Anda di halaman 1dari 10

Salsa Amalia

ALPHA 2016
04011181621063

1c. Tanda-tanda kesulitan bernapas pada anak

 Merintih/grunting, pernapasan cuping hidung, wheezing, stridor.


 Kepala terangguk-angguk (gerakan kepala yang sesuai dengan inspirasi
menunjukkan adanya distres pernapasan berat).
 Peningkatan tekanan vena jugularis
 Telapak tangan sangat pucat.
 Sianosis sentral
 Frekuensi pernapasan (hitung napas selama 1 menit ketika anak tenang)
Napas cepat:
Umur < 2 bulan : > 60 kali
Umur 2 – 11 bulan : > 50 kali
Umur 1 – 5 tahun : > 40 kali
Umur > 5 tahun : > 30 kali
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest-indrawing)
 Denyut apeks bergeser/trakea terdorong dari garis tengah
 Auskultasi terdengar crackles (ronki) atau suara napas bronkial
 Irama derap pada auskultasi jantung
 Tanda efusi pleura (redup) atau pneumotoraks (hipersonor) pada perkusi.

World Health Organization. 2008. Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
rujukan tingkat pertama di kabupaten/ kota. WHO ; alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia.
Jakarta : WHO Indonesia.

2b. Mekanisme demam tidak tinggi disertai batuk pilek

Virus masuk melalui port d’entri (hidung dan mukosa), kemudian menyebar ke laring dan
trakea sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi di laring dan trakea. Adanya inflamasi
menyebabkan monosit, makrofag dan sel-sel kupffer mengeluarkan pirogen endogen (IL-
1, TNF-a, IL-6, dan interferon)  mecapai hipotalamus anterior dan melepaskan asam
arkidonik yang dimetabolisme menjadi PGE2  peningkatkan termostat  demam.
Aktivasi sitokin juga menyebabkan peningkatan permeabilitias kapiler di mukosa nasal
 kebocoran protein dan cairan ke jaringan di sekitarnya  pembengkakkan nasal
mucosa dan iritasi  nasal mucous discharge.
Patogen yang menyebar hingga ke laring dan trakea menyebabkan terjadinya inflamasi 
merangsang reseptor batuk  merangsang serabut saraf afferent  mengirim stimulus ke
pusat batuk  merangsang serabut saraf motorik  refleks batuk.

Marcdante, KJ., Kliegman, RM., Jenson, HB., Behrman, RE.. 2018. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi Update Keenam. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

4e. tindakan dokter apabila pasien menolak dan berontak saat diberikan treatment

Perawatan diberikan dengan tetap menjaga anak dalam kondisi yang nyaman dan
menghindari ketakutan anak, yang dapat memicu agitasi dan memperburuk gejala.
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

Perawatan dapat dilakukan dengan menempatkan anak di pangkuan orang tua atau
pengasuh.

Pemberian oksigen diberikan melalui plastic tube yang dipegang oleh orang tua dengan
jarak beberapa sentimeter dari hidung dan mulut anak. Penggunaan blow by oxygen
biasanya efektif dan bertujuan untuk meningkatkan saturasi oksigen.

Bjornson, CL., Johnson, DW.. 2013. Croup in Children. CMAJ. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3796596/ pada 13 Agustus 2019 pukul
16.04 WIB
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan

Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, yang meliputi :
1. Traktus Respiratorius Bagian Atas
Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari banyak bagian dan fungsinya yaitu :
a. Hidung
Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh septum
nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap menadi empat daerah yang
mengandung saluran nasal yang berjalan kebelakang mengarah pada nasofaring. Area
tepat dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa
dari interior dilapisi oleh membrana mukosa.
Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru- paru dan
menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam lubang hidung dan silia yang
melapisi membrana mukosa bertindak untuk mengangkat debu dan benda asing lain dari
udara.
Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel mulkus yang
menyebabkan produksi mukus yang berlebihan, pembengkakan dari membrana mukosa
akibat edema lokal dan kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung cenderung
menjadi terblokir oleh pembengkakan mukosa dan sekresi virus, sekret jernih, tetapi jika
terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi kekuning- kuningan atau kehijauan
akibat adanya pus (neutrofil mati dan granulosa).
b. Sinus
Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang terletak dalam berbagai
tulang pada muka. Sinus dilapisi dengan mukosa sekretoris dan memperoleh suplai darah
dan saraf dari hidung. Infeksi dari hidung mengarah pada penuhnya pembuluh darah,
peningkatan sekresi mukus dan edema.
c. Laring
Laring terletak di depan faring dan diatas permulaan trakhea. Terutama terdiri dari
tulang rawan tiroid dan tricoid dan tujuh tulang rawan lain yang dihubungkan secara
bersama oleh membrana. Suatu struktur tulang rawan tergantung diatas tempat masuk ke
laring ini merupakan epiglotis yang mengawal glotis selama menelan, mencegah
makanan masuk laring dan trakhea. Inflamasi dari epiglotis dapat menimbulkan
obstruksi terhadap saluran pernafasan.
Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana mukosa yang terlentang
melintasi ringga dari laring dari bagian tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

