Anda di halaman 1dari 12

PEMBARUAN KARISMATIK KATOLIK

“MARIA IMMAKULATA” LUWUK

Berkenalan
dengan
Persekutuan Doa
Karismatik Katolik

Cosmas Ngala, MSC

[Type the company address]


Pendahuluan
Persekutuan Doa Karismatik Katolik (Persekutuan Doa)
merupakan salah satu aktivitas dalam Pembaruan
Karismatik Katolik. lstilah kata Persekutuan Doa ini
kerapkali digunakan untuk menyebutkan sebuah
kelompok karismatik Katolik. Aktivitas ibadat mingguan
Persekutuan Doa, lebih tepat disebut dengan istilah
Pertemuan Doa (Bersama).
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, sebuah
persekutuan doa dapat disebut sebagai Persekutuan
Doa, bilamana persekutuan doa tersebut sungguh‐
sungguh menampilkan cirinya yang karismatis dan juga
ciri Katoliknya. Sebuah Persekutuan Doa semestinya
merupakan persekutuan yang membuka diri terhadap
karunia‐karunia Roh yang berkembang sejak masa
Perjanjian Baru.
Berbeda dengan Ibadat sabda, Persekutuan Doa lebih
bersifat ekspresif. Beberapa ciri Persekutuan Doa
lainnya adalah adanya keterbukaan dan kebebasan
dalam berekspresi, baik dalam doa maupun dalam
nyanyian. Suasana kasih persaudaraan harus dibangun
dalam acara‐acara Persekutuan Doa.
Tujuan utama Persekutuan Doa adalah memuji dan
menyembah Tuhan sehingga umat mengalami
perjumpaan personal dengan Tuhan di dalam suasana
komunal. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan
merupakan sesuatu yang personal, namun kekayaan
pengalaman iman tersebut semestinya dapat dibagikan
kepada sesama dalam persekutuan tersebut, seperti yang
dialami oleh Gereja Perdana.
Pujian dan Penyembahan merupakan sarana paling
efektif untuk masuk dalam pengalaman tersebut.
Tonggak utama dalam Persekutuan Doa adalah Pujian
dan Penyembahan.
Ibadat Persekutuan Doa Karismatik Katolik
Sebagaimana halnya liturgi ibadat katolik pada
umumnya maka ibadat persekutuan doa karismatik
meskipun sangat memberi perhatian dan penekanan
pada kebebasan batin dan eskpresi berdasarkan karya
Roh yang ada namun tetap harus mengikuti kaidah-
kaidah yang diatur secara umum dalam pedoman umum
liturgi ibadat Gereja Katolik.
Hal ini dianjurkan agar supaya pertama, ada sebuah
dinamika ibadat yang memang sesuai dengan norma-
norma yang diatur dalam ibadat katolik. Kedua, ibadat
karismatik tidak melenceng dari aturan-aturan yang
ditetapkan dalam norma-norma umum ibadat katolik.
Ketiga, agar ibadat karismatik katolik tidak identik
dengan model ibadat yang ada di Gereja-gereja
Pantekosta pada umumnya.
Menurut kaidah-kaidah dan norma-norma umum yang
diatur sehubungan dengan liturgi ibadat katolik maka
susunan ibadat katolik adalah sebagai berikut: Lagu
Pembuka - Tanda Salib dan Salam - Kata Pengantar -
Pemeriksaan Batin dan Pernyataan Tobat - Syukur dan
Pujian atas Rahmat Pengampunan - Doa Pembuka -
Lagu Pengantar Bacaan – Bacaan Kitab Suci –
Homili/Renungan – Doa Umat – Persembahan yang
diiringi oleh Lagu Persembahan – Doa Persembahan –
Doa Bapa Kami – Doa Penutup – Lagu Penutup
Berdasarkan susunan umum tersebut maka ibadat
persekutuan doa karismatik katolik juga harus
mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma umum
tersebut dengan memberikan tempat pada kebebasan
dan kreativitas yang digerakkan oleh Roh Kudus.
Berdasarkan panduan umum tersebut maka sebuah
ibadat persekutuan doa karismatik katolik memiliki
susunan yang tetap sebagai berikut: Puji-pujian
Pembuka – Pertobatan (pujian-renungan-doa
pertobatan) – Syukur – Penyembahan – Firman (pujian-
penyampaian firman-renungan-sharing kesaksian) –
Doa Umat/Syafaat – Persembahan (pujian-kolekte-doa
persembahan) – Doa Bapa Kami – Pengumuman – Doa
Penutup – Lagu Penutup
Sesudah ibadat persekutuan doa, alangkah baiknya
diadakan acara fellowship yang biasanya diisi dengan
evaluasi terhadap rangkaian ibadat persekutuan ataupun
bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan pengembangan iman
lainnya.

