Anda di halaman 1dari 42

STATISTIKA DESKRIPTIF

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Statistik Kesehatan

Dosen Pembimbing :
Asmawati, S. Kp, M. Kep

Disusun oleh:
Kelompok 7 :
Widya Oktari (P0 5120316 041) Yohana Dewi. A (P0 5120316 044)
Winda Aprilia (P0 5120315 042) Yola Anggraeni (P0 5120316 045)
Wisti Agustina (P0 5120316 043) Febiony (P0 5120315 046)
Hefy Nopitaria (P0 5120315 020)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIV KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah
Statistik Kesehatan sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah juga menjadi
salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai nilai tambah.
Kami membuat makalah ini yang berjudul “ Statistika Deskriptif ” berdasarkan
sistematika yang diberikan Dosen Pembimbing dengan menggunakan Buku
Panduan dan dari berbagai literatur sebagai sumber referensi utama.
Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai bekal
untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang nanti akan berguna bagi kami dan
menjadi dasar dari nilai akhir. Oleh karena itu makalah merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi sempurnanya
makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Bengkulu, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ........................................................................................... 3
2.2 Macam-macam Pengumpulan Data ................................................... 3
2.3 Macam-macam Penyajian Data .......................................................... 20
2.4 Mean, Median, Modus untuk Data Berkelompok dan Tidak Berkelompok
.............................................................................................................. 22
2.5 Range, Kuartil, Varians dan Standar Deviasi ...................................... 28
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 37
3.2 Saran .................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan teknik atau cara
pengumpulan data, pengolahan atau analisis data, dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan analisis yang dilakukan. (Susetyo, 2010).
Statistika dikelompokan menjadi dua macam, yaitu statistika deskriptif dan
statistika inferensia. Menurut Ghozali (2001) statistika deskriptif adalah suatu
kumpulan dari metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan
penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna
serta hanya melihat gambaran secara umum dari data yang didapatkan.
Penggunaan statistika saat ini, dapat dikatakan telah menyentuh semua
bidang. Pengetahuan dasar statistika mencangkup statistik dan statistika,
macam-macam data, pengumpulan data, pengatutan pembulatan bilangan, dan
notasi jumlah. Salah satu hal yang dibahas dalam statistika adalah data dan
penyajiannya. Hal yang berhubungan dengan data sering ditemui dalam
kegiatan maupun pekerjaan sehari-hari. Begitu banyaknya data sehingga
terkadang sedikit sulit untuk menghitungnya. Maka, untuk membantu proses
penghitungan diperlukan pengelompokan dan penyajian data secara rinci serta
tepat. Dalam hal ini, data yang baru diperoleh atau data mentah perlu
dilakukan pengolahan. Sementara terkait dengan penyajian data, diperlukan
bentuk tabel maupun grafik sebagai media penyampaian informasi dari data
yang terkait. Dengan bentuk tabel dan grafik sebuah data akan mudah untuk
dipahami dan dimengerti oleh pembaca data. Ada beberapa model penyajian
dalam bentuk table, diantaranya tabel baris-kolom, table kontingensi dan table
distribusi frekuensi. Begitu pun dalam bentuk diagram atau grafik, data yang
disajikan dapat berupa diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran
beserta diagram lambang. Macam-macam bentuk penyajian data ini diciptakan
untuk mempermudah dalam penyajian sebuah data. Hal tersebut bertujuan
agar data yang disajikan dapat akurat, komprehensif dan mudah dipahami.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba mengulas dan membahas

1
secara lebih mendalam terkait penyajian dan pengolahan data melalui makalah
yang berjudul “Statistika Deskriptif”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa
masalahyaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Statistika Deskriptif ?
2. Bagaimana macam-macam pengumpulan data ?
3. Bagaimana macam-macam penyajian data ?
4. Apa itu mean, median, modus untuk data berkelompok dan tidak
berkelompok ?
5. Apa itu range, kuartil, varians, dan standar deviasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan pengertian dari Statistika Deskriptif
2. Untuk menjelaskan macam-macam pengumpulan data
3. Untuk menjelaskan macam-macam penyajian data
4. Untuk menjelaskan tentang mean, median, modus untuk data
berkelompok dan tidak berkelompok
5. Untuk menjelaskan tentang range, kuartil, varians, dan standar deviasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan teknik atau cara
pengumpulan data, pengolahan atau analisis data, dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan analisis yang dilakukan. (Susetyo, 2010).
Menurut Ghozali (2001) statistika deskriptif adalah suatu kumpulan dari
metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu
gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna serta hanya melihat
gambaran secara umum dari data yang didapatkan.

2.2 Macam-macam Pengumpulan Data


A. Pengertian Data
Definisi data secara Etimologis merupakan bentuk jamak dari
datum yang berasal dari Bahasa Latin dan berarti "Sesuatu Yang
Diberikan". Dalam pengertian sehari-hari data dapat berarti Fakta dari
suatu objek yang diamati, yang dapat berupa angka-angka maupun kata-
kata. Sedangkan jika dipandang dari sisi Statistika, maka data merupakan
Fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan penarikan kesimpulan.
(Siswandari, 2009).
Data merupakan Kumpulan fakta yang diperoleh dari suatu
pengukuran. Suatu pengambilan keputusan yang baik merupakan hasil dari
penarikan kesimpulan yang didasarkan pada Data/Fakta yang akurat.
Untuk mendapatkan Data yang akurat diperlukan suatu Alat Ukur atau
yang disebut Instrumen yang baik. Alat Ukur atau Instrumen yang baik
adalah Alat Ukur/Instrumen yang valid dan reliabel. (Amin, dkk., 2009).
Selanjutnya, agar DATA dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan
Baik, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan/hasil pengukuran, harus
ditampilkan dan dilaporkan apa adanya.