arytenoid. Ini merupakan pita atau lipatan suara. Selama pernafasan biasa pita suara
terletak dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara respirasi melintas secara bebas
diantaranya tanpa menimbulkan keadaan vibrasi. Selama insiprasi dalam yang dipaksaan
mereka berada dalam keadaan lebih abduksi, sementara selama berbicara atau menyanyi
mereka dalam keadaan adduksi. Perubahan ini dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada
anak-anak, pita suara lebih pendek dibandingkan dengan orang dewasa.
Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada saat yang sama ambil
bagian dalam deglutisi, selama waktu mana laring akan menutup dalam usaha mencegah
makanan memasuki traktus respiratorius makanan bagian bawah. Laring juga tertutup
selama regurgitasi makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi makanan. Refleks
penutupan ini tergantung pada koordinasi neurimuskuler yang kemungkinan tidak
bekerja secara penuh pada bayi, sehingga mengarah pada spasme.

2. Traktus respiratorius bagian bawah


Struktur yang membentuk bagian dari traktur respiratorius ini adalah trakea, bronki
dan bronkiolus serta paru-paru. Tiga yang pertama adalah, trakea, bronki dan
bronkiolus, merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru-
paru. Trakea dimulai pada batas bagian bawah dari laring dan melintas dibelakang
sternum kedalam toraks. Trakea merupakan tuba membranosa fleksibel, kaku karena
adanya cincin tidak lengkap yang berspasi secara teratur. Tuba dilaisi oleh membana
mukosa, epitelium permukaan adalah kolumner bersilia. Segera setelah memasuki toraks
trakea membagi diri menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam suatu substansi
paru-paru. Didalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi cabang yang
tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif berkurang hingga cabang yang
mempunyai penampang yang sangat sempit, di mana mereka di sebut sebagai
bronkiolus. Tuba ini dilapisi oleh membrana mukosa ditutupi oleh epitelium kolumner
bersilia, berlanjut dengan lapisan dari trakea. Otot polos ditemukan secara longitudinal
dalam bronki yang lebih besar dan trakea. Dalam bronki yang lebih kecil dan bronkioles
hal ini dibatasi oleh dinding posterios. Seluruh panjang dari percabangan bronkial
disuplai dengan serat elastik yang kaya, bersama dengan semua jaringan lain yang
disebutkan, dapat diubah oleh karena penyakit, sehingga mempengaruhi fungsi normal.
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

a. Paru-paru

Secara anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru dipertimbangkan adalah lobulus
sekunder. Beratus-ratus dari lobulus ini membentuk masing-masing paru. Setiap lobulus
merupakan miniatur dari paru-paru dengan percabangan bronkial dan suatu sirkulasi
sendiri. Setiap bronkiolus respiratorius berterminasi kedalam suatu alveolus. Alveolus
terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi pertukaran gas antara udara dan
darah.
Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas clavicula dan dasarnya bertumpu
pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi kedalam lobus, yang kanan dibagi tiga, yang
kiri dibagi dua. Nutrisi dibawa pada jaringan paru-paru oleh darah melalui arteri
bronkial; darah kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronkial.
Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang berkaitan dengan
mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi. Paru- paru disuplai dengan darah
deoksigenasi oleh arteri pulmonalis yang datang dari ventrikel kanan. Arteri membagi
diri dan membagi diri kembali dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil,
berpenetrasi pada setiap bagian dari paru-paru hingga akhirnya mereka membentuk
anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada dinding dari alveoli. Dinding dari
alveoli maupun kapiler sangat tipis dan disinilah terjadi pertukaran gas pernapasan.
Darah yang dioksigenasi kembali kedalam atrium dengan empat vena pulmonalis.

Fisiologi Pernafasan meliputi tiga tahapan yaitu:


a. Ventilasi
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal
yang mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru.
Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya,
semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi
proses ventilasi kemampuan thoraks dn paru pada alveoli dalm melaksanakan ekspansi
atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli
yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya refleks
batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran
mukus siliaris yang sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat
mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) dan recoil
yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps
dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli. Surfaktan disekresi saat klien menerik napas; sedangkan recoil
adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka dapat menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler
dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya, diantaranya, pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal
membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan intertisial keduanya.
Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi seperti O2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan
pCO2 dalam arteri pulmunalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas
gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

c. Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke
kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan berkaitan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalm plasma (5%),
kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%).
Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah
jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut
jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan
volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over load
atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pda akhir diastol,
natrium yang paling beperan dalam menentukan besarnya potensial aksi, kalsium berperan
dalma kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses transportsi
adalah kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit (perbandingan
antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), eritrosit, dan Hb.

Pertumbuhan paru pada masa bayi dan anak-anak dimulai sejak masih dalam
kandungan. Ketika seorang bayi lahir cukup bulan, parunya masih berada pada stadium
perkembangan paru pascalahir dikendalikan oleh faktor yang masih belum dipahami benar.
Percabangan jalan nafas sudah lengkap sebelum lahir, pertumbuhan paru pascalahir akan
dilanjutkjan dengan meningkatkan ukuran jalan nafas dan pertumbuhan alveolus baru.
 Jalan Nafas
Sejumlah kartilago-berartikulasi, tiga yang tunggak dan tiga yang berpasangan, yang
terhubung oleh jaringan elastis dan otot, menyusun kerangka laring. Otot bekerja pada
pasangan kartilago, untuk melebarkan dan menyempitkan lubang ke faring bagian bawah.
Ujung dorsal sabit kartilaginosa, yang menyokong trakea serta bronkus, saling dihubungkan
oleh otot dan jaringan ikat.
Cincin otot dan kartilago trakea ini tidak teratur, dan dapat berpisah atau bersatu,
terutama dikarina, yang kerangkanya dapat membrosa atau kartilaginosa. Pada bronkus
berukuran sedang dan kecil, hanya ada fragmen kartilago dan ototnya membentuk suatu
selubung longgar. Dalam bronkiolus, otot bergabung secara spiral dalam putaran heliks dan
secara proporsional lebih tebal dibandingkan otot dalam jalan napas yang lebih besar.
Kartilago, struktur penyokong lain, dan jaringan kelenjar ditemukan pada semua usia,
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

tetapi jumlah dan penyebarannya bervariasi sesuai dengan pertumbuhan. Sel epitel bersilia
berkembang baik saat lahir, tetapi hanya ada sedikit sel goblet dan kelenjar mukosa di dalam
bronkus. Sesudah beberapa bulan pertama, jumlah sel goblet bertambah secara cepat, jumlah
dan ukuran kelenjar mukosa bertambah dan menjadi banyak sekali pada usia 1 tahun.
Jumlah kelenjar trakeobronkial yang banyak dan penyebarannya yang luas bersifat unik
bagi jalan napas udara dan jarang ditemukan pada mamalia lain. Pertumbuhan pada daerah
potongan lintang dan massa jaringan pada subdivisi jalan napas tidak seragam. Kecepatan
penambahan diameter trakea dan bronkus lebih cepat pada tahun-tahun awal dan selama
pubertas, sedangkan sesudah pertumbuhan cepat awal, diameter bronkiolus bertambah
dengan lambat. Sejak lahir sampai selesainya pertumbuhan, berat paru dan kapasitas paru
total meningkat 20 kali, sedangkan diameter jalan napas bertambah hanya dua kali
(bronkiolus) sampai tiga kali lipat (trakea).
Pada bayi baru lahir, trakea dan bronkus mempunyai kartilago jaringan elastin, jaringan
ikat atau otot yang relatif sedikit, dan perbandingan diameter lumen terhadap ketebalan
dinding, besar. Otot di jalan nafas yang lebih kecil lebih tipis pada masa neonatus dan
meningkat sedikit pada tahun pertama, sesudah tahun ke-4, ketebalannya bertambah
sebanding dengan pertumbuhan paru. Sejak lahir sampai usia 15 tahun, diameter bronkiolus
besar melebar dua kali lipat, ketebalan dindingnya menebal tiga kali lipat, dan jumlah
jaringan penyokongnya bertambah empat atau lima kali. Luas permukaan jalan napas orang
dewasa adalah sekitar 2500 cm2.

 Parenkim
Parenkim meliputi bronkiolus resporatorius, duktus elveolaris, alveoli, kapiler paru,
limfatik dan jaringan penyokong interstisialnya. Bronkiolus respiratorius yang berdiameter
agak lebih besar daripada bronkiolus terminalis, membagi duktus alveolaris yang menjadi
tempat menonjolnya sejumlah alveoli. Struktur ini, yang mendapat nutrisi dari sirkulasi
artero pulmonalis, tampaknya tidak mendapat suplai saraf, tetapi otot polos di dinding
bronkiolus respiratorius dan di sekitar muara elveoli bereaksi terhadap stimulasi yang
diberikan secara lokal.
Sel kuboid bersilia dan tidak bersilia melapisi bronkiolus resporatorius. Epitel ini
berlanjut dengan sel pipih tidak bersilia yang melapisi duktus alveolaris dan alveolus.
Nukleus sel yang melapisi alveolus terletak dalam cekungan pada dinding kapiler dan saling
berjauhan, menempati hanya sekitar sepersepuluh permukaan alveolus, sitoplasmanya yang
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

tipis menutupi sisa permukaan. Tidak ada sel mukosa pada bronkiolus respiratorius.
Meskipun demikian, endapan yang menyerupai mukus, yang berlanjut dengan lapisan
aselular yang menutupi sitoplasma sel alveolus menutupi epitel bronkiolus resporatorius.

Elemen pendukung percabangan bronkiolus berlanjut dengan kerangka alveolus. Putaran


heliks otot polos berlanjut dari bronkiolus terminal ke sekeliling bronkiolus respiratorius.
Masa otot berkurang secara bertahap seiring dengan mendekatnya ujung duktus alveolaris
yang buntu dan sisa untaian otot polos berakhir dengan pembentukan cincin di sekeliling
mulut alveolus. Jaringan interstisal longgar antara bronkiolus respiratorius berisi banyak
pembuluh limfe kecil dan percabangan kecil arteri serta vena pulmonalis. Jaringan elastin,
kolagen dan retikular juga berjalan melalui sela interstisial di antara struktur paremkim dan
cenderung berlokalisasi pada mulut alveolus. Serabut kolagen membentuk berkas
bergelombang ketika paru berada dalam volume kecil, tetapi tertarik lurus ketika paru
mengembang dan membatasi volume beberapa jauh paru dapat dikembangkan.
Pengembangan paru meregangkan serat elastin dan retikular, pada akhir inspirasi, serabut ini
kembali pada panjang aslinya, sehingga membantu ekspirasi.
Pada bayi baru lahir, terdapat banyak sekali jaringan interstisal. Jaringan ini terutama
tersusun atas air, pembuluh darah dan jaringan ikat longgar. Elastin dan kolagen ditemukan
dalam jumlah yang secara proporsional lebih kecil dibandingkan pada paru orang dewasa,
oleh karena itu. Khusus pada paru bayi prematur, interstisium tidak menyatu secara kuat dan
dengan mudah diperlebar oleh cairan atau udara. Jumlah dan ukuran serat elastis dalam paru
bayi baru lahir mempunyai kualitas pewarnaan yang berbeda dari jaringan elastis matur,
sehingga mungkin ada perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Sifat pewarnaan jaringan elastis
pada usia 1 tahun serupa dengan pada orang dewasa.
Paru tumbuh dengan menambah ukuran dan jumlah elveolusnya. Dunhill menghitung
bahwa ada 24 juta alveolus pada saat lahir, 250 juta pada usia 4 tahun, dan 296 juta pada
orang dewasa. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan paru terutama dapat disebabkan
oleh generasi alveolus dalam dekade pertama kehidupan. Pada masa kanak-kanak,
pertumbuhan mungkin merupakan akibat penambahan ukuran unit karena diameter alveolus
terus bertambah sampai masa dewasa.
Pertumbuhan paru tidak berjalan liniear terhadap usia, tetapi dari masa bayi sampai masa
dewasa, ukuran paru sebanding dengan tinggi badan. Ukuran relatif volume dan kapasitas
paru primer sama dengan semua usia, volume residu adalah sekitar 25%, kapasitas residu
fungsional sekitar 40% dan volume tidal selama respirasi normal sekitar 8% kapasitas paru
Salsa Amalia
ALPHA 2016
04011181621063

total.

Anda mungkin juga menyukai