanah
Kebajikan. 2007. P2-3, 27-29, 79-87.

5. Brunicardi FC. Burns. In: Schwartz’s Principles of Surgery. Ed 9th. USA:


The McGraw-Hill Companies, Inc. 2010. Chapter 8.

6. Thorne CH. Thermal, Chemical, and Electrical Injuries. In: Grabb &
Smith’s Plastic Surgery. Ed 6th . Philadelphia: Lippincott Williams
&Wilkins. 2007. P132-149

7. Gallagher JJ, Wolf SE, Herndon DN. Burns. In: Townsend: Sabiston
Textbook of Surgery, 18th Ed. Philadelphia: Saunders-Elsivier. Chapter 22.

8. Lee JO, HerndoN DN. Burns and Radiation Injuries. In: Trauma. 6th Ed.
New York: McGraw-Hill. 2008. Chapter 50.

9. Burkitt HG, Quick CRG, Reed JB. Burns. In: Essential Surgery: Problems,
Diagnosis and Management. Ed 4th. New York: Churcill Livingstone.
Chapter 17

24
10. McLatchie G; Borley N, Chikwe J. Burns-Plastic Surgery. Oxford
Handbook of Clinical Surgery. Ed 3rd. Oxford: Oxford University
Press.Chapter 15.

11. Gottschlich MM, Jenkins ME, Mayes T. et al. The 2002 Clinical Research
Award: An Evaluation of the Safety of Early vs. Delayed Enteral Support
and Effects on Clinical Nutritional, And Endocrine Outcomes After Severe
Burns. J Burn Care Rehabilitation 23:401.2002

12. Nerin JPB, Herndon DN. Principles and Practice of Burn Surgery. New
York: Marcel Dekker. 2005

13. Connolly S. Clinical Practice Guildelines: Burn Patient Management: ACI


Statewide Burn Injury Service. New York: Agency for Clinical
Innovation. August 2011
14. Sabiston, D.C.,Jr, M.D. S abiston Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC. P. 364-
384.2004.

25

Anda mungkin juga menyukai