3
2. Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan Data harus sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti.
3. Up to Date (Sesuai Perkembangan)
Data tidak boleh usang atau ketinggalan jaman, karena itu harus selalu
menyesuaikan perkembangan.
4. Representatif
Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan dapat
menggambarkan kondisi senyatanya atau mewakili suatu kelompok
tertentu atau populasi.
B. Jenis Data
Menurut Jenisnya, DATA secara umum dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu :
1. Data Kuantitatif
Yaitu Data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau jumlah
dan dapat diukur besar kecilnya serta bersifat obyektif sehingga dapat
ditafsirkan sama oleh orang lain.
2. Data Kualitatif
Yaitu Data yang berhubungan dengan kategorisasi atau karakteristik
dalam bentuk sifat (bukan angka) yang tidak dapat diukur besar
kecilnya.
C. Skala Pengukuran Data
“Skala Pengukuran Data” = “Skala Data” pada dasarnya
dimaksudkan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur agar
tidak terjadi kesalahan dalam menentukan teknik analisis data dan tahapan
penelitian selanjutnya.
Skala pengukuran data merupakan seperangkat aturan yang
diperlukan untuk “mengkuantitatifkan” data dari pengukuran suatu
variabel. Dalam melakukan analisis statistik, perbedaan jenis data sangat
berpengaruh terhadap pemilihan model atau alat uji statistik. Tidak
sembarangan jenis data dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Untuk itu

4
skala pengukuran data (variabel) sangat menentukan dalam uji statistik.
Sedangkan macam-macam skala pengukuran data dapat berupa :
1. Skala Nominal
Adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokan atau
pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi
angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif
melainkan hanya menunjukkan perbedaan kualitatif.
Suryabrata, S (2003) menyebut bahwa skala nominal adalah skala
yang ditetapkan berdasarkan atas proses penggolongan yang bersifat
diskrit dan saling pilah (mutually exclusive). Banyak variabel dalam
penelitian sosial menggunakan skala nominal seperti agama, jenis
kelamin, tempat lahir, asal sekolah, dan sebagainya. Untuk itu skala
nominal mempunyai sifat, yaitu kategori data bersifat mutually
exclusive (saling memisah), dan kategori data tidak mempunyai aturan
yang logis (bisa sembarang).
Skala nominal merupakan skala yang paling sederhana disusun
menurut jenis (katagorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol
untuk membedakan sebuah karakteristik lainnya. Skala nominal
merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala
pengukuran yang ada. Skala nominal hanya bisa membedakan benda
atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarrkan nama
(predikat). Skala pengukuran nominal digunakan untuk
mengklasifikasi objek, individual atau kelompok dalam bentuk
kategori. Pemberian angka atau simbol pada skala nominal tidak
memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidaknya
atribut atau karakteristik pada objek yang diukur.
Misalnya, jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2
untuk perempuan. Angka ini hanya berfungsi sebagai label. Kategori
tanpa memiliki nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa pun. Kita
tidak bisa mengatakan perempuan dua kali dari laki-laki. Kita bisa
saja mengkode laki-laki menjadi 2 dan perempuan dengan kode 1,

5
atau bilangan apapun asal kodenya berbeda antara laki-laki dan
perempuan.
Misalnya lagi untuk agama, kita bisa mengkode 1 = Islam, 2 =
Kristen, 3 = Hindu, 4 = Budha, dst. Kita bisa menukar angka-angka
tersebut, selama suatu karakteristik memiliki angka yang berbeda
dengan karakteristik lainnya. Karena tidak memiliki nilai intrinsik,
maka angka-angka (kode-kode) yang kita berikan tersebut tidak
memiliki sifat sebagaimana bilangan pada umumnya.
Oleh karenanya, pada variabel dengan skala nominal tidak dapat
diterapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik
yang sesuai dengan skala nominal adalah proposisi seperti modus,
distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-
parametrik lainnya. Ciri-ciri skala nominal:
a. Hasil penghitungan tidak dijumpai bilangan pecahan,
b. Angka yang tertera hanya label saja,
c. Tidak mempunyai urutan (ranking),
d. Tidak mempunyai ukuran baru,
e. Tidak mempunyai nol mutlak,
f. Tes statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik.
Contoh skala nominal sebenarnya :
a. Jenis kulit : Hitam Kuning Putih
b. Suku Daerah : Jawa Madura Bugis
c. Agama yang dianut : Islam Kristen Hindu
d. Partai pemenang pemilu : Golkar Demokrat PKB
e. Jenis kelamin : Laki Perempuan
f. Jenis Pekerjaan : PNS Swasta Tani dll
g. Status Perkawinan : Kawin Tidak Kawin
Contoh skala nominal yang tidak sebenarnya
a. Kelulusan : Lulus Tidak Lulus
b. Ijazah yang dipunyai : SD SMP SMA S1 S2 S3
c. Tahun Produksi Kendaraan : 2004 2005 2006 2007

6
d. Aktivitas : Bekerja Menganggur
2. Skala Ordinal
Adalah pengukuran di mana skala yang dipergunakan disusun
berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu sehingga
penyusunannya disusun secara terurut dari yang rendah sampai yang
tinggi menurut suatu ciri tertentu, namun antara urutan (ranking) yang
satu dengan yang lainnya tidak mempunyai jarak yang sama.
Skala ordinal banyak dipergunakan dalam penelitian sosial dan
pendidikan terutama berkaitan dengan pengukuran kepentingan,
persepsi, motivasi serta sikap, apabila mengukur sikap responden
terhadap suatu kebijakan pendidikan, responden dapat diurutkan dari
mulai Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Berpendapat (3), Kurang
Setuju (4), dan Tidak Setuju (5), maka angka-angka tersebut hanya
sekedar menunjukkan urutan responden, bukan nilai untuk variabel
tersebut. Adapun ciri dari skala ordinal adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah,
b. Kategori data mempunyai aturan yang logis,
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya.
Dapat juga dikatakan bahwa skala ordinal merupakan skala yang
didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi
sampai jenjang yang lebih rendah atau sebaliknya. Skala ordinal ini
lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut dengan
skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambing-lambang
bilanganhasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga
menunjukkan urutan atau tingkatan objek yang diukur menurut
karakteristik tertentu.
Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita
beri angka dengan 5 = sangat puas, 4 = puas, 3 = kurang puas, 2 =
tidak puas, dan 1 = sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu
lomba, pemenangnya diberi peringkat 1, 2, 3, dst. Dalam skala
ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin mengganti

