Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kesehatan masyarakat, maka dalam pengolahan bahan pangan perlu
dihindarkan penambahan zat kimia yang dapat merugikan atau
membahayakan konsumen (Cahyadi, 2012).
Kebutuhan makanan pokok setiap penduduk di seluruh dunia
berbeda dengan daerah indonesia. Terutama di indonesia makanan
pokoknya yaitu karbohidrat yang terkandung di dalam beras, gandum dll.
Saat ini banyak beredar produk bahan pangan yang diberi dengan
bahan tambahan makanan baik pemanis, pewarna, pemutih dll. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menarik minat konsumen baik dari segi
warna maupun citarasa. Namun, terkadang ada produsen nakal yang
memberi bahan tambahan makanan yang dilarang untuk digunakan pada
bahan pangan atau makanan.
Kejadian tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya tuntutan
ekonomi yang semakin tinggi. Masalah manipulasi mutu beras
sebenarnya sudah sering dilakukan oleh pedagang penggilingan beras
seperti penyemprotan zat aromatik dan pemakain bahan pemutih
(Darniadi dkk, 2007)
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai
pembunuh kuman. Zat klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam
hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin
berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat.
Zat klorin yang ada dalam beras akan mengikis mukosa usus pada
lambung (korosit) sehingga rentan terhadap penyakit maag. Dalam jangka
panjang mengkonsumsi beras yang mengandung klorin akan
mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Wongkar dkk, 2014).

1
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ade Maria Ulfa tahun 2015
tentang Penetapan Kadar Klorin (Cl2) Pada Beras Menggunakan Metode
Iodometri. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel yang dianalisis
terdapat kandungan klorin pada beras dengan pencucian ketiga terdapat
kandungan klorin sebesar 0,08 %, kandungan klorin pada saat suhu nasi
780C adalah sebesar 0,0020 %. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
kandungan klorin akan tetap ada pada beras sebelum dan sesudah
dimasak, hanya mengalami penurunan kadar klorin. (Ade Maria Ulfa
2015).
penelitian juga dilakukan oleh Nugraha Edhi Suyatma, Ph.D, Dr. Ir.
Dede R. Adawiyah, M. Si, beserta timnya dari Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor bahwa terdapat 9 merek beras pandan
wangi yang beredar di pasaran ternyata kandungan pandan wanginya
hanya sebesar 25 – 30% saja. Varietas beras terkenal lain seperti
rojolele, cianjur, ramos hingga IR 64 pun tak lepas dari praktik
pengoplosan dan penambahan bahan pemutih Klorin (Auditya, 2009).
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang merupakan
daerah penghasil beras dan sebahagian masyarakat nya bekerja sebagai
petani. Jenis varietas padi yang merupakan bibit unggul dan mempunyai
kilang padi beras yang banyak membuat daerah Kecamatan Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang mengirim hasil berasnya ke semua
daerah di Sumatera Utara khusunya Kota Medan.i
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 tahun 2007 tentang
Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Pada Proses Penggilingan Padi,
Huller Dan Penyosongan Beras dijelaskan bahwa tidak menggunakan zat
kimia tunggal atau campuran berbahaya terhadap kesehatan dalam
proses penggilingan padi, huller dan penyosongan beras.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan, bahwa penggunaan bahan tambahan
pangan jenis pemutih(klorin) tidak termasuk dalam Bahan Tambahan
Pangan jenis pemutih.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Analisa Kadar Klorin (Cl2) Pada Beras Medium
yang diperjual belikkan Di Pasar Tradisional Lubuk Pakam.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas, maka
penulis ingin mengetahui apakah ada atau tidaknya zat klorin (Cl2) pada
beras medium yang diperjual belikkan di pasar tradisional Lubuk Pakam.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada atau tidak penggunaan zat klorin pada
beras medium yang diperjual belikkan di pasar tradisional Lubuk Pakam
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk menentukan zat klorin (CI2) pada beras medium yang
diperjual belikkan di pasar tradisional Lubuk Pakam

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Jurusan Analis Kesehatan.
2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya klorin
yang terdapat pada beras.
3. Sebagai ilmu pengetahuan khususnya tentang klorin pada beras
medium serta menerapkan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh
selama perkuliahan di Jurusan Analis Kesehatan Kemenkes RI Medan.

