Ketika mendengar kata rekayasa, maka yang akan terlintas dalam pikiran
setiap orang pasti sesuatu yang negatif. Memang benar seperti itu, lantas mengapa
masih tetap dilakukan? Secara lebih jelasnya silakan tanyakan para pelakunya
yang biasanya adalah para manajer. Tapi, sebelum membuat kesimpulan, alangkah
bijaknya jika kita pahami lebih apa yang dimaksud dengan rekayasa laba.
Berdasarkan makna per katanya, menurut penulis rekayasa laba memiliki dua arti.
Pertama, rekayasa laba merupakan penerapan kaidah – kaidah ilmu dalam
menentukan laba yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Menurut Levitt
(1998) rekayasa laba merupakan sebuah trik akuntansi di mana flesibilitas dalam
penyusunan laporan keuangan digunakan atau dimanfaatkan oleh manajer yang
berusaha untuk memenuhi target pendapatan. Maksudnya dalam rekayasa laba ini,
pihak manajer sebagai pembuat keputusan dan akuntan sebagai yang mencatat
diberikan fleksibilitas dalam menentukan angka laba yang dicatat dengan
menggunakan metode atau cara yang tidak melanggar aturan yang berlaku, seperti
misalnya jika diinginkan laba yang lebih besar maka biasanya akuntan akan
menggunakan metode LIFO dalam pencatatan persediaannya sedangkan jika ingin
laba yang kecil maka biasanya akuntan menggunakan sistim pencatatan
persediaan dengan metode FIFO. Kedua, rekayasa laba merupakan rencana jahat
atau persekongkolan untuk merugikan pihak lain dan memperoleh keuntungan
pribadi atau kelompok terkait penyajian angka keuntungan dalam laporan
keuangan. Pengertian kedua inilah yang sering tafsirkan oleh masyarakat pada
umumnya sehingga ketika mendengar kata “rekayasa” langsung timbul pikiran
yang negatif dan curiga.
CONTOH
Contohnya pihak manajer memerintahkan untuk menunda atau tidak mencatatkan
beberapa pengeluaran dalam periode ini sehingga keuntungan yang diperoleh
perusahaan terlihat lebih besar. Rekayasa yang seperti ini tentunya berdampak
negatif terhadap kualitas laba karena dapat mendistorsi informasi keuangan
perusahaan.
Secara singkat dan umum, hal – hal menjadi dasar penyebab para manajer
melakukan rekayasa laba adalah adanya bonus. Tugas seorang manajer adalah
mengelola perusahaan, termasuk didalamnya mengelola keuangan perusahaan.
Kinerja dari seorang manajer umumnya diukur dari seberapa besar keuntungan
yang mampu dicetak. Apakah akan capai target yang ditetapkan atau tidak. Ketika
capai target, maka manajer pun akan memperoleh bonus. Di sisi lain terkadang
tidak mudah mengelola perusahaan untuk mencapai target yang telah ditetapkan,
maka disinilah mulai muncul niat manajer untuk melakukan segala cara agar dapat
mencapai target dan memperoleh bonus yang besar.
B. Klasifikasi Rekayasa Laba
Dalam praktiknya, rekayasa laba diklasifikasi menjadi 2 yaitu operation
manipulations dan accounting manipulations. Operation manipulationsberkaitan
dengan usaha untuk mengubah keputusan operasional yang mempengaruhi aliran
dana dan pendapatan bersih perusahaan pada suatu periode. Berikut beberapa
contohnya :