Disusun oleh
Adam Wirapati 17/413097/SP/27814
Adellyna Ayu Triana 17/413098/SP/27815
Afrizal Salasa 14/365939/SP/26332
Arie Sabela Lutfiana 17/409805/SP/27650
Giska Arveliana F 17/413106/SP/27823
Hana Hanifah 17/413107/SP/27824
Muhammad Rizaldy B 14/366017/SP/26346
Muhammad Fadhli F 17/413112/SP/27829
Latifah Nur Aini 17/409813/SP/27658
Rasyida Itsnani K 17/409822/SP/27667
Uun Nisfatul Laili K 17/413120/SP/27837
2.4. Summary
a. Jika perencanaan harus diterima ketika dipublikasikan, para pembuat kebijakan,
sektor publik dan sektor swasta, yang akan memiliki andil dalam
mengimplementasikannya harus mewakili dalam persiapannya.
b. Kabinet harus menunjuk komite khusus dari anggotanya untuk membuat keputusan
besar mengenai tujuan perencanaan, dan prioritas perencanaan.
c. Badan Perencanaan membutuhkan bantuan komite teknis untuk mempelajari masing-
masing proyek serta berbagai masalah pemanfaatan sumber daya lainnya.
d. Dewan Perencanaan Nasional berguna untuk mempertimbangkan draft pertama
perencanaan yang diambil secara keseluruhan. Hal tersebut berfungsi sebagai
penghubung antara komite teknis dan komite kabinet.
BAGIAN III
FEDERAL PLANNING
(PERENCANAAN NEGARA SERIKAT)
Dalam negara serikat, pertanggungjawaban dibagi antara pusat dengan negara bagian.
Ketika negara bagian bertanggung jawab atas pengadaan administrasi sekaligus pembiayaan
dalam pelayanan, masalahnya cukup sederhana. Akan tetapi kesulitan muncul ketika
administrasi dibagi dengan antara pusat dengan negara bagian, atau ketika negara bagian
mengurus administrasi namun sebagian dari pembiayaan didatangkan dari pusat.
Maka dari itu negara bagian harus membuat perencanaan pelayanan yang mereka
administrasi dan biayakan seutuhnya sendiri. Pihak pusat mungkin akan memiliki
ketertarikan untuk mengkoordinasi agar semua negara bagian untuk menerapkan kebijakan
yang sama, atau mungkin pusat harus membagi mengkoordinasi pelayanan yang diatur oleh
negara bagian (contoh: pendidikan menengah) dan yang diatur oleh pusat (contoh:
pendidikan tinggi). Walaupun begitu kemungkinan pihak pusat untuk memiliki pengaruh
terhadap pelayanan dan kebijakan lainnya tidak begitu besar, karena mereka tidak menaruh
uang mereka di situ. Pembagian koordinasi sering kali lebih mudah dilakukan antara tenaga
profesional dibandingkan para politisi. Tenaga profesional seperti Badan Perencanaan
memiliki standar dan tujuan umum yang sama, berbicara “bahasa” yang sama, maka dari itu
mereka lebih mudah mencapai kesepakatan dibanding para politisi.
Pihak pusat tidak dapat memaksakan kehendak mengenai ketentuan pelayanan yang
tidak mereka biayai, namun seperti yang dibicarakan sebelumnya kesulitan muncul ketika
pihak pusat dan negara bagian berbagi tanggung jawab untuk menganggarkan suatu
pelayanan.
Perencanaan pembangunan negara bagian lebih baik disusun oleh badan perencanaan
dari masing-masing negara bagian, karena hal tersebut merupakan langkah pertama agar
memastikan bahwa perencanaan memiliki dukungan lokal, dan kemudian berpotensi untuk
sukses dijalankan. Gagasan bahwa setiap negara bagian harus memiliki badan
perencanaannya sendiri terlihat sebagai proliferasi yang berlebihan, namun negara bagian
yang menghindar dari proliferasi tersebut malah gagal dalam menyelesaikan masalah
hubungan negara bagian dengan pusat.
Pemerintah pusat tidak dapat meniadakan tanggung jawabnya dalam turut andil dalam
merencanakan negara bagian. Terlepas dari peran secara konstitusional, pemerintah pusat
memiliki tanggung jawab moral untuk memimpin karena pihak pusat cenderung memonopoli
SDM yang paling bagus. Maka dari itu negara bagian memerlukan kepemimpinan dari pihak
pusat dalam mempersiapkan perencanaan, selain dari pembiayaannya.
Syarat utama untuk perencanaan yang sukses ialah pihak perencana pusat—aparat dan
politisi—menghargai mereka yang ada di negara bagian, dan sungguh-sungguh dalam
mencari titik temu dari banyak pemikiran. Ketiadaan respect ini biasanya merupakan alasan
utama dari kegagalan hubungan yang baik antara pusat dengan negara bagian.
Kesimpulannya ialah dalam perencanaan konstitusi negara serikat, setiap negara
bagian atau provinsi harus memiliki badan perencanaannya masing-masing. Proyek
pembangunan yang mana pusat dan negara bagian berbagi pertanggungjawaban (entah itu
finansial atau administratif) harus direncanakan secara kooperatif. Pihak pusat perlu memberi
bimbingan kepada negara bagian dalam perencanaan, namun hal tersebut tak akan berguna
apabila perencanaan dibuat pada negara bagian yang belum siap untuk melaksanakannya.
BAGIAN IV
PREPARING PROJECTS
5.3. Keuangan
Kontrol sektor publik memiliki dua sisi — kontrol pengeluaran dan kontrol
pendapatan. Badan Perencanaan sangat terlibat dalam yang pertama, tetapi yang kedua di luar
kendali. Namun, betapapun mahalnya pengeluaran dapat dikendalikan, Rencana tidak akan
menghasilkan apa-apa jika pendapatan tidak dikelola dengan baik. Rencana didasarkan pada
ketersediaan keuangan — termasuk surplus anggaran dengan ukuran tertentu, dan tingkat
keuntungan tertentu di perusahaan publik. Jika Menteri Keuangan tidak cukup menaikkan
pajak, atau perusahaan publik tidak membebankan biaya yang memadai untuk produk
mereka, kekurangan sumber daya yang dihasilkan akan menghasilkan inflasi, atau memaksa
ditinggalkannya beberapa pengeluaran yang diusulkan, atau keduanya.
Perencanaan pembangunan dimulai untuk menertibkan proposal untuk pengeluaran
publik; kontrol pendapatan publik adalah produk sampingan yang tidak diinginkan. Agensi
Perencanaan tidak memiliki tanggung jawab langsung atas pendapatan. Namun Rencana
tersebut memengaruhi situasi dengan menunjukkan berapa pendapatan yang seharusnya;
ukuran anggaran Pemerintah yang tepat merupakan produk sampingan penting dari aritmatika
makroekonomi. Dengan tidak adanya perencanaan, pemerintah cenderung memperbaiki
tingkat pajak secara sembarangan dari satu tahun ke tahun berikutnya, mengingat adanya
kebutuhan anggaran segera. Adanya Rencana membantu memaksa Menteri Keuangan dan
Kabinet untuk memikirkan pendapatan publik dalam konteks yang lebih luas.
5.4. Evaluation
Terlepas dari menyiapkan anggaran negara, Badan Perencanaan juga membantu
mengawasi implementasinya. Badan ini secara tidak langsung memiliki fungsi supervisor,
dan dalam proses perencanaan harus mengikutsertakan Kementrian Keuangan dan
Kementrian Pekerja. Tugas dari Badan Perencanaan kadang agak kabur, bahkan bisa sama
sekali tidak bertanggung jawab pada proses selain proses Perencaan Lima Tahunan; lalu bisa
pula anggaran tahunan negara dibuat oleh Kementrian Keuangan dan bukan Badan
Perencaan.
Adapun sebenarnya tidak dapat dipungkiri, peran Badan Perencanaan cukup vital
dalam proses implementasi rencana/kebijakan yang dijalankan. Proses implementasi
rencana/kebijakan dapat dipastikan akan terlambat jika Badan Perencanaan tidak melakukan
pengawasan dan melaporkan proses yang terjadi. Implementasi rencana/kebijakan yang
dilakukan oleh Kementrian baiknya dikawal oleh agen-agen dari Badan Perencanaan yang
bertugas sedari awal proses hingga akhir.
Agenda reporting dan evaluation harusnya dijalankan secara reguler dan sistematis.
Laporan harus mencakup seluruh proses seperti progres yang terdapat di sektor privat, sektor
publik, dan laporan spesial dari waktu ke waktu. Hasil ini agaknya jarang dipublikasikan oleh
Pemerintah karena menunjukkan kelemahan dalam sistem yang berjalan. Padahal terdapat
pula manfaat yang bisa diraih bila diadakan transparansi kinerja dari Pemerintah yaitu dapat
membuka ruang bagi masyarakat untuk mengkritik Lembaga dan menciptakan iklim yang
lebih kompetitif di lingkungan Kementrian.
5.5. Revision
Mengimplementasikan sebuah rencana lebih sulit daripada membuatnya. Anggaran
tahunan negara berfungsi untuk menyelaraskan proses dengan lingkungan yang berubah.
Keterikatan dengan Rencana Pengembangan dapat pula mengarah pada misalokasi sumber
daya yang lalu menurunkan otoritas dari Badan Perencanaan. Hal ini berdampak pada dapat
diacuhkannya dokumen perencaan saat implementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan lingkungan maka anggaran tahunan
negara akan semakin berbeda dengan apa yang tertulis di Rencana Pembangunan. Salah satu
cara mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan revisi Rencana Pembangunan dan
publikasi dari Laporan Evaluasi. Intinya adalah sebuah rencana tidak harus selalu gagal
karena keterlambatan pelaksanaan melainkan gagal karena tidak relevan lagi.
5.6. Summary
a. Rencana Pembangunan biasanya diadakan untuk beberapa tahun. Pengeluaran
yang diajukan harus di break downi terlebih dahulu secara tahunan. Otoritas
perencana harus pula menyusun jadwal yang rinci dalam setiap tingkatan rencana.
b. Badan Perencanaan harus diberikan tanggungjawab dalam menyiapkan
anggaran tahunan bersama dengan Rencana Pembangunan yang telah ada dan masih
relevan.
c. Kesuksesan Rencana bergantung pada Kementrian Keuangan dalam
menentukan langkah untuk menaikkan pendapatan yang dibutuhkan.
d. Progres dari rencana yang dijalankan harus dievaluasi dalam secara reguler
dalam interval yang telah ditetapkan.
e. Proposal dalam Rencana harus direvisi secara berkala menyesuaikan
perubahan yang ada. Anggaran tiga tahunan, direvisi setiap tahun, dapat berguna
sebagai contoh untuk perencanaan. Lalu dilakukan komparasi berdasarkan
perbedaan yang diharapkan antara rencana yang telah ditetapkan dan yang akan
datang.
BAGIAN VI
THE PRIVATE SECTOR
6.2. Licensing
Licensing adalah salah satu kendala pembangunan di negara-negara miskin. Licensing
yang baik membutuhkan layanan sipil yang baik, yang memahami tujuan sistem, bebas dari
korupsi, dan terbiasa untuk segera menjalankan operasi bisnis. Pada pertengahan 1950 semua
partai sosial demokrat terkemuka di dunia telah menyadari bahwa licensing adalah cara
alokasi sumber daya yang korup. Saat ini bahkan di Uni Soviet suara-suara yang kuat dan
otoritatif mendesak ketergantungan yang lebih besar pada pasar, dan mengurangi penggunaan
arahan administratif. Jika licensing tidak efisien dan korup di negara-negara maju, dengan
administrasi kelas satu, berarti lebih berbahaya di negara-negara kurang berkembang.
Sebagian besar negara telah berkembang tidak memiliki kontrol pertukaran yang berarti tanda
kegagalan untuk mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pemeliharaan neraca luar
negeri, apakah dengan lebih memperhatikan ekspor, atau dengan berinvestasi lebih banyak
dalam substitusi impor. Kegagalan untuk menjaga biaya ekspor sejalan dengan harga dunia
memiliki penyebab dan gejala yang diantaranya kurangnya kebijakan pendapatan, atau
karena kegagalan untuk menyeimbangkan anggaran, atau melalui pemeliharaan nilai tukar
mata uang asing yang salah.
Beberapa negara perlu untuk mencegah investasi di pabrik yang akan menggantikan
pekerja kerajinan tangan, tanpa meningkatkan output nasional. Izin membangun untuk
membangun zonasi (untuk menjauhkan pabrik dari distrik perumahan) atau kebijakan
keseimbangan regional (untuk mencegah konsentrasi berlebihan di satu atau dua kota). Ini
meminimalkan keterlambatan dalam mengeluarkan izin, serta peluang untuk keputusan yang
sewenang-wenang dan korup.
Bahkan tidak adanya licensing tetap menimbulkan suatu bias yang merugikan para
pengusaha kecil dan hanya menguntungkan para pengusaha besar, terutama jika komite telah
berpartisipasi dalam menyusun Rencana Pembangunan. Perwakilan bisnis di Komite
biasanya berasal dari perusahaan besar Perusahaan-perusahaan besar juga memiliki pengaruh
lebih besar dan jika melibatkan suap mereka memiliki lebih banyak uang. Setiap
Pengembangan Corporation, Departemen Perdagangan dan Industri harus memiliki bagian
khusus yang dibebani dengan kepentingan bisnis kecil. Manipulasi harga melalui pajak dan
subsidi adalah cara paling lancar untuk mempengaruhi alokasi sumber daya di sektor swasta.
Cara paling efisien untuk melindungi industri pengganti impor adalah dengan membentuk
Komisi Tarif independen untuk mendengarkan kasus dan membuat rekomendasi, dan untuk
terus meninjau semua industri yang menerima perlindungan tarif, untuk memastikan bahwa
perlindungan bukan selubung untuk mencari keuntungan atau inefisiensi. Independensi
absolut dan objektivitas Komisi Tarif sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan
publik