3
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beras
Beras merupakan makanan pokok di penduduk dunia seperti
(China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand dan
Vietnam). Beras adalah pangan yang populer untuk negara tersebut
sama seperti gandum yang populer di negeri Barat yaitu (eropa, Amerika
Serikat) dll. Mereka mengkonsumsi beras dalam bentuk nasi atau bubur
nasi. Lalu ada juga beras yang diolah dalam bentuk lain seperti tepung
beras dll.
Kebiasaan mengkonsumsi beras dalam bentuk nasi terbentuk
melalui sejarah zaman dahulu. Beras di pilih menjadi makanan pokok
karena sumber daya alam Indonesia yang melimpah dalam jumlah yang
cukup, mudah pengolahaan nya (Hariyadi 2006)
Beras suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi
tubuh manusia. Zat gizi yang terkandung dalam beras mempunyai kalori
yang cukup tinggi termasuk karbohidrat, protein dan vitamin B1 sehingga
bermanfaat bagi tubuh (Norlatifah 2012)
Beras yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai
hubungan dengan selera dan preferensi konsumen serta akan
menentukan harga beras. Secara tidak langsung, faktor mutu beras di
klasifikasikan berdasarkan nama atau jenis (brand name) beras atau
varietas padi. Respons konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi.
Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran
maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi
mutu beras. Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional

4
Indonesia(SNI) mutu beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi
dan di buktikan berdasarkan sertifikat hasil uji (Darniadi dkk, 2007).
Secara umum beras giling harus memenuhi persyaratan bebas
hama dan penyakit, bebas bau (apek/asam) atau pun bau asam lainnya,
bebas dari campuran bekatul, dan bebas dari tanda-tanda adanya bahan
kimia yang membahayakan.
Standart Nasional Indonesia untuk proses beras giling bertujuan
mengantisipasi terjadi nya manipulasi mutu beras dipasaran, terutama
karena pengoplosan atau pencampuran antar kualitas atau antar
varietas. Tujuan pengujian mutu beras adalah untuk melakukan
pengukuran atau identifikasi secara kuantitatif terhadap karakter fisik
beras dan menentukan klasifikasi mutu beras yang diinginkan pasar dan
konsumen (Darniadi dkk, 2007)

2.1.1 Beras Medium


Beras medium adalah beras yang mempunyai syarat mutu beras
yaitu derajat sosoh nya minimal 90 % kemudian kadar air maksimum nya
14%. Beras medium dijual di pasaran berkisar harga 10.000 rupiah
hingga 11.000 rupiah.
2.1.2 Beras Premium
Beras premium adalah beras yang terbaik mempunyai syarat mutu
beras sesuai dengan SNI no 6128:2015 yaitu, derajat sosoh nya minimal
100 % dan kadar airnya maksimal 14%. Beras premium dijual di pasaran
berkisar 20.000 rupiah – 25.000 rupiah.

2.2 Klasifikasi Beras.


Sesuai Badan Standart Nasional SNI 6128:2015 klasifikasi beras
dalam 4 kelas mutu yaitu: Premium, Medium 1, Medium 2, dan Medium 3.
(SNI no 6128:2015)

2.3 Syarat Mutu Beras


2.3.1 Syarat Umum :
Bebas hama dan penyakit, bebas bau apek, asam atau bau asing
lainnya, bebas dari campuran dedak dan bekatul dan bebas dari bahan

5
kimia yang membahayakan dan merugikan konsumen. (SNI no
6128:2015)

2.3.2 Syarat khusus.


No Komponen mutu satuan 1 2 3 Premium

1 Derajat Sosoh (min) (%) 95 90 80 100


2 Kadar Air (Maks) (%) 14 14 15 14
3 Beras Kepala (min) (%) 78 73 60 95
4 Butir Patah (maks) (%) 20 25 35 5
5 Butir Menir (maks) (%) 2 2 5 0
6 Butir Merah (maks) (%) 2 3 3 0
7 Butir Kuning/Rusak (%) 2 3 5 0
(Maks)
8 Butir kapur (Maks) (%) 2 3 5 0
9 Benda Asing (maks) (%) 0,02 0,05 0,2 0
10 Butir Gabah (maks) (butir/ 1 2 3 0
100g)
Tabel 2.1 Komponen Mutu Kelas Beras (SNI no 6128:2015)

2.4 Bahan Tambahan Pangan


Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 yang sudah direvisi jadi Peraturan Menteri
Kesehatan RI no 33 tahun 2012 dijelaskan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan,
mempunyai ada atau tidak nilai gizi, dengan sengaja ditambahkan ke
dalam pangan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan,
penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan suatu komponen dan
mempengaruhi sifat khas pangan tersebut. (www.karyatulisilmiah.com
diakses Minggu, 22 April 2018)
2.4.1 Fungsi Bahan Tambahan Pangan

6
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang tidak dikonsumsi
langsung sebagai makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan.
dan penambahannya kedalam pangan ditujukan untuk mengubah sifat-
sifat makanan seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, kekentalan. dan
aroma, untuk mengawetkan, atau untuk mempermudah proses
pengolahan Secara khusus kegunaan BTP di dalam pangan adalah
untuk:

a) Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak


pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan
mutu pangan
b) Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut
c) Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah
selera
d) Meningkatkan kualitas pangan
e) Menghemat biaya (www.karyatulisilmiah.com diakses Minggu, 22 April
2018)

2.4.2 Golongan Bahan Tambahan Pangan


Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang di gunakan dalam pangan
terdiri atas beberapa golongan sebagai berikut:
1. Antibuih
2. Antikempal
3. Antioksidan
4. Bahan perngkarbonasi
5. Garam pengemulsi
6. Gas untuk kemasan
7. Humektan
8. Pelapis
9. Pemanis
10. Pembawa
11. Pembentuk gel
12. Pembuih
13. Pengatur keasaman

7
14. Pengawet
15. Pengembang
16. Pengemulsi
17. Pengental
18. Pengeras
19. Penguat rasa
20. Peningkat volume
21. Penstabil
22. Peretensi warna
23. Perisa
24. Perlakuan tepung
25. Pewarna
26. Propelan
27. Sekuestran. (Permenkes No 33 tahun 2012)
2.5 Klorin.
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan
jarang ditemui dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin di jumpai
dalam bentuk terikat degan unsur atau senyawa lain membentuk garam
natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida lain. Klorin pertama
kali di identifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Whilhem
Scheele pada tahun 1774, dengan meneteskan sedikit larutan asam
klorida (HCl) pada lempeng mangan oksida (MnO2) yang menghasilkan
gas berwarna kuning kehijauan. Pada tahun 1810 Sir Humphrey Davy,
seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa gas kuning kehijauan pada
percobaan Scheele adalah sebuah unusur dan menamakan chlorine yang
beras dari bahasa Yunani khloros yang berarti hijau. (Effendi H. 2003)
2.5.1 Sifat Fisik Dan Kimia Klorin (Cl2)
Klor pada tekanan dan temperatur normal (biasa) bersifat sebagai
gas dan dalam tekanan rendah mudah sekali mencair. Klor tidak terdapat
bebas di alam, tetapi terdapat dalam senyawa terutama berikatan dengan
logam membentuk garam seprti logam natrium (membentuk garam NaCl),
atau dengan magnesium membentuk garam MgCl2 (Brady, 1999).
sifat klorin Keterangan

8
Pada suhu kamar Berwarna kuning kehijauan
Berat molekul 70,9 dalton
Titik didih -340C
Titik beku -1010C
Gaya berat 1,56 pada titik didih
Tekanan uap air 5,168 mmHg pada 200C
Berat jenis gas 2,5
Daya larut dalam air 0,7% pada 200C
Tabel 2.2 sifat fisik klorin (sinuhaji 2009)

2.5.2 Fungsi Klorin


Saat ini klorin sangat banyak digunakan dalam industri-industri
besar maupun dalam rumah tangga. Digunakan pada industri kertas dan
tekstil. Klorin juga digunakan untuk manufaktur, peptisida dan hebrisida,
misalnya DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC),
bahan pembersih dan perawatan air dan air limbah. Agar dapat
digunakan maka klorin dikombinasi dengan senyawa organik (bahan
kimia yang mempunyai unsur karbon) yang biasanya menghasilkan
organoklorin. Organoklorin adalah senyawa kimia yang beracun dan
berbahaya bagi kesehatan karena dapat terkontaminasi dan resisten
didalam tubuh makhluk hidup
(Darniadi S, 2007).
2.5.3 Bahaya Klorin
Terhadap Kesehatan Penggunaan klorin saat ini semakin marak
terjadi di masyarakat. Tidak lagi hanya digunakan sebagai bahan baku
pada industri tetapi juga di tambahan di dalam makanan. Keberadaan
klorin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Klorin, dalam bentuk
gas maupun cairan dapat mengakibatkan luka permanen bahkan
kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi disebabkan oleh asap
gas klorin. Klorin sangat potensial untuk menyebabkan penyakit di
kerongkongan, hidung, dan tract respiratory (saluran kerongkongan dekat
paru-paru). Dalam bentuk gas, klor dapat merusak membran mukus
dalam wujud cair dapat menghacurkan kulit. (Sinuhaji, 2009).

9
Dampak mengkonsumsi beras yang mengandung klorin tidak
terjadi sekarang. Bahaya untuk kesehatan akan muncul 15-20 tahun
mendatang. Khususnya jika kita mengkonsumsi beras tersebut secara
terus menerus (Stefi 2007).

Bahaya keracunan oleh gas klor yang dapat terjadi, yaitu


a) Keracunan Akut
Keracunan akut adalah keracunan yang terjadi secara
mendadak atau tiba-tiba yang diakibatkan pemajanan sesuatu
yang bersifat toksin dalam dosis tinggi. Keracunan akut disini
dapat disebabkan karena menghirup gas klor dengan
konsentrasi tinggi. Gejala-gejala keracunan oleh gas klor, yaitu,
tenggorokan terasa gatal, pedih/panas. Batuk terus menerus
yang disebabkan pengaruh rangsangan reflex alat pernafasan
juga akan terasa sakit dan sesak. Muka kelihatan kemerah-
merahan. Menghisap gas klor dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan terhentinya pernafasan (Sinuhaji 2009)
b) Keracunan Kronis
Keracunan kronis merupakan keracunan yang
disebabkan oleh pemanajan sesuatu yang bersifat toksin dalam
waktu yang lama, tetapi dalam kosentrasi yang rendah. Dalam
hal ini keracunan kronis disebabkan karena menghirup gas klor
sehingga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada indra
penciuman, merusak gigi/gigi keropos ( Sinuhaji, 2009).

2.6 Ciri – ciri Beras Mengandung Klorin


Tabel 2.3. Ciri beras pemutih dan tidak dengan pemutih (Norlatifah,
2012).

Beras Mengandung Pemutih Beras Tidak Mengandung Pemutih


Warna Putih Sekali Warna Putih
Beras Lebih Mengkilat Beras tidak mengkilat

10
Licin dan tercium bau kimia Kesat dan tidak berbau

Jika dicuci, warna air hasil cucian Jika dicuci, warna air hasil cucian beras
beras keliatan bening keruh

Jika beras direndam selama 3 hari Jika beras direndam selama 3 hari, beras
tetap bening dan tidak berbau akan menimbulkan bau tidak sedap
Tabel 2.3. Ciri beras pemutih dan tidak dengan pemutih (Norlatifah, 2012).

2.7 Kerangka Konsep

Va\\\
Kadar Klorin Beras Medium Titrasi Iodometri

2.8 Definisi Operasional


1. Beras merupakan bahan pangan yang menjadi makanan pokok bagi
negara seperti Indonesia, Vietnam, Thailand dll.
2. Klorin adalah kimia yang berwujud gas berwarna kuning kehijauan
dan dapat membentuk organoklorin senyawa yang berbahaya bagi
kesehatan
3. Titrasi Iodometri adalah yang menggunakan larutan standart yaitu
natrium thiosulfat dengan larutan primer.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
untuk menganalisa kadar klorin (Cl2) pada beras medium dengan metode
titrasi iodometri.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Lubuk Pakam dengan
mengambil sampel beras medium yang diperjual belikkan dan kemudian
dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (BLK) Jalan Willem
Iskandar Pasar V Barat I No 4 Medan Provinsi Sumatera Utara untuk
dilakukan pemeriksaan.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret – Agustus 2018

12
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Seluruh beras jenis medium yang diperjual belikkan dipasar
tradisional Lubuk pakam
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini diambil sebanyak 5 sampel beras medium
dengan merek berbeda yaitu: cap Topi, cap Boneka, cap Elang Mas, cap
Beras Siudang, dan Cap Tiga Ketupat yang dijual di pasar tradisional
Lubuk Pakam.

3.4 Alat, Bahan dan Reagensia


3.4.1 Alat :
Tabel 3.1 Nama – nama Alat Instrumen Lab Kimia
No Nama Alat Ukuran Merek

1 Labu Erlenmeyer 250 ml Pyrek

2 Tabung Reaksi - -

3 Gelas Ukur 250 ml Pyrek

4 Plastik - -

5 Pipet Volume 10 ml Pyrek

6 Neraca Analitik - -

7 Rak Tabung - -

8 Cawan -

9 Buret dan statif -

10 Labu Seukuran 250 ml Pyrek

11 Batang Pengaduk - -

12 Kertas Saring - -

3.4.2 Bahan :

13
5 merek berbeda pada beras medium di pasar tradisional Lubuk Pakam.

3.4.3 Reagensia yang dibutuhkan


Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N, Kalium Iodida (KI) 10%,
Asam Sulfat (H2SO4) 2N, Larutan Indikator Amilum 1%, Asam Asetat
(CH3COOH) (1:1), Kalium Iodat (KIO3) 0,01N dan Aquadest

3.5 Pembuatan Reagensia


1. Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
Timbang 2,5 gram Natrium Thiosulfat. Kemudian masukkan
ke dalam gelas kimia. Tambahkan sebanyak 100 ml aquadest lalu
larutkan. Kemudian homogenkan dan beri label.
2. Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N
Pipet 10 ml (Na2S2O3) 0,1 N kedalam gelas kimia. Lakukan
pengenceran dengan aquadest sebanyak 100 ml, homogenkan dan
beri label.
3. Kalium Iodat (KIO3) 0,1 N
Timbang 2,5 gram Kalium Iodat (KIO3). Kemudian masukkan
ke dalam gelas kimia. Tambahkan 100 ml aquadest lalu larutkan.
Kemudian homogenkan
4. Kalium Iodat (KIO3) 0,01 N
Pipet 10 ml (KIO3) 0,1 N kedalam gelas kimia. Lakukan
pengenceran dengan aquadest sebanyak 100 ml, homogenkan dan
beri label.
5. Kalium Iodida (KI) 10%
Timbang 10 gram Kalium Iodida masukkan ke dalam gelas
kimia. Lalu tambahkan aquadest sebanyak 100 ml. Homogenkan
dengan batang pengaduk. Kemudian masukkan ke dalam botol
reagen dan beri label
6. Indikator Amilum 1%