7
angka-angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecil
atau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1 = sangat puas, 2 =
tidak puas, 3 = puas, dst. Yang boleh adalah 1 = sangat puas, 2 =
puas, 3 = kurang puas, dst.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal
adalah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi
belum memiliki jarak (selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan
dari tidak puas ke kurang puas. Dengan kata lain juga, walaupun
sangat puas kita beri angka 5 dan sangat tidak puas kita beri angka 1,
kita tidak bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat puas lima
kali lebih tinggi dibandingkan yang sangat tidak puas. Sebagaimana
halnya pada pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak
dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik
yang sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan statistik yang
berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proposisi seperti modus,
distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-
parametik lainnya.
3. Skala Interval
Adalah skala pengukuran di mana jarak satu tingkat dengan tingkat
lainnya sama, oleh karena itu skala interval dapat juga disebut skala
unit yang sama (equal unit scale).
Suryabrata, S (2003) mendefinisikan bahwa skala interval
merupakan skala yang dihasilkan dari proses pengukuran, di mana
dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuan (unit)
pengukuran yang sama. Contoh yang sangat dikenal adalah
temperatur.
Adapun ciri-ciri skala interval adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah,
b. Kategori data bersifat logis,
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya,

8
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan
yangsama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori,
e. Angka nol hanya menggambarkan suatu titik dalam skala (tidak
punya nilai nol absolut).
Dengan demikian skala interval merupakan skala yang
menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan
mempunyai boobot yang sama. Analisis statistik yang digunakan
ialah mempunyai karakteristik uji statistik parametik. Skala interval
mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan
ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya
interval yang tetap. Dengan demikian, skala interval sudah memiliki
nilai intrinsik, sudah memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum
merupakan kelipatan. Pengertian “jarak belum merupakan kelipatan”
ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai
nol mutlak.
Misal pada pengukuran suhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu
daerah A = 10ºC, daerah B = 15ºC dan daerah C = 20ºC. Kita bisa
mengatakan bahwa selisih suhu daerah B 5ºC lebih panas
dibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C dengan daerah B
adalah 5ºC (ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki
jarak tetap). Tetapi, kita bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua
kali lebih panas dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi
kelipatan). Karena dalam derajat Celcius tidak memiliki nol absolut.
(Titik nolnya pada 0C bukan berarti tidak ada suhu sama sekali).
4. Skala Ratio
Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak
dan mempunyai jarak yang sama. Skala interval yang benar-benar
memiliki nilai nol mutlak disebut skala rasio, dengan demikian skala
rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan akurat
(precise). Jika kita memiliki skala rasio, kita dapat menyatakan tidak
hanya jarak yang sama antara satu nilai dengan nilai lainnya dalam
skala, tapi juga tentang jumlah proposional karakteristik yang dimiliki

9
dua objek atau lebih, dan contoh untuk skala ini adalah uang. Adapun
ciri-ciri dari skala rasio adalah:
a. Kategori data bersifat saling memisah,
b. Kategori data mempunyai aturan yang logis,
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya,
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan
yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori,
e. Angka nol menggambarkan suatu titik dalam skala yang
menunjukkan ketiadaan karakteristik (punya nilai nol absolut).
Tes yang digunakan adalah tes statistik parametik. Skala rasio
adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio,
terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal, dan skala interval
ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat adanya nilai nol
bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang
tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh
karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai
perbandingan/rasio. Pengukuranpengukuran dalam skala rasio yang
sering digunakan adalah pengukuran tinggi dan berat.
Misalnya berat benda A adalah 30 kg, sedangkan benda B adalah
60 kg, maka dapat dikatakan bahwa benda B lebih berat dua kali
dibandingkan benda A. Contoh:
a. Umur manusia,
b. Ukuran timbangan,
c. Berat badan,
d. Tinggi pohon,
e. Tinggi badan manusia,
f. Jarak,
g. Panjang barang,
h. Nilai ujian.

10
D. Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data statistik, terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data statistik, antara lain :
1. Mengumpulkan Data selengkap-lengkapnya. (TIDAK sebanyak
banyaknya).
2. Mempertimbangkan ketepatan data, meliputi :
a. Jenis data,
b. Waktu pengumpulan data,
c. Kegunaan data,
d. Relevansi data.
3. Kebenaran Data (data yang dapat dipercaya kebenarannya baik
sumbernya maupun data itu sendiri.
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data adalah Teknik atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sedangkan
instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi lebih mudah
dan sistematis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian akan digunakan
untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan atau masalah yang
telah dirumuskan, dan yang pada akhirnya akan dipergunakan sebagai
dasar dalam pengambilan kesimpulan atau keputusan. Oleh karena itu,
data harus merupakan data yang baik dan benar. agar data yang
dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen atau alat bantu
pengumpulan datanya juga harus baik dan benar.
Tabel Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No. Jenis Metode Jenis Instrumen
1. Angket (Kuesioner) 1. Angket (Kuesioner)
2. Daftar Cocok (Checklist)
3. Skala
2. Wawancara (Interview) 1. Pedoman Wawancara
(Interview Guide)
2. Daftar Cocok (Checklist)

11
3. Pengamatan/Observasi 1. Lembar Pengamatan
2. Panduan Pengamatan
3. Panduan Observasi
4. Daftar Cocok (Checklist)
4. Dokumentasi 1. Daftar Cocok (Checklist)
2. Tabel
F. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen Penelitian
adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola,
dan mengiterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan
dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian dirancang untuk
satu tujuan dan tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan
setiap objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang
sendiri instrumen yang digunakan. Susunan instrument untuk setiap
penelitian tidak selalu sama dengan peneliti lain. Hal ini mengingat tujuan
dan mekanisme kerja dalam setiap teknik penelitian juga berbeda-beda.
Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan
dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis
yang diajukan dalam suatu penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia
dan dapat pula menggunkan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen
yang telah tersedia pada umumnya adalah instrument yang sudah dianggap
baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu. Dengan
demikian,jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data
variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen
tersebut, dengan catatan bahwa teori yang dijadikan landasan penyusunan
instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam penelitian kita.
Selain itu, konstruk variabel yang diukur oleh instrumen tersebut juga
sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam penelitian
kita. Akan tetapi, jika instrumen yang baku belum tersedia untuk
mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti.