Puji-Pujian Pembuka
Tim Pujian (Singer) dan Pemimpin Pujian (Worship
Leader) mengambil tempat di depan peserta ibadat
persekutuan. Worship leader mengajak umat untuk
mempersiapkan hati dan budi untuk masuk dalam
suasana ibadat persekutuan dengan kata-kata yang
mengajak, memberi semangat dan meneguhkan.
Ibadat persekutuan dimulai dengan puji-pujian
pembuka yang biasanya diawali dengan pujian yang
memberi semangat, bernada kegembiraan dan sukacita
sehingga peserta pujian akan tergerak untuk
bersemangat dan turut bergembira dan merasakan
sukacita yang besar. Itulah sebabnya tim pujian harus
memilih lagu yang bertema kegembiraan dan sukacita
sehingga tercipta suatu suasana yang penuh sukacita
dan kegembiraan dalam diri peserta pujian.
Sesudah lagu yang bertema kegembiraan dan sukacita
maka pemimpin pujian mengajak umat sekalian untuk
mulai masuk dalam suasana ibadat dengan kalimat-
kalimat yang mengantar umat untuk masuk lebih dalam
lagi dalam suasana doa. Momen ini diiringi dengan lagu
yang bertema syahdu dan suasana doa supaya
mengantar peserta untuk merasakan kasih Allah dan
kehadiran Allah yang menyegarkan dan meneguhkan.

Tanda Salib, Salam dan Pengantar


Sebagaimana layaknya sebuah ibadat katolik maka tanda
salib dan salam merupakan hal yang mutlak ada dalam
setiap ibadat persekutuan doa karismatik.
Tanda salib menjadi ungkapan iman katolik akan Allah
Tritunggal. Tanda salib juga merupakan ciri khas katolik
yang tak dapat diganggu gugat.
Salam merupakan sapaan penuh kehangatan dan
kelembutan. Salam merupakan sebuah tradisi kristiani
yang diwariskan oleh Kristus sendiri (Mat. 10: 12; Luk.
24:36; Yoh. 20:19), ucapan dari yang ilahi kepada
manusia (Luk. 1:28), warisan rasuli (1 Kor. 1:3; Gal. 1:3;
Ef. 1:2; Flp. 1:2; Kol. 1:2; dst).
Pada awal jemat perdana, kata salam seperti “Tuhan
sertamu” menjadi ucapan simbolik di antara mereka
sebagai tanda pengenal dan menegaskan persekutuan di
antara mereka.
Sesudah tanda salib dan salam, pemimpin pujian
menyampaikan kalimat pengantar kepada peserta pujian
untuk menjelaskan tema atau maksud persekutuan.
Dengan demikian, peserta pujian bisa memahami apa
yang akan mereka alami dan rasakan dalam ibadat
persekutuan ini. Dalam pengantar hendaknya
pemimpin pujian benar-benar menyapa umat dengan
penuh kehangatan cinta dan kelembutan hati supaya
peserta pujian benar-benar merasakan kehadiran Allah
yang sungguh-sungguh meneguhkan dan menguatkan.
Pertobatan
Pertobatan memegang peranan penting dalam setiap
ibadat katolik. Penempatannya di awal ibadat adalah
untuk mengajak umat beriman mempersiapkan,
memurnikan dan menyucikan hati dan budi agar bisa
menerima karunia dan berkat Tuhan. Pertobatan
menjadi bagian yang penting karena melaluinya umat
beriman dilayakkan dan dibersihkan untuk bisa
mengalami hadirat Tuhan yang menyelamatkan.
Kesaksian Kitab Suci menegaskan bagaimana
pertobatan menjadi tema umum pewartaan Yesus di
dunia ini: “Waktunya telah genapa; Kerajaan Allah
sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”
(Mrk. 1:15)
Di dalam pertobatan kita mengalami kasih Allah yang
mengampuni, menyelamatkan dan membebaskan kita
dari belenggu-belenggu dosa dan menghantar kita
kepada kehidupan yang sejati. Bagian pertobatan ini
diiringi dengan lagu yang bertemakan tentang
pertobatan dan pengampunan. Pemimpin pujian
mengajak umat beriman atau peserta pujian untuk
menyadari segala kekurangan dan keterbatasan serta
keberdosaan, mengajak peserta untuk memeriksa batin,
melihat kembali relasi-relasi yang kurang beres.
Pemimpin pujian juga bisa mengiringi dengan renungan
pertobatan atau refleksi pertobatan berdasarkan bacaan-
bacaan kitab suci yang bertemakan tentang
pengampunan dan pertobatan sehingga menciptakan
suasana yang hening dan syahdu sehingga peserta
terkondisikan untuk benar-benar mengalami Allah yang
mengampuni dan menyelamatkan. Pemimpin pujian
menutup bagian ini dengan doa mohon pengampunan
dari Allah untuk menyimpulkan semua doa-doa umat
beriman dan pujian kepada Allah yang maharahim.
Pujian Syukur dan Penyembahan
Sebagai ucapan terima kasih atas rahmat pengampunan
dan pertobatan yang dianugerahkan Tuhan maka
pemimpin pujian dan tim pujian menyanyikan lagu
syukur atas karunia terbesar ini. Pemimpin pujian juga
bisa mengiringi dengan kata-kata yang bernada syukur
yang pada gilirannya akan mengantar peserta pujian
untuk masuk secara lebih dalam pada bagian inti dan
penting dalam persekutuan doa karismatik katolik yaitu
Penyembahan. Itulah sebabnya, pujian dan syukur ini
menjadi pintu masuk ke dalam bagian penyembahan
yang dalam karismatik merupakan hal yang utama dan
mendasar.
Pujian dan penyembahan sarana yang paling efektif
untuk membangun iman yang lebih hidup. Sebab
dengan memuji dan menyembah, kita menempatkan
Tuhan Allah sebagai yang paling utama di dalam seluruh
aspek kehidupan kita.
Tujuan dari pujian penyembahan adalah pertama,
menjadi penyembah yang sejati, dengan senantiasa
mempersembahkan seluruh hidup kepada Tuhan.
Kedua, menjadi saksi yang penuh dengan karunia‐
karunia‐Nya bagi sesama. Kuasa pujian penyembahan:
pertama, memampukan kita secara efektif
membebaskan diri dari segala kebiasaan buruk maupun
dari pengaruh dan ikatan roh jahat. Kedua, memperoleh
kekuatan daya ilahi, sehingga mampu mengatasi setiap
perkara. Ketiga, menjadi sarana yang efektif bagi
terjadinya penyembuhan. Keempat, membangkitkan
semangat iman dan sukacita dalam jiwa.
Pujian dan Penyembahan adalah sarana utama dari
Persekutuan Doa untuk membawa segenap umat ke
dalam penyadaran akan persatuan mereka dengan Allah.
Oleh karena itu, Pujian Penyembahan di dalam
Persekutuan Doa memiliki peran yang amat penting
untuk menggerakkan keterlibatan umat dalam berdoa
secara lebih aktif, lebih ekspresif dan lebih intensif.
Bagian pujian penyembahan diawali dengan ajakan oleh
pemimpin pujian untuk masuk dalam suasana khidmat
dan doa supaya mempersiapkan peserta pujian untuk
masuk dalam penyembahan. Ajakan pemimpin pujian
ini diiringi oleh lagu penyembahan untuk memberi
suasana yang syahdu agar peserta terkondisikan untuk
mengalami Allah yang kudus, mengalami hadirat Tuhan
yang menguduskan.
Bagian penyembahan ini diakhiri dengan saat hening
dan doa penyembahan yang dibawakan oleh pemimpin
pujian sebagai kesimpulan dari rangkaian dari bagian
penyembahan ini.
Dalam bagian penyembahan ini biasanya diikuti juga
manifestasi penyembahan yang mewujud melalui
bahasa-bahasa Roh sebagai ungkapan nyata dari karunia
Roh atas penyembahan umat.

Merenungkan Firman Tuhan


Setelah bagian pujian penyembahan yang
mengkondisikan peserta untuk mengalami hadirat Allah
yang kudus maka bagian selanjutnya adalah
merenungkan firman Tuhan yang menjadi kekuatan dan
peneguhan bagi umat beriman.
Bagian ini diawali dengan pujian pengantar Firman
untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi umat
untuk masuk dalam permenungan firman Tuhan.
Setelah itu pemimpin pujian mengajak umat beriman
untuk berdoa mohon penerangan Roh Kudus agar bisa
membuka hati dan budi kita untuk memahami dan
merenungkan firman Tuhan.
Setelah itu firman Tuhan dibacakan atau
diperdengarkan kepada peserta persekutuan oleh
pembawa firman. Setelah itu pembawa firman
menyampaikan renungan berdasarkan firman yang
sudah disampaikan. Setelah bagian renungan, umat atau
peserta bisa turut mengambil bagian dalam
permenungan firman ini dengan mensharingkan
pengalaman hidupnya berdasarkan firman yang ada.

Doa Umat/Syafaat – Persembahan – Bapa


Kami

Pada bagian ini, pemimpin pujian membawakan doa-


doa yang akan dimohonkan dalam kesempatan
persekutuan doa dan mempersilahkan umat atau peserta
untuk menyampaikan doa-doa bukan hanya untuk
kepentingan secara umum tetapi juga kepentingan-
kepentingan pribadi. Setelah semua peserta
mengungkapkan doa-doa yang perlu untuk dimohonkan
dalam kesempatan persekutuan doa maka worship
leader (pemimpin pujian) bisa mengakhiri dengan lagu
pujian yang sesuai sambil diakhiri dengan doa yang
menyimpulkan semua permohonan yang disampaikan
dalam doa umat.
Setelah doa umat, bagian selanjutnya adalah
persembahan. Umat beriman dipersilahkan untuk
mengumpulkan kolekte yang akan dipakai untuk
kepentingan-kepentingan bersama dalam kelompok
karismatik. Bagian persembahan ini diiringi juga lagu
persembahan dan ditutup dengan doa atas persembahan
oleh pemimpin pujian.
Selanjutnya, sebagaimana setiap ibadat katolik pada
umumnya yang semua doa-doa bermuara pada Doa
Agung yaitu Bapa Kami maka setiap doa dalam
persekutuan doa harus diakhiri atau disimpulkan
dengan Doa Bapa Kami sebagai doa yang diajarkan
sendiri oleh Kristus.

Pengumuman – Doa Penutup – Pujian


Penutup - Fellowship

Bagian terakhir dalam ibadat persekutuan adalah


pengumuman – doa penutup dan lagu penutup.
Dalam pengumuman, koordinator atau sekretaris
menyampaikan pengumuman sehubungan dengan
penyelenggaraan ibadat persekutuan selanjutnya, para
petugas yang akan bertugas dalam ibadat persekutuan
tersebut dan pengumuman yang lain sehubungan
dengan kegiatan kelompok. Setelah itu, pemimpin
pujian menutup seluruh rangkaian ibadat persekutuan
dengan doa penutup dan diakhiri dengan lagu atau
pujian penutup.
Setelah seluruh rangkaian persekutuan doa selesai maka
bagian paling terakhir yang tak kalah penting dalam
setiap persekutuan doa yaitu apa yang disebut dengan
fellowship. Bagian ini merupakan saat dimana seluruh
peserta persekutuan mengungkapkan evaluasi secara
menyeluruh terhadap rangkaian persekutuan doa yang
baru saja dijalani. Hal ini dirasa sangat penting demi
perkembangan dan pertumbuhan ibadat persekutuan
doa untuk kesempatan-kesempatan selanjutnya. Atau
bisa juga dalam bagian ini diberikan kesempatan kepada
peserta atau anggota untuk mengungkapkan
pengalaman menarik apa yang dirasakan selama
rangkaian persekutuan doa sehingga juga bisa menjadi
suatu kesaksian bagian yang lain. Apakah ada sentuhan-
sentuhan dan pengalaman Roh yang dialami yang tentu
berguna bagi anggota yang lain.

Penutup: Dinamika Persekutuan Doa


Kebersatuan pemimpin, pengelola dan anggota (Leaders
& Follower) tentu menjadi modal yang sangat berharga
untuk mengelola dan mengembangkan PD secara kreatif
dan dinamis. Kesatuan pemimpin, pengelola dan
anggota dapat melahirkan suasana PD yang indah,
penuh damai dan berkat Allah. Dinamika PD tidak
hanya terfokus pada saat ibadah karena dinamika PD
dimulai dari kehadiran para anggota di tempat
penyelenggaraan PD. Oleh karena itu, para pemimpin
dan pengelola sebaiknya sudah hadir terlebih dahulu,
melakukan doa persiapan dan menyiapkan
penyambutan yang hangat bagi para anggota. Sambutan
yang hangat itu akan menciptakan keteduhan hati
sehingga para anggota siap untuk bersatu hati dalam
beribadah, memuji dan memuliakan Allah. Sambutan
yang hangat membangun iman akan Allah yang penuh
kasih sayang yang menyongsong setiap anak-anakNya
dengan tulus hati.
Selanjutnya, para anggota yang masuk ke ruang ibadah
dengan hati yang gembira disambut lagi oleh worship
leader (WL) atau pemimpin pujian dalam suasana puji-
pujian. Seorang WL yang memiliki persiapan akan peka
terhadap kehadiran setiap anggota. Jika ada yang letih
lesu dan berbeban berat maka seorang WL dapat
menyongsong peserta dengan sabda-sabda Allah yang
menguatkan para anggota tersebut. Itulah saat yang
indah dimana seorang WL juga menginjil, bukan
sebaliknya justru berkomentar, “…kog saya masih
belum melihat wajah yang gembira ya”. Komentar
seperti itu justru membawa penghakiman dan
melemahkan. Setiap WL memiliki tugas untuk
menghantar para anggota masuk dalam hadirat Allah
yang Maha Kudus dan dipenuhi dengan Roh Kudus.
Seorang WL bertugas untuk mengalirkan pujian dan
penyembahan dari hati para anggotanya seturut
kehendak dan gerak Roh.
Firman tampak menjadi puncak dari perjalanan PD
tetapi bukan berarti bahwa pada tahap itu harus selalu
diisi dengan pengajaran. Tahap itu dapat berupa saat
hening total guna mendengarkan Allah yang bersabda
melalui karunia berkata-kata dalam bahasa Roh, nubuat
atau sabda pengetahuan yang dipercayakan kepada para
pemimpin, pengelola atau anggota PD saat pencurahan
Roh. Selain itu, tahap itu juga dapat diisi
dengan sharing, kesaksian atau pembacaan sabda
dengan renungan singkat. Dalam sebuah tour bisa jadi
anggota merasakan keindahaan pada tahap-tahap
tertentu misalnya ada saatnya anggota sangat menikmati
pertobatan karena memang suasana batinnya
memerlukan sedangkan PD berikutnya anggota khusuk
saat penyembahan. Oleh karena itu, WL seyogyanya
terbuka pada gerak Roh sehingga tidak memaksakan
semua lagu yang sudah dipersiapkan untuk dinyanyikan.
Jadi kalau waktu sudah larut maka WL dapat
mengurangi nyanyian atau mempersingkat komentar-
komentar pada tahapan-tahapan selanjutnya. Demikian
juga pembawa firman juga perlu peka pada situasi agar
secara keseluruhan umat merasakan tour ke bait (bukit)
Allah dengan sangat menyenangkan bukan sebaliknya
sangat membosankan. Pemimpin dan pengelola PD
perlu mengatur waktu sehingga PD selalu diakhiri
dengan fellowship (ramah tamah atau sambung hati)
agar semua anggota PD dapat semakin akrab satu sama
lain. Selain itu, kesempatan tersebut juga dapat
digunakan untuk saling memberikan layanan doa atau
konsultasi.

Anda mungkin juga menyukai