14
Timbang 1 gram kanji dengan alat neraca analitik. Lalu
masukkan ke dalam gelas kimia. Tambahkan aquadest sebanyak 100
ml, homogenkan lalu didihkan. Kemudian dinginkan lalu masukkan ke
dalam botol reagen dan beri label
7. Asam Asetat (CH3COOH) 1:1
Pipet 100 ml asam asetat pekat ke dalam gelas kimia dan
tambahkan dengan aquadest 100 ml, homogenkan dan beri label
8. Asam Sulfat (H2SO4) 2 N

3.6 Prosedur Kerja


3.6.1 Standarisasi Natrium Thiosulfat (Na2S2O3)
Pipet 10 ml larutan KIO3 0,01 N masukkan dalam erlenmeyer 250
ml, tambahkan 5 ml H2SO4 2 N, homogenkan. Tambahkan 10 ml larutan
KI 10%. Lakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,01N hingga berwarna
kuning muda, tambahkan 1 ml larutan indikator amilum 1% hingga
berwarna biru. Kemudian lakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 hingga
warna biru benar-benar hilang (Vogel, 1994).

3.6.2 Analisa secara kualitatif


a) Timbang sampel 10 gram beras
b) Tambahkan 50 ml aquadest dengan pipet volume ke dalam
sampel lalu di homogenkan.
c) Kemudian disaring menggunakan kertas saring diambil filtrat
sebanyak 2 ml masukan dalam tabung reaksi
d) Kemudian tambahkan 1 ml kalium iodida 10% dan 1 ml larutan
amilum 1%. Bila mengandung klorin (positif) akan terjadi
perubahan warna menjadi biru.

3.6.3 Analisa secara kuantitatif

15
a) Timbang sampel 10 gram, kemudian di giling halus, dimasukkan
ke dalam erlenmeyer.
b) Tambahkan 50 ml aquadest dengan pipet volume. Tambahkan 2
gr Kalium Iodida dan 10 ml Asam Asetat .
c) Tutup Erlenmeyer dengan plastik.
d) Lakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai berwarna
kuning muda.
e) Tambahkan larutan indikator amilum 1 ml, dan proses titrasi
dilanjutkan hingga warna biru hilang.
f) Catat hasil titrasi tersebut
Titrasi Kadar klorin secara kuantitatif ditentukan dengan rumus :
(𝑉1−𝑉2)×𝑁 ×𝐵𝑀 𝐶𝑙 2
×100%
𝑔
Ket : V1 : Volume titrasi sampel
V2 : Volume titrasi blanko
N : Normalitas Na2S2O3 =
BM : Berat molekul klorin(Cl2) = 35,46
g : Berat sampel

16
DAFTAR PUSTAKA

Auditya, D.S., 2009. Mengapa Nasi dalam Magic Com Lekas


Basi?.http://www.kabarindonesia.com diakses Minggu, 22 April 2018
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2015. Beras. Standar Nasional Indonesia
SNI no 6128:2015.
Cahyadi, W. 2012. Edisi Kedua Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Makanan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Darniadi, S dkk. 2007.Identifikasi Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pemutih
Klorin Pada Beras. Bogor: Balai Besar Pascapanen Pertanian.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal : 135
Haryadi, 2006.Teknologi Pengolahan Beras. Penerbit Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Maria Ulfa, Ade. 2015. Penetapan Kadar Klorin(Cl2) Pada Beras Dengan Metode
Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik, vol 9 no 4.
Norlatifah, 2012. Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Yang di Jual di
Pasar Besar Kecamatan Pahandut Palangka Raya
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033/Menkes/X/2012. Tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988. Tentang
Bahan Tambahan Makanan.
Sinuhaji.D.N. 2009.Perbedaan Kandungan Klorin (Cl) Pada Beras Sebelum dan
Sesudah Dimasak. Penerbit : Universitas Sumatra Utara, Medan.

17
Stefi, 2007. Beras Putih Berpemutih. www.suarapembaruan.com Diakses 22
April 2018
Wongkar, dkk 2014. Analisis Klorin pada Beras yang Beredar di Pasar Kota
Manado.JurnalIlmiahFarmasi, 3(3): 2302-2493.

18

Anda mungkin juga menyukai