12
1. Kegunaan Instrumen Penelitian
a. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden,
b. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara,
c. Sebagai alat evakuasi performa pekerjaan staf peneliti.
2. Penyusunan Instrumen Penelitian
Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa
pendapat, tanggapan ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrumen
penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh
menyimpang dari arah yang akan dicapai oleh usulan proyek
penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis. Dengan demikian
daftar perntanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan strategik
sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh
responden.
Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya,
sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari
responden. Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasi
makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga
isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di samping itu harus pula
diperhatikan ke mana arah yang dicapai, mengingat tanpa arah yang
jelas tidak mungkin dapat disusun suatu daftar pertanyaan yang
memadai.
Dalam menyususn daftar pertanyaan, seorang peneliti hendaknya
mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Apakah Anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup
atau gabungan keduanya.
b. Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada
masalah inti/pokok dalam penelitian Anda. Buatlah pertanyaan
yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek informasi
yang dibutuhkan.
c. Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa
Nasional atau setempat agar mudah dipahami oleh responden.

13
d. Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap
pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna
memudahkan dalam pengolahan informasi
e. Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa Anda
bukanlah seorang introgator, tetapi pihak yang membutuhkan
informasi dari pihak lain.
Untuk itu, dalam menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan
sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota team peneliti.
Keterlibatan semua anggota team peneliti akan memberikan
konstribusi penyempurnaan kontruksi instrumen penelitian. Berikut
adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan :
a. Penentuan informasi yang dibutuhkan,
b. Penentuan proses pengumpulan data,
c. Penyusunan instrumen penelitian,
d. Pengujian instrumen penelitian.
G. Prinsip-prinsip Pemilihan Instrumen Penelitian
1. Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya
tujuan penelitian, sehingga peneliti dapat memilih instrumen yang
dirahapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian.
2. Tujuan penelitian menentukan instrumen apa yang akan digunakan.
3. Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh
instrument yang tersedia, atau digunakan instrumen yang sudah
popular, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan
penelitiannya.
4. Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang
canggih adalah yang terbaik”.
5. Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen,
khususnya bagi peneliti pemula adalah :
a. Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti
terdahulu.

14
b. Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan tiap
instrumen sesuai dengan input yang diperlukan dan output yang
dihasilkan, baru dipilih yang paling sesuai
H. Syarat-syarat Instrumen Penelitian
Ada beberapa kriteria penampilan instrumen yang baik, baik yang
digunakan untuk mengontrol ataupun untuk mengukur variabel, yaitu :
1. Akurasi (accuracy)
a. Akurasi dari suatu instrument pada hakekatnya berkaitan erat
dengan validitas (kesahihan) instrumen tersebut.
b. Apakah instrumen benar-benar dapat mengukur apa yang hendak
diukur.
c. Apakah masukan yang diukur (measured) hanya terdiri dari
masukan yang hendak diukur saja ataukah kemasukan unsur-unsur
lain.
d. Pengontrolan yang ketat terhadap kemurnian masukan ini adalah
sangat penting agar pengaruh luar dapat dieliminasi.
e. Kegagalan pengontrolan ini akan menyebabkan menurunnya
akurasi output atau validitas hasil pengukuran.
f. Validitas tentang apa yang hendak diukur disebut validitas
kualitatif.
g. Instrument dapat mengukur dengan cermat dalam batas yang
hendak diukur, maka validitas yang diperoleh adalah validitas
kuantitatif.
2. Persisi (precision)
a. Persisi instrumen berkaitan erat dengan keterandalan (reliability),
yaitu kemampuan memberikan kesesuaian hasil pada pengulangan
pengukuran.
b. Instrumen mempunyai presisi yang baik jika dapat menjamin
bahwa inputnya sama memberikan output yang selalu sama baik
kapan saja, di mana saja, oleh dan kepada siapa saja instrumen ini
digunakan memberikan hasil konsisten (ajeg).

15
c. Instrumen dengan presisi yang baik belum tentu akurasinya baik
dan sebaliknya.
d. Instrumen yang baik tentu akusari dan presisinya baik.
3. Kepekaan (sensitivity)
a. Penelitian yang ingin mengetahui adanya perubahan harga variabel
tertentu membutuhkan instrumen yang dapat mendeteksi besarnya
perubahan tersebut.
b. Makin kecil perubahan yang terjadi harus makin peka instrumen
yang digunakan.
c. Sebagai ilustrasi :
1) Stopwatch dengan presisi 0,1 detik tidak dapat untuk mengukur
kecepatan gerak refleks.
2) Penggaris dengan presisi 1,1 mm tidak dapat mendeteksi
perubahan panjang ikatan dalam perubahan stuktur molekul.
d. Dalam contoh tersebut kepekaan instrumen tidak memadahi.
e. Kepekaan berkaitan erat dengan validitas kuantitatif.
I. Klasifikasi Instrumen
1. Klasifikasi Berdasarkan Katagori Instrumen
Berdasarkan kategorinya, instrumen penelitian terdiri dari dua
kategori alat atau instrumen (seterusnya disebut instrumen) yang
digunakan dalam penelitian, yaitu :
a. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data
tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.
b. Instrumen yang digunakan untuk mengontrol objek atau proses
penelitian.
Dengan adanya dua jenis instrumen tersebut, maka kondisi objek atau
proses penelitian diukur dalam kondisi yang spesifik dan dapat
diulangi lagi (reproducible).
2. Berdasarkan wujudnya, instrumen penelitian dibedakan atas dua
bentuk, yaitu :
a. Perangkat keras (hardware)

16
Dalam penelitian instrumen penelitian dibedakan atas
perangkat keras misalnya : spektofometer, stetoskop, thermometer,
dsb.
b. Perangkat lunak (software)
Perangkat lunak digunakan untuk memperoleh informasi
atau respon dari subyek baik langsung maupun tidak langsung.
Dengan perangkat lunak akan dapat dilakukan pengukuran tentang:
1) Informasi lansung dari objek.
2) Mengevaluasi objek atau tindakan objek oleh pengamat.
3) Mengukur langsung kemampuan dan pengetahuan objek.
4) Mengukur secara tidak langsung tentang kepercayaan, sikap
atau perilaku objek.
Adapun yang termasuk dalam kategori perangkat lunak misalnya :
kuesioner, ceklist, rating scale, ujian tertulis, wawancara dan lain-
lainnya.
J. Prinsip Pengukuran dengan Instrumen
Dalam peneliatian diperlukan pengumpulan data dari variabel
penelitiannya memulai proses pengukuran. Pengukuran suatu variabel
pada dasarnya adalah penerapan suatu fungsi matematik yang
korespondensi. Dalam proses pengukuran diperlukan tiga unsur, yaitu :
1. Himpunan objek yang diukur,
2. Himpunan angka dalam instrumen, dan
3. Pemetaan sebagai kriteria hasil pengukuran.
Sebagai contoh : akan dilakukan pengukuran pendapat sekelompok
responden terhadap penampilan produk X.
1. Himpunan responden yang akan diukur pendapatnya adalah : si A, B,
C, D dan seterusnya.
2. Himpunan angka dalam instrumen : 1, 2 dan 3.
3. Pemetaannya adalah :
a. Jika responden mengatakan baik, penampilan produk diberi angka
skor 3,
b. Jika responden menyatakan cukup baik diberi angka skor 2,

17
c. Jika responden menyatakan buruk diberi angka skor 1.
K. Jenis Instrumen Penelitian
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Merupakan prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas
yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok
untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik dalam bentuk tertulis,
lisan maupun perbuatan. Secara khusus untuk keperluan pengukuran
dan penyesuaian dengan jenis instrumen, maka variabel-variabel yang
akan diukur atau diteliti dibedakan atas dua kelompok yaitu variabel
konseptual dan variabel faktual. Variabel konseptual dapat dibedakan
lagi atas dua macam, yaitu variabel yang sifatnya konstruk seperti
sikap, motivasi, kreativitas, gaya kepemimpinan, konsep diri,
kecemasan, dan lain-lain; serta variabel yang sifatnya konten atau
bersifat pengetahuan, yaitu berupa penguasaan responden terhadap
seperangkat konten atau pengetahuan yang semestinya dikuasai atau
diujikan dalam suatu tes atau ujian.
2. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Merupakan alat pengumpul
data berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh
responden. Beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah : (1)
kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat
faktual, (2) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian, dan (3) untuk memperoleh informasi dengan validitas dan
reliabilitas setinggi mungkin.

18
3. Interviu (interview)
Interviu atau wawancara merupakan pertemuan antara dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Interviu digunakan
oleh peneliti untuk menilai keadaan sesorang, misalnya untuk mencari
data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi
Di dalam artian penelitian, observasi adalah mengadakan
pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, ragam gambar, dan rekam suara. Pedoman observasi berisi
sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang
dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang
program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-
sifat. Sehingga skala bertingkat merupakan alat pengumpul data untuk
memperoleh gambaran kuantitatif aspek-aspek tertentu dari suatu
barang, atau sifatsifat seseorang dalam bentuk skala yang sifatnya
ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat
tidak baik; atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak
setuju; atau sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak
pernah. Skala dapat berbentuk skala sikap yang biasanya ditujukan
untuk mengkur variabel yang bersifat internal psikologis dan diisi oleh
responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk
skala penilaian yakni apabila skala tersebut ditujukan untuk mengukur
variabel yang indikator-indikatornya dapat diamati oleh orang lain,
sehingga skala penilaian bukan biberikan kepada unit analisis
penelitian (yang bersangkutan) tetapi diberikan atau diisi oleh orang

19
lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup
memadai tentang keadaan subyek yang menjadi unit analisis dalam
kaitannya dengan variabel yang akan diukur. Di dalam menyusun
skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang diamati responden.
6. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

2.3 Macam-macam Penyajian Data


A. Text
Dalam bidang ilmu kesehatan, penyajian dalam bentuk tulisan hanya
diberikan untuk memberikan informasi, hal tersebut merupakan suatu
gambaran umum tentang kesimpulan dari hasil penelitian. Penyajian
dalam bentuk tulisan biasanya digunakan untuk laporan hasil penelitian
kualitatif. Misalnya, untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang
program pelayanan kesehatan, seperti KB, program siaga desa, dll.
Contoh :
1. Kepala puskesmas memberikan informasi mengenai pelaksanaan
pengendalian vektor program faliriasis.
“Program DBD dengan melakukan kegiatan PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) setiap minggu yang dilaksanakan serentak setiap hari
jum’at melibatkan seluruh Dinas atau SOPD yang ada dilingkungan
pemerintah kota yang diketahui langsung oleh bapak wali kota daan
melibatkan seluruh lapisan masyrakat akan sangat membantu
pengendalian vektor filariasis juga dpat meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program filariasis”
2. Laporan penelitian kualitatif tentang pelaksanaan tuberkuosis.
“Pelaksanaan tuberkulosis sudah sesuai dengan prosedur (sudah
melaksanakan pengobatan sesuai strategi DOTS) yang diminta oleh

20
dinas kesehatan, pengobatan untuk semua pasien termasuk pasien
jamsostek dan diberikan secara gratis, tetapi belum sesuai target karena
jumlah penduduk setiap tahun bertambah sehingga target
pencapaiannya pun bertambah dan kerjanya rangkap” (Informan
Kepala Puskesmas Telaga Murni).
B. Tabel
Penyajian dalam bentuk tabel merupakan penyajian data dalam bentuk
angka yang disusun secara teratur memakai kolom dan baris. Suatu tabel
terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Nomor Tabel
Suatu tabel diberi nomor jika dalam suatu laporan terdiri dari
beberapa tabel, hal ini untuk memudahkan dalam mencari tabel
laporan, nomor tabel ditempatkan diatas sebelah kiri sejajar dengan
judul tabel.
2. Judul Tabel
Suatu tabel harus diberi judul, hal ini untuk mengetahui tabel
tentang apa yang disajikan. Judul tabel harus ingkat, jelas dan
mengandung tentang apa, dimana, bilamana, dan jika perlu ada waktu.
3. Badan Tabel
Dalam badan tabel terdiri dari judul kolom, judul baris, judul
kompartemen, dan sel.
4. Keterangan-Keterangan ( Catatan Kaki = foot note)
Keterangan dibawah kiri tabel diperlukan untuk menjelaskan hal-
hal yang tidak memungkinkan ditulis didalam tabel, misalnya
singkatan atau ukurang yang digunakan. Catatan kaki dapat
menggunakan tanda seperti *x,dll.
5. Sumber Data
Apabila data yang disajikan dikutip dari laporan orang lain (data
sekunder), maka dibawah kiri tabel (dibawah catatan kaki) harus
dicantumkan sumber dari mana data itu dikutip (diambil).
Nomor: Judul Tabel
Judul Baris Judul Kolom Jumlah
Badan Tabel

21
Catatan Kaki :
Sumber :
C. Grafik (Grafik)
Syarat-syarat membuat grafik adalah :
1. Nomor grafik ; dapat diatas atau dibawah grafik
2. Judul; harus disingkat jelas dan lengkap, dibuat dibagian atas atau
bagian bawah grafik
3. Terdiri dari dua sumbu yaitu Sumbu X (Horizontal/Absis) dan Sumbu
Y (Vertikal/Ordinal), jika menghubungkan 2 variabel maka variabel
independent dibuat di sumbu X dan variabel dependent di sumbu Y
4. Untuk menggambarkan grafik yang baik sebaiknya panjang sumbu Y
60-70 % dari panjang sumbu X atau panjang sumbu Y sama dengan
panjang sumbu X
5. Grafik harus dimulai dari titik 0 agar tidak terjadi kesalahan
interpretasi
6. Sebaiknya tidak menulis angka dalam grafik
7. Pemilihan grafik harus disesuaikan dengan data yang ada, jika
terdapat beberapa bentuk grafik ynag dapat digunakan maka pilihlah
salah satu grafik yang menarik
8. Supaya menarik grafik dapat diberi warna (hanya 2-4 warna saja),
diarsir atau titik-titik.
9. Bila ada keterangan maka ditulis dibawah grafik atau didalam grafik,
asal tidak mengganggu keutuhan grafik.

2.4 Mean, Median, Modus untuk Data Berkelompok dan Tidak


Berkelompok
A. Mean
Adalah nilai rata-rata dari data yang ada. Rata-rata hitung dari
populasi diberi simbol µ. Rata-rata hitung dari sampel diberi simbol 𝑋̅.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎
Rata-rata hitung = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎

22
1. Rata-rata hitung mean untuk data tunggal
a. Jika X1,X2,..........Xn merupakan n buah nilai tunggal dari variabel
X, maka rata-rata hitungnya sebagai berikut

b. Jika X1,X2,..........Xn masing-masing memiliki frekuensi f1,f2 ....fn ,


maka rata-rata hitungnya adalah :

c. Jika f1 nilai yang memiliki rata rata hitung m1,f2 nilai yang
memiliki rata-rata hitung 𝑋̅1/2, ...., dan fk nilai yang memiliki rata-
rata hitung mk, maka rata-rata hitung dari keseluruhan nilai itu f1 +
f2+.....fn dapat dihitung dengan rumus :

2. Mean Data Bekelompok


a. Metode Biasa
Apabila telah dibentuk distribusi frekuensi biasa, dengan fi =
frekuensi pada interval kelas ke-i, Xi = titik tengah interval kelas
ke-i , maka rata-rata hitung (mean) dapat dihitung dengan rumus :

23
b. Metode Simpangan Rata-Rata
Apabila M adalah rata-rata hitung, sementara maka rata-rata hitung
dapat dihitung dengan rumus :

B. Median
Median merupakan skor yan membagi distribusi frekuensi menjadi 2 sama
besar (50% sekelompok objek yang ditelitinya terletak di bawah median
dan 50% sekelompok objek yang ditelitinya terletak diatas median).
Penentuan nilai eian akan ibeakan atas 2 kelopok data, yaitu untuk data
yang tidak berkelompok dan data yang sudah berkelompok
1. Data yang tidak berkelompok
Pengertian data yang tidak berkelompok disini adalah data yang belum
mengalami penyederhanaan atau dengan kata lain belum dibuat dalam
bentuk distribusi frekuensi. Dengan demikian maka data masih dalam
bentuk data acak-acakan atau data dasar.
Secara teoriti, edian tersebut membagi keeluruhan data menjadi 2
bagian yang sama banyak. Langkah awal menentukan median adalah
menyusun data menjadi bentuk tersusun mulai data terkecil hingga
terbesar, selanjutnya hitung jumlah datanya. Perhitungan data tersebut
sangat penting, karena bila didapatkan jumlah data yang merupakan
kelipatan 2, penanganan persoalan akan berbeda dengan bila
didapatkan jumlah data yang bukan kelipatan 2.
Untuk n Ganjil
Jika mendapatkan jumlah data (n) bukan kelipatan 2 maka nilai median
adalah sama dengan nilai data yang memilikim urutan paling tengah
atau data yang bernomor urut k.
Dimana k dapat ditemukan rumus :
𝑛+1
k= 2

24
2. Data Berkelompok
Data yang dikelompokkan adalah data yang telah disusun dalam
bentuk distribusi frekuensi. Pengertian median disin, sebagai sebuah
nilai yang membagi keseluruhan luas histogram menjadi 2 bagian yang
sama besar. Dan apabila dikaitkan dengan distribusi frekuensi
kumulatif maka median tersebut merupakan nilai yang menimbulkan
presentasi kumulatif sebesar 50. Apabila dikatakan secara sederhana,
maka median ini merupakan nilai yang membagi keseluruhan
frekuensi atas 2 bagian yang sama besar. Yaitu, frekuensi sebelum
median sama dengan frekuensi setelah median.
Perhitungan/pencarian median dapat dilakukan dengan bantuan
frekuensi kumulatif kurang dari. Dan rumus yang digunakan adalah :

C. Modus
Yang dimaksud dengan modus adalah sesuatu yang paling banyak
didapatkan/dijumpai. Sesuatu tersebut dapat berupa nilai untuk data
kuantitatif dan dapat pula berupa kejadian untuk data kualitatif. Tetapi
pada pembahasan ini lebih ditekankan pada data kuantitatif, sehingga
produk persoalan berkisar pada nilai yang paling banyak muncul, jika
nilai yang muncul itu hanya ada satu macam saja, maka modus tersebut
dinamakan unimodus. Dan jika nilai yang muncul ada dua macam atau
yaitu umtuk berkelompok nilai yang belum berkelompok dan untuk data
yang telah dikelompokkan.

25
1. Data Belum Berkelompok
Untuk data yang belum berkelompok, penentuan modus sangatlah
mudah. Langkah pertama menyusun data dari nilai terkecil hingga
yang terbesar sehingga nilai-nilai yang sama akan berdekatan.
Langkah kedua adalah menghitung frekuensi masing-masing nilai.
Contoh:
Seandainya kita menghadapi kumpulan data yang belum
berkelompok sebagai berikut: 3, 4, 7, 4, 5, 4, 5, 4, 12, 3. Dan kita
diminta untuk menentukan modusnya
Penyelesaian:
Langkah pertama kita susun data tersebut maka didapatkan:
3,3,4,4,4,4,5,5,7,12. Sehingga dengan mudah kita dapat menentukan
frekuensi masing-masing nilai datanya, yaitu:
Nilai 3 memiliki frekuensi 2
Nilai 4 memiliki frekuensi 4
Nilai 5 memiliki frekuensi 2
Nilai 7 memiliki frekuensi 1
Nilai 12 memiliki frekuensi 1
Dengan demikian maka modusnya adalah nilai 4, yaitu nilai yang
paling banyak muncul atau yang memiliki frekuensi terbesar.
2. Data Berkelompok
Apabila data telah dikelompokkan, dalam arti telah disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi, makan dengan mudah anda dapat melihat
kelas mana yang memiliki frekuensi paling besar. Kelas yang
memiliki frekuensi paling besar tersebut biasanya disebut dengan
kelas modus. Maka modus keseluruhan data yang telah
dikelompokkan akan berada dalam kelas modus tersebut. Apabila kita
telah tahu kedudukan modus pada suatu kelas, tidak berarti kita telah
menemukan nilai modus. Nilai modus tersebut itu perlu
ditentukan/dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

26
Mod = L0 + C (f1)0
(f1)0 + (f2)0

Dimana :
L0 = batas kelas bawah untuk kelas dimana median berada
C = interval kelas
(f1)0 = selisih frekuensi kelas yang memuat modus dengna
frekuensi kelas sebelumnya (bawahnya)
(f2)0 = selisih frekuensi kelas yang memuat modus dengan
frekuensi kelas sesudahnya (atasnya)
Contoh :
Dari data yang disajikan dalam table frekuensi berikut ini, carilah
modusnya :
Nilai f
60 – 62 4
63 – 65 10
66 – 68 17
69 – 71 9
72 – 74 5
Total 45
Cari modus dari table diatas
Jawab:
Kelas Modus
Nilai f
60 – 62 4
63 – 65 10
66 – 68 17
69 – 71 9
72 – 74 5
Total 45

(f1)0 = 7-2 = 5
(f1)0 = 7-2 = 5
Maka didapatkan
L0 = 45,5 ; C = 4 ; (f2)0 = 5

27
Sehingga apabila kita gunakan rumus didapatkan:

2.5 Range, Kuartil, Varians dan Standar Deviasi


A. Range
Ukuran jarak (range) adalah merupakan ukuran variasi yang paling
sederhana dan paling mudah menentukan nilainya, dan biasanya disebut
dengan istilah range, range didefinisikan sebagai selisih antara nilai-nilai
ekstrem yang terdapat didalam data, dengan kata lain range adalah selisih
antara nilai maksimum dan nilai minimum yang terdapat didalam data.
Jadi, apabila X adalah nilai data maka menghitung nilai range untuk data
yang belum terkelompok adalah :
Range = X (max) – X(min)
Contoh :
Tentukan range dari data berikut :
55 40 35 60 75 80 65 40 85
Jawab :
X(max) = 85 X(min) = 35
Range = 85 -35 = 56

28
Untuk data berkelompok , nilai jarak yang dapat dihitung dengan dua cara:
1. Range = Nilai tengah kelas terakhir – nilai tengah nilai pertama
2. Range= Batas atas sebenarnya – batas bawah sebenarnya
Contoh :
Berat Badan (Kg) Pembaca (f)
60-69 9
70-79 32
80-89 43
90-99 21
Dihitung range dari BB 105 pembaca ?
Jawab :
Cara 1 : nilai tengah kelas terakhir = 94.5
90+99
= 94.5
2

Nilai tengah kelas pertama = 64.5


60+69
= 64.5
2

Maka :
Range = nilai tengah kelas terakhir- nilai tengah kelas pertama
Range = 99.5-59.5 = 40
B. Kuartil
Kuartil adalah ukuran penyebaran yang membagi data menjadi
empat bagian yang sama sesuai dnegan urutan datanya. Dengan demikian
terdapat 3 macam kuartil, yang masing-masing dinamakan kuartil
pertama, kedua dna ketiga, pembagian itu sedemikian rupa sehingga 25%
data observasi nilainya sama atau lebih kecil dari Q1, 50% data
observasi sama atau lebih kecil dari Q2, 75% data/observasi sama atau
lebih kecil dari Q3.
Kalau suatu kelompok data atau nilai sudah diurutkan dari yang
terkecil sampai terbesar, maka untuk menghitung Q1, Q2, Q3, harus
dipergunakan rumus berikut :

29
Rumus ini biasanya untuk data yang belum dikelompokkan.
Dan untuk data yang telah dikelompokkan kita gunakan rumus

Dimana
Bb = nilai batas bahwa dari kelas yang memuat kuartil ke-i
N = banyaknya observasi = jumlah semua frekuensi
(£fi)0 = jumlah frekuensi dari semua kelas yang mengandung kuartil ke-i
(kelas yang mengandung kuartil ke-i tidak termasuk)
F4 = frekuensi dari kelas yang mengandung kuartil ke-i
C = interval kelas
i = 1,2,3
in = I kali n
C. Varian
1. Varian Data yang Belum Dikelompokkan
Pengertian varians mirip dengan deviasi rata-rata. Hanya saja,
untuk memperoleh hasil perhitungan dalam bilangan positif tidak lagi
diwujudkan dalam bilangan absolut, namun dikuadratkan, dengan kata
lain bahwa: varians adalah alat ukur variabilitas serangkaian data yang
dihitung dengan mencari rata-rata selisih/beda kuadrat antara data
observasi dengan pusat datanya. Varians adalah rata-rata hitung dari
kuadrat simpangan setia pengamatan terhadap rata-rata hitungnya,
di mana (Xi - µ) adalah simpangan (deviasi) dari observasi
terhadap rata-rata sampel. Apabila kita mempunyai suatu populasi
dengan jumlah elemen sebanyak N dan sampel dengan n elemen, dan
selanjutnya nilai suatu karakteristik tertentu kita kumpulkan (umur,

30
hasil penjualan perusahaan, harga barang, produksi barang, nilai
ujian), maka kita akan memperoleh sekumpulan nilai observasi
sebagai berikut:
Populasi: X1. X2, … , XN

Seperti pada rata-rata, dalam varians pun ada yang disebut


sebagai varians populasi dan varians sampel. Simbol dari varians

populasi adalah σ2 (dibaca sigma kuadrat) yang merupakan varians


sebenarnya dari X. Rumusnya adalah:

di mana (X-µ) simpangan (deviasi) dari observasi terhadap rata-rata


sebenarnya. Rumus varians populasi tersebut juga dapat
disederhanakan seperti berikut ini:

Sedangkan varians sampel (S2) menurut Karl Pearson dirumuskan


sebagai berikut:

Bagi distribusi sampel dengan n<100, Fisher, Wilks dan beberapa


statistis memberikan perumusan tentang varians sebagai berikut:

31
Begitu pula halnya dengan varians sampel dapat disederhanakan
sebagai berikut:

2. Varian Data yang Dikelompokkan


Bila varians dan deviasi standar dihitung dari sebuah distribusi
frekuensi maka titik tengah tiap-tiap kelas umumnya dianggap
sebagai nilai tunggal yang cukup representatif bagi semua nilai-nilai
observasi Xi yang dikelompokkan kedalam kelas-kelas yang
bersangkutan. Rumus Varians dari distribusi frekuensi dapat
disajikan sebagai berikut :
Simbol dari varians populasi adalah σ2 (dibaca sigma
kuadrat) yang merupakan varians sebenarnya dari X. Rumusnya
adalah:

Seringkali angka-angka yang dihadapi tergolong besar sehingga


dapat menyulitkan dalam proses penghitungan. Untuk rumus tersebut
dapat disederhanakan dengan menggunakan cara pengkodean yang
dirumuskan
seperti berikut ini:

32
sedangkan varians sampel (S2) dirumuskan sebagai berikut:

Atau dirumuskan dengan pengkodean sebagai berikut:

D. Standar Deviasi
Simpangan baku merupakan ukuran variasi yang ke tiga dan merupakan
ukuran yang paling banyak digunakan orang. Pada perhitungan simpangan
rata-rata untuk menghilangkan bilangan negatif dan nilai nol dilakukan
dengan mengambil nilai mutlaknya maka pada simpangan baku hal itu
dilakukan dengan cara mengkuadratkan masing-masing simpangan dari
nilai datanya kemudian dibagi dengan banyaknya data dan diakarkan.
Pembahasan penentuan simpangan baku selanjutnya akan dibedakan atas
2 golongan data, yaitu untuk data yang tidak dikelompokan dan untuk data
yang dikelompokkan.
1. Data yang tidak dikelompokkan
Misalnya kita menghadapi kumpulan data yang tidak dikelompokkan
sebagai berikut :

33
X1, X2 , X 3,........Xn
Maka kumpulan data demikian akan memiliki mean sebagai :

Selanjutnya apabila kita cari penyimpangan setiap nilai data dengan


mean-nya, maka akan didapatkan (X-mean) yang bertanda positif dan
negatif.
Supaya penyimpangan keseluruhan nilai data yang data ada dengan
mean tidak bernilai nol, maka masing- masing penyimpangan nilai
yang ada perlu dibuat tanda positif dengan cara dikuadratkan. Hal
tersebut bila dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Bila masing-masing penyimpangan nilai data dengan meannya


dikuadratkan, maka akan didapatkan :

Dan selanjutnya bila hal tersebut dibagi dengan jumlah data (n), maka
akan didapatkan suatu nilai yang menunjukkan simpangan baku
kuadrat dan biasa disebut dengan varian. Bila dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :

Dalam penentuan besar simpangan baku, kita dapat menggunakan


besar simpangan baku kuadrat (varian) sebagai pengarah, yaitu :

34
2. Data yang telah dikelompokan
Untuk data yang dikelompokkan, dengan anggapan bahwa nilai-nilai
dalam kelas akan berdistribusi rata sepanjang kelas, maka nilai tengah
kelas merupakan nilai yang representif bagi keseluruhan nilai dalam
kelas tersebut. Maka untuk menentukan besar varian dan simpangan
baku data yang dikelompokkan adalah :

Apabila kita ingin menggunakan metode singkat untuk menemukan


simpangan baku kumpulan data yang telah dikelompokkan, maka
dapat menggunakan :

35
Perhitungan simpangan baku data yang telah dikelompokkan dapat
dilihat pada contoh dibawah ini :
BB Mahasiswa m m.F m-𝑋̅ (m-𝑋̅ )2 (m-𝑋̅ )2.F
(kg) (f)
60-69 9 64.5 580.5 17.24 297.15 2674.37
70-79 32 74.5 2384 7.24 52.39 1676.48
80-89 43 84.5 3633.5 2.76 7.63 328.01
90-99 21 94.5 1984.5 12.76 162.87 3420.19
105 8582.5 520.04 8099.05

Bila X = 81.74 ( telah dihitung pada contoh sebelumnya), maka nilai


simpangan bakunya sebesar :

36
37
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Statistika deskriptif adalah suatu kumpulan dari metode-metode yang
berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga
memberikan informasi yang berguna serta hanya melihat gambaran secara
umum dari data yang didapatkan.
Penyajian data merpakan salah satu kegiatan dalam penelitian yang telah
dilakuka agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana, jelas agar mudah dibaca.
Penyajian data juga dimaksudkan agar pengamat dapat dengan mudah
memahami apa yang kita sajikan. Adapun jenis-jenis penyajian data yang
dapat dipakai adala text, tabel dan grafik. Penyajian dalam bentuk tabel
bertujuan untuk memberikan informasi secara terperinci sehingga
memudakan pengolah data dalam menganalisis tersbut. Sedangkan penyajian
dalam bentuk grafik disajikan dengan memindakan data menjadi suatu bentuk
visual yang dapat dilihat perbedaan jumlahnya secara cepat. Penyajian data
secara grafik terbagi dalam beberapa jenis seperti batang, lingkaran,garis,
pictogram, kartogram dan lainnya yang dapat kita gunakan dalam
memaparkan hasil penelitian.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa/i keperawatan, kita harus mengetahui apa itu jenis
statistika deskriptif agar kita dapat memaparkan hasil penelitian dengan baik.
Penulis juga berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi penulis dan pembacanya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Misbahuddin dan Iqbal Hasan. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara
Nur Indah S, Meilia. 2010. Statistik Deskriptif dan Induktif. Yogyakarta: Graha
Ilmu

39

Anda mungkin juga menyukai