Anda di halaman 1dari 7

Membangun sebuah Persekutuan Doa

yang Berakar pada Iman Katolik1


P. Cosmas Ngala, MSC

1. Pendahuluan
Dalam kurun waktu ± 30 tahun, Pembaruan Karismatik Katolik (PKK) telah
bertumbuh kembang dan mencatat sejumlah kontribusi penting bagi Gereja Katolik dan
masyarakat diIndonesia tercinta.
Tidak terbilang jumlah orang-orang Katolik yang mengalami pembaruan sehingga
mereka menemukan jati dirinya kembali dan mengalami pembaruan iman serta
menemukan kesadaran baru untuk hidup menggereja, berbangsa dan bernegara. Tidak
sedikit juga keluarga-keluarga Katolik yang menemukan kembali kekuatan Allah yang
mempersatukan pasangan suami istri, para imam yang mengalami Kristus yang hidup dalam
Ekaristi, biarawan-biarawati yang menemukan semangat baru dalam melayani, para
pengusaha dan kalangan berada tersentuh nuraninya untuk ikut memperjuangkan kaum
lemah, miskin dan terpinggirkan serta pemuda-pemudi yang menemukan panggilan hidup
imamat dan membiara. PKK sungguh-sungguh menjadi berkat bagi Gereja.
PKK berperan di tengah kehidupan umat melalui sarana yang menjadi tulang
punggung dan ujung tombaknya yaitu Persekutuan Doa (PD). Patut disyukuri bilamana
hampir di seluruh paroki di keuskupan-keuskupan di Indonesia telah tumbuh persekutuan-
persekutuan doa yang telah menjadi oase yang menyejukkan bagi setiap insan yang letih lesu
dan berbeban berat bahkan hilang iman percaya akan Allah.
Melalui gerakan PKK ini, Allah ingin mengembalikan kebahagiaan mereka yang
hilang oleh karena situasi dunia atau berbagai perkara yang merenggutnya. Oleh karena itu,
Allah membutuhkan kerjasama dan partisipasi dari umat kesayangannya (bdk. Markus 3:13-
19). Allah memilih, memanggil dan mengutus orang-orang pilihanNya untuk memimpin PD
agar PD menjadi lebih berkembang dan semakin bermanfaat bagi Allah untuk
menyentuh dan memberkati Gereja dan masyarakat.

2. Dis-orientasi PD
Kehadiran PKK di paroki-paroki semakin diterima sehingga PD tumbuh dan
berkembang. Namun, bukan berarti bahwa PD hidup dan berkembang tanpa masalah. Ada
beragam persoalan administrasi, organisasi dan komunikasi sosial antar anggotanya yang
melilit PD sehingga PD mulai tampak lesu, penuh dengan rasa kecewa, rasa tidak puas,
perselisihan, pertengkaran tanpa semangat memaafkan lagi. PD menjadi kehilangan tenaga,
kasih, sukacita dan puji-pujian yang tulus yang dapat menghadirkan hadirat Allah
dan menggetarkan sukma (bdk. 2 Tawarikh 5:11-14). Selain itu, ada PD yang ditengarai
mulai kehilangan arah, tujuan dan identitas kekatolikannya.
Oleh karena itu, Allah membutuhkan orang-orang yang dikasihiNya untuk berani
mengemban tugas kepemimpinan guna mengelola PD agar senantiasa melekat pada pokok

1 Disadur dari Tulisan Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom., MM (Seksi Kaderisasi BPN PKKI),
Kepemimpinan dan Pengelolaan Persekutuan Doa yang Penuh Berkat dengan penyesuaian serta penambahan
ide-ide dan gagasan personal
anggur (bdk. Yohanes 15:1-8), sehati sepikir, harmonis dalam hubungan antar anggota
maupun dengan Gereja.
Situasi yang melilit sejumlah PD tersebut kemungkinan disebabkan oleh dis-orientasi
para pengelola PD. Oleh karena itu, para pemimpin dan pengelola PD perlu
menyelaraskan kembali dengan tujuan PKK yang dimaksudkan untuk menolong umat
Katolik agar dapat:
 Mengalami secara pribadi rahmat pemuridan Kristus, yaitu pengalaman
akan kasih yang berkobar dan komitmen yang besar kepada Yesus sebagai Juru
Selamat dan Tuhan pribadinya, kepercayaan seperti anak-anak kepada Allah Bapa,
suatu keterbukaan terhadap bimbingan dan karunia-karunia Roh Kudus dan
komitmen yang hangat kepada Tubuh Kristus, yaitu Gereja;
 Memahami dan mempergunakan karunia-karunia karismatis, yang
merupakan sumber kekuatan bagi orang-orang Kristiani dalam melaksanakan tugas
perutusan dan dalam perjalanan mereka menuju kekudusan;
 Menemukan keindahan dan kekuatan doa baik doa kolektif maupun doa
pribadi dengan tekanan khusus pada doa pujian, doa permohonan dengan penuh
iman dan ikut serta dalam PD bersama-sama dengan saudara-saudara seiman;
 Memperkenalkan dan mengajak peserta ikut berperanserta dalam
evangelisasi baru dengan kuasa Roh Kudus dalam kata, perbuatan dan kesaksian
tentang Yesus Kristus secara simpatik di bawah bimbingan Gereja;
 Memupuk pertumbuhan yang terus menerus dalam kekudusan dan
kehidupan yang penuh dari Gereja melalui partisipasi dalam kehidupan
sakramental dan liturgis, penghargaan terhadap tradisi doa dan spiritualitas Katolik,
pendidikan yang terus menerus dalam doktrin Katolik dan partisipasi dalam rencana
pastoral Keuskupan dan Paroki.
Sangat diharapkan pemimpin dan pengelola PD dapat menjadi agen pembaruan yang
berarti membuat segala sesuatu tampak menjadi baru dan aktual bukan sebaliknya
mengganti segala sesuatu dengan hal yang baru.

3. Persiapan Diri
Setiap orang yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi utusan Allah dalam
mengelola PD perlu memiliki persiapan diri agar dapat menjalankan tugas perutusanNya
dengan baik. Persiapan pribadi ini sangat penting agar PD dapat terus bertumbuh dan
berkembang selaras dengan kehendak Allah dan tugas perutusan Gereja.
 Para pemimpin dan pengelola PD perlu memiliki persiapan diri (bdk.
Matius 4:1-11). Persiapan ini bukan untuk memperkuat diri, mandiri dan lepas dari
Allah tetapi justru sebaliknya para pemimpin dan pengelola memiliki persiapan iman
agar selalu melekat pada sang pokok anggur (bdk. Yohanes 15:1; I Sam 7:3) yang
menjadi sumber kehidupan dan pertumbuhannya. Di samping itu, dirinya harus
membuka diri untuk dibersihkan agar dapat berbuah banyak (bdk. Yohanes 15:2).
Oleh karena itu, dengan menerima arahan, pengajaran dan pembinaan dari Gereja
yang satu, kudus, Katolik dan apostolik berarti orang tersebut mau dipersiapkan agar
berbuah lebih banyak (bdk. Kis Ras 2:42). Pengembangan iman dapat dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan rohani yang dibimbing oleh Gereja Katolik, seperti
rekoleksi, retret, ziarah dan lain sebagainya.
 Para pengelola PD perlu mendalami dengan baik tujuan, pola dan
jenjang pembinaan dan praktek PD dalam PKK. Tanpa memahami dengan
baik seluk beluk PKK maka tidak jarang ditemukan PD yang mengalami dis-orientasi
sehingga gagasan dan kreativitas pemimpin atau pengelolanya kurang dapat diterima
oleh komunitas PKK sendiri maupun Gereja. Pemahaman akan PKK dapat dilakukan
melalui pertemuan-pertemuan rutin, rapat-rapat kerja maupun konvensi-konvensi.
 Para pemimpin dan pengelola PD yang bersedia dengan tulus hati
dipakai Tuhan juga perlu membuka diri untuk menumbuhkembangkan
softskill-nya yang meliputi antara lain: kemampuan hidup dasar (bdk. Lukas 2:41-
52), kepribadian, sikap, komitmen dan tanggung jawab, kemampuan untuk mengatur
waktu, dana dan tenaga serta kemampuan untuk mengembangkan dan memelihara
relasi dengan keluarga, teman, sahabat, Gereja dan masyarakat, kemampuan untuk
menjaga kesehatan rohani dan jasmani, kemampuan untuk mengembangkan
potensi-potensi diri, kepemimpinan, spiritualitas, kreativitas, kecakapan
interpersonal, beradaptasi dengan budaya setempat (inkulturasi) dan keterampilan
manajerial (bdk. Keluaran 18:13-27) Pembentukan softskill ini tidak dapat sekali jadi
sebaliknya pembentukan ini membutuhkan waktu dan pelatihan-pelatihan yang
teratur. Pengembangan softskill ini sangat tepat jika mendapat bantuan dari sistem
pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi.

4. Kepemimpinan
PD harus dipimpin dan dikelola agar dapat menjadi sumber berkat bagi para peserta
yang datang. Oleh karena itu, para pemimpin dan pengelola perlu memiliki jiwa
kepemimpinan yang sehat, selalu berpikir positif dan taat kepada Allah.
Jika menilik sejarah dalam Kitab Suci, Allah memilih pemimpin dan pengelola dari
orang-orang yang tampak lemah atau tidak diperhitungkan oleh orang banyak seperti Musa,
Samuel, Daud, Yohanes, Petrus dan Paulus. Justru saat pemimpin itu lemah maka kuasa
Allah menjadi sempurna (bdk. 2 Kor 12:9).
Pemimpin dan pengelola yang lemah akan menggantungkan hidup dan
kepemimpinannya kepada Allah serta membuka kesempatan partisipasi dari semua
anggotanya dan Gereja yang diwakili oleh Moderator. Pemimpin dan pengelola yang lemah
justru dapat menguatkan para anggotanya karena ia membuka peluang bagi para
anggotanya (termasuk moderator) untuk ambil bagian dalam kepemimpinannya. Ia menjadi
rendah hati dan mau melayani orang lain dan terbuka untuk dibentuk oleh Gereja dan taat
pada hirarki. Hal ini tentu berbeda dengan pemimpin dan pengelola yang merasa dirinya
hebat, terkemuka, memiliki pengertian akan Allah sendiri, dimana ia tidak memiliki hati
untuk melayani, melainkan ia menantikan hormat, puji-pujian atau sanjungan dari orang
lain.
Sementara itu, para anggota yang baik juga memiliki ketaatan pada pilihan Allah
yang telah diwujudkan melalui proses discernment in the spirit dalam memilih pemimpin
yang lemah di mata dunia. Sikap menerima dan mau menolong dari para anggota akan
membuat kuasa Allah menjadi sempurna atas komunitas tersebut.
Para anggota yang baik dan taat akan mengembangkan pola followership yang sehat
dan positif dengan menolong, menopang dan mendukung sang pemimpin sehingga lahirlah
suasana PD yang penuh berkat, suka cita dan damai sejahtera.
Apabila pimpinan lemah, misalnya dalam hal administrasi dan organisasi tetapi para
anggota yang tahu terus menopang, nisccaya pola administrasi dan organisasi dari
komunitas tersebut akan menjadi tertata dengan rapi. Sebaliknya bila pemimpin kuat dalam
hal administrasi dan organisasi maka para anggota tetap perlu mengingatkan akan
pentingnya memberi peluang pada gerak Roh Allah sehingga tercipta keseimbangan.
Sungguh sangat indah bila setiap orang yang tergabung di dalam PD mau saling
menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah untuk orang lain. Masing-masing
saling berlomba untuk memberi hormat dan melayani (bdk. Filipi 2:1-11). Di samping itu,
masing-masing anggota tekun berdoa dan patuh pada pengajaran para rasul sehingga
mujizat, tanda-tanda dan karunia-karunia Allah menjadi nyata di tengah kehidupan
komunitas PD tersebut. Dengan demikian, hati mereka dipenuhi dengan puji-pujian dan
mereka disukai semua orang, sehingga tiap-tiap hari Allah menambah jumlah mereka
dengan orang-orang yang diselamatkan (bdk. Kis Ras 2:4-47).

5. Dinamika PD
Kebersatuan pemimpin, pengelola dan anggota (Leaders & Follower) tentu menjadi
modal yang sangat berharga untuk mengelola dan mengembangkan PD secara kreatif dan
dinamis. Kesatuan pemimpin, pengelola dan anggota dapat melahirkan suasana PD yang
indah, penuh damai dan berkat Allah.
Dinamika PD tidak hanya terfokus pada saat ibadah karena dinamika PD dimulai
dari kehadiran para anggota di tempat penyelenggaraan PD. Oleh karena itu, para pemipin
dan pengelola sebaiknya sudah hadir terlebih dahulu, melakukan doa persiapan dan
menyiapkan penyambutan yang hangat bagi para anggota. Sambutan yang hangat itu akan
menciptakan keteduhan hati sehingga para anggota siap untuk bersatu hati dalam
beribadah, memuji dan memuliakan Allah. Sambutan yang hangat membangun iman akan
Allah yang penuh kasih sayang yang menyongsong setiap anak-anakNya dengan tulus hati.
Selanjutnya, para anggota yang masuk ke ruang ibadah dengan hati yang
gembira disambut lagi oleh worship leader (WL) atau pemimpin pujian dalam suasana puji-
pujian. Seorang WL yang memiliki persiapan akan peka terhadap kehadiran setiap anggota.
Jika ada yang letih lesu dan berbeban berat maka seorang WL dapat menyongsong peserta
dengan sabda-sabda Allah yang menguatkan para anggota tersebut. Itulah saat yang indah
dimana seorang WL juga menginjil, bukan sebaliknya justru berkomentar, “…kog saya
masih belum melihat wajah yang gembira ya”. Komentar seperti itu justru membawa
penghakiman dan melemahkan.
Setiap WL memiliki tugas untuk menghantar para anggota masuk dalam hadirat
Allah yang Maha Kudus dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Seorang WL bertugas untuk
mengalirkan pujian dan penyembahan dari hati para anggotanya seturut kehendak dan
gerak Roh. Adapun yang dimaksud dengan seturut kehendak dan gerak Roh bukan berarti
dalam membawakan puji-pujian dan penyembahan tanpa keteraturan sama sekali (bdk. 2
Tim 1:7).
Para WL bertugas ibarat guide dalam suatu perjalanan tour ke bait (bukit) Allah
(bdk. Mazmur 100). Setiap anggota tentu sangat berharap perjalanan yang indah yang dapat
dialaminya hari itu. Oleh karena itu, sebagai seorang tour guide perlu memiliki suatu pola,
tata urutan dan suasana perjalanan yang menarik, membangun iman, harapan dan kasih.
Berikut ini model perjalanan dalam suatu PD:
a. Puji-pujian pembukaan
b. Pertobatan (nyanyian, renungan, doa pertobatan)
c. Syukur
d. Penyembahan
e. Firman
f. Persembahan
g. Doa Umat
h. Doa Penutup
Meskipun perjalanan menuju bait (bukit) Allah disusun dengan pola seperti itu tetapi
gerak Roh tetap perlu diberi tempat. Dimana dalam setiap tahapan para WL perlu selalu
peka pada gerak Roh. Apakah umat masih perlu dipersiapkan atau sudah saatnya untuk
maju ke tahapan berikutnya.
Firman tampak menjadi puncak dari perjalanan PD tetapi bukan berarti bahwa pada
tahap itu harus selalu diisi dengan pengajaran. Tahap itu dapat berupa saat hening total
guna mendengarkan Allah yang bersabda melalui karunia berkata-kata dalam bahasa Roh,
nubuat atau sabda pengetahuan yang dipercayakan kepada para pemimpin, pengelola atau
anggota PD saat pencurahan Roh. Selain itu, tahap itu juga dapat diisi dengan sharing,
kesaksian atau pembacaan sabda dengan renungan singkat.
Dalam sebuah tour bisa jadi anggota merasakan keindahaan pada tahap-tahap
tertentu misalnya ada saatnya anggota sangat menikmati pertobatan karena memang
suasana batinnya memerlukan sedangkan PD berikutnya anggota khusuk saat
penyembahan. Oleh karena itu, WL seyogyanya terbuka pada gerak Roh sehingga tidak
memaksakan semua lagu yang sudah dipersiapkan untuk dinyanyikan. Jadi kalau waktu
sudah larut maka WL dapat mengurangi nyanyian atau mempersingkat komentar-komentar
pada tahapan-tahapan selanjutnya. Demikian juga pembawa firman juga perlu peka pada
situasi agar secara keseluruhan umat merasakan tour ke bait (bukit) Allah dengan sangat
menyenangkan bukan sebaliknya sangat membosankan.
Pemimpin dan pengelola PD perlu mengatur waktu sehingga PD selalu diakhiri
dengan fellowship (ramah tamah atau sambung hati) agar semua anggota PD dapat semakin
akrab satu sama lain. Selain itu, kesempatan tersebut juga dapat digunakan untuk saling
memberikan layanan doa atau konsultasi.

6. Kreativitas
Suasana dan dinamika PD perlu disegarkan terus agar tidak membosankan. Oleh
karena itu, para pemimpin dan pengelola PD perlu mengembangkan kreativitas dan
gagasannya untuk terus menyegarkan dan meremajakan dinamika PD.
Bentuk pengembangan kreativitas dapat dimulai dengan menghadirkan lagu-lagu
baru, petugas WL dan pemberi renungan yang baru dari hasil usaha kaderisasi dan model
dinamika yang baru. Namun, kreativitas tersebut tentu perlu dikonsultasikan dengan para
pembina dan moderator agar tetap sejalan dengan tujuan PKK dan selaras dengan tugas
perutusan Gereja.
Kehadiran lagu-lagu baru juga perlu ditinjau baik dari segi kata-kata maupun teologi
dan spiritualitas yang terkandung di dalamnya. Pada umumnya, lagu-lagu pop rohani tidak
mengandung spiritualitas Tritunggal Maha Kudus sering kali hanya Yesus atau Roh Kudus
saja. Oleh karena itu, sangat disarankan dalam perayaan Ekaristi di PD, lagu-lagu
ordinarium (Tuhan Kasihanilah, Kemuliaan, Kudus, Anak Domba Allah, Bapa Kami) wajib
digunakan agar nafas teologi Katolik dengan spiritualitas Tritunggal Maha Kudus dapat
terus dipertahankan.
Suasana dapat disegarkan dengan kreativitas WL dan Pembawa renungan untuk
membangkitkan semangat, saling menyapa, saling mendoakan atau membaca perikop Kitab
Suci oleh para anggota, baik yang duduk di depan maupun di belakang, di kiri maupun di
kanan, yang laki-laki maupun perempuan.

7. Karunia-karunia
Pemanfaatan karunia-karunia Roh Kudus dalam praktek PD jangan sekedar
dijadikan cap bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk PD PKK. Karunia-karunia Roh
Kudus tersebut perlu disadari, dipahami dan diwujudkan bukan untuk sekedar cap sebagai
PKK. Karunia-karunia itu seyogyanya digunakan untuk membangun iman para anggota PD.
Selain itu, karunia-karunia itu juga bermanfaat untuk menyegarkan kehidupan komunitas
PD.
Karunia-karunia mesianis atau sapta karunia (Yesaya 11:1-3), karunia pembangunan
jemaat (kodrati: Roma 12:1-8 dan adikodrati: 1 Korintus 12:1-11) dan karunia-karunia
pelayanan jemaat (Efesus 4:11-12) perlu ditumbuh kembangkan secara seimbang dalam diri
anggota, pemimpin dan pengelola PD. Anggota yang memahami dengan benar akan karunia-
karunia mesianis yang dianugerakan saat baptis dalam dirinya maka ia akan menjadi orang
Katolik yang penuh hikmat dan pengertian, perkasa dalam menanggung segala sesuatu dan
takut (hormat) akan Allah, sehingga ia tidak aakan menghakimi dengan kilas pandang saja
atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang (bdk. Yesaya 11:1-3).
Kesadaran sebagai umat Katolik yang baik akan melandasi bertumbuh kembangnya
karunia pembangunan dan pelayanan jemaat. Dimana para anggota terbuka untuk dipakai
Allah secara khusus dengan mengemban karunia-karunia kodrati, adikodrati atau pelayan
jemaat agar Tubuh mistik Kristus yaitu Gereja dapat semakin disegarkan, bertumbuh dan
berkembang.
Sikap takut (hormat) akan Allah akan memberikan arah yang tepat dan penggunaan
karunia-karunia kodrati, adikodrati dan pelayanan jemaat menjadi proporsional dan tidak
berlebihan. Para pemimpin, pengelola dan anggota yang takut (hormat) akan Allah tidak
akan sembarangan mengatasnamakan egoismenya sebagai suara Allah atau melakukan
discernment asal-asalan untuk membenarkan keputusannya. Setiap anggota PD yang
kepadanya dipercayakan suatu karunia pembangunan atau pelayanan jemaat akan
menggunakannya sebaik-baiknya untuk membangun kekudusan dirinya dan jemaat lainnya,
agar bersama-sama Tubuh mistik Kristus dapat terbangun, bukan sebaliknya justru
menimbulkan kesombongan dan pertengkaran yang bermuara pada porak porandanya
Tubuh mistik Kristus tersebut.
Karunia-karunia mesianis mempersiapkan setiap orang Katolik untuk dipercaya
mengemban karunia-karunia pembangunan dan pelayanan jemaat. Orang-orang Katolik
yang takut (hormat) akan Allah akan mempersilakan Allah bekerja seturut kehendakNya
(bdk. Luk 1:38) dan menerima anugerah karunia yang dipercayakan kepadanya untuk
selanjutnya diperkembangkan. Apabila di dalam PD, karunia-karunia pembangunan dan
pelayanan jemaat belum merata dimiliki oleh para anggota, maka semua anggota komunitas
PD tersebut perlu terus berdoa dengan penuh kerinduan agar Allah mempercayakan
karunia-karuniaNya kepada seluruh anggota PD tersebut, bukan sebaliknya justru
mempertengkarkan karunia apa dan siapa pemilik karunia yang paling hebat.
8. Penjadwalan
Perkembangan PD perlu terus diusahakan oleh para pemimpin, pengelola dan
seluruh anggota PD. Oleh karena itu diperlukan instrumen yang dapat digunakan untuk
mempersiapkan, mengendalikan dan mengevaluasi perkembangan PD. Salah satu instrumen
yang dapat digunakan adalah penjadwalan.
Penjadwalan dapat digunakan untuk menata pelibatan baik pemimpin, pengelola
dan anggota dalam tugas-tugas pelayanan penyelenggaraan PD seperti penerima tamu
(pemerhati), worship leader (WL) atau pemimpin pujian, singer (penyanyi), pemusik,
(penari), pemberi renungan atau pengajaran, kesaksian, pendukung doa, pendoa, konselor,
penata tempat dan peralatan dan lain sebagainya. Penjadwalan juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi tentang keseimbangan “makanan” rohani yang diwujudkan dalam tema-tema
renungan dan pengajaran.
Penjadwalan sebaiknya disusun minimal satu bulan sekali sehingga semua yang
terlibat dapat mempersiapkan diri dengan optimal. Khususnya persiapan batin dan mental,
sehingga mereka dapat menghadirkan suasana kudus dan kasih di tengah-tengah
persekutuan. Meskipun penjadwalan hanya merupakan sarana bukan tujuan, tetapi bila
penjadwalan sudah dibuat, sebaiknya semua pihak yang akan bertugas dapat memberi
waktu dan hati untuk mewujudkannya.

9. Evaluasi yang membangun


Untuk menjaga kualitas penyelenggaran PD sebaiknya perlu dilakukan evaluasi
setelah selesai pelaksanaan PD. Namun, evaluasi yang dilakukan semangatnya bukan untuk
mencari kesalahan orang yang bertugas melainkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Setiap orang yang bertugas harus siap untuk dievaluasi sementara tim yang lain
memberikan penilaian yang membangun. Jadi point evaluasi seperti contoh di atas yang
terdiri dari a, b, c dan d tersebut dapat diartikan a=Dapat dicontoh, b=Dapat dipertahankan,
c=Perlu pemantapan, d=Perlu menambah waktu berlatih.
Setiap tim yang memiliki kesempatan menilai perlu memilih kata-kata yang bijak
dalam menyampaikan penilaiannya agar penilaiannya tidak mematahkan semangat dan
kemauan untuk melayani. Sementara tim yang mendapatkan kesempatan untuk dinilai
sebaiknya membuka hati karena Allah ingin menyempurnakan pelayanannya tersebut.

10. Penutup
PD merupakan wahana untuk menyegarkan pengalaman dikasihi Allah dan wahana
untuk berlatih membalas kasih Allah. Oleh karena itu, PD perlu dikelola dengan baik dan
sehat agar PD dapat bermanfaat bagi semua orang yang terlibat di dalamnya, Gereja dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai