Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI TERHADAP

KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS DUMAI KOTA KELURAHAN DUMAI KOTA
Razana Hijani1, Fathra Annis Nauli2, Reni Zulfitri3

Email: rhijani21@gmail.com
085278792509

Abstract

The purpose of this research is to find out relationship between mother’s knowledge about immunization towards the complete
basic immunization for toddlers at Dumai Kota Community Health Center Dumai Kota Village. This research used descriptive
correlative with cross sectional approach. Sample of this research taken using purposive sampling. This research’s sample
composed of 100 mothers who live in Dumai Kota village, Dumai. Data were collected using scale that have been tested for
validity. Data then analyzed using chi-square with significance level of α 0,05. The results showed that both group of the
mothers who have complete basic immunization for child 60 respondent (78.8%) and mother who do not have complete basic
immunization for child 18 respondent (75%) (p value 0,000 > α 0,05). In conclusion, there is relationship between between
mother’s knowledge about immunization towards the complete basic immunization for toddlers at Dumai Kota Community
Health Center Dumai Kota Village. Based on this research suggested the family to support the mother to give basic
immunization in children to prevent certain disease.

Keywords : immunization, basic immunization, knowledge

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada pula angka kematian balita turun dari 97
hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kematian (1991) menjadi 44 per 1000 kelahiran
kesehatan bagi setiap penduduk agar hidup (Kemenkes RI, 2011).
terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal. Penurunan tingkat kematian bayi ini
Salah satu upaya untuk mencapai keadaan masih menurun dengan lambat bila dibandingkan
tersebut adalah menurunkan angka kesakitan dan dengan target pembangunan global atau
kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2002). Millenium Global Development Goals (MDGs)
Anak balita adalah anak yang telah menginjak yang harus dicapai pada tahun 2015 dimana
usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan angka kematian bayi menjadi 23 per 100.000
pengertian usia anak di bawah lima tahun (Uripi, kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Millenium
2004). Saat ini terdapat sekitar 14 juta balita di Global Development Goals (MDGs) atau Tujuan
Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Pembangunan Milenium (TPM) merupakan
Menurut Sudarmoko (2011), tubuh balita paradigma pembangunan global yang mesti
masih sangat rentan terhadap unsur asing karena dicapai pada tahun 2015 dan telah disepakati
balita belum memiliki sistem kekebalan tubuh secara nasional oleh negara anggota Perserikatan
yang memadai. Periode tiga tahun pertama pada Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia
masa balita merupakan periode emas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan Milenium PBB pada tahun 2000 silam (BPPN,
emosional anak. Gizi yang baik, kebersihan, 2007).
imunisasi, vitamin A dan pelayanan kesehatan Arah Tujuan Pembangunan Global atau
yang bermutu, serta kasih sayang dan stimulasi MGDs ini meliputi 8 hal, dan Kemenkes RI
yang memadai pada usia balita akan berupaya kuat untuk mencapai target MGDs
meningkatkan kelangsungan hidup dan pada tahun 2015 khususnya MGDs 4 dan 5 yaitu
mengoptimalkan kualitas hidup anak (Kemenkes penurunan angka kematian anak dan peningkatan
RI, 2012). kesehatan maternal (Kemenkes RI, 2011). Guna
Kesehatan anak di Indonesia terus menyukseskan tujuan pembanguan global atau
meningkat dari waktu ke waktu, hal ini tercermin MGDs, salah satu target utama adalah
dari penurunan tingkat kematian bayi dan anak. menurunkan angka kesakitan/kematian ibu dan
Berdasarkan Survey Dasar Kesehatan Indonesia anak, serta pengendalian penyakit infeksi
(SDKI) pada tahun 2007, tingkat kematian bayi (HIV/AIDS, TB,Malaria) termasuk penyakit
di Indonesia turun signifikan dari 68 (1991) yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Demikian Oleh karena itu, program imunisasi merupakan
salah satu program prioritas intervensi kesehatan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi,
masyarakat dalam usaha melindungi anak dari Sp.A, MPH, menyatakan bahwa meskipun
kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Indonesia telah dinyatakan bebas polio, resiko
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) infeksi baru virus polio tetap mengancam. Masih
(Kemenkes RI, 2012). dimungkinkan adanya mobilisasi yang
Upaya menurunkan angka kesakitan, menyebabkan penyebaran atau penularan virus
kematian, dan kecacatan akibat Penyakit yang polio dari negara endemis, seperti Afganistan,
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), sangat Nigeria, dan Pakistan. Karena itu, imunisasi rutin
ditentukan oleh cakupan imunisasi yang tinggi tetap harus dilakukan (Kemenkes RI, 2012).
dan merata di semua desa/kelurahan yang dapat Pekan Imunisasi Dunia baru pertama kali
dinilai dari capaian Universal Child dilakukan di Indonesia pada tahun 2013 ini, pada
Immunization (UCI) desa. UCI adalah suatu kesempatan itu Menkes meminta dukungan agar
kondisi dimana 80% bayi yang ada disuatu desa jajaran kesehatan di rumah sakit dan puskesmas
telah mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap termasuk jajaran kesehatan di TNI-POLRI dan
yang meliputi Hepatitis B, BCG, DPT-HB, swasta, untuk memberikan pelayanan imunisasi
Polio, dan Campak (Kemenkes RI, 2012). dasar bagi bayi dan anak usia < 3 tahun yang
Cakupan imunisasi terus meningkat, dari status imunisasi dasarnya belum lengkap pada
44,5% (1991) menjadi 67% (2007) dan 74,4% waktu bayi (Kemenkes RI, 2013). Imunisasi
(2010). Khusus untuk cakupan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk
campak, Indonesia telah memiliki angka mencapai kadar kekebalan diatas perlindungan
cakupan optimal 90%. Hal ini merupakan yang meliputi pemberian imunisasi Hepatitis B,
langkah untuk mencegah terjadinya wabah. BCG, DPT-HB, Polio, dan Campak (Kemenkes
Upaya promosi dan peningkatan akses pelayanan RI, 2012).
imunisasi dilakukan sampai ke tingkat dusun. Campak merupakan salah satu penyakit
Lebih dari 70% cakupan imunisasi berasal dari menular dengan berbagai komplikasi yang berat,
penjangkauan layanan di Posyandu yang sangat berpotensi menimbulkan wabah atau
dilakukan dalam kolaborasi bidan desa dan Kejadian Luar Biasa (KLB), serta dapat
masyarakat secara berkala setiap bulan menyebabkan kematian. Sebagai gambaran
(Kemenkes RI, 2011). situasi global di tahun 2008, diketahui terdapat
Keberhasilan Program Imunisasi di 164.000 kematian akibat campak di dunia.
Indonesia telah terbukti sejak beberapa Artinya, terdapat 450 kematian akibat campak
dasawarsa terakhir ini. Sukses yang telah dicapai terjadi setiap hari, atau 18 kematian akibat
antara lain adalah keberhasilan dalam campak terjadi setiap jam (Kemenkes RI, 2011).
pembasmian atau eradikasi cacar pada tahun Kasus polio sudah tidak ditemukan lagi
1974 dimana cacar merupakan suatu penyakit di Indonesia sepanjang lima tahun terakhir ini.
menular sangat cepat menyebar dan banyak Tetapi upaya eradikasi polio harus dilanjutkan
menimbulkan kesakitan kecacatan dan dan untuk mewujudkan Indonesia bebas polio,
kematian, penderita polio sudah tidak ditemukan sebagai bagian dari upaya eradikasi polio
lagi di Indonesia sejak tahun 2006, dan regional global. Untuk kasus tetanus maternal
diharapkan pada tahun 2018 seluruh dunia bebas dan neonatal telah dinyatakan mencapai tahap
polio, penurunan lebih dari 90% angka kesakitan eliminasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau
dan kematian akibat penyakit Difteri, Pertusis, WHO di sebagian wilayah Indonesia. Selain itu,
Tetanus, dan Campak bila dibandingkan dengan langkah-langkah mewujudkan reduksi dan
20 tahun yang lalu (Kemenkes RI, 2013). eliminasi campak di Indonesia masih harus
Secara global diperkirakan 2-3 juta dilaksanakan (Kemenkes RI, 2011).
kematian per tahunnya berhasil dicegah karena BCG (Bacille Calmette-Guerin) adalah
penyakit difteri, campak, pertusis, pneumonia, vaksin hidup yang dibuat untuk menimbulkan
polio, rotavirus diare, rubella, dan tetanus kekebalan terhadap kuman Mycobacterium
melalui imunisasi. Tetapi, masih ada sekitar 22 Tuberculosis. Kuman tersebut menimbulkan
juta bayi di dunia yang belum mendapatkan penyakit Tuberkulosis (TB) yang bisa
imunisasi lengkap dan sebesar 9,5 juta adalah di menyerang siapa saja, termasuk-anak-anak. Pada
wilayah Asia Tenggara atau South East Asian tahun 1992 WHO telah mencanangkan
Region (SEAR), termasuk di dalamnya anak- tuberculosis sebagai Global Emergency. Laporan
anak Indonesia (Kemenkes RI, 2013). WHO pada tahun 2004 menyatakan bahwa
terdapat 8,8 juta kasus baru tuberculosis pada Penelitian ini juga diperkuat dengan
tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar pada
terinfeksi kuman tuberculosis dan menurut tahun 2012 ini di Kelurahan Sidorame Barat II
regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi Medan Perjuangan yang menyatakan bahwa dari
di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di 39 responden, didapatkan 20 orang (51,3%)
dunia (Judarwanto, 2012). memiliki pengetahuan tentang imunisasi dasar
DPT-HB untuk mencegah penyakit yang cukup dan kelengkapan imunisasi dasar
Difteri, Pertusis, dan Tetanus serta melanjutkan pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30
imunisasi Hepatitis B. Subdit KLB Dirjen P2M- orang (76,9%), sehingga terdapat hubungan
PL Kementerian Kesehatan melaporkan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
peningkatan kasus difteri di beberapa provinsi di dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
Indonesia seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, usia 0-12 bulan di Lingkungan IX Kelurahan
DKI, Lampung, dan beberapa tempat lain di Sidorame Barat II Medan Pejuangan.
Indonesia. Dinas kesehatan provinsi Jawa Timur Ibu yang tinggal di wilayah kerja
menetapkan status difteri sebagai Kejadian Luar Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota
Biasa (KLB) sejak tahun 2011 (Rusmil, rata-rata berpendidikan SMU. Dari 2026 ibu
Chairulfatah, & Fadlyana, 2011). yang ada di wilayah Puskesmas Dumai Kota
Salah satu tantangan yang dihadapi, Kelurahan Dumai Kota sebanyak 1020 ibu
setelah penerapan desentralisasi ada Pemerintah merupakan tamat SMU dan perguruan tinggi.
Daerah yang tidak menempatkan imunisasi Puskesmas Dumai Kota juga rutin mengadakan
sebagai prioritas dalam alokasi anggarannya. penyuluhan baik di dalam gedung maupun di
Tantangan lain adalah berbagai perubahan di luar gedung. Dilihat dari pendidikan rata-rata
masyarakat yang menuntut kepiawaian seluruh yang dimiliki ibu dan usaha pihak puskesmas,
jajaran pemerintah dalam berkomunikasi dan semestinya angka balita yang datang ke
meyakinkan seluruh lapisan masyarakat, baik Posyandu memenuhi cakupan.
tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
media massa, dan orang tua (Kemenkes RI, pada 5 ibu yang memiliki bayi 9-12 bulan yang
2011). datang berobat ke Puskesmas Dumai Kota
Pengetahuan atau kognitif merupakan Kelurahan Delima pada tanggal 28 dan 29 Juni
domain yang sangat penting dalam membentuk 2013 didapatkan hasil 60% ibu berpengetahuan
tindakan seseorang (over behavior). Dari rendah yang ditandai dengan tidak mengetahui
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa pengertian imunisasi, jenis-jenis imunisasi, dan
perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan tidak memahami tujuan imunisasi. Sebanyak
lebih bertahan dari perilaku yang tidak di dasari 40% dari ibu-ibu tersebut memiliki status
oleh pengetahuan (Fitriani, 2011). Tanpa kelengkapan imunisasi dasar bayi tidak lengkap.
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar Studi pendahuluan juga dilakukan
untuk mengambil keputusan dan menentukan terhadap pegawai Puskesmas Dumai Kota yang
tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor ikut dalam kegiatan posyandu di Kelurahan
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang Dumai Kota mengatakan, jumlah balita yang
adalah pendidikan, pekerjaan, umur, minat, datang ke posyandu hanya sedikit dibandingkan
pengalaman, kebudayaan dan informasi (Iqbal, dengan jumlah balita yang ada di dalam wilayah
Chayatin, Rozikin & Supradi, 2007). posyandu tersebut. Cakupan jumlah balita yang
Penelitian yang dilakukan oleh Azizah, menimbang berat badannya dengan jumlah balita
Suyati, dan Rahmawati pada tahun 2012 yang yang ada di posyandu Dumai Kota pada bulan
dilaksanakan di BPS Hj. Umi Salmah di desa Mei yaitu 73%, sedangan standar pelayanan
Kauman, Peterongan, Jombang menunjukkan minimal adalah 80%.
bahwa dari 23 orang ibu, 17 ibu (74%) memiliki Berdasarkan fenomena diatas maka
pengetahuan baik, sebagian besar 14 bayi (60%) peneliti merasa penting untuk meneliti tentang
dengan imunisasi patuh, sehingga dapat “hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi balita di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota
dasar dengan kepatuhan melaksanakan Kelurahan Dumai Kota”.
imunisasi.
TUJUAN PENELITIAN dewasa (25-45 tahun) dengan jumlah 78 orang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui responden (78%).
hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita Tabel 2
di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota Distribusi Responden Menurut Status
Kelurahan Dumai Kota. Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Dumai
Kota Kelurahan Dumai Kota
METODE No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Desain Penelitian: Penelitian ini 1. SMA 80 80
2. Perguruan Tinggi 20 20
merupakan penelitian kuantitatif dengan
Total 100 100
menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari
dan pendekatan cross sectional. Penelitian
100 responden yang diteliti, pendidikan terakhir
tersebut merupakan jenis penelitian yang
responden yang terbanyak yaitu SMA dengan
menekankan pada waktu pengukuran/observasi
jumlah 80 orang responden (80%).
data variabel independen dan dependen hanya
satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).
Tabel 3
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
Distribusi Responden Menurut Tingkat
pengetahuan sedangkan variabel terikatnya adalah
Pengetahuan Tentang Imunisasi di Wilayah
status kelengkapan imunisasi dasar.
Kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai
Sampel: sampel yang digunakan oleh
Kota
peneliti adalah sebanyak 100 orang responden No. Tingkat Jumlah Persentase (%)
dengan kriteria inklusi bersedia menjadi Pengetahuan
responden, ibu dengan yang memiliki balita 1-5 1. Baik 76 76
tahun, berpendidikan minimal SMU, bisa 2. Cukup 24 24
membaca dan menulis. Total 100 100
Instrumen: Instrumen yang digunakan Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari
untuk pengumpulan data adalah kuesioner data 100 responden yang diteliti, tingkat pengetahuan
demografi karakteristik ibu, kuesioner untuk yang terbanyak yaitu baik dengan jumlah 76
mengukur pengetahuan 27 pertanyaan dan orang responden (76%).
kelengkapan imunisasi dasar 13 pertanyaan.
Prosedur: Tahapan awal peneliti Tabel 4
mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Distribusi Responden Menurut Kelengkapan
PSIK Universitas Riau, kemudian menyelesaikan Imunisasi Dasar pada Balita di Wilayah Kerja
urusan administrasi dan selanjutnya peneliti Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota
mendatangi lokasi penelitian di wilayah kerja No. Kelengkapan Jumlah Persentase (%)
Imunisasi
Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota, 1. Lengkap 66 100
mencari responden yang sesuai dengan kriteria 2. Tidak Lengkap 34 100
inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti dan Total 100 100
melakukan penelitian. Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari
100 responden yang diteliti, kelengkapan
HASIL PENELITIAN imunisasi dasar yang terbanyak yaitu lengkap
Analisa Univariat dengan jumlah 66 orang responden (66%).
Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Analisa Bivariat
Kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Tabel 5
Kota Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
No. Umur Jumlah Persentase (%) terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
1. Dewasa Awal 22 22 balita di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota
(18-25 tahun)
2. Dewasa (25-45 78 78 Kelurahan Dumai Kota
tahun)
Total 100 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari
100 orang responden yang diteliti, distribusi
responden menurut umur yang terbanyak adalah
Berdasarkan tabel 5 hasil analisis Hasil penelitian ini juga didukung oleh
hubungan pengetahuan ibu tantang imunisasi penelitian Paridawati, Rachman, dan Fajarwati
terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada (2012), yang menunjukkan hasil penelitian
balita didapatkan bahwa mayoritas responden dengan jumlah sampel 91 responden didapatkan
memiliki pengetahuan baik dengan kelengkapan bahwa responden dengan pendidikan terakhir
imunisasi dasar pada balita lengkap sebanyak 60 SMA sebanyak 63 orang responden (69,2%) dan
orang responden (78,8%), sedangkan yang yang berpendidikan terakhir dibawah SMP
berpengetahuan cukup dengan kelengkapan sebanyak 28 orang responden (30.8%).
imunisasi dasar pada balita tidak lengkap Notoadmodjo (2005) menyatakan bahwa
sebanyak 18 orang responden (75%). semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
Berdasarkan hasil uji chi-square maka semakin tinggi pemahamannya, sehingga
diperoleh p value = 0,000 < α (0,05), berarti Ho tingkat pendidikan sangat berperan dalam
ditolak sehingga dapat disimpulkan ada penyerapan dan pemahaman terhadap informasi.
hubungan antara pengetahuan ibu tentang Pendidikan memiliki peranan sangat penting
imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar dalam menentukan kualitas manusia, dengan
pada balita. pendidikan manusia akan memperoleh
pengetahuan dan informasi. Semakin tinggi
PEMBAHASAN tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
1. Karakteristik responden berkualitas hidupnya (Hurlock, 2007).
a. Umur Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian yang semakin tinggi pendidikan di masa yang akan
dilakukan terhadap 100 orang responden dating semakin besar kesadaran untuk
didapatkan bahwa mayoritas usia responden melaksanakan imunisasi dan secara tepat ibu
yaitu kelompok dewasa (25 – 45 tahun) dengan menerima informasi dan dapat mengambil
jumlah 72 responden (72%). Usia dewasa keputusan untuk kesehatan bayinya terutama
merupakan masa dimana seseorang dianggap untuk melaksanakan imunisasi.
telah matur, baik secara fisiologis, psikologis,
dan kognitif (Perry & Potter, 2005). 2. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Secara kognitif, kebiasaan berpikir Imunisasi
rasional meningkat pada usia dewasa awal dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
tengah (Potter & Perry, 2005). Notoadmodjo terhadap 100 orang responden, mayoritas
(2005) menyatakan bahwa usia akan responden berpengetahuan baik dengan jumlah 76
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola orang responden (76%). Hasil tingkat
pikir seseorang, semakin bertambah usia akan pengetahuan ibu sejalan dengan mayoritas berusia
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola dewasa dan sebagian besar ibu memiliki tingkat
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya pendidikan SMA.
semakin membaik. Hasil penelitian ini didukung oleh
Hurlock (2007) juga menyatakan bahwa penelitian Wadud (2013), yang menunjukkan
umur seseorang dapat mempengaruhi hasil penelitian dengan jumlah responden 53
pengetahuan, semakin lanjut umur seseorang orang didapatkan pengetahuan ibu baik sebanyak
maka kemungkinan semakin meningkat 32 orang responden (60,4%) dan pengetahuan ibu
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. kurang sebanyak 21 orang responden (39,6%).
b. Pendidikan Bertambahnya usia seseorang akan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek
pendidikan responden yang paling banyak adalah fisik dan psikologis (mental). Ada empat
SMA yaitu berjumlah 80 orang (80%). Undang- perubahan fisik yang terjadi, yaitu perubahan
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal lama dan timbulnya ciri-ciri baru (Iqbal,
14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal Chayatin, Rozikin & Supradi, 2007). Usia dewasa
terdiri atas pendidikan dasar (SD dan SMP), dianggap sudah matang dalam daya tangkap dan
pendidikan menengah (SMA dan SMK), dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diterima
pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Hal ini lebih baik.
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden Makin tinggi pendidikan seseorang
memiliki tingkat pendidikan menengah. semakin mudah pula mereka menerima informasi
dan makin banyak pula pengetahuan yang 4. Hubungan pengetahuan ibu tentang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang dengan imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi
tingkat pendidikan yang rendah akan dasar
menghambat perkembangan sikap seseorang Hasil analisa hubungan pengetahuan ibu
terhadap penerimaan dan nilai-nilai yang akan tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi
diperkenalkan (Iqbal, Chayatin, Rozikin & dasar pada balita dengan menggunakan uji chi-
Supradi, 2007). square menunjukkan p value sebesar 0,000
Hasil tingkat pengetahuan sebagian besar dimana p value < 0.05. Hal ini berarti Ho ditolak
ibu yang sejalan dengan mayoritas tingkat dan dapat disimpulkan ada hubungan
pendidikan SMA menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap
pengetahuan dipengaruhi faktor pendidikan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di
formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa Dumai Kota.
dengan pendidikan tinggi maka semakin luas pula Hasil penelitian ini didukung oleh
pengetahuannya. penelitian Wadud (2013), yang menunjukkan
hasil penelitian dari 53 sampel yang diteliti
3. Kelengakapn Imunisasi Dasar pada Balita didapatkan bahwa responden yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan berpengetahuan baik dengan status imunisasi
terhadap 100 orang responden, kelengkapan dasar lengkap sebanyak 84,38%, dan responden
imunisasi dasar pada balita responden yang yang berpengetahuan kurang dengn status
terbanyak yaitu lengkap dengan jumlah 66 orang imunisasi dasar lengkap sebanyak 47,62%.
responden (66%). Hal ini sejalan dengan Wadud (2013) juga menyatakan bahwa
penelitian yang dilakukan Wadud (2013), yang pengetahuan ibu berbanding lurus dengan
menunjukkan hasil penelitian dengan jumlah kelengkapan imunisasi dasar pada balita.
sampel sebesar 53 bayi didapatkan kelengkapan Hal ini juga didukung oleh penelitian
imunisasi dasar bayi lengkap sebanyak 69,8% dan Muchtar (2010), yang menunjukkan hasil
status imunisasi dasar bayi tidak lengkap penelitian dengan sampel 250 responden
sebanyak 30,2%. didapatkan bahwa responden yang
Penelitian ini juga didukung oleh berpengetahuan baik sebesar 94,2% dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muchtar (2010), status imunisasi lengkap sedangkan yang tidak
yang menunjukkan hasil penelitian dengan lengkap sebesar 5.8%, dan responden yang
sampel 250 orang responden didapatkan bahwa berpengetahuankurang sebesar 27,4% dengan
responden dengan status kelengkapan imunisasi status imunisasi lengkap sedangkan yang tidak
dasar lengkap sebanyak 77,6%, sedangkan lengkap 72,6%. Muchtar (2010) juga
responden dengan status imunisasi dasar tidak menyatakan bahwa faktor-faktor yang
lengkap sebanyak 22,4%. berhubungan dengan status kelengkapan
Responden yang memiliki balita dengan imunisasi dasar adalah pengetahuan, pendidikan,
status imunisasi tidak lengkap dapat dipengaruhi usia ibu, sikap status social ekonomi serta opini
oleh berbagai alasan dan yang paling sering orang tua serta vaksin.
dikemukakan oleh masyarakat adalah masih Menurut penelitian yang dilakukan oleh
banyak yang beranggapan bahwa anak yang tidak Hindun, Vasra & Komariah (2009), mengatakan
mendapatkan imunisasi masih hidup sehat, bahwa semakin baik pengetahuan responden
padahal anak seharusnya mendapatkan imunisasi maka semakin besar kelengkapan status
dasar sejak lahir untuk mencegah penyakit imunisasi pada anaknya dan responden yang
tertentu. berpengetahuan kurang akan memiliki anak
Kelengkapan status imunisasi dasar pada dengan status imunisasi yang tidak lengkap.
balita dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang
Dengan pengetahuan yang baik membuat ibu sangat penting untuk terbentuknya perilaku
mengetahui informasi yang benar mengenai terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari
manfaat dan tujuan pemberian imunisasi sehingga pengetahuan umumnya bersifat lebih bertahan
akan mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar (Sunaryo, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh
anak. Mayasari & Fakhidah (2010) menyatakan bahwa
faktor pengetahuan memegang peranan penting
dalam pemberian kelengkapan imunisasi dasar,
karena pengetahuan mendorong kemauan dan dari
kemampuan masyarakat, sehingga akan http://www.undp.or.id/pubs/docs/UNDP
diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan %20-
imunisasi secara lengkap. %20%20MGDR%202007%20(bahasa).p
Hasil penelitian juga menunjukkan df
bahwa terdapat 6 responden berpengetahuan
cukup dengan kelengkapan imunisasi dasar Baratawidjaja, Karnen. G. (2006). Imunologi
lengkap pada balita. Pengetahuan seseorang Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: EGC
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini Depkes RI. (2002). Pedoman Operasional
akan menentukan sikap seseorang. Semakin Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta
banyak aspek positif dari objek diketahui, maka
akan menimbulkan sikap semakin postif Depkes RI. (2005). Pedoman Penyelenggaraan
terhadap objek tertentu. Sikap positif ibu dalam Imunisasi. JakartA
memenuhi imunisasi dasar anak dapat
dipengaruhi oleh motivasi ibu, dukungan Efendi, F. (2009). Keperawatan kesehatan
masyarakat serta petugas kesehatan yang aktif komunitas. Jakarta: Salemba Medika
dalam memberikan pelayanan imunisasi
sehingga mendorong ibu untuk melengkapi Eveline & Djamaludin. (2010). Panduan Pintar
imunisasi dasar anak. Merawat Bayi dan Balita. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian yang Wahyu Media
dilakukan, terdapat 16 responden
berpengetahuan baik dengan kelengkapan Fitriani, S. (2011). Promosi kesehatan.
imunisasi dasar pada balita tidak lengkap. Hal ini Yogyakarta: Graha Ilmu
dapat dikarenakan faktor yang mempengaruhi
kelengkapan imunisasi dasar tidak hanya Hastono, SP. (2007). Analisis data kesehatan.
pengetahuan, tetapi juga hal lain seperti FKM UI
pekerjaan. Menurut penelitian Paridawati,
Rachman & Fajarwati (2012), menunjukkan Hidayat, A.A.A (2007a). Metode penelitian
bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor kebidanan & teknik analisis data.
yang mempengaruhi ibu dalam melengkapi Jakarta: Salemba Medika
status imunisasi dasar pada balita. Dengan
demikian diharapkan kepada ibu bekerja yang Hidayat, A.A.A. (2007b). Metode penelitian
memiliki anak yang masih mendapatkan keperawatan dan teknik analisis data.
imunisasi agar meluangkan waktunya agar Jakarta: Salemba Medika
imunisasi dasar pada anak lengkap.
Hidayat, A.A.A. (2008). Pengantar Ilmu
1. Razana Hijani, S.Kep. Mahasiswa Program Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
2. Ns.Fathra Annis Nauli, M.Kep, Sp.J. Dosen
Departemen Komunitas Program Studi Ilmu Hindun, Vasra, & Komariah. (2009). Hubungan
Keperawatan Universitas Riau. antara pengetahuan dan sikap ibu
3. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom Dosen dengan status kelengkapan imunisasi
Departemen Komunitas Program Studi Ilmu dasar pada batita di wilayah kerja
Keperawatan Universitas Riau. Puskesmas Swakelola Gandus
Palembang. Diperolah tanggal 28 Januari
DAFTAR PUSTAKA 2014 dari
http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: suatu files/hubungan_antara_pengetahuan_dan
pendekatan praktik. ed. revisi VI. Jakarta: _sikap_ibu.pdf
Rineka Cipta
Iqbal, Chayatin, Rozikin, & Supradi. (2007).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Promosi kesehatan: sebuah pengantar
(2007). Diperoleh tanggal 28 Mei 2013
promosi belajar mengajar dalam artikel/upaya-percepatan-penurunan-
pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu angka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-
di-indonesia#more-4678
Kementerian Kesehatan RI. (2011).
Bupati/Walikota Berperan capai target Kementerian Kesehatan RI. (2013). Lindungi
MGDs. Diperoleh tangga 28 Mei 2013 Dunia Anda, dapatkan Vaksinasi.
dari Diperoleh tanggal 28 Mei dari
http://www.depkes.go.id/index.php/berita http://www.depkes.go.id/index.php/berita
/press-release/1739-bupatiwalikota- /press-release/2293-lindungi-dunia-anda-
berperan-capai-target-mdgs.html dapatkan-vaksinasi-.html

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Sekjen PBB Kementerian Kesehatan RI. (2012). Satu
Berkunjung ke Puskesmas Perawatan di LAngkah MAju Wujudkan Kawasan
Bali. Diperoleh tanggal 28 Mei 2013 dari Regional Asia Tenggara Yang Bebas
http://www.depkes.go.id/index.php/berita Polio. Diperoleh tanggal 28 Mei dari
/press-release/1725-sekjen-pbb- ttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/
berkunjung-ke-puskesmas-perawatan-di- press-release/2043-satu-langkah-maju-
bali.html wujudkan-kawasan-regional-asia-
tenggara-yang-bebas-polio.html
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Kemenkes
Kirim Vaksin Ke Dinas Kabupaten Deli
Serdang. Diperoleh tanggal 28 Mei 2013 Lobindo-Wood, G. & Haber, J. (2006). Nursing
dari Research: methods and critical appraisal
http://www.depkes.go.id/index.php/berita for evidance-based practice.
/press-release/1729-kemenkes-kirim- Philadelphia: Mosby Elsevier
vaksin-ke-dinkes-kabupaten-deli-
serdang.html Machfoedz, I. (2008). Teknik membuat alat ukur
penelitian bidang kesehatan, kedokteran,
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Hasil Kajian keperawatan, dan kebidanan.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Yogyakarta: Fitramaya
pada Kampanye Imunisasi Tambahan
Campak dan Polio di Jawa Barat. Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran.
Diperoleh tanggal 28 Mei 2013 dari Jakarta: Media Aesculapis
http://www.depkes.go.id/index.php/berita
/press-release/1722-hasil-kajian- Muaris, H.(2006). Sarapan Sehat Untuk Anak
kejadian-ikutan-pasca-imunisasi-kipi- Balita. Jakarta: Gramedia
pada-kampanye-imunisasi-tambahan-
campak-dan-polio-di-jawa-barat.html Muscari, Mary E.(2005). Panduan Belajar:
diakses Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Program Notoatmodjo, S. (2005a). Metodelogi penelitian


Imunisasi Berhasil Tekan Morbiditas dan kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Mortalitas Tujuh Penyakit di Indonesia.
Diperoleh tanggal 28 Mei 2013 dari Nursalam. (2003). Konsep & penerapan
ttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/ metodologi penelitian ilmu keperawatan.
press-release/1691-prorgam-imunisasi- Jakarta: Salemba Medika
berhasil-tekan-morbiditas-dan-mortalitas-
tujuh-penyakit-di-indonesia.html Paridawati, Rachman, & Fajarwati. (2012).
Faktor yang berhubungan dengan
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Upaya tindakan ibu dalam pemberian imunisasi
Percepatan Penurunan Angka Kematian dasar pada bayi di wilayah kerja
Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. h Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng
Diperoleh tanggal 28 Mei 2013 dari Kabupaten Gowa. Diperoleh tanggal 28
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/ Januari 2014 dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ha kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
ndle/123456789/5833/JURNAL%20SKR Usia 0-12 bulan di lingkungan IX
IPSI.pdf?sequence=1 kelurahan Sidorome Barat II Medan
Perjuangan Tahun 2012. Diperoleh
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). tanggal 31 Mei dari
Fundamental Keperawatan (ed 7). http://repository.usu.ac.id/handle/123456
Jakarta: Salemba Medika 789/37200

PSIK-UR. (2012). Pedoman penulisan skripsi


dan penelitian. Buku panduan tidak
dipublikasikan.

Ranuh, dkk. (2001). Buku Pedoman Imunisasi.


Jakarta: Satgas IDAI

Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia.


(2008). Pedoman Imunisasi, Edisi
Ketiga. Jakarta

Supartini, Yupi. (2002). Buku Ajar Konsep


Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Sutomo, B & Anggraeni, D. Y. (2010). Makanan


Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Gramedia

Suyati, Ninik. & Rahmawati, Vivin. (2012).


Hubungan tingkat pengetahuan Ibu
tentang imunisasi dasar dengan
kepatuhan melaksanakan imunisasi di
BPS Hj. Umi Salamah di desa Kauman,
Peterongan, Jombang. Diperoleh tanggal
31 Mei dari
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.ph
p/seminas/article/view/169

Uripi, Vera. (2004). Menu Sehat untuk Balita.


Jakarta: Puspa Swara

Wadud, Mursyida A. (2013). Hubungan antara


pengetahuan dan pekerjaaan ibu dengan
status imunisasi dasar pada bayi di Desa
Muara Medak wilayah kerja Puskesmas
Bayung Lencir. Diperoleh tanggal 28
Januari 2014 dari
http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles
/files/hubungan_antara_pengetahuan_da
n_pekerjaan_ibu_dengan_status_imunisa
si_dasar_pada_bayi_di_desa_muara_me
dak_wilayah_kerja_puskesmas_bayung_l
encir_2013.pdf

Yusnidar. (2013). Hubungan pengetahuan Ibu


tentang imunisasi dasar dengan

Anda mungkin juga